Anda di halaman 1dari 5

Diagnosis

Diagnosis pada trauma kimia mata dapat ditegakkan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan
dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga
membutuhkan tatalaksana secepatnya.

Anamnesis

Diagnosis trauma kimia mata dapat ditegakkan dengan menggali riwayat


trauma pada anamnesis. Tingkat keparahan tergantung pada empat faktor yaitu
toksisitas bahan kimia, berapa lama bahan kimia tersebut kontak dengan mata,
kedalaman penetrasi dan area yang terlibat. Oleh Karena itu penting untuk
mengetahui riwayat trauma untuk mengetahui keempat faktor diatas. Perlu
ditanyakan juga pada pasien waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul
segera setelah pajanan serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat
kejadian. Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol
bahan kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang
mengenai mata. Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan
cairan atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri hebat setelah
terpajan, epifora, bleparospasme dan penurunan tajam penglihatan.1

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik mata yang menyeluruh perlu ditunda sampai mata yang
terkena zat kimia sudah diirigasi dan pH permukaan okular telah netral. Setelah
irigasi, pemeriksaan menyeluruh perlu dilakukan dengan perhatian khusus
terhadap kejernihan dan integritas kornea, derajat iskemia limbus, dan tekanan
intraokular. Pemeriksaan fisik dapat difasilitasi dengan tetes anestesi lokal agar
pasien lebih nyaman dan kooperatif. Beberapa hal yang umum dijumpai pada
pemeriksaan mata pasien trauma kimia adalah sebagai berikut :2

1. Defek epitel kornea : kerusakan epitel kornea dapat bervariasi mulai


keratitis epitel punctata yang ringan sampai defek kornea yang
menyeluruh. Apabila dicurigai ada defek epitel namun tidak ditemukan
pada pemeriksaan awal, mata tersebut harus di periksa ulang setelah
beberapa menit.
2. Stromal haze / kabut stroma : perkabutan dapat bervariasi mulai dari
kornea yang jernih, sampai opaksifikasi tanpa nampaknya segmen anterior
3. Perforasi kornea : sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang
penyembuhannya tidak baik.
4. Anterior chamber inflammatory reaction : kondisi ini dapat muncul
sebagai berbagai derajat inflamasi (flare dan cell) pada kamera oculi
anterior. Hal ini lebih sering terjadi pada trauma alkali dan berhubungan
dengan penetrasi yang lebih dalam.
5. Peningkatan tekanan intraokular : terjadinya peningkata tekanan
intraokular tergantung kepada tingkat inflamasi pada segmen anterior dan
deformitas jaringan kolagen kornea. Kedua hal tersebut menyebabkan
penurunan outflow uveoscleral dan peningkatan tekanan intraokular.
6. Kerusakan adneksa : Pada kelopak mata hal ini menyebabkan mata tidak
bisa ditutup maka akan menyebabkan iritasi.
7. Inflamasi konjungtiva : berbagai derajat hiperemia dan kemosis
konjungtiva mungkin terjadi. Sedikit saja trauma kimia yang terjadi dapat
menyebabkan respons konjungtiva.
8. Iskemia perilimbal : derajat iskemia (blanching) mungkin adalah indikator
prognosis paling signifikan untuk kesembuhan kornea dimasa datang
karena stem sel limbus adalah yang bertanggung jawab terhadap
repopulasi epitel kornea.
9. Partikel pada fornix konjungtiva
10. Penurunan tajam penglihatan : hal ini dapat terjadi karena defek epitel,
kabut, peningkatan lakrimasi, atau rasa tidak nyaman. Pada trauma kimia
sedang sampai berat, pada awalnya kabut kornea dapat minimal dan
penglihatan masih baik, namun kabut dapat meningkat secara signifikan
dan menurunkan ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah
pemeriksaan pH permukaan okular secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi
pada mata harus terus dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian
anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka.
Pemeriksaan slit lamp dengan pewarnaan fluoresensi untuk menentukan luasnya
abrasi epitel kornea. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk
mengetahui tekanan intraokular.2,3,4

Klasfikasi
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat

keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi

trauma kimia mata salah satunya adalah klasifikasi Roper-Hall. Penilaian


klasifikasi Roper-Hall berdasarkan tingkat keterlibatan kornea dan iskemia
perilimbal. Berikut merupakan klasifikasi trauma kimia pada mata berdasarkan
Roper-Hall:1

Tabel 1.1. Klasifikasi Roper-Hall (American Academy of Opthalmology.


Chemical (Alkali and Acid) Injury of the Conjunctiva and Cornea)1

Grade Prognosis Kornea Limbus konjungtiva

I Baik Kerusakan epitel Tidak ada iskemia


II Baik Kabut kornea, detail iris <1/3 iskemia
nampak
III Dubia/ Epitel rusak total, kabut 1/3 – ½ iskemia
Guarded stroma, detail iris kabur
IV Buruk Kornea opak, iris dan pupil >1/2 iskemia
kabur
A B

C D

Gambar 1.1 Derajat keparahan trauma kimia berdasarkan Roper-Hall


(A) Grade I; (B) Grade II; (C) Grade III; (D) Grade IV
(American Academy of Opthalmology. Chemical (Alkali and Acid) Injury
of the Conjunctiva and Cornea.) 1
Daftar Pustaka

1. American Academy of Opthalmology. Chemical (Alkali and Acid) Injury


of the Conjunctiva and Cornea. 2017 Feb. Available from
http://eyewiki.aao.org/Chemical_(Alkali_and_Acid)_Injury_of_the_Conju
nctiva_and_Cornea#Etiology, [Cited Apr 20, 2018].
2. Venkatesh R, Trivedi HL. Ocular trauma- Chemical Injuries. Bombay
Hospital Journal. 2009; vol.51(20).
3. Kosoko A, et all.Chemical Ocular Burns : A Case Review. American
Journal of Clinical Medicine. 2009; vol.6(3)p.41-9.
4. American Academy of Opthalmology. Treating Acute Chemical Injuries
of the Cornea. 2018 Apr. Available from
https://www.aao.org/eyenet/article/treating-acute-chemical-injuries-of-
cornea, [Cited Apr 22, 2018].

Anda mungkin juga menyukai