Anda di halaman 1dari 29

TINJAUAN PUSTAKA

SCABIES

Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh penetrasi kutu


parasit obligat pada manusia, Sarcoptes scabies var. hominis ke dalam lapisan
epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan Arthropoda yang awalnya diidentifikasi pada
tahun 1600-an, namun tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun 1700-
an. Perkiraan sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies. Scabies
menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anak-anak lebih banyak
terinfeksi. Penyakit ini cenderung banyak ditemukan pada area urban, khususnya pada
area padat penduduk. Terdapat bukti adanya variasi musim, dimana banyak kasus
dilaporkan pada saat-saat musim dingin daripada saat musim panas. Insiden scabies
telah meningkat dalam 2 dekade terakhir ini, terutama di rumah-rumah perawatan,
penjara, dan bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit ini biasanya terjadi melalui
kontak personal, meskipun kutu scabies ini dapat hidup di kulit manusia selama lebih
dari 3 hari.(1) Riwayat kontak di sekolah, atau dengan teman dekat merupakan hal yang
penting, terutama ketika tidak ada konfirmasi laboratorium. Dalam hal anamnesis,
paparan terjadi sedikitnya dalam 1 bulan sebelum munculnya gejala. Gejala awal ini
terdiri dari adanya lesi yang bermacam-macam, kadang muncul pada pergelangan
tangan dan lengan, namun lesi ini kadang diabaikan. Pruritus yang bersifat progresif,
yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal, merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pasien dalam mencari pengobatan. Munculnya lesi primer kadang-kadang
dapat diperoleh hanya dari anamnesis langsung kepada pasien. Scabies sendiri
seharusnya dianggap berbeda dari penyakit-penyakit gatal yang umum. Bentuk khusus
yang disebut “crusted” atau scabies “Norwegia” dapat muncul dengan keluhan gatal
yang minimal atau bahkan tidak ada.(2)
Beberapa pasien datang berobat dengan perubahan sekunder yang luas pada
kulit, seperti dermatitis yang meluas, infeksi bakterial sekunder, self-induced dermatitis
yang disebabkan oleh pengobatan yang tidak sesuai. Diperkirakan bahwa rata-rata
pasien-pasien seperti ini telah terinfeksi sedikitnya 1 bulan sebelum gejala

1
ketidaknyamanan generalisata ini muncul.(2) Manifestasi klinis dari scabies yaitu gatal
secara umum yang lebih intens terutama pada malam hari dan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien, namun komplikasi dan kematian juga dapat terjadi,
umumnya karena adanya pioderma bakterial sekunder, yang umumnya disebabkan oleh
Streptococcus pyogenus atau Staphylococcus aureus. Infeksi sekunder ini dapat
menyebabkan komplikasi seperti glomerulonefritis post-streptococcus dan sepsis
sistemik.(3)
Kutu ini membuat liang terowongan pada stratum korneum dan melanjutkan
siklus hidupnya di sana. Banyak obat-obatan, terutama dari golongan insektisida, yang
digunakan dalam terapi scabies pada abad ke-20. Namun, kebanyakan dari obat-obatan
ini bersifat toksik. Akhir-akhir ini, adanya resistensi terhadap obat yang sudah ada
sebelumnya, derajat keparahan penyakit, dan reaksi lanjut dari obat-obatan telah
mendorong perkembangan strategi pengobatan dan antiektoparasit baru untuk
manajemen yang lebih optimal.(4)

2
DEFINISI

Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh


kutu Sarcoptes scabiei var hominis.(3) Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari
kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk,
sprei, bantal dan lain - lain).(5)

EPIDEMIOLOGI

Scabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh dunia,
tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan. Studi yang
dilakukan oleh Downs et al. dengan data-data yang dikumpulkan di Inggris antar tahun
1967 dan 1996 menunjukkan insiden yang tinggi pada akhir tahun 1960-an dan 1970-
an, kemudian menurun pada tahun 1980-an, dan kembali meningkat pada tahun 1990-
an, dimana prevalensi yang lebih tinggi ditemukan pada area urban, di sebelah utara
Inggris, lebih banyak pada wanita dan anak-anak, dan frekuensi yang lebih banyak pada
musim dingin dibandingkan dengan pada musim panas. Beberapa penelitian lain juga
menemukan adanya variasi musim ini.(6) Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun
terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain: kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit
akibat Hubungan Seksual).(7)

Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
dapat menyerang semua umur. Insiden seks secara keseluruhan mungkin sama
sedangkan pada ras terdapat beberapa kelompok ras yang rentan, yang mungkin lebih
berhubungan dengan kebiasaan dan faktor sosial daripada faktor kerentanan yang
melekat. Populasi yang padat, yang umum terjadi di negara-negara terbelakang dan
hampir selalu terkait dengan kemiskinan dan faktor kebersihan yang buruk, juga ikut
mendorong penyebaran scabies.(6)

3
ETIOLOGI

Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu
scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang.(1) Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna
putih keruh, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450
mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron
x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan
sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat dengan alat perekat.(7)

Gambar 1 : Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei5

PATOGENESIS

Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum korneum dengan


kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya. Telur-
telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan membentuk kantung
dangkal di stratum korneum dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan menjadi
dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di dalam kantongnya, dimana kutu
jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dan
4
melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga
6 minggu untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.(2)

Gambar 2 : siklus hidup Sarcoptes scabiei8

Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama bulan
pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah kutu
(biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara bermigrasi atau
karena garukan pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal awal yang terlokalisir
menjadi pruritus generalisata.(9)

Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari beberapa
milimeter menjadi beberapa sentimeter. Terowongan ini tidak meluas ke lapisan bawah
epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies Norwegia, kondisi dimana terdapat
kulit yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau pada orang-orang tua dengan
jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur kutu ini akan dikeluarkan dengan
kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa feses (skibala) terdeposit pada terowongan.
Skibala ini dapat menjadi iritan dan menimbulkan rasa gatal.(9)

Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat


terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.
5
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali pada
Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.(1,6)

Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi penyebab


lesi. Peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies, bersama dengan
eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari kutu betina ini.
Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi. Eosinofil kembali normal
segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat
ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil
dari reaksi hipersensitivitas.(9)

Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit ke
kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung
mungkin terjadi. Transmisi antara anggota keluarga. Transmisi seksual juga terjadi.(5)

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara anamnesis melihat gambaran klinis,
pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis
Dalam hal anamnesis, paparan terjadi sedikitnya dalam 1 bulan sebelum
munculnya gejala. Gejala awal ini terdiri dari adanya lesi yang bermacam-macam,
kadang muncul pada pergelangan tangan dan lengan. Pruritus yang bersifat progresif,
yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal. Manifestasi klinis dari scabies yaitu
gatal secara umum yang lebih intens terutama pada malam hari dan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien. Pasien tinggal di asrama, pondok, kos, atau rumah yang
padat dan ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.

2. Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei
sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran klinis berupa

6
keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal
sign pada infestasi skabies, yaitu :(7,10)

a. Pruritus nocturna

Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau scabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan
ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada
malam hari.(3,6) Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu
yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan
penderita menjadi gelisah.(10)

b. Menyerang manusia secara berkelompok

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah


keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
pemukiman yang padat penduduknya, scabies dapat menular hampir ke seluruh
penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi,
walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan
tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu lain.(10)

c. Adanya terowongan

Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada


kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh
karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang
relatif lebih longgar dan tipis. (10)

7
Gambar 3 : terowongan pada penderita scabies11

Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang
sering ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan tangan bagian depan dan lateral
telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita.(3) Bila ada
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorfik (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).(10)

Gambar 4 : Gambaran klasik Scabies5

Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada


antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti
benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada
ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan
8
tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela
jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan
di awal infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat.(1)

Gambar 5 : distribusi makro lesi primer scabies pada orang


dewasa2

Gambar 6 : distribusi makro lesi primer scabies pada anak2

9
d. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini
merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak
susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan
lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.(10) Diagnosa positif hanya didapatkan bila
menemukan tungau dengan menggunakan mikroskop, biasanya posisi tungau
determined dalam liang, dapat menggunakan pisau untuk teknik irisan ataupun dengan
menggunakan jarum steril, tungau ini mayoritas dapat ditemukan pada tangan,
pergelangan tangan dan lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila.
Pada anak-anak tungau banyak ditemukan dibawah kuku karena kebiasaan menggaruk,
pengambilan tungau ini dengan menggunakan kuret.(12)

Gambar 7 : Telur, nimfa, dan skibala Sarcoptes scabiei.13

3. Bentuk Klinis
Selain bentuk scabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
khas, meskipun jarang ditemukan.Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik
yang dapat berakibat gagalnya pengobatan.. Beberapa bentuk skabies antara lain :
a. Scabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang
sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (10)

10
b. Scabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, manifestasi bisa terjadi di wajah dan
kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritis eritematous
keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-
nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan.
Vesikel dan bula bisa timbul terutama pada telapak tangan dan jari. (1) Lesi scabies pada
anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah.(10) Lesi yang timbul
dalam bentuk vesikel, pustul, dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal.
Eksematisasi dan impetigo sering didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits
atopik atau acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak yang terserang
dapat iritabel dan kurang nafsu makan.(5)

Gambar 8 : Scabies pada anak5

c. Scabies nodular

Scabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari kasus scabies
dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang sangat gatal.
Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan
aksila. Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap selama
beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti
scabies.(13)

d. Scabies incognito
11
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Akan tetapi dengan
penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah
penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.(10)

Gambar 9 : Lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan


pengobatan regimen imunosupresan5

e. Norwegian scabies (Scabies berkrusta)


Merupakan scabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa krusta
dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada kulit kepala berambut, telinga,
bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat pula disertai kuku distrofik bentuk ini
sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat ditemukan lebih dari satu juta
populasi tungau dikulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami
gangguan fungsi imun misalnya AIDS, penderita gangguan neurologik dan retardasi
mental.(1,10)

12
Gambar 10 : Norwegian scabies yang bermanifestasi sebagai
kulit yang terekskoriasi, likenifikasi, hiperkeratosis3

Tabel 1 : Jenis-jenis scabies5

13
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bila gejala klinis spesifik, diagnosis scabies mudah ditegakkan. Tetapi


penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat
cardinal sign. (10) Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan
produknya yaitu :

a. Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam


terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian
dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat
kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.(10)

b. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)


Papul scabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah
tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap
dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes
dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai
bentuk S.(10)
c. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian
dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan berhati-hati
dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca
objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah
mikroskop.(10) Biopsi irisan dengan pewarnaan Hematoksilin and Eosin

15
Gambar 11 : Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan
pewarnaan H.E5,8

d. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin
tersebut akan memberikan efluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.(10)
e. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang berguna untuk
membedakan lesi-lesi berpigmen dan melanoma. Dermoskopi juga dapat menjadi alat
yang berguna dalam mendiagnosis scabies secara in vivo. Alat ini dapat
mengidentifikasi struktur bentuk triangular atau bentuk-V yang diidentifikasi sebagai

16
bagian depan tubuh tungau, termasuk kepala dan kaki. Banyak laporan kasus yang
didapatkan mengenai pengalaman dalam mendiagnosis scabies dengan menggunakan
Dermoskopi. Dermoskopi sangat berguna, terutama dalam kasus-kasus tertentu,
termasuk kasus scabies pada pasien dengan terapi steroid lama, pasien
imunokompromais dan scabies nodular.(14)

Gambar 12 : Scabies yang teridentifikasi dengan Dermoskopi14

DIAGNOSIS BANDING

1. Insect bite (gigitan serangga) :

Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm berkelompok dan


tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau scabies lebih suka memilih area tertentu
yaitu menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.(6,15)

Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan serangga
tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan sengatan serangga saja
sedangkan scabies ditemukan lesi berupa terowongan yang tipis dan kecil seperti
benang berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel.(1,15)

Gigitan serangga biasanya hanya mengenai satu anggota keluarga saja,


sedangkan scabies menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga.(10,15)
17
Gambar 13 : Tampak gigitan serangga berupa bulla15

2. Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara histologi
ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah epidermis. Sedangkan
pada scabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami
akantosis. Pada prurigo, penyebabnya belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus,
faktor stress emosional menjadi salah satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan
apakah ini adalah penyebab atau akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan
oleh adanya tungau Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin
(H.E).(6,16)

Gambar 14 : Tampak prurigo nodularis di daerah lengan16

18
PENATALAKSANAAN

Terdapat beberapa terapi untuk scabies yang memiliki tingkat efektifitas yang
bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien,
biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi yang pernah
diberikan sebelumnya.(1)

Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan


tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari,
inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien
anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid
topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal
yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika
tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan
tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan.
Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan
untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.(1)

Penatalaksanaan secara umum

Edukasi pada pasien skabies : (4)

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.


2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang
terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.
3. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada
malam hari sebelum tidur.
4. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
5. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
perlu direndam dengan air panas
6. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu walaupun
rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
19
7. Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan
penanganan di waktu yang sama.
8. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu

Penatalaksanaan secara khusus


Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan scabies dapat
berupa topikal maupun oral antara lain :

Pengobatan Topikal :

a. Permethrin 5%
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik.
obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya
terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam
penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi
dan cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim
5% dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali dalam 1
minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian
kedua setelah 1 minggu. Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2
bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa
terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin
lebih tinggi dari lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang
mahal.(11,18)

b. Presipitat Sulfur 2-10%


Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak
25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep
konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan
salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan
satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.(11,13)

20
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen
sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid. Secara
umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui
serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau
tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.(11)

c. Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada
tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada
usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa
diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada
wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan
secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi
ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang
dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted
scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzyl
benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.(4)

d. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)


Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk ke
mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh
tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane dimetabolisme dan
diekskresikan melalui urin dan feses.(4)
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak
berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke
bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci
bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-
21
larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian
menunjukkan penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak
mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain
1%.(10)
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda
klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah,
gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan
pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat
mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,
trombositopenia, dan pansitopenia.(4)

e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)


Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau
losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah
diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah
mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci
setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan
jangka panjang.(10)

Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan terhadap


skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang tingkat keracunan
terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek
sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil. (4)

f. Monosulfiran

Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.(10)

22
Pengobatan Sistemik :

a. Ivermectin

Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces


avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit.
Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia
digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis. Diberikan secara
oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada
umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin
topikal efektif untuk mengobati skabies. Efek samping yang sering adalah kontak
dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.(10)

Penatalaksanaan skabies berkrusta

Terapi scabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun scabies
berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa pengobatan
dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata,
hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki diikuti dengan
penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim
permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat
membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan keratolitik.(10)

Penatalaksanaan skabies nodular

Scabies nodular merupakan salah satu karakteristik scabies yang kronik


mengenai beberapa bagian tubuh seperti genitalia pria dan aksilla. Skabies seperti ini
ditangani dengan anti skabitik disertai dengan pemberian steroid. (4)

Pengobatan terhadap komplikasi

Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral khususnya


eritromisin.(10)

23
Pengobatan simptomatik

Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal


yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan
anti scabies yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit
yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolien pada lesi yang kurang aktif
mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan
triamsinolon 0,1% untuk mengurangi keluhan.(10)

Tabel 2. Pengobatan Skabies (1)

Jenis Obat Dosis Keterangan

Krim Dioleskan selama 8-14 Terapi lini pertama di Amerika


Permethrin jam, diulangi selama 7 Serikat dan kehamilan kategori
5% hari. B.

Losion Dioleskan selama 8 jam Tidak dapat diberikan pada


Lindane setelah itu dibersihkan, anak umur 2 tahun kebawah,
1% olesan kedua diberikan 1 wanita selama masa kehamilan
minggu kemudian. dan laktasi.

Krim Dioleskan selama 2 hari Memiliki efek anti pruritus


Crotamiton berturut-turut, lalu tetapi efektifitasnya tidak
10% diulangi dalam 5 hari. sebaik topikal lainnya.

Sulfur Dioleskan selama 3 hari Aman untuk anak kurang dari


presipitat lalu dibersihkan. 2 bulan dan wanita dalam masa
5-10% kehamilan dan laktasi, tetapi
tampak kotor dalam

24
pemakaiannya dan data
efisiensi obat ini masih kurang.

Losion Dioleskan selama 24 jam Efektif namun dapat


Benzyl lalu dibersihkan menyebabkan dermatitis pada
Benzoat wajah
10%

Ivermectin Dosis tunggal oral, bisa Memiliki efektifitas yang


200 υg/kg diulangi selama 10-14 tinggi dan aman. Dapat
hari digunakan bersama bahan
topikal lainnya. Digunakan
pada kasus-kasus skabies
berkrusta dan skabies resisten.

Setelah pengobatan berhasil untuk mematikan tungau, rasa gatal dapat bertahan
dan dirasakan selama 6 minggu sebagai reaksi eksematous. Pasien dapat diobati dengan
pengobatan eksema biasa dengan emolien dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa
antibiotik topikal tergantung adanya infeksi sekunder Staphylocccus aureus.
Antipruritus topikal crotamiton sering membantu jika kulit gatal dengan hanya sedikit
reaksi peradangan. Pasien harus disarankan bahwa erupsi dari scabies membutuhkan
waktu untuk proses penyembuhan dan sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan
skabisid yang berlebihan. (17)

25
Tabel 2 : Pengobatan pada Scabies5

KOMPLIKASI

Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama lebih


dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial sekunder, yang sering
disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A, atau
peptostreptococci. Beberapa laporan kasus didapatkan vaskulitis leukositoklastik akibat
scabies, dan satu kasus tercatat adanya antikoagulan lupus.(18) Impegtiginisasi sekunder
adalah komplikasi umum ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik
topikal ataupun oral, tergantung tingkat piodermanya. Selain itu, limfangitis dan
26
septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian Scabies.(1)
Glomerulonefritis juga pernah dilaporkan sebagai komplikasi dari scabies.(18) Post-
streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi karena scabies-induced pyodermas yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogens.(1)

PROGNOSIS

Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.(1)
Seorang individu dengan infeksi scabies, jika diobati dengan benar, memiliki prognosis
yang baik, keluhan gatal dan eksema akan sembuh.(17)

PENCEGAHAN

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang


kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid.
Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena
seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode
inkubasi asimptomatik.(1)

Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk
dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan
dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet
dan kain pelapis lainnya juga harus dibersihkan (vacuum cleaner).(1)

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and pediculosis
In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. United state of
America. McGraw-Hill; 2008. p. 2029-2032.

2. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An
Illustrated Guide: Humana Press; 2006. p. 105-11

3. Currie JB, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010; 362: p. 718.

4. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate


Med J. 2005; 81: p. 8 - 10.

5. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006; 345: p. 1718-1723.

6. Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. In:
Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willey-
blackwell; 2010. p. 38.36 – 38.38.

7. Handoko,PR. Skabies. In: Prof.Dr.dr.Adi Djuanda, editor. Ilmu penyakit


kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta. FK UI; 2010.p.122-123

8. Granholm JM, Olazowaki J. Scabies prevention and control manual.


Michigan department of community health. 2005; 1: p. 10.

28
9. Habif TP. Infestations and bites. In: Habif TP, editor. A clinical
dermatology : a color guide to diagnosis and therapy. 4th ed. London.
Mosby; 2004. p. 500.

10. Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit.
Ed 1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas
kedokteran universitas hasanuddin; 2003. p. 5-10.

11. Oakley A. Scabies: Diagnosis and Management. BPJ journals. 2012; 19:
p. 12-16.

12. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Parasitic infestations, stings, and
bites. In: Sue Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrews’ Disease of the
skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2006. p.
453

13. Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a
Ubiquitous Neglected Skin Disease. PubMed Med. J. 2006; 6: p. 771

14. Park JH, Kim CW, Kim SS. Scabies: The Diagnosis Accuracy of
Dermoscopy for Scabies. Ann Dermatology. 2012; 24: p. 194-99.

15. Elston DM. Bites and stings. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP,
editors. Bolognia: Dermatology. 2nd ed. USA: Mosby Elsevier; 2008. p. 84

16. Jones JB. Eczema, lichenidentificatio, prurigo and erythroderma. In: Burns
T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s textbook of
dermatology. 8th ed. USA. Willey-blackwell; 2010. p. 23.42 – 22.43.

17. Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and treatment. Bmj journals.


2005; 331: p. 619, 622.

18. Leone PE. Scabies and Pediculosis Pubis : An Update of Treatment


Regiments and General Review. CID journals. 2007; 44: p. 153-59.

29

Anda mungkin juga menyukai