BAB I
PENDAHULUAN
sebagaimana telah diubah dari UU Nomor 23 tahun 2014, menjadi tonggak awal
dari otonomi daerah. Dengan pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota,
karena itu sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik sangat diperlukan
Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan
pemerintah daerah selaku pengguna anggaran, dan pengguna barang yang juga
keuangan SKPKD, oleh sebab itu di setiap SKPD harus menyusun laporan
dasar bagi penilaian kinerja pemerintah itu sendiri maupun oleh pihak-pihak yang
indikator, misalnya penyusunan APBD yang tepat waktu, PAD, rendahnya SiLPA,
tepat waktu serta indikator pokok keberhasilan adalah peningkatan kualitas Opini
Dalam situasi tertentu akuntansi menjadi salah satu kendala teknis bagi
yang dihadapi oleh pemerintah daerah salah satunya adalah tentang akuntansi.
besarnya dana yang dikelola oleh pemerintah, semakin besar pula tuntutan
keuangan suatu institusi dapat berjalan dengan baik, bila terdapat mekanisme
keuangan daerah.
4
Kinerja pemerintah daerah memiliki arti yang sangat penting bukan saja bagi
dana, tetapi juga penting bagi Pemerintah Daerah sendiri selaku Eksekutif,
terlebih-lebih bagi DPRD yang secara fungsional memiliki tanggung jawab atas
2015).
Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran
pendapatan dan Belanja Daerah atau bersal dari perolehan lainnya yang sah.
Usaha dalam mengelola aset milik daerah secara akuntabel dan akurat
memerlukan komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran, mulai dari tingkat SKPD
sampai dengan tinggat Kepala Daerah agar seluruh aset milik daerah dapat
selaku pengelola aset milik daerah wajib melakukan pengamanan atas aset milk
hukum.
karena penghapusan atau mungkin ada yang digelapkan. Perubahan aset ini
daerah terhadap kinerja SKPD yang dilakukan oleh Tuasikal (2007) menunjukkan
terhadap kinerja SKPD yang dilakukan oleh Ratih (2012) menunjukkan hasil
keuangan daerah dan pengelolaan aset milik daerah terhadap kinerja SKPD
daerah terhadap kinerja pengelola keuangan daerah yang dilakukabn oleh aprilia
keuangan daerah.
(tiga) variabel independen dan 1 (satu) variabel dependen. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Ratih (2012) salah satu variabel independen yang digunakan
Hal ini telah berlangsung sejak lama, dan itu membuktikan bahwa pengawasan
telah memperoleh opini wajar tanpa pengecualian 4 kali berturut-turut pada tahun
2010, 2011, 2012 dan 2013 serta pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten
tidak mempunyai manajerial yang baik dan tidak bisa mewujudkan transparansi
Pada era otonomi daerah saat ini seharusnya kebijakan yang memberikan
(WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian informasi dalam laporan
8
keuangan bebas dari salah saji material. Artinya, dengan pemerolehan opini
adanya temuan yang material, temuan tersebut bisa terdapat di belanja barang
dan jasa, belanja perjalan dinas atau bahkan ditemukannya bukti-bukti palsu