Anda di halaman 1dari 6

CONTINUING PROFESSIONAL

CONTINUING
CONTINUING
DEVELOPMENT
PROFESSIONAL
MEDICAL
DEVELOPMENT
EDUCATION

Akreditasi PP IAI2 SKP

Dapagliflozin: Terapi Baru untuk Diabetes Melitus


Kurniawan,1 Paskalis Indra Suryajaya2
1
Dokter Internship Rumkit Tk III R.W. Monginsidi, Sulawesi Utara, Indonesia
2
Dokter Internship RSUD Soe, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia. Penatalaksanaan DM yang kurang
tepat akan mengakibatkan banyak komplikasi akut ataupun kronis hingga kematian. Saat ini tatalaksana DM mencakup modifikasi gaya
hidup serta agen farmakologis yang umumnya bersifat dependen terhadap insulin. Dapagliflozin merupakan sebuah agen baru penurun
kadar gula darah yang bekerja independen terhadap insulin; yaitu dengan menghambat reabsorpsi glukosa di tubulus ginjal oleh reseptor
SGLT2, sehingga memiliki efek samping metabolik lebih minim. Dapagliflozin merupakan modalitas baru yang menjanjikan dalam
penatalaksanaan DM.

Kata kunci: Dapagliflozin, diabetes melitus, inhibitor SGLT2

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is still one of the most prevalent disease in the world. Poor management of DM may lead to multiple acute
and chronic complications, even death. Current management of DM consists of lifestyle modifications and pharmacological agents,
which commonly are insulin-dependent. Dapagliflozin is a novel insulin-independent blood glucose-lowering agent; it inhibits glucose
reabsorbtion mediated by SGLT2 receptors in the renal tubules. This leads to less metabolic adverse event. Dapagliflozin is a new
promising agent in DM management. Kurniawan, Paskalis Indra Suryajaya. Dapagliflozin: New Drug for Diabetes Mellitus.

Keywords: Dapagliflozin, diabetes mellitus, SGLT2 inhibitor

PENDAHULUAN tubuh. Glukosa darah yang tidak terkontrol sel beta tidak dapat melakukan sintesis dan
Diabetes Melitus (DM) adalah sebuah penyakit akan meningkatkan risiko komplikasi sekresi insulin dengan kuantitas dan kualitas
metabolik yang ditandai dengan adanya makrovaskuler dan mikrovaskuler. Kontrol yang cukup, bahkan hingga mencapai tahap
hiperglikemia akibat gangguan sekresi gula darah yang baik dapat menurunkan tidak terdapat sekresi insulin sama sekali.
insulin, kerja insulin, atau keduanya.1 Di- risiko komplikasi.7-9 Penurunan 1% HbA1c Hal ini mengganggu proses utilitas gula
perkirakan sebanyak 374 juta orang di dunia akan menurunkan risiko komplikasi di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan
menderita DM.2 Berdasarkan Riset Kesehatan mikrovaskuler, seperti retinopati diabetes, peningkatan kadar gula darah.12,13
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi DM neuropati, dan nefropati sebesar 40% dan
tipe 2 yaitu 5,7%, di mana 4,2% di antaranya risiko kematian terkait diabetes sebesar DM tipe 2 merupakan DM yang tidak
baru diketahui atau baru didiagnosis.3 21%.6,10 Walaupun penelitian menunjukkan tergantung insulin. Pada tipe ini, kelainan
Prevalensi DM di daerah perkotaan di kontrol gula darah yang baik dapat terletak di jaringan perifer, terdapat
Indonesia sebesar 4,6%, dengan 3,5% di menurunkan risiko terjadinya komplikasi, resistensi insulin yang menghalangi
antaranya belum terdiagnosis.4 International hampir setengah pasien DM belum mencapai pemasukan gula ke dalam sel mengakibat-
Diabetes Federation (IDF) menempatkan target gula darah yang direkomendasikan kan peningkatan kadar gula darah serta
Indonesia di urutan ke-7 dengan 8,5 juta oleh American Diabetic Association, yaitu gangguan metabolisme seluler.13 Keadaan
penderita DM dan diperkirakan menjadi HbA1c <7%.6,11 ini kemudian disusul dengan disfungsi sel
14,1 juta penderita diabetes di tahun beta pankreas dalam proses sekresi insulin
2035.5 Prevalensi DM meningkat seiring PATOFISIOLOGI mengakibatkan penurunan jumlah efektif
peningkatan obesitas, gaya hidup sedentary, DM tipe 1 merupakan tipe DM tergantung insulin dalam tubuh, sehingga penderita
dan peningkatan populasi usia tua.4,6 insulin. Pada DM tipe 1 kelainan terletak pada DM tipe 2 tahap lanjut umumnya akan
Peningkatan kadar gula darah pada DM sel beta yang dapat bersifat autoimun atau- membutuhkan insulin sintetis sebagai salah
dapat mengakibatkan kerusakan organ pun idiopatik.12 Keadaan ini mengakibatkan satu modalitas terapinya.12-14

Alamat korespondensi email: kurniawan.fatoni@hotmail.com / paskalis.indra@gmail.com

CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015 817


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Secara umum, keseimbangan kadar gula SGLT2 berperan penting dalam proses ipragliflozin, tofogliflozin) masih dalam tahap
dalam tubuh dipengaruhi oleh proses reabsorpsi glukosa di ginjal. SGLT2 memiliki uji coba.
absorpsi glukosa di usus kecil, produksi afinitas lebih rendah, namun kapasitasnya
glukosa di hepar, konsumsi glukosa oleh sel, lebih tinggi dibandingkan SGLT1.17 SGLT2 Mekanisme Kerja
serta proses filtrasi dan reabsorpsi glukosa di banyak ditemukan di segmen awal tubulus Pada kondisi normoglikemik (rerata kadar
ginjal.15 proksimal (dapat pula ditemukan dalam glukosa plasma 100 mg/dL) diperkirakan
jumlah sedikit di hepar, paru, otot skeletal, sekitar 180 g glukosa difiltrasi oleh ginjal
Pada saat puasa, keseimbangan glukosa usus, dan limpa); 90% glukosa yang setiap harinya.6,9,10,20,21 Filtrat glukosa akan di-
dalam tubuh secara umum dikendalikan mengalami reabsorpsi di ginjal dimediasi reabsorpsi di tubuli ginjal, sehingga tidak ada
oleh glukagon dan insulin.12,15 Glukagon oleh SGLT2.16,17 glukosa yang diekskresi di urin.9,22-25 Sejumlah
akan mendorong proses glikogenolisis, 90% filtrat glukosa akan direabsorpsi oleh
sedangkan insulin basal akan mengontrol DAPAGLIFLOZIN SGLT2 yang merupakan transporter dengan
utilitas glukosa ke dalam sel. Pada keadaan Walaupun telah menjalankan perubahan afinitas rendah, namun memiliki kapasitas
konsumsi glukosa per oral, keseimbangan gaya hidup dan mendapat terapi besar, dan diekspresikan secara khusus
glukosa dikendalikan multihormonal, yaitu farmakologis, kontrol kadar gula darah akan pada segmen S1 dan S2 tubulus kontortus
insulin, glukagon, amylin, dan hormon inkretin makin sulit seiring perjalanan penyakit.17 proksimal ginjal, sedangkan SGLT1 yang
(GLP-1).15 Proses ini dimulai dengan amylin Obat-obat hipoglikemik oral (OHO) yang diekspresikan di saluran cerna dan juga
yang akan bekerja melalui jalur neural tersedia saat ini umumnya bersifat insulin ginjal berperan dalam reabsorpsi 10% filtrat
untuk menekan pelepasan glukagon serta dependen, sehingga peningkatan resistensi glukosa pada segmen S3 tubulus ginjal,
menekan laju pengosongan lambung, insulin dan berkurangnya produksi insulin transporter ini memiliki afinitas tinggi,
bertujuan mengontrol kenaikan glukosa sebagai konsekuensi menurunnya fungsi namun memiliki kapasitas rendah.10,19,20,24,25
darah. Selain itu, hormon inkretin (GLP-1) sel pankreas seiring dengan perjalanan SGLT1 berperan penting dalam transpor
bekerja independen terkait keberadaan penyakit DM akan meningkatkan kebutuhan glukosa dan galaktosa di saluran cerna,
glukosa dalam meningkatkan pelepasan insulin ataupun dosis OHO.17,18 Sulitnya sehingga inhibisi SGLT1 akan menyebab-
insulin ke dalam darah, menekan pelepasan kontrol gula darah meningkatkan kebutuhan kan efek samping diare malabsorpsi.20,25
glukagon dan juga memperlambat laju akan obat-obat yang bersifat insulin
pengosongan lambung.13,15 independent/bergantung insulin. Setelah direabsorpsi dari tubulus ginjal,
glukosa diangkut menuju sirkulasi sistemik
Ginjal berperan penting dalam proses Obat golongan inhibitor SGLT yang bersifat oleh GLUT, terutama GLUT-2 dan sebagian
regulasi kadar glukosa melalui proses filtrasi insulin independen tidak akan terpengaruh kecil GLUT1.9
dan reabsorpsi glukosa. Pada keadaan oleh peningkatan resistensi insulin dan
fisiologis, glomeruli dapat menyaring dekompensasi sel beta pankreas karena Jumlah glukosa yang terfiltrasi dipengaruhi
hingga 180 gram glukosa per hari; glukosa bekerja dengan cara menghambat proses konsentrasi glukosa plasma dan laju filtrasi
mengalami reabsorpsi di tubulus proksimal, reabsorpsi glukosa oleh SGLT, sehingga glomerulus (LFG); makin tinggi konsentrasi
sehingga hanya sedikit glukosa yang efikasinya tidak akan berkurang seiring glukosa plasma, jumlah glukosa yang
terbuang di urin (<0,5 gram per hari).15 Proses penurunan produksi insulin dan peningkatan terfiltrasi juga makin tinggi.9 Pada individu
reabsorpsi glukosa dimediasi oleh sodium- resistensi insulin seperti yang terjadi pada dewasa sehat, kemampuan reabsorpsi filtrat
glucose cotransporter (SGLT) tipe 1 dan tipe OHO yang bersifat insulin dependen.19 glukosa maksimal (Tmax) dalam satuan laju
2.16 Transporter ini berperan dalam transfer Inhibitor SGLT dapat menjadi solusi kontrol filtrasi adalah 260-350 mg/min/1,73 m2,
glukosa serta sodium dari lumen tubulus gula darah pasien DM. kemampuan reabsorpsi glukosa maksimal
proksimal ke dalam sel epitel. Jika glukosa atau disebut juga sebagai threshold akan
telah masuk dan terkonsentrasi di dalam sel Dapagliflozin merupakan salah satu obat dicapai pada kadar glukosa plasma yang
epitel, maka glukosa dapat dipindahkan ke inhibitor SGLT2 yang paling efektif di kelas- berbeda antar individu, setara 180-200 mg/
dalam cairan interstisial dengan bantuan nya. Saat ini obat yang telah dapat diguna- dL (10-11 mmol/L).6,9,19,20,22,26
transporter glukosa (GLUT).15,16 kan adalah dapagliflozin dan canagliflozin,
sedangkan obat lainnya (empagliflozin, Dalam keadaan normal, jumlah filtrat glukosa
SGLT1 memiliki peran minor dalam reabsorpsi tidak melebihi kemampuan reabsorpsi, maka
glukosa di ginjal (hanya berperan dalam seluruh glukosa dapat direabsorpsi dan
10% reabsorpsi glukosa di ginjal). SGLT1 tidak ada glukosa di urin. Jika kadar glukosa
ditemukan dalam kuantitas cukup besar di filtrat melebihi kemampuan reabsorpsi di
dinding sel usus kecil, dan berperan dalam tubulus ginjal, glukosa yang tidak dapat
proses transportasi glukosa dan galaktosa direabsorpsi akan diekskresi ke urin dan
melewati dinding usus. Mutasi SGLT1 akan terjadi glikosuria.9,10,22 Kadar gula darah yang
mengakibatkan gangguan penyerapan menyebabkan glikosuria berbeda antar
zat-zat tersebut mengakibatkan diare dan individu, kadar gula darah plasma >126
dehidrasi.16 Gambar 1. Struktur kimia dapagliflozin mg/dL dapat menyebabkan glikosuria, ter-

818 CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

direkomendasikan pada gangguan ginjal


berat (LFG <60 ml/min/1,73 m2), pada
gangguan ginjal ringan sampai sedang
tidak diperlukan penyesuaian dosis.28,29
Studi menunjukkan dapagliflozin tidak
menghambat atau memicu sitokrom
P450 (CYP), sehingga tidak mengganggu
klirens obat yang dimetabolisme melalui
CYP.16,28,29 Farmakokinetik dapagliflozin
tidak terganggu bila digunakan bersamaan
dengan metformin, pioglitazon, sitagliptin,
glimepirid, voglibose, hidroklorotiazid,
valsartan, atau simvastatin.16,28 Penggunaan
bersama dengan insulin atau sekretagok
insulin dapat meningkatkan risiko hipo-
glikemia.28,29,31,32 Pada pasien dengan
gangguan fungsi hati ringan hingga
Gambar 2. Fisiologi SGLT1 dan SGLT2 pada tubulus ginjal9 sedang tidak diperlukan penyesuaian
dosis.28,29 Penggunaan dapagliflozin pada
utama pada anak-anak dan wanita hamil.26 pasien DM, terutama dengan kontrol gula pasien pengguna diuretic loop, thiazide,
Pada sebagian pasien DM, glikosuria terjadi darah yang buruk.20,26 atau pada orang tua dapat meningkat-
bila kadar gula darah plasma >270 mg/dL.27 kan risiko hipotensi, karena dapagliflozin
Pada pasien diabetes terdapat peningkatan Terjadi penurunan kemampuan reabosrbsi meningkatkan diuresis sehingga dapat
lebih dari 20% kemampuan reabsorpsi glukosa setelah penggunaan dapagliflozin menurunkan tekanan darah (TD), terutama
glukosa di tubulus ginjal (peningkatan Tmax) selama 7 hari. Dapagliflozin menghambat pada pasien dengan kadar gula darah
akibat hipertrofi tubulus ginjal, peningkatan ~27% reabsorpsi glukosa pada konsentrasi sangat tinggi.16,28,29
aktivitas Na/K/ATPase, dan peningkatan glukosa plasma 100 mg/dL dan
ekspresi SGLT2 pada tubulus proksimal menghambat ~70% pada konsentrasi Efektivitas
ginjal.9,21,25,26 Ekskresi glukosa akan diikuti glukosa plasma 250 mg/dL.22 Penggunaan Dapagliflozin telah menunjukkan efektivitas
oleh ekskresi cairan dan menjadi penyebab dapagliflozin selama 12 minggu sebagai OHO, baik sebagai monoterapi
gejala klasik DM, yaitu poliuria dan polidipsia meningkatkan ekskresi glukosa pada urin maupun kombinasi dengan agen lain.30-33 Saat
yang menjadi karakteristik hiperglikemik tidak 52-85 g/hari dan menunjukkan perbaikan ini dalam Konsensus Tahun 2013 Manajemen
terkontrol.26 kontrol gula darah.27 DM oleh American Association of Clinical
Endocrinologists (AACE), dapagliflozin di-
Pada keadaan hiperglikemia, ginjal meng- Farmakodinamik dan Farmakokinetik anjurkan sebagai salah satu monoterapi
ekskresi glukosa lebih banyak untuk men- Dapagliflozin adalah inhibitor SGLT2 poten, bagi pasien DM tipe 2 dengan kadar A1c
jaga kadar gula darah dalam batas normal, 1400 kali lebih selektif terhadap SGLT2 <7,5% atau sebagai kombinasi bersama
tetapi pada pasien DM, peningkatan dibandingkan SGLT1, dan reversibel. dua/tiga obat bagi pasien dengan kadar
kapasitas reabsorpsi glukosa maksimal Pemberian dapagliflozin satu kali per hari A1c 7,5% atau pasien yang tidak men-
(Tmax) yang merupakan respons maladaptif menunjukkan profil farmakokinetik yang capai target A1c hingga 3 bulan terapi
tubuh terhadap keadaan hiperglikemik konsisten, pemberian secara oral akan tanpa insulin.16 Dalam sebuah studi dilaku-
menyebabkan keadaan hiperglikemia tetap diabsorpsi cepat, konsentrasi plasma kan perbandingan antara dapagliflozin
dipertahankan dan tubuh membutuhkan maksimum (Cmax) dicapai dalam 2 jam dan plasebo dalam hal menurunkan kadar
lebih banyak insulin untuk mengontrol gula dengan bioavailabilitas 78% setelah A1c. Rerata penurunan A1c pada kelompok
darah dan menyimpan glukosa sebagai pemberian 10 mg dapagliflozin.28,29 Dapa- dapagliflozin adalah -0,58% s/d -0,89%, lebih
lemak tubuh.9,19,26 Hal tersebut menunjukkan gliflozin dimetabolisme ke dalam bentuk tinggi dibandingkan dengan rerata pada
peran ginjal dalam patofisiologi DM. Dengan inaktif, yaitu 3-O-glucuronide oleh UDP kelompok plasebo, yaitu -0,23%.33 Penurunan
menghambat SGLT2, maka kemampuan glucuronosyltransferase 1A9 (UGT1A9) signifikan terjadi pada dosis 5 dan 10 mg. Pada
reabsorpsi glukosa (Tmax) akan berkurang, dengan waktu paruh (t1/2) 12,9 jam, akhir studi, proporsi subjek yang mencapai
menurunkan ambang batas (threshold), karena adanya struktur berdasarkan C-aryl- target kadar A1c menurut American Diabetes
dan meningkatkan ekskresi glukosa di urin, glucoside.24,28,29 Dapagliflozin dieliminasi ter- Association (kadar A1c <7%) lebih tinggi
sehingga dapat menurunkan kadar gula utama melalui urin dan sebagian kecil melalui pada kelompok dapagliflozin. (41% pada
darah darah pasien DM.8,9,23,25 Jumlah glukosa feses.28,29 Efikasi dapagliflozin bergantung kelompok dosis 2,5 mg, 44% pada kelompok
yang diekskresikan bergantung pada kadar pada dosis dan jumlah glukosa yang dosis 5 mg, 51% pada kelompok dosis 10
glukosa plasma, sehingga jumlah glukosa diekskresi bergantung pada konsentrasi mg, dan 32% pada kelompok plasebo).17,19,33
yang terbuang akan makin besar pada glukosa plasma dan LFG, sehingga tidak Dalam sebuah analisis subgrup, dibanding-

CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015 819


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

kan pula penurunan kadar A1c pada subjek Tabel 1. Studi efektivitas dapagliflozin dan perbandingan/kombinasi dengan agen lainnya16
dengan kadar A1c awal tinggi (10,1%-12%)
di kelompok dapagliflozin dan plasebo.
Hasilnya pada minggu ke-24 ditemukan
penurunan A1c yang lebih signifikan di
kelompok dapagliflozin dibandingkan
kelompok plasebo (rerata penurunan pada
kelompok dosis 2,5 mg: -1,230,98%, pada
kelompok 5 mg: -1,900,90%, pada kelompok
10 mg: -1,900,79%, pada kelompok plasebo:
0,162,50%).19,31,33

Selain kadar A1c, dilakukan observasi ter-


hadap efek penurunan gula darah puasa
(GDP). Pada dosis 10 mg, dapagliflozin
terbukti mampu memberikan penurunan
GDP dengan rentang -0,86 mg/dl hingga -1,47
mg/dl, lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol.31-33 Dalam perbandingannya dengan
metformin, dapagliflozin terbukti lebih
superior dalam menurunkan nilai GDP.16

Penurunan berat badan (BB) pada


kelompok dapagliflozin juga lebih signifikan
dibandingkan plasebo. Dalam sebuah studi,
pemberian dapagliflozin 10 mg/hari selama
26 minggu menurunkan BB sebesar -0,14
kg hingga 4,5 kg, dibandingkan dengan
perubahan BB pada kelompok plasebo
dengan rentang +1,64 kg hingga -1,9 kg.33
Dalam studi perbandingan dengan glipizide,
ditemukan setelah pemberian mencapai
minggu ke-52, kelompok dapagliflozin
menunjukkan penurunan BB hingga -3,22
kg, sebaliknya pada kelompok glipizide
ditemukan peningkatan BB hingga +1,44
kg.17,32 Ketika dibandingkan dengan
metformin, dapagliflozin memberikan hasil
penurunan BB yang lebih superior.17,32,33

Dapagliflozin juga menghasilkan penurunan Beberapa studi lain mengukur efektivitas insulin sebanyak 6,28-6,82 U/hari16,30,31,35
tekanan darah sistolik (TDS) yang lebih baik dapagliflozin sebagai kombinasi dengan (dosis awal insulin minimal 30 U/hari).
dibandingkan plasebo.30,31,33 Dalam sebuah metformin, glimepiride, pioglitazone, dan Kombinasi dapagliflozin 10 mg dengan
studi yang membandingkan dapagliflozin insulin; kombinasi OHO dengan dapagliflozin insulin menghasilkan penurunan kadar
dan plasebo pada pasien yang telah rutin terbukti menurunkan kadar A1c lebih A1c hingga -1,01%, penurunan BB hingga
menggunakan insulin, ditemukan rerata signifikan dibandingkan plasebo.16,19,32 Selain -1,61 kg, dan penurunan TDS hingga -4,09
penurunan TDS lebih signifikan pada itu, dapagliflozin terbukti noninferior dalam mmHg.16,17,30,32,33,35
kelompok dapagliflozin (pada minggu ke-24, hal penurunan kadar A1c jika dibandingkan
di kelompok dengan penambahan 10 mg dengan pemberian metformin atau Selain itu, kombinasi dapagliflozin 10 mg
dapagliflozin terhadap insulin, penurunan glipizide.16,19,21,32 Kombinasi dapagliflozin 10 dengan pioglitazone terbukti dapat me-
TDS hingga -6,66 mmHg, sedangkan di mg dan metformin menghasilkan penu- ngurangi efek peningkatan BB dan edema
kelompok plasebo dengan insulin, penurunan runan kadar A1c hingga -0,84%, penurunan akibat efek samping obat pioglitazone.16,19
sebanyak -3,56 mmHg).30-33 Penurunan BB hingga -2,9 kg, serta penurunan TDS
tekanan darah diastolik (TDD) di kelompok hingga -5,1 mmHg.16,30,32,34 Dapagliflozin 5 Efek Samping
dapagliflozin tidak banyak berbeda dengan mg dan 10 mg jika dikombinasikan dengan Mengingat mekanisme kerjanya yang
kelompok plasebo. 17,30-33 insulin dapat menurunkan kebutuhan meningkatkan ekskresi glukosa di urin,

820 CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

dapagliflozin meningkatkan risiko infeksi Simpulan penurunan berat badan dan penurunan
sistem genitourinaria.16,17 Pada sebuah studi Dapagliflozin bekerja secara independen tekanan darah sistolik.
ditemukan bahwa insidens infeksi sistem terhadap insulin dalam menurunkan
genitourinaria lebih tinggi pada kelompok kadar glukosa darah, yaitu dengan cara Dapagliflozin memiliki efek samping paling
dapagliflozin dibandingkan plasebo.19,21 menghambat proses absorpsi glukosa umum berupa gejala dan tanda infeksi
Insidens ini lebih tinggi pada subjek wanita pada tubulus ginjal melalui proses inhibisi saluran genitourinaria, dan memiliki risiko
dan umumnya terlihat pada 24 minggu reseptor SGLT2. Karena itu, dapagliflozin induksi hipoglikemia yang relatif kecil.
pertama pemberian dapagliflozin.16,19,33 Infeksi dapat berperan sebagai alternatif terapi
genitourinaria pada studi tersebut rata-rata anti-hiperglikemik yang efektif mengingat Tidak seperti OHO umumnya, dapagliflozin
ringan hingga sedang dan memberikan kadar insulin penderita DM pada tahap menurunkan kadar glukosa plasma melalui
respons baik dengan terapi infeksi lanjut akan terus berkurang akibat proses ekskresi glukosa pada urin, sehingga
genitourinaria yang umum.16,24,33 dekompensasi sel beta pankreas pada DM menghasilkan keseimbangan kalori negatif
tipe 2; sedangkan pada DM tipe 1, secara dalam tubuh. Efek ini ditambah dengan
Efek samping lain yang diduga berkaitan primer terjadi penurunan sekresi insulin. sifatnya yang independen terhadap insulin
dengan pemberian dapagliflozin adalah serta efek samping yang relatif ringan
peningkatan risiko hipoglikemia (terutama Penggunaan dapagliflozin pada penderita menempatkan dapagliflozin sebagai
jika dikombinasikan dengan insulin), DM tipe 2 telah terbukti menurunkan salah satu alternatif terapi DM yang cukup
konstipasi, dehidrasi, dan gagal ginjal.16,19,21,33 kadar A1c dan GDP, dengan hasil sekunder menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 2014; 37(Suppl 1): 81-90. doi: 10.2337/dc14-S081.
2. Danaei G, Finucane MM, Lu Y, Singh GM, Cowan MJ, Paciorek CJ, et al. National, regional, and global trends in fasting plasma glucose and diabetes prevalence since 1980: Systematic
analysis of health examination surveys and epidemiological studies with 370 country-years and 2.7 million participants. Lancet 2011; 378(9785): 31-40.
3. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2008.
4. Mihardja L, Soetrisno U, Soegondo S. Prevalence and clinical profile of diabetes mellitus in productive aged urban Indonesians. J Diabetes Invest. 2014; 5: 507-12.
5. International Diabetes Federation.IDF Diabetes Atlas. 6th ed.Brussels, Belgium: International Diabetes Federation; 2013.
6. Rosenwasser RF, Sultan S, Sutton D, Choksi R, Epstein BJ. SGLT-2 inhibitors and their potential in the treatment of diabetes. Diabetes Metab Syndr Obes. 2013; 6: 453-67. doi:10.2147/DMSO.
S34416.
7. Patel A, MacMahon S, Chalmers J, Neal B, Billot L, Woodward M, et al. The ADVANCE Collaborative Group. Intensive blood glucose control and vascular outcomes in patients with type 2
diabetes. N Engl J Med. 2008; 358(24): 2560-72. doi: 10.1056/NEJMoa0802987.
8. Lin HW, Tseng CH. A review on the relationship between SGLT2 inhibitors and cancer. Int J Endocrinol. 2014; 719578. doi:10.1155/2014/719578.
9. Jung CH, Jang JE, Park JY. A Novel therapeutic agent for type 2 diabetes mellitus: SGLT2 inhibitor. Diabetes Metab J. 2014; 38(4): 261-73. doi:10.4093/dmj.2014.38.4.261.
10. Tahrani AA, Barnett AH. Dapagliflozin: A sodium glucose cotransporter 2 inhibitor in development for type 2 diabetes. Diabetes Ther. 2010; 1(2): 45-56. doi:10.1007/s13300-010-0007-3.
11. Fox KM, Gerber Pharmd RA, Bolinder B, Chen J, Kumar S. Prevalence of inadequate glycemic control among patients with type 2 diabetes in the United Kingdom general practice research
database: A series of retrospective analyses of data from 1998 through 2002. Clin Ther. 2006; 28(3): 388-95.
12. Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. J Physiol Pathophysiol. 2013; 4(4): 46-57. doi:
10.5897/JPAP2013.0001
13. Carrera BCA, Martinez JM. Pathophysiology of diabetes mellitus type 2: Beyond the duo insulin resistance-secretion deficit. Nutr Hosp. 2013; 28 (Suppl 2): 78-87. doi: 10.3305/nh.2013.28.
sup2.6717.
14. Kohei K. Pathophysiology of type 2 diabetes and its treatment policy. JMAJ. 2010; 53(1): 41-6.
15. Aronoff SL, Berkowitz K, Shreiner B, Want L. Glucose metabolism and regulation: Beyond insulin and glucagon. Diabetes Spectrum. 2004; 17(3): 183-90. doi:10.2337/diaspect.17.3.183.
16. Simon JL, Timaeus S, Misita C. SGLT2 inhibitors: A new treatment option for type 2 diabetes. Pharmacy Times [Internet]. 2014 [cited 2014 Dec 2]. Available from: http://www.pharmacytimes.
com/publications/health-system-edition/2014/September2014/SGLT2-Inhibitors-A-New-Treatment-Option-for-Type-2-Diabetes
17. Wilding JP, Norwood P, TJoen C, Bastien A, List JF, Fiedorek FT. A study of dapagliflozin in patients with type 2 diabetes receiving high doses of insulin plus insulin sensitizers: Applicability
of a novel insulin-independent treatment. Diabetes Care. 2009; 32(9): 1656-62. doi:10.2337/dc09-0517.
18. Kahn SE, Haffner SM, Heise MA, Herman WH, Holman RR, Jones NP, et al. ADOPT Study Group. Glycemic durability of rosiglitazone, metformin, or glyburide monotherapy. N Engl J Med.
2006; 355(23): 2427-43. doi: 10.1056/NEJMoa066224.
19. Nauck MA. Update on developments with SGLT2 inhibitors in the management of type 2 diabetes. Drug Des Devel Ther. 2014; 8: 1335-80.doi:10.2147/DDDT.S50773
20. Abdul-Ghani MA, DeFronzo RA, Norton L. Novel hypothesis to explain why SGLT2 inhibitors inhibit only 30-50% of filtered glucose load in humans. Diabetes2013; 62(10): 3324-8. doi:
10.2337/db13-0604.
21. Lopez GP, Albarran OG, Megias MC. Sodium-glucose cotransporter type 2 inhibitors (SGLT2): From renal glycosuria to the treatment of type 2 diabetes mellitus. Nefrologia2010; 30(6):
618-25. doi: 10.3265/Nefrologia.pre2010.Sep.10494.
22. DeFronzo RA, Hompesch M, Kasichayanula S, Liu X, Hong Y, Pfister M, et al. Characterization of renal glucose reabsorption in response to dapagliflozin in healthy subjects and subjects
with type 2 diabetes. Diabetes Care 2013; 36(10): 3169-76. doi:10.2337/dc13-0387.
23. Obermeier M, Yao M, Khanna A, Koplowitz B, Zhu M, Li W, et al. In vitro characterization and pharmacokinetics of dapagliflozin (BMS-512148), a potent sodium-glucose cotransporter type
II inhibitor, in animals and humans. Drug Metab Dispos. 2010; 38(3): 405-14. doi: 10.1124/dmd.109.029165.

CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015 821


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

24. Salvo MC, Brooks AD, Thacker SM. Patient considerations in the management of type 2 diabetes critical appraisal of dapagliflozin. Patient Prefer Adherence.2014; 22(8): 493-502. doi:
10.2147/PPA.S59169.
25. Abdul-Ghani MA, Norton L, DeFronzo RA. Role of sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT 2) inhibitors in the treatment of type 2 diabetes. Endocr Rev.2011; 32(4): 515-31. doi: 10.1210/
er.2010-0029.
26. Thomas MC. Renal effects of dapagliflozin in patients with type 2 diabetes.Ther Adv Endocrinol Metab. 2014; 5(3): 53-61.doi:10.1177/2042018814544153.
27. List JF, Woo V, Morales E, Tang W, Fiedorek FT. Sodium-glucose cotransport inhibition with dapagliflozin in type 2 diabetes. Diabetes Care2009; 32(4): 650-7. doi: 10.2337/dc08-1863.
28. U.S. Food and Drug Administration. Full prescribing information, NDA 202293 dapagliflozin tablets, 5 and 10mg. Advisory Committee Meeting [Internet]. [cited 2013 Dec 29]. Available
from: http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2014/202293s003lbl.pdf
European Medicines Agency (EMA). EPAR public summary forxiga (dapagliflozin) [Internet]. 2012 [cited 2013 Dec 29]. Available from: http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_
library/EPAR_-_Product_Information/human/002322/WC500136026.pdf.
29. Oliva RV, Bakris GL. Blood pressure effects of sodium-glucose co-transport 2 (SGLT2) inhibitors. J Am Soc Hypertens. 2014; 8(5): 330-9. doi: 10.1016/j.jash.2014.02.003
30. Wilding JP, Woo V, Soler NG, Pahor A, Sugg J, Rohwedder K, et al. Long-term efficacy of dapagliflozin in patients with type 2 diabetes mellitus receiving high doses of insulin: A randomized
trial. Ann Intern Med.2012; 156(6): 405-15. doi: 10.7326/0003-4819-156-6-201203200-00003.
31. Clar C, Gill JA, Court R, Waugh N. Systematic review of SGLT2 receptor inhibitors in dual or triple therapy in type 2 diabetes. BMJ Open. 2012; 2(5). pii: e001007. doi: 10.1136/
bmjopen-2012-001007.
32. Ferrannini E, Ramos SJ, Salsali A, Tang W, List JF. Dapagliflozin monotherapy in type 2 diabetic patients with inadequate glycemic control by diet and exercise: A randomized, double-blind,
placebo-controlled, phase 3 trial. Diabetes Care.2010; 33(10): 2217-24. doi: 10.2337/dc10-0612 2010.
33. Orme M, Fenici P, Lomon ID, Wygant G, Townsend R, Roudaut M. A systematic review and mixed-treatment comparison of dapagliflozin with existing anti-diabetes treatments for those
with type 2 diabetes mellitus inadequately controlled by sulfonylurea monotherapy. Diabetol Metab Syndr.2014; 6: 73. doi: 10.1186/1758-5996-6-73.
34. Polidori D, Sha S, Mudaliar S, Ciaraldi TP, Ghosh A, Vaccaro N, et al. Canagliflozin lowers postprandial glucose and insulin by delaying intestinal glucose absorption in addition to increasing
urinary glucose excretion: Results of a randomized, placebo-controlled study. Diabetes Care.2013; 36(8): 2154-61. doi: 10.2337/dc12-2391.

822 CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai