Anda di halaman 1dari 33

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM

VIRTUAL TERHADAP KECAKAPAN SISWA KELAS

X pada MATERI LAJU REAKSI di MA DDI TOLITOLI

Megawati

A251 15 054

PROPOSAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses belajar mengajar (PBM) sangat memerlukan peran aktif guru dalam

memberikan pengetahuan bagi para peserta didiknya, sehingga menghasilkan

peserta didik yang berhasil dan siap untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Disamping itu, materi/bahan ajar yang di berikan harus

memperhatikan keadaan masyarakat setempat. Sebagaimana di atur dalam pasal 1

ayat (2) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. “Pendidikan Nasional adalah pendidiikan yang berakar pada

kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasiladan Undang-

undang Dasar 1945”

Salah satu upaya merealisasikan peraturan tersebut, PBM perlu ditata

secara terkoordinasi, terpadu, efektif, dan efesien . Belajar merupakan proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2010). Proses perubahan tingkahlaku

dari hasil belajar merupakan suatu kecakapan nyata (actual ability) atau juga

disebut prestasi belajar.

Mengingat sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penentuan

terhadap prestasi belajar siswa, maka persyaratan dan penggunaan sarana

pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran, metode, penilaian minat


siswa dan kemampuan guru. Penggunaan sarana pembelajaran dilakukan secara

efektif dan efesien dengan mengacu pada proses belajar mengajar di sekolah. Dan

sejauh pihak sekolah belum memiliki sarana pembelajaran yang memadai

dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Pada umumnya sekolah-sekolah

terutama yang berada di daerah pelosok sangat membutuhkan atau kekurangan

sarana pembelajaran yang memadai. Sementara di sisi lain pemerintah dalam hal

ini dinas pendidikan tidak berdaya dengan banyaknya pengajuan penambahan

maupun perbaikan sarana pembelajaran yang ada mengingat terbatasnya anggaran

yang tersedia .

Kimia merupakan pengetahuan yang dilandasi dengan eksperimen, dimana

perkembangan dan aplikasinya menjadi standard kerja eksperimen. Pembelajaran

kimia disekolah idealnya mengajarkan teori dan praktek laboratorium yang dapat

digunakan untuk melandasi investigasi eksperimen lebih lanjut. Praktek

laboratorium dan eksperimen dalam pembelajaran diharapkan harus dapat

membantu siswa untuk memperoleh kemampuan teknis. Namun pada

kenyataannya banyak kendala yang dialami oleh siswa yang melakukan

praktikum, khususnya di kota kecil. Praktikum membutuhkan peralatan atau pun

zat-zat. dipedesaan, materi-materi yang membutuhkan praktek tidak dilakukan

dengan praktikum atau eksperimen . hal ini karena kurangnya sarana maupun

prasarana milik sekolah untuk menunjang kegiatan praktikum tersebut. Siswa

yang melakukan percobaan kimia sering terkendala karena mahalnya peralatan

praktikum dan zat-zat yang diperlukan serta karena sulitnya mendapatkan

peralatan dan zat-zat yang dibutuhkan dalam percobaan. Kendala ini sangat sering
dialami oleh siswa apalagi siswa yang ada di sekolah-sekolah yang berada pada

daerah pedesaan.

Akibat dari kesulitan-kesulitan yang ada diharapkan para guru kimia

mampu menyajikan materi kimia lebih menarik dan kreatif sehingga anggapan

yang keliru selama ini bahwa kimia merupakan mata pelajaran sulit bagi siswa

akan hilang dari benak para siswa. Salah satu cara untuk menyajikan materi kimia

menjadi lebih menarik, guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan

pemanfaat media pembelajaran sedemikian rupa sehingga menarik minat siswa

dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

Sebagai solusi untuk mengatasi praktikum yang tidak bisa dilakukan,

sekarang ini ada suatu software yang sering di sebut dengan laboratorium virtual.

Menurut Sutrisno (2012) praktikum kimia secara virtual artinya, kita melakukan

percobaan berbantuan komputer yang telah tersedia software yang siap untuk di

operasikan sehingga seolah-olah melakukan praktikum seperti praktikum di

laboratorium yang sebenarnya. Salah satu bentuk media pembelajaran adalah

media laboratorium virtual. Lilis[3] mendefinisikan bahwa laboratorium virtual

adalah satu bentuk laboratorium dengan kegiatan pengamatan atau eksperimen

dengan menggunakan software yang dijalankan oleh sebuah komputer, semua

peralatan yang di perlukan oleh sebuah laboratorium terdapatr di dalam software

tersebut. Menurut peneliti dari Labshare, berikut ini adalah kelebihan dari lab

virtual yaitu meningkatkan dapat diaksesnyaa laboratorium, menurunkan biaya

pengwelolaan dan pemeliharaan laboratorium sebesar 50 %, meningkatkan

pembelajaran untuk mensupport pembelajaran yang lebih baik, memacu untuk


pertukaran pengetahuan, keahlian dan pengalaman, mengurangi biaya untuk

membuat laboratorium. Akan tetapi, selain banyak manfaat yang bisa dipetik dari

pemanfaatan lab virtual, ada juga beberapa kelemahannya, diantaranya adalah

kurangnya pengalaman untuk menyelesaikan masalah dan kurangnya pengalaman

untuk merangkai alat. Dengan kelebihan penggunaan laboratorium virtual di

harapakan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar

siswa.

Dari kondisi dan keadaan yang demikian penulis merasa perlu untuk

mengadakan penelitian terhadap permasalahan tersebut dengan judul

“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN VIRTUAL LABORATORIUM TERHADAP

KECAKAPAN SISWA KELAS X PADA MATERI LAJU REAKSI DI MA DDI

TOLITOLI”
1.2 Rumusan Masalah

Apakah penggunaan laboratorium virtual dapat meningkatkan kecakapan

siswa pada materi laju reaksi kelas X di MA DDI TOLITOLI?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh efektivitas penggunaan

laboratorium virtual pada materi laju reaksi kelas X di MA DDI TOLITOLI

1.4 Kegunaan Penelitian atau Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

Sebagai bahan masukan dalam memilih model pembelajaran maupun

metode pembelajaran,agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif

dan mencapai kualitas hasil belajar yang baik.

2. Bagi siswa

Dapat memberikan motivasi, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat

mengembangkan kemampuan berfikir siswa

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan serta sebagai pedoman yang

dapat diterapkan ketika menjadi tenaga pengajar

4. Bagi sekolah

Menjadi alternatif kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain

supaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa


BAB II

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang di lakukan oleh Hermansyah, Gunawan, Lovy Herayanti

program studi pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram mengenai Pengaruh

Penggunaan Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Getaran dan Gelombang kelas VIII SMPN 1

Alas Barat tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

dapat dijelaskan bahwa proses belajar mengajar fisika materi pokok getaqran dan

gelombang dengan menggunakan laboratorium virtual dapat merangsang siswa

untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Suasa kelas menjadi

lebih hidup dan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran,

karena siswa dapat ,mengembangkan kreatifitas siswa masing-masing.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendra Jaya

program studi pend. Teknik Elektronika FT Universitas Negeri Makassar tentang

Pengembangan Laboratorium Virtual untuk Kegiatan Praktikum dan

Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK, diperoleh hasil bahwa laboratorium

virtual dapat mendukung kegiatan praktikum di laboratorium yang bersifat

interaktif, dinamis, animatif, dan berlingkungan virtual sehingga tidak

membosankan dan dapat mendukung keinginan pengguna untuk mempelajari dan

memahami materi pelajaran produktif di SMK. Laboratorium virtual dapat

meningkatkan kompetensi siswa SMK dari segi kognitif (minds-on), dan


psikomotorik. Laboratorium virtual dapat memfasilitasi pendidikan karakter siswa

SMK.

Penelitian selanjutnya dari Ratih Rizqi Nirwana mengenai Pemanfaatan

Laboratorium Virtual dan E-Reference dalam Proses Pembelajaran dan Penelitian

Ilmu Kimia, diperoleh bahwa adanya laboratorium virtual dan e-reference

memudahkan pembelajaran siswa, melalui keduannya, proses pembelajaran akan

semakin dah dan semakin murah.

Penelitian lainnya dari Zainal Abidin Suarja prodi pendidikan Biologi,

STKIP Bina Bangsa Meulaboh mengenai Penggunaan Laboratorium Virtual pada

Pembelajaran Biologi di SMA Kota Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa (1) pembelajaran berbasis vitual lab dapat meningkatkan

penguasaan konsep siswa pada pembelajaran biologi, (2) metode pembelajaran

virtual lab dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi keterbatasan peralatan

praktikum, (3) siswa memberikan respon baik terhadap pembelajaran berbasis

virtual lab.

penelitian juga di lakukan oleh Dewi Purwati1, Ahmad Yani2, Abd.Haris3

Universitas Muhammadiyah Makassar1), Universitas Negeri Makssar2), 3)


di

peroleh hasil penelitian yaitu hasil belajar siswa sebelum diajar menggunakan

media laboratorium virtual rata-rata sebesar 6,80, hasil belajar siswa setelah diajar

menggunakan media laboratorium virtual rata-rata sebesar 10,77, dan peningkatan

hasil belajar fisika setelah diajar menggunakan pembelajaran media laboratorium


virtual dalam kategori sedang pada peserta didik kelas X.MIA 3 SMA Negeri 2

Sengkang tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian diatas dapat terlihat bahwa pembelajaran dengan media

laboratorium virtual dapat meningkatkan konsep dan aktivitas belajar siswa.

Dengan keberhasilan penelitian yang dilakukan sebelumnya penyusun berharap

ada pengaruh penggunaan laboratorium virtual pada materi laju reaksi.

2.1.2 Penggunaan Virtual Lab

Salah satu bentuk media pembelajaran adalah media laboratorium virtual.

Lilis[3] mendefinisikan bahwa laboratorium virtual adalah satu bentuk

laboratorium dengan kegiatan pengamatan atau eksperimen dengan menggunakan

software yang dijalankan oleh sebuah komputer, semua peralatan yang di perlukan

oleh sebuah laboratorium terdapatr di dalam software tersebut.

Laboratorium Virtual bermula dari sebuah proyek yang bernama “Essays

and Resources on the Experimentalization of Life (1830-1930) yang berlokasi

di Max Planck Institute for the History of Science. Proyek ini bertujuan untuk

meneliti sejarah tentang experimentalization of life. Istilah experimentalization

menjelaskan interaksi antara ilmu kehidupan, seni, arsitektur, media dan teknologi

dalam paradigma eksperimen.

Menurut Ensiklopedia Online Gunadharma, istilah laboratorium virtual,

kini tidak hanya mengacu pada the virtual laboratory (Journal). Akan tetapi ini

telah menjadi istilah yang menggambarkan proses pembelajaran eletronik dengan

menggunakan simulasi komputer. Laboratorium virtual merupakan media yang


digunakan untuk membantu memahami suatu pokok bahasan dan dapat mensolusi

keterbatasan atau ketiadaan perangkat laboratorium.

Melalui laboratorium vitual, simulasi suatu kondisi yang kompleks, terlalu

mahal atau berbahaya, yang kadang tidak dapat dilakukan pada kondisi rill,

menjadi dapat dilakukan. Secara finacial, membangun sebuah laboratorium virtual

juga relatif sangat terjangkau. Laboratorium berbasis komputer ini memungkinkan

para siswa atau mahasiswa dapat melakukan praktikum atau ekperimen seolah

menghadapi fenomena atau set peralatan laboratorium nyata. Beberapa

laboratorium virtual kimia online adalah www.modelscience.com,

www.chemcollectife.org,oxford9www.chem.ox.ac.uk/vrchemistry), dll.

2.1.3 Kecakapan Siswa

Menurut Tim Broad-Based Education (2002,9), kecakapan hidup adalah

kecakapan yang dimiliki seseorang untuk dapat menghadapi problema hidup dan

kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari

serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Salah satu

kecakapan hidup adalah kecakapan akademik (academic skills).

Kecakapan akademik (academic skills) sering kali juga disebut sebagai

kemampuan berpikir ilmiah. Kecakapan akademik mencakup antara lain

kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubunganya pada

suatu fenomena tertentu (identifyimg variables and describing relationship among

them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing

hypotheses), serta merancang dan melaksankan penelitian untuk membuktikan


suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research)

(Anwar,2004).

2.1.4 Laju Reaksi

Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan

waktu (Dogra,1984). Berkurangnya konsentrasi. Satuan laju reaksi adalah M.s-1

atau mol.L-1.s-1. Untuk reaksi: pA + qB mC + nD.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :

1) Konsentrasi

Semakin besar konsentrasi pereaksi, laju reaksi akan bertambah cepat.

2) Luas Permukaan Sentuh

Semakin besar luas permukaan sentuh, semakin cepat reaksi berlangsun.

3) Suhu

Reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.

4) Katalis

Katalis adalah pembelaqjaran yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi

zat itu tidak mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi atau tidak

dihabiskan). Ada dua jenis katalis, yaitu :

 Katalis homogen, merupakan katalis yang memiliki fase sama dengan pereaksi.

Misal gas NO sebagai katalis pada penguraian gas ozon (O3)


 Katalis heterogen, merupakan katalis yangmemiliki fase tidak sama dengan

pereaksi. Misal serbuk V2O5 pada proses kontak pembuatan asam sulfat.

Persamaan laju reaksi

 Persamaan laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan hubungan

kuantitatif antara konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi.

 Untuk reaksi aA + bB cC + dD, persamaan laju reaksi dapat ditulis

sebagai berikut :

V = k [A]x[B]y

dengan : v

v = laju reaksi (M s-1

k = tetapan laju reaksi

[A], [B] = konsentrasi pereaksi A dan B

x dan y = orde reaksi terhadap A dan B

x dan y dapat berbeda nilainya dengan koefisien reaksi.

Teori tumbukan

 Menurut teori tumbukan, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan

antar partikel yang bereaksi.

 Hanya tumbukan yang memiliki energi cukup serta arah yang tepat yang

dapat menghasilkan reaksi. Tumbukan yang menghasilkan reaksi yang

menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif.

 Energi minimum yang diperlukan agar suatu tumbukan antarpartikel dapat

menghasilkan reaksi disebut energi pengaktifan (energi aktivasi).


 Teori tumbukan tersebut akhirnya diperbaiki oleh teori keadaan transisi.

Menurut teori keadaan transisi, terdapat suatu keadaan yang harus dilewati

oleh molekul-molekul yang bereaksi menuju ke keadaan akhir. Keadaan

tersebut disebut keadaan transisi.

2.2 Kerangka Berpikir

Masih banyak siswa menganggap bahwa mata pelajaran kimia

menakutkan dan membosankan, akibanya tidak sedikit siswa yang kurang

banhkan tidak tertarik dalam memahami dan menguasai konsep-konsep dasar

pada materi kimia. Akibat dari kesulitan-kesulitan yang ada diharapkan para guru

kimia mampu menyajikan materi kimia lebih menarik dan kreatif sehingga

anggapan yang keliru selama ini bahwa kimia merupakan mata pelajaran sulit bagi

siswa akan hilang dari benak para siswa. Salah satu cara untuk menyajikan materi

kimia menjadi lebih menarik guru harus memiliki kemampuan untuk

mengembangkan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga

menarik minat siswa dan tujuan pembelajaran dapat di capai dengan baik.

Kimia merupakan pengetahuan yang dilandasi dengan eksperimen,

dimana perkembangan dan aplikasinya menjadi standar kerja eksperimen.

Pembelajaran kimia di sekolah idealnya mengajarkan teori dan praktek

laboratorium yang dapat di gunakan untuk melandasi investigasi eksperimen lebih

lanjut. Praktek laboratorium dan eksperimen dalam pembelajaran diharapkan

harus dapat membantu siswa untuk memperoleh kemampuan teknis.

Laju reaksi merupakaan pokok bahasan dalam kimia yang mencakup teori

dan praktik. Materi laju reaksi ini sangat bermanfaat untuk dipelajari karena erat
hubungannya dengan persoalan sehari-hari, seperti penggunaan katalis dalam

industri kimia. Materi laju reaksi merupakan salah satu materi kimia yang sangat

penting untuk di lakukan percobaan praktikum di laboratorium kimia.

Banyak kendala yang di alami oleh siswa yang melakukan praktikum,

khususnya di kota kecil. Praktikum membutuhkan penggunaan peralatan ataupun

zat-zat, di pedesaan materi laju reaksi tidak di lakukan dengan praktikum atau

eksperimen. Hal ini karena kurangnya sarana maupun prasarana milik sekolah

untuk menunjang kegiatan praktikum tersebut. Siswa yang melakukan percobaan

kimia sering terkendala karena mahalnya peralatan praktikum dan zat-zat yang di

perlukan serta karena sulitnya mendapatkan peralatan praktikum dan zat-zat yang

di perlukan dalam percobaan. Kendala ini sangat sering di alami oleh siswa

apalagi siswa yang ada di sekolah-sekolah yangt berada pada daerah pedesaan.

Materi laju reaksi terdapat sub pokok materi tentang teori tumbukan yang

bersifat abstrak untuk di pelajari, sehingga di perlukan media laboratorium virtual.

laboratorium virtual adalah satu bentuk laboratorium dengan kegiatan pengamatan

atau eksperimen dengan menggunakan software yang dijalankan oleh sebuah

komputer, semua peralatan yang di perlukan oleh sebuah laboratorium terdapatr di

dalam software tersebut. Melalui laboratorium vitual, simulasi suatu kondisi yang

kompleks, terlalu mahal atau berbahaya, yang kadang tidak dapat dilakukan pada

kondisi rill, menjadi dapat dilakukan. Adanya laboratorium virtual di harapakan

dapat memberikan kontribusi yang positif terdapat prestasi belajar siswa.


2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah, berdasarkan penelitian yang relevan

penggunaan laboratorium virtual dapat meningkatkan kecakapan siswa terhadap

materi laju reaksi di SMA Negeri 1 Tolitoli.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen. Metode

eksperimen adalah metode penelitian dengan memberikan perlakuan tertentu pada

sampel penelitian. Menurut Solso & MacLin (2012), penelitian eksperimen adalah

suatu penelitian yang didalamanya di temukan minimal suatu variabel yang

dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh larena itu,

penelitian eksperimen erat kaitannya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka

mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok

yang dikenakan perlakuan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh efektivitas penggunaan

laboratorium virtual pada mata pelajaran Laju Reaksi. Bentuk penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design yang bertujuan

untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari

adanya perlakuan terttentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya

percobaan atau trial. Percobaan ini berupa perlakuan atau intervensi terhadap

suatu variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau

pengaruh terhadap variabel yang lain.

Eksperimen kuasi adalah eksperimen yang memiliki perlakuan

(treatments), pengukuran- pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit

eksperimen (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara


acak. Pada penelotian lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperimen

semu (kuasi eksperimen). Desain tidak mempunyai pembatasan yang ketat

terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-

ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau

tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya.

Penelitian Quasi Experimental adalah untuk memperoleh informasi yang

merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen

yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol

atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Bentuk penelitian ini dipilih

karena objek penelitian ini adalah siswa, sehingga tidak mungkin untuk membuat

kondisi objek sama, artinya ada variabel yang kondisinya tidak mungkin dibuat

sama, diantaranya tingkat kecerdasan siswa, keadaan sosial ekonomi, dan

motivasi belajar siswa.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen dengan model

pendekatan one group pretest and post-test. Dikatakan pre-eksperimen karena

penelitian hanya dilakukan pada satu kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol

(pembanding). Rancangan pre-eksperimen berupaya untuk mengungkapkan

hubungan sebab-akibat hanya dengan melibatkan suatu kelompok subyek,

sehingga tidak ada kontrol yang ketat terhadap variabel ekstra (Sukardi, 2003).

Desain pre-eksperimen dengan model pendekatan one group pretest and post-test

memiliki pola sebagai berikut:


Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Post-Test

O1 X O2

Keterangan:

O1: Pre-test

X : Treatment (Pembelajaran Remedial Menggunakan Lab Virtual)

O2: Post-test

Pengaruh diklat terhadap prestasi belajar siswa = (O1 – O2)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MA DDI di Kabupaten Tolitoli.

Peneliti memilih sekolah tersebut karena tidak tersediannya sarana dan prasarana

yang mendukung khususnya laboratorium sehingga mendukung penggunaan

laboratorium virtual dalam pembelajaran kimia berbasis experimen.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2018/2019.

Waktu penelitian menyesuaikan dengan waktu penyampaian pelajaran subpokok

materi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yakni antara bulan agustus –

september 2018.

3.4 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini variabel yang digunakan ada dua macam variabel

yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel Independen

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2017).

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan laboratorium virtual

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecakapan siswa pada materi laju

reaksi.

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.5.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian

ini yaitu seluruh siswa kelas X IPA di MA DDI Tolitoli yang terdaftar pada tahun

ajaran 2018/2019 sebanyak 40 siswa.

3.5.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017) sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi, peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari suatu populasi.


Berdasarkan urauan di atas, maka sampel dalam penelitian ini yaitu siswa

kelas X IPA 1 yang berjumlah 40 orang, dimana jumlah siswa perempuan 28

orang dan siswa laki-laki 12 orang.

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara Simple

Random Sampling. Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel secara acak

atau tanpa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hal ini telah sesuai

dengan pernyataan (Sugiarto, 2017) tehnik ini dikatan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara ini digunakan apabila

sampel dianggap homogen.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data

primer yang diperoleh dari hasil prepost dan posttest. Menurut Sugiyono (2017)

sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sehingga dalam penelitian ini data yang diperoleh dari prepost

posttes secara langsung yang dilakukan terhadap sampel pada materi laju reaksi.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2017). Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh


bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat

dipercaya. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian dapat digunakan

berbagai macam metode, dan antaranya adalah dengan angket, observasi,

wawancara, tes dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh

data peneliti menggunakan jenis metode tes.

3.8 Instrument Penelitian

Menurut Sugiyono (2011) dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen

penelitian berkenaan dengan validitas dengan realibitas instrumen dan kualitas

pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test,

pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.

1) Pedoman Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau

cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2012). Melalui observasi dapat

diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya,

tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya,

kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya (Sudjana, 2011).

Dalam penelitian ini pedoman observasi berisi kegiatan siswa selama proses

pembelajaran dengan metode praktikum menggunakan kit praktikum kimia skala

kecil untuk mendapatkan data hasil belajar afektif siswa. Dalam penelitian ini

pedoman observasi diisi oleh peneliti sendiri sebagai observer. Hal ini dilakukan

agar penelitian terhadap ranah afektif dalam penelitian ini dapat dilakukan sendiri
oleh para guru di sekolah yang ingin melakukan penilaian terhadap ranah afektif

siswa, karena dalam praktiknya para guru di sekolah menilai sendiri semua

penilaian hasil belajar siswa tanpa bantuan observer lain.

2) Tes Tertulis

Tes tertulis yang digunakan untuk pretest dan post-test digunakan untuk

mengukur penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi sebelum dan setelah

pembelajaran menggunakan lab Virtual. Soal pada pretest dan posttest berupa soal

uraian dan mempunyai bentuk dan isi yang sama.

3.9 Teknik analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Statistik

inferensial terdapat statistik parametris dan non parametris. Penggunaan statistik

parametris dan non parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang aka

dianalisis (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan statistik non

parametris, sehingga tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data

yang akan dianalisis tidak harus terdistribusi normal.

3.9.1 Analisis Instrumen

1) Pengolahan data hasil observasi

Untuk instrumen pedoman observasi, pengolahan data dilakukan dengan

memberikan nilai untuk setiap aspek afektif siswa sesuai dengan rubrik penilaian
yang telah ditentukan, kemudian merubah nilai yang diperoleh ke dalam nilai

presentase menggunakan rumus :

∑ nilai yang di peroleh

Skor = x 100 %

∑ nilai maksimal

Setelah mendapat nilai presentase skor selanjutnya nilai presentase skor tersebut

ditafsirkan ke dalam skala kategori seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Skala Kategori Sikap

Nilai (%) Kategori

81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 kurang

<21 Sangat kurang

(Arikunto, 2008)

2) Soal Tes Tertulis

Pemberian skor pretest dan post-test diolah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menghitung skor mentah pada keseluruhan jawaban tes tertulis (pretest dan

post-test) sesuai dengan rubrik penilaian yang telah dibuat. Rubrik penilaian

jawaban tes tertulis ada pada Lampiran B.3.


2) Merubah skor tes tertulis (pretest dan post-test) siswa ke dalam bentuk

persentase.

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎ℎ
Persentase Skor Siswa = ∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100 %

3) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok rendah, kelompok sedang, dan

kelompok tinggi berdaskan skor tes tertulis (pretest dan post-test). Kelompok

tinggi = Skor tes > rata-rata skor tes + standar deviasi Kelompok sedang =

Rata-rata skor tes + standar deviasi > skor tes > rata-rata skor tes – standar

deviasi Kelompok rendah = Skor tes < rata-rata skor tes – standar deviasi

4) Menentukan persentase skor rata-rata untuk setiap kelompok dengan rumus

berikut:

∑ skor tiap kelompok


% Rata-Rata Skor Tiap Kelompok= ∑ siswa tiap kelompok × 100 %

5) Menghitung gain aktual setiap butir soal pada tes tertulis (pretest dan post-test).

Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor post-test. Secara matematis

dapat dituliskan sebagai berikut: G = skor post-test – skor pretest.

6) Menginterpretasikan persentase nilai gain aktual berdasarkan

kriteria pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep

Nilai (%) Kriteria

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang

(Arikunto, 2009)

7) Menghitung persentase siswa berdasarkan ketercapaian KKM yang ditentukan

sekolah.

8) Menghitung rata-rata gain aktual post-test.

9) Menghitung N-Gain atau gain ternormalisasi penguasaan konsep siswa pada

setiap butir soal. N-Gain atau gain ternormalisasi merupakan perbandingan

antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat

diperoleh. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

𝑇𝑓−𝑇𝑖
<g>=
𝑆𝐼−𝑇𝑖

Keterangan:

<g> = N-Gain

Tf = Skor post-test

Ti = Skor pretest

SI = Skor Ideal (Skor Maksimum)

10) Mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria tingkat pencapaian NGain

11) Menghitung rata-rata N-Gain dan distribusi siswa setiap kelompok

berdasarkan kriteria tingkat pencapaian N-Gain.

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Pencapaian N-Gain

Kriteria Gain Ternormalisasi

Tinggi (n-gain) > 0.7

Sedang 0.3 > (n-gain) > 0.7


Rendah (n-gain) < 0.3

12) Mengelompokkan butir soal berdasarkan indikator pembelajaran.

13) Menganalisis persentase jawaban benar siswa untuk setiap butir soal pada

hasil post-test.

14) Mengolah data secara statistik untuk menguji signifikansi pengaruh Lab

Virtual dalam pembelajaran remedial terhadap peningkatan penguasaan

konsep siswa materi laju reaksi dari data pretest dan post-test secara

keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 22.0, dengan tahapan

sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan bagain pendahuluan yang penting dalam

menganalisis data. Hasil uji normalitas ini berhubungan dengan jenis statistik

yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat

normal atau tidaknya suatu data. Bila data yang diperoleh terdistribusi normal,

maka analisis statistik selanjutnya menggunakan analisis statistik parametrik.

Sedangkan bila tidak terdistribusi normal, maka digunakan analisis statistik

nonparametrik. Karena sampel < 50, maka uji normalitas menggunakan uji

Shapiro-Wilk dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya

adalah :

 Jika nilai (Sig.) ≥ 0,05 maka nilai pretest dan post-test berasal

dari populasi yang berdistribusi normal

 Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka nilai pretest dan post-test berasal
dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

b. Uji Wilcoxon Signed Rank

Uji bertanda Wilcoxon adalah suatu pengujian yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua sampel dependen yang

berpasangan atau berkaitan, menguji komparasi antar dua pengamatan sebelum

dan sesudah (before and after design), mengetahui efektivitas suatu perlakuan,

serta digunakan sebagai alternatif pengganti uji Paired Sample T-Test jika data

tidak berdistribusi normal. Uji Wilcoxon dengan pedoman penafsiran sebagai

berikut.

Hipotesis Sementara:

Ho : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest dan post-test.

H1 : Terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest dan posttest.

Pedoman pengambilan keputusan dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( =

0,05) maka kriteria pengujiannya adalah:

 Jika nilai (Sig.) ≥ 0,05 maka tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai

pretest dan post-test.

Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest

dan post-test.

15) Menentukan konsep-konsep yang sulit dipahami siswa berdasarkan persentase

jawaban benar yang masih di bawah KKM baik KKM yang ditentukan

sekolah maupun KKM yang ditentukan kurikulum.

3.9.2 Analisis Data Penelitian


Data hasil penelitian diolah/dianalisis dengan menggunakan metode

analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

3.9.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan

pencapaian masing-masing variabel dengan menentukan hubungan nilai preetes

dan posttes pada kedua kelas sampel dengan menggunakan uji N-gain dengan

persamaan sebagai berikut:

Kategori :

g-tinggi = nilai g ≥ 0,70

g-sedang = nilai 0,30 ≤ g ≤ 0,70

g-rendah = nilai g < 0,30

3.9.2.2 Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial untuk menguji hipotesis yang selanjutnya

menarik kesimpulan tentang hasil belajar yang diperoleh siswa dengan

menerapkan model model pembelajaran kolaboratif dengan teknik talking chips

dengan menggunakan uji-t dua pihak dengan uji prasyarat sebagai berikut:

 Analisis Pengujian Homogenitas

Menentukan homogenitas kedua kelas yang diambil sebagai sampel

digunakan uji F (kesaman dua varians) dengan rumus sebagai Berikut:


Varians terbesar
Fhitung =
Varian terkecil
Nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel yang dilihat denga melihat

pada db pembilang = n – 1, db penyebut = n – 1 dengan α = 0,05.

Kriteria pengujian:

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka data dikatakan tidak homogen,

Jika F hitung ≤ F tabel maka data dikatakan homogen

(Riduwan, 2012).

 Analisis Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah sampel

yang diambil mempunyai kesesuaian dengan populasi. Pengujian ini

dilakuakn dengan menggunakan uji Chi-kuadrat(2)

Uji Chi kuadrat:

2  
(Oi  Ei )
E i

Keterangan : Oi = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi yang diharapkan

k = banyak interval kelas

2 = chi kuadrat

Kriteria pengujian pada derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf

nyata α = 0,05. Apabila χ2hitung ≤ χ2 (1-α) (k – 3) maka data berdistribusi

normal (Purwanto, 2011).

 Uji Hipotesis
Pengukuran hipotesis digunakan untuk melihat seberapa jauh hipotesis

yang telah dirumuskan didukung oleh data yang dikumpulkan. Pengujian

kebenaran hipotesis dilakukan dengan menggunakan tekhnik statistik. Adapun

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak adanya efektivitas penggunaan lab Virtual terhadap kecakapan

siswa

Ha : Adanya efektivitas penggunaan Lab Virtual terhadap hasil belajar siswa.

Hipotesis matematisnya adalah :

Ho : ml = m2

Ha : ml ≠ m2

Dimana:

ml = Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen.

m2 = Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol.

Pengujian hipotesis hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan

non elektrolit di kelas X MIA SMA Negeri 3 Palu dilakukan menggunakan uji t

dua pihak dengan asumsi n1  n 2 dan varian homogen dan dk = n1 + n 2  2

(Sugiyono, 2011).

X1  X 2
t=
(n1  n 2 )S12  (n 2  1)S22  1 1 
  
n1  n 2  2  n1 n 2 

X1 = Skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen.

X2 = Skor rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

S12 = Varians kelas eksperimen.

S22 = Varians kelas kontrol.


n1 = Banyaknya sampel kelas eksperimen.

n2 = Banyaknya sampel kelas kontrol.

Derajat kebebasannya yaitu db = n1 + n2 – 2 dan kriteria pengujiannya

dilakukan pada taraf signifikansi  = 0,05. Jika –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak (Riduwan, 2010).

3.10 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, penjelasan

dari tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan Penelitian

a) Melakukan pemilihan materi Kimia kelas XI semester 1 yang akan di jadikan

materi praktikum dengan kimia skala kecil pada penelitian ini, materi yang

dipilih yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

b) Pembuatan instrumen penelitian yang berupa pedoman observasi dan

tes tertulis

c) Validasi instrumen penelitian.

d) Perbaikan instrumen penelitian.

e) Penetapan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data

penelitian.

f) Revisi terhadap penuntun praktikum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

laju reaksi yang terdapat dalam kit praktikum kimia skala kecil (Lampiran A.2)

g) Melaksanakan ujicoba penuntun dan kit praktikum yang akan digunakan dalam

penelitian.
h) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP (Lampiran A.1) yang

akan digunakan saat pelaksanaan penelitian.

2) Tahap Pelaksanaan Penelitian

a) melakukan tes awal sebelum menggunakan virtual laboratorium

b) Melaksanakan kegiatan praktikum kimia skala kecil tentang Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Laju Reaksi menggunakan laboratorium virtual.

b) Mengisi pedoman observasi oleh peneliti selaku guru selama proses

praktikum kimia skala kecil berlangsung.

c) melakukan tes akhir setelah menggunakan laboratorium virtual.

3) Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

a) Mengumpulkan instrumen penelitian berupa pedoman observasi dan

tes tulis yang telah diisi.

b) Melakukan analisis data yang didapat dari instrumen yang telah diisi.

4) Tahap Penarikan Kesimpulan

Setelah semua tahap dilakukan dan diperoleh data penelitian yang sudah

dianalisis, selanjutnya langkah terakhir adalah di lakukan penarikan kesimpulan

terhadap analisis data yang didapat.

3.11 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran istilah-istilah yang terdapat

dalam penelitian ini, maka diberikan definisi operasional dari istilah-istilah

sebagai berikut
1. Kontribusi adalah mempunyai andil, mempunyai sumbangan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2008)

2. Praktikum kimia skala kecil merupakan praktikum kimia yang menggunakan

bahan yang lebih sedikit dan alat yang lebih kecil dari pada alat dan bahan

yang biasa digunakan dalam praktikum kimia biasa dengan skala makro

(Bhanumati, dalam Mafumiko 2008).

3. Ranah afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai-nilai yang

ditanamkan melalui proses belajar-mengajar (Firman, 2000).

4. Laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadapwaktu

(M/s) (Chang, R. 2003).

Anda mungkin juga menyukai