Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM

SINTESIS ASAM OKSALAT DARI SUKROSA

A. Tujuan praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu:
1. Mempraktikkan proses pembuatan dan pemurnian asam oksalat
2. Mempraktikkan cara penentuan kadar asam oksalat
B. Dasar Teori
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan
rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada
asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang
membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium
oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam
oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai melting
point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak
menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang
mempunyai rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting
point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat tidak bau
dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100°C.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan kalsium yang
terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat
pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa
terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6 0C dan etil eter pada
suhu 25 0C adalah 23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak
mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam. ( Kirk R.E,
Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya keadaan setimbang
antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk mengukur titik leleh suatu
senyawa dapat digunakan alat melthing point. Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena
ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda
tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang
terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa
untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin
besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang
lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi. Angka titik leleh dan
kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada thermometer yang digunakan
dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang
lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini
dilakukan proses penentuan titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan mengetahui
kemurnian dari asam oksalat. Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1. “Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan
kotorankotoran yang menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini
dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada permukaan logam
setelah proses pengecatan selesai dilakukan.
2. “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat
digunakan untuk melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan titanium.
Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan lama apabila
dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
3. “Anodizing”
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih
jauh di Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat
diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras, abrasi dan
tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan
pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila
dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.
4. “Metal Cleaning”
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive
radiator, boiler, “railroad cars” dan kontaminan radioaktif untuk plant reaktor pada
proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi asam oksalat
menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak industri yang
mengaplikasikan cara ini berdasarkan sifatnya dan keasamannya.
5. “Textiles”
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam
pencucian, asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan
melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu juga asam
oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam kain.
6. “Dyeing”
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam
oksalat sebagai agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4
kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1 jam.
Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga
digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan (zat
kimia) pewarna. ( Kirk R.E, Othmer D.F., hal.630 – 631, 1945 ). Kk
Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan dasar yang
berbeda, yaitu:
1. Sintesis dari Natrium Formia
Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai adalah
gas CO, Ca(OH)2, H2SO4, dan NaOH.
Proses utama pembuatan asam oksalat meliputi:
 Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas
 Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki
komponen utama CO, N2, CO2, debu dan limbah gas lainnya. Kokas + udara panas
CO + N2 +CO2 + debu + limbah gas. Selanjutnya gas batubara (CO dan N2)
dimurnikan, dikeringkan dan dikempa
 Proses sintesa
Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200oC menjadi
natrium formiat. (HCOONa).NaOH + CO HCOONa
 Proses Dehidrogenasi
HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai
berikut : 2 HCOONa (COONa)2 + H2
 Proses pengolahan plumbite
Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat
(Na2SO4) dan PbC2O4 yang tidak larut (COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 +
PbC2O4 Melalui pencucian dengan air, maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan
 Proses pengasaman
Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam
oksalat H2C2O4 dan PbSO4 yang tidak larut. PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4
 Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4
Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan
kristal asam oksalat.
2. Fermentasi glukosa
Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat. Jamur
yang digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi optimum pada pH
4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan dihilangkan warnanya.
Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan evaporator dan hasilnya dikristalkan.
Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk meminimalkan kadar air dalam produk. Yield
asam oksalat tergantung dari nutrient (nitrogen) yang ditambahkan
3. Peleburan alkali
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi,
potass serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan sodium
hidroksida atau potassium hidroksida pada suhu 240 – 285°C. Produk yang diperoleh
direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat dengan kalsium. Produk ini kemudian
direaksikan dengan asam sulfat untuk membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Selulosa + NaOH Na2C2O4 + zat lain
Na2C2O4 + Ca(OH)2 →CaC2O4 + 2 NaOH
CaC2O4 + H2SO4 →CaSO4 + H2C2O4
Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian produk
sebesar 60 %.
4. Oksidasi karbohidrat dengan HNO3
Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat digunakan
pada proses ini antara lain yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati
kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain. Karbohidrat dihidrolisis terlebih dahulu untuk
mendapatkan glukosa dengan reaksi : (C6H10O5)n + n H2O › n C6H12O6 Glukosa yang
diperoleh dicampurkan dengan larutan induk asam oksalat yang mengandung •} 50 %
H2C2O4 dan kemudian direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang
terjadi pada tahap ini adalah :
C6H12O6 + 12 HNO3 → 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O →12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan
mengandung pati •} 80%. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan penyaringan,
pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang dihasilkan mencapai 99 %
sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses pembuatan asam oksalat dengan metode
ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu.
Produk Asam Oksalat yang dihasilkan terdiri atas :
a. Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
b. Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Titik leleh : 187 0C.
Densitas : 1.897 g / cm3.
Panas pembakaran (ΔE) pada 25 0C : 245,61 kJ/mol.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 25 0C : 826,61 kJ/mol.
Berat molekul : 90.04 g/mol.
Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol. Asam oksalat anhydrat
menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi
karbondioksida dan asam formiat. Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam
sulfat akan menghasilkan karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer
D.F, hal.618 – 635, 1945 )
c. Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
d. Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Titik leleh :101,5°C.
Densitas : 1,653 g / cm3.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol.
Berat molekul : 126,07 g/mol.
Cp pada suhu 50°C adalah 0.385.
Cp pada suhu 100°C adalah 0.416.
Asam oksalat dan larutannya dalah korosif dan beracun. Debu asam oksalat dan kabutnya
dapat menyebabkan iritasi, khuhusnya dibawah kontak yang lama. Personel yang menangani
asam oksalat kristal dan larutannya harus menggunakan sarung tangan plastik, aprons, sepatu
boot, dan kacamata debu. Ventilasi yang cukup juga harus disediakan dalam area dimana terdapat
debu asap dari asam oksalat. NIOSH diakui sebagai alat pernapasan yang dapat dipakai ketika
konsentrasi dari asam oksalat di udara melebihi konsentrasi udara yang diijinkan dari
1mg/m3. Ingestion dari asam oksalat dan garam – garamnya dapat menyebabkan kematian.
Jika Ingestion telah terjadi, cairan larutan dari bahan kalsium atau magnesium seperti susu dari
magnesia, kalsium laktat, kalsium gluconat, dan susu harus diatur (29-30). Tindakan pencegahan
harus diambil untuk mencegah kontaminasi pada makanan karena asam oksalat. Makanan tidak
dibolehkan ada dalam ruang kerja asam oksalat, atau asam oksalat juga tidak boleh
dikirimkan adjaoent pada makanan yang mengandung zat kimia. Para pekerja yang menangani
asam oksalat harus mencuci tangan dan wajah mereka secara keseluruhan sebelum makan dan
merokok.
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam. Bentuk
yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam oksalat tersebut terdapat
baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam oksalat dalam tanaman lebih besar
daripada hewan (Noonan dan Savage, 1999).
Menurut Noonan dan Savage (1999), asam oksalat membentuk garam larut air bersama ion
Na+, K+, dan NH4+serta berikatan pula dengan Ca2+, Fe2+, dan Mg2+ menyumbangkan
mineral-mineral yang tidak tersedia pada hewan. Oksalat terdapat dalam bentuk ion oksalat
(C2O42-) pada beberapa spesies tumbuhan dari famili Goosefoot dengan cairan sel mendekati pH
6. Ion oksalat yang ditemukan biasanya dalam bentuk natrium oksalat yang dapat larut serta
kalsium oksalat dan magnesium oksalat yang tidak dapat larut. Oksalat dapat ditemukan dalam
jumlah yang relatif kecil pada banyak tumbuhan. Bahan pangan yang kaya dengan oksalat
biasanya hanya merupakan komponen minor dalam diet manusia, tetapi menjadi penting dalam
diet di beberapa wilayah di dunia. Peran oksalat pada tumbuhan antara lain sebagai perlindungan
terhadap insekta dan hewan pemakan tumbuhan melalui toksisitas dan/atau rasa yang tidak
menyenangkan, dan osmoregulasi (Ma dan Miyasaka, 1998).
Kalsium oksalat adalah persenyawaan garam antara ion kalsium dan ion oksalat. Senyawa ini
terdapat dalam bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam
asam kuat (Schumm, 1978). Secara umum terdapat lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat yang
terdapat dalam berbagai tanaman, diantaranya berbentukraphide (jarum), rectangular dan bentuk
pinsil, druse (bulat), prisma, dan rhomboid (Horner dan Wagner, 1995).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembuatan asam oksalat :
1. konsentrasi pelarut
2. suhu
3. waktu reaksi
4. volume pelarut
C. Metode Penelitian
1. Alat yang digunakan :
Alat Jumlah Kegunaan
Labu alas datar 1 Untuk
Water bath 1 Untuk memperlambat pemanasan
Thermometer 1 Mengukur suhu pemanasan
Neraca analitik 1 Menimbang masa bahan baku dan hasil
kristalisasi
Erlenmeyer 100mL 3 Untuk proses titrasi dan penampung cairan
yang disaring
Buret 1 Untuk proses titrasi
Beker gelas 2 Menampung larutan
Corong kaca 1 Untuk membantu proses penyaringan Kristal
asam oksalat
Kertas saring 1 Untuk menyaring Kristal yang terbentuk
2. Bahan yang digunakan:
Bahan Jumlah Kegunaan
Sukrosa 20,2734 g Bahan baku pembuatan asam oksalat
Asam Nitrat pekat 120 mL Untuk mengoksidasi sukrosa
Asam Sulfat 5 mL Untuk pemberi suasan asam dalam proses
titrasi penentuan kadar asam oksalat
KMnO4 10 mL Untuk proses titrasi
Aquadest 100 mL Pelarut dan pencuci

3. Penyiapan bahan baku


Menimbang bahan baku sukrosa kedalam labu datar lalu tambahkan Asam Nitrat pekat
kedalam labu datar. Setelah itu panaskan campuran tersebut diatas penangas air, bila sudah
timbul uap warna coklat angkat labu tersebut kemudian dinginkan selama 15 menit.
4. Prosedur pembuatan Asam Oksalat
a. Masukkan 20 gram sukrosa kedalam labu alas datar
b. Tambahkan 100mL larutan Asam Nitrat pekat
c. Panaskan campuran tersebut diatas penangas air
d. Bila sudah timbul uap warna coklat maka angkat labu alas datar tersebut, kemudian
dinginkan selama 15 menit
e. Tuangkan larutan kedalam beker gelas
f. Cuci labu dengan 20 mL aquadest dan campurkan air pencuci tersebut kedalam beker
gelas
g. Tambahkan 20 mL asam nitrat pekat
h. Uapkan diatas penangas air hingga volumenya 20 mL
i. Dinginkan dalam air
j. Saring Kristal-kristal yang terbentuk dengan corong Buchner
k. Murnikan Kristal yang diperoleh dengan cara melarutkan dalam air panas, dinginkan
dalam air es lalu pisahkan
l. Catat massa, bentuk, warna, bau, dan rendemen yang diperoleh
5. Analisis kualitas produk
a. Kadar Asam Oksalat
Penentuan kadar asam oksalat ini untuk menentukan konversi kemurnian asam okslat
1. Cara penentuan Asam Oksalat :
 Larutkan 0,25 gram Asam Oksalat dalam 30 mL aquadest
 Tambahkan 3 mL asam sulfat 2 N
 Panaskan hingga suhu 70 0C - 80 0C
 Dalam kondisi panas, titrasi dengan KMnO4 0,1 N sampai timbulwarna merah muda
yang permanen
D. Data Praktikum
1. Bahan mentah
 Masa sukrosa
Berat cawan + sukrosa = 52,0015 gram
Berat cawan kosong = 31,7281 gram
Berat sukrosa = 20,2734 gram
 Volume Asam Nitrat Pekat = 120 mL
2. Produk
Tidak terbentuk Kristal asam oksalat, tetapi didalam cairan ada asam oksalat terlihat dari
penentuan kadar asam oksalat
3. Penentuan kadar asam oksalat
Volume titrasi = 4,5 mL
Masa larutan asam oksalat = 0,2517 gram = 0,3 mL
E. Perhitungan
(VxN)𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 𝐵𝐸 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
g/L Asam Oksalat = (𝑉 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡+𝑉 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 )
90.03
(4,5 mL x 0,1 N) 𝑥 ( )
2
= (0,3 𝑚𝐿+30 𝑚𝐿 )

= 0,67
𝑔
𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑉 (𝐿)
𝐿
Kemurnian Asam oksalat = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
30,3
0,67 𝑥 ( )
1000
= 0,2517 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100 %

= 8,06%
F. Hasil dan Pembahasan

Bahan baku

Panaskan sampai tibul uap coklat

Dinginkan 15 menit
Tambah 20 mL aquadest pencuci labu
dan 20 mL Asam Nitrat pekat
Tuang dalam beker

Uapkan hingga 20 mL

Dinginkan

Penyaringan

Pemurnian

Penentuan kadar
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sintesis asam oksalat. Asam oksalat yang
terbentuk pada percobaan ini merupakan campuran dari gula pasir atau sukrosa dengan asam
nitrat pekat (HNO3). Reaksi pembentukkan asam oksalat ini merupakan reaksi oksidasi antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3).
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri darifruktosa
dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut kemudian dioksida dengan
menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai dengan kalor atau pemanasan sehingga
menghasilkan produk akhir yaitu berupa asam oksalat.
Campuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat akan
menyebabkan larutan menjadi berwarna coklat tua. Larutan yang telah berisi campuran antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3) yang menghasilkan larutan berwarna
coklat tua diberikan perlakuan yaitu berupa pemanasan hingga mendidih. Pemanasan hingga
mendidih larutan tersebut akan menyebabkan terbentuknya atau timbulnya uap yang berwarna
coklat yang merupakan gas NO2 (nitro). Uap atau gas NO2 (nitro) yang dihasilkan dari proses
pencampuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat tersebut memiliki
toksisitas serta bersifat karsinogenik apabila terhirup oleh saluran pernafasan. Oleh sebab itu,
proses berlangsungnya reaksi ini harusnya dilakukan di dalam lemari asam. Hal ini dimaksudkan
agar uap atau gas NO2 (nitro) yang terbentuk dapat diserap oleh lemari asam sehingga uap atau
gas NO2tersebut tidak menyebar luas ketempat yang lain.
Pada saat proses pembentukan Kristal kita tidak mendapatkan Kristal yang kita inginkan
melainkan hanya larutan yang mengandung asam oksalat. Ini disebabkan karena pada proses
pengupan yang terjadi kurang sempurna sehingga Kristal tidak terbentuk. Meskipun Kristal tidak
terbentuk tetapi didalam cairan sebenarnya terbentuk asam oksalat yang tidak bisa mengkristal.
Ini dapat dilihat dari pnentuan kadar asam oksalat dengan proses titrasi dengan KMnO4.
Dari praktikum yang kita lakukan kita mendapatkan kadar asam oksalat 8,06% yang tidak
terlalu tinggi karena proses pemanasan yang kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga

Nurbayti, Siti dan Zulfakar Tri Buana Said. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia

http://s3.amazonaws.com/ppt-download/53678527-sintesis-asam-oksalat 111111180451-
phpapp02.pdf?response-content
disposition=attachment&Signature=6X6%2B9wuZ015Q0NSvGYca14Bx%2B0%3D&Expires=1386
564177&AWSAccessKeyId=AKIAIW74DRRQSO4NIKA diakses 09 desember 2013

http://eprints.upnjatim.ac.id/4191/1/file_1.pdf diakses 09 desember 2013

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-13723-2307030084-Chapter1.pdfdiakses 09 desember
2013

Anda mungkin juga menyukai