Anda di halaman 1dari 27

TERAPI OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL ALIRAN TINGGI

Muhammad Marfaisal, Ahmad Safari Samud

A. Pendahuluan

Tujuan dari bantuan pernapasan adalah untuk mempertahankan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. Dalam hal ini, memastikan ventilasi

alveolar yang memadai sangat penting untuk mengeluarkan karbon

dioksida yang diproduksi dalam tubuh manusia. Saat ini, untuk

memastikan ventilasi alveolar yang memadai, ventilasi menit dimanipulasi

selama dukungan ventilator invasif atau noninvasif. Untuk pasien dengan

eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), ventilasi

noninvasif (NIV) telah menjadi modalitas primer yang lebih disukai untuk

dukungan pernapasan karena meningkatkan volume pasang surut inspirasi

(VT) dan mempertahankan ventilasi alveolar yang adekuat. Karena

toleransi topeng yang buruk, bagaimanapun, NIV terkadang tidak dapat

diterapkan.

High Flow Nasal Oxygen Therapy atau biasa disebut (HFNOT)

telah mendapatkan perhatian sebagai sarana alternatif dukungan

pernapasan untuk pasien sakit kritis. Peralatan terdiri dari blender

udara/oksigen, humidifier panas aktif, sirkuit pemanas tunggal, dan nasal

kanul. Pada blender udara/oksigen, fraksi inspirasi oksigen (FIO2) diatur

dari 0,21 hingga 1,0 dalam aliran hingga 60 L / menit. Gas dipanaskan dan

dilembabkan dengan humidifier aktif dan dikirim melalui sirkuit yang

dipanaskan. 1

1
Terapi oksigen nasal aliran tinggi (HFNOT) semakin banyak

digunakan sebagai bagian dari manajemen perawatan darurat pada

perawatan pasien kritis. Gagal napas menyulitkan pasien dan modalitas

pengobatan yang saat ini digunakan mungkin berhubungan dengan

ketidaknyamanan akibat keringnya saluran napas bagian atas, pemasangan

sungkup muka yang ketat, dan mengakibatkan komplikasi seperti

kerusakan kulit. Ventilasi invasif juga dikaitkan dengan sejumlah

komplikasi termasuk pneumonia terkait ventilator.

Pemberian oksigen tambahan telah menjadi terapi lini pertama

untuk pasien hipoksemia. Oksigen umumnya diberikan melalui masker

wajah dan nasal kanul. Beberapa kelemahan terkait dengan perangkat ini,

yang dapat membatasi efektivitas dan toleransi pengiriman oksigen.

Biasanya, oksigen tidak dilembabkan pada aliran rendah, dan keluhan,

terutama hidung kering, tenggorokan kering, dan nyeri hidung, sering

terjadi. Pelembab gelembung biasanya digunakan untuk pelembab udara

yang dikirim ke pasien yang bernapas secara spontan, tetapi ketika

kelembaban absolut rendah, pasien masih mengeluh ketidaknyamanan.

Pemanasan dan humidifikasi yang tidak memadai menyebabkan toleransi

yang buruk terhadap terapi oksigen. 1

Menggunakan perangkat konvensional, aliran oksigen dibatasi

hingga tidak lebih dari 15 L/menit. Sementara itu, aliran inspirasi pasien

dengan kegagalan pernafasan sangat bervariasi dalam kisaran dari 30

hingga lebih dari 100 L/menit. Perbedaan antara aliran inspirasi pasien dan

2
aliran yang dikirim sangat besar, dan sebagai hasilnya, FIO2 tidak tetap

dan sering lebih rendah dari yang diharapkan. Sebagai alternatif untuk

pengiriman oksigen konvensional untuk pasien hipoksemia, terapi oksigen

HFNOT telah menerima lebih banyak perhatian.1

B. Definisi

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen pada konsentrasi yang

lebih tinggi dari udara bebas untuk mencegah terjadinya hipoksemia dan

hipoksia yang akan mengakibatkan terjadinya kematian sel.2

Terapi oksigen nasal aliran tinggi semakin banyak digunakan

sebagai bagian dari manajemen perawatan gagal napas berbasiskan kedua

dan kritis. Kegagalan pernafasan menyulitkan pasien dan modalitas

pengobatan yang saat ini digunakan mungkin berhubungan dengan

ketidaknyamanan dari pengeringan saluran napas bagian atas, fasad yang

ketat, dan komplikasi yang timbul seperti kerusakan kulit. Ventilasi invasif

juga dikaitkan dengan sejumlah komplikasi termasuk pneumonia terkait

ventilator.3

Suplementasi oksigen adalah terapi kunci dalam anestesi dan

perawatan intensif, tetapi bukti terbaru menunjukkan efek yang

merugikan.4

3
C. Epidemiologi

Oksigen adalah terapi yang paling banyak digunakan dalam

anestesi dan perawatan di rumah sakit secara umum. Lebih dari 15%

rumah sakit di Inggris telah memberikan HFNOT sebagai terapi pada

pasien yang di rawat inap. Sangat sedikit pasien yang menerima anestesi

umum atau dirawat intensive care unit tanpa menerima oksigen dan

diperkirakan ada lebih dari 1,5 juta prosedur bedah utama yang

memerlukan anestesi setiap tahun di UK dan lebih dari 235.000 perawatan

pasien kritis menggunakan HFNOT. Selain itu, sebagian besar pasien

dengan penyakit paru akut (2,5 juta rawat inap rumah sakit per tahun di

Inggris) atau penyakit jantung (50.000 pasien per tahun di Inggris) akan

diberikan oksigen pada setiap saat selama dirawat inap rumah sakit. Lebih

dari sepertiga pasien dibawa ke rumah sakit dengan ambulans diberikan

oksigen. 5

Sebagian besar data yang tersedia dari teknik ini telah

dipublikasikan di bidang neonatal di mana semakin banyak digunakan.

HFNOT dianggap memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan sistem

pengiriman oksigen konvensional, menghasilkan efek fisiologis yang lebih

baik. Saat ini, penggunaan HFNOT pada pasien dewasa dengan penyakit

kritis telah meningkat secara signifikan. Ini telah diterapkan pada pasien

dengan berbagai penyakit. Sementara banyak penelitian telah uji klinis,

tidak ada hasil dari uji klinis terkontrol, besar, dan terkontrol yang belum

dipublikasikan. Dalam literatur, teknik ini juga disebut mini-CPAP

4
(continuous positive airway pressure), insuflasi transnasal, aliran nasal

kanul tinggi, ventilasi aliran tinggi nasal kanul, terapi aliran tinggi, dan

terapi oksigen nasal kanul aliran tinggi. 5

D. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan6

Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh

struktur tersebut terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses

pertukaran oksigen (O2) antara atmosfer dan darah serta pertukaran

karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer.

Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan

atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara

darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular)

berlangsung di seluruh sistem tubuh.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

Gambar 1. Anatomi Saluran Napas

5
1. Saluran Nafas Bagian Atas

a. Hidung

Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama.

Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui

rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi),

penghangatan, dan pelembaban.

b. Faring

Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid.

a. Nasofaring(terdapat pharyngeal tonsildan Tuba Eustachius).

Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis

crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring

membuka bagian depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke

dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke dalam didnding

lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring)

adalah bantalan jaringan limfe pada dinding posteriosuperior

nasofaring.

b. Orofaring

Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat

pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan

pencernaan, makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari

nasofaring dan paru.

6
c. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran

makanan) Laringofaring merupakan bagian dari faring yang

terletak tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.

c. Laring (tenggorok)

Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada

bagian pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang

disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang

berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring.

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,

glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan

laringofaring dan bagian atas esopagus.

2. Saluran Nafas Bagian Bawah

 Trachea atau Batang tenggorok

Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm

dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea

7
kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium

sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan

corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis

kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus

(bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap

yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh

jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang

trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

- Bronchus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada

ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai

struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang

sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping

ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih

lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi

darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama

lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus

kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan

berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi

beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi

bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang

8
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi

bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis

memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak

diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot

polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran

udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut

saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah

sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Yaitu alveolus.

 Fisiologi Respirasi

Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :

- Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara

antara atmosfir dan alveoli paru yang terjadi melalui proses

bernafas (inspirasi dan ekspirasi) sehingga terjadi disfusi gas

(oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan kapiler

pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke dan dari

sel jaringan.

- Mekanik pernafasan

Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru

dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu

inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya

O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas. Dalam inspirasi

9
pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah

difragma turun ( posisi diafragma datar), selanjutnya ruang

otot intercostalis externa menarik dinding dada agak keluar,

sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-

paru akan menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar

sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam paru-paru.

Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke

atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi pernafasan perut,

otot difragma naik kembali ke posisi semula (melengkung) dan

muskulus intercotalis interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan

ruang di dalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke

dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru

meningkat.

 Transportasi gas pernafasan

a. Ventilasi

Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli.

Selama ekspirasi sebaliknya yaitu udara keluar dari paruparu.

Udara yg masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu dan

kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan jenuh dengan uap

air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh.

b. Difusi

Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada

pertemuan udara dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di

10
membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis.

Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi.

Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi dari

pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya

(PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas

tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding

alveolus. Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari

paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport kembali dari

jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor yg mempengaruhi dari

paru ke jaringan , yaitu:

· Cardiac out put.

· Jumlah eritrosit.

· Exercise

· Hematokrot darah, akan meningkatkan vikositas darah

mengurangi transport O2 menurunkan CO.

Perfusi pulmonal

Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana

O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihaemoglobin

(98,5%) sedangkan dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg

O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai

bikarbonat, alam eritosit sebagai natrium bikarbonat, dalam plasma

sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan Hb dan

protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5 – 7 % , HbNHCO3

11
Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15 – 20 % , Hb + CO2 HbC0

bikarbonat sebesar 60 – 80% .

a. Pengukuran volume paru

Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume

paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :

i. Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan

dihembuskan setiap kali bernafas.

ii. Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal

yang dapat dihirup setelah inhalasi normal.

iii. Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal

yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.

iv. Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru

setelah ekhalasi maksimal.

c. Kapasitas Paru

i. Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi

maksimal.

ii. Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup

setelah ekspirasi normal.

iii. Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa

dalam paru-paru setelah ekspirasi normal.

iv. Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah

inspirasi maksimal.

b. Pengaturan pernafasan

12
Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah

yang mengatur pernafasan. Satu system berperan mengatur

pernafasan volunter dan system yang lain berperan mengatur

pernafasan otomatis.

E. Peralatan

Ada beberapa perangkat berbeda yang tersedia untuk penyediaan

aliran tinggi, oksigen yang dioksidasi melalui kanula nasal. Perangkat ini

terdiri dari kanula nasal dengan ukuran standar atau bore prongs lebar

yang terhubung ke meteran udara-oksigen blender gas dan analisa gas.

Tiap alat menawarkan tingkat aliran gas maksimum antara 40 dan 60 liter

min−1, tergantung pada perangkat tersebut. Sistem pemanasan dan

humidifikasi memungkinkan pengiriman gas pada suhu antara 33 dan 43 °

C dan kelembaban 95-100% (Tabel 1).1,3

Tabel 1 Perbandingan laju aliran, kelembaban relatif, dan suhu gas yang

dipasok oleh beberapa perangkat HFNOT yang tersedia secara komersial

Nama dagang Perangkat laju aliran(liter kelembaban suhu gas (°C)


min−1) relatif(%)

Standard nasal cannula 1–4 Tidak Tidak


dihumidifiksi dipanaskan
Salter adult high flow 15 Tidak Tidak
cannula 1600HF™ dihumidifiksi dipanaskan
Vapotherm precision 2000i 5–40 95–100 33–43
high flow therapy™
Fisher and Paykel optiflow 1–60 100 37
high flow nasal cannula™

13
Ada sejumlah HFNOT yang tersedia secara komersial. Beberapa

pasien antar muka memiliki wide-bore prongs nasal yang berkontur lunak

yang dirancang untuk mengurangi pengaliran gas, sementara yang lain

digunakan dengan kanula nasal sempit konvensional. Kanula wide-bore

dipakai dengan tali kepala yang dapat disesuaikan dengan tangkapan rilis

cepat. Sebuah Lampiran untuk digunakan dengan tabung trakeostomi

tersedia. Antarmuka dimaksudkan untuk penggunaan pasien tunggal

dengan durasi maksimum penggunaan 30 hari.3

Beberapa perangkat memiliki sistem pengiriman jaket air yang

mengelilingi sirkuit pernafasan untuk memberikan isolasi, sementara yang

lain menyediakan pipa hangat yang nyaman digunakan bernapas untuk

mengurangi pembentukan kondensasi. Koneksi tungkai inspirasi adalah 15

atau 22 mm. Alat ini bebas lateks dan memiliki ketahanan maksimum

untuk mengalirkan 11,6 cm H2O. Adaptor aerosol dapat dipasang di antara

kanula nasal dan sirkuit selang untuk memungkinkan pemberian obat

nebulisasi (Gambar 2 dan 3).1,3

14
Gambar 2. HFNOT merek Optiflow diatur
pada manekin.

Gambar. 2 Detail peralatan merek Optifloe,


termasuk humidifier, flow meter, stand, suplai
gas, dan tubing.

15
Kelembaban disediakan oleh cartridge transfer uap sekali pakai,

sebuah gelembung humidifier, atau sebuah plat humidifier yang

dipanaskan. Kartrid transfer uap adalah alat paten yang mengelilingi aliran

gas.Air yang berdifusi melalui kartrid tersebut, dipanaskan, dan masuk ke

dalam aliran gas sebagai uap. Gelembung humidifier yang digunakan

dalam sistem pengiriman oksigen nasal high-flow telah dirancang untuk

digunakan pada aliran yang lebih tinggi daripada gelembung humidifier

biasa. Gas diarahkan ke botol air tempat gelembung kecil terbentuk. Hal

ini menghasilkan kelembapan saat gas naik ke permukaan air. Pelat

humidifier yang dipanas memiliki ruang air sekali pakai di mana gas

mengalir dan dihumidifiksi hingga 100% kelembaban relatif.

F. Dasar fisiologis penerapan HFNOT

Gagal napas adalah kelainan yang terjadi di paru. Sistem respirasi

pada dasarnya meliputi organ tempat pertukaran gas (paru) dan pompa

ventilasi (otot-otot pernapasan dan rongga toraks). Salah satu atau

keduanya bisa gagal dan menimbulkan kegagalan pernapasan. Gagal napas

muncul jika pertukaran gas di paru berkurang secara bermakna sehingga

menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam darah (hipoksemia). Hal ini

akan timbul dengan atau tanpa peningkatan karbon dioksida.7

16
Dalam kesehatan, pernapasan yang tenang menghasilkan aliran gas

pada 15 liter min−1 dan udara ini dihangatkan dan terhumidifikasi di

saluran napas bagian atas. Selama pernapasan hidung, ini terjadi melalui

penguapan air dari mukosa nasal, dengan peningkatan luas permukaan

untuk pernapasan hidung disediakan oleh turbinat nasal. Gas mencapai

suhu 36°C dan humidikasi 80-90% selama perjalanan melalui saluran

napas bagian atas. Menghirup udara melalui mulut bagaimanapun,

mengurangi kelembaban relatif maksimum yang dapat dicapai hingga

70%.3

Selama latihan atau gangguan pernapasan, laju aliran hingga 120

liter min−1dapat dicapai. Hal ini menghasilkan peningkatan hilangannya

cairan dan kebutuhan oksigen metabolik yang lebih tinggi untuk mencapai

gas hangat. Laju aliran seperti ini dapat dicapai hanya untuk periode waktu

yang singkat dan dibatasi oleh kelelahan. Penggunaan gas dingin dan

kering untuk pasien dengan kebutuhan oksigen yang meningkat dapat

memperburuk hilangannya panas dan berhubungan dengan

ketidaknyamanan serta mengurangi kepatuhan terhadap terapi. Ketika ini

terjadi, humidifikasi gas menurun di bawah 50% kelembaban relatif yang

dapat menyebabkan pengeringan sekresi, mengurangi fungsi silia, dan

aliran lendir yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan lendir menyumbat

dan mengakibatkan obstruksi jalan dan desaturasi oksigen arteri. Selain

itu, aliran lendir yang buruk menjadi predisposisi infeksi saluran

pernapasan.Tabel 2 merangkum manfaat fisiologis dari HFNOT.

17
Tabel 2. Ringkasan manfaat fisiologis yang disediakan oleh masing-

masing fitur sistem pengiriman HFNOT

Fitur HFNOT Efek fisiologis

Gas humidifiksi Mengurangi keringnya permukaan saluran napas


yang dipanaskan

Peningkatan pembersihan sekresi

Atelektasis menurun

Gas mengalir Pencucian CO2, pengurangan dead space anatomi


hingga 60 liter
min−1

Menyediakan reservoir oksigen

Memungkinkan FIO2mendekati 1.0 untuk dibawa

PEEP Meningkatnya volume paru ekspirasi akhir

Perekrutan alveolar

G. Efek Fisiologis

Gas dari udara bebas/oksigen yang dapat menghasilkan aliran total

hingga 60 L/menit dipanaskan dan dilembabkan dengan humidifier aktif

dan kemudian dikirim melalui sirkuit yang dipanaskan. Aliran tinggi gas

yang dipanaskan dan dilembabkan secara memadai dianggap memiliki

sejumlah efek fisiologis.1,8

1. Aliran tinggi mencuci karbon dioksida secara anatomi ruang mati.

2. Meski disampaikan melalui sistem terbuka, tinggi aliran mengatasi

resistensi terhadap aliran ekspirasi dan menciptakan tekanan

nasofaring positif. Sementara tekanannya relatif rendah

18
dibandingkan dengan tertutup sistem, dianggap cukup untuk

meningkatkan paru-paru volume atau merekrut alveoli yang roboh.

3. Perbedaan antara aliran inspirasi pasien dan aliran yang disampaikan

kecil dan FIO2 tetap relatif konstan.

4. Karena gas umumnya dipanaskan sampai 37°C dan benar-benar

lembab, fungsi mukosiliar tetap baik dan sedikit ketidaknyamanan

dilaporkan.

H. Efek PPEP

Meskipun HFNOT adalah sistem terbuka, aliran tinggi dari nasal

kanul berlaku terhadap beberapa resistensi aliran ekspirasi dan

meningkatkan tekanan saluran napas. Dalam sebuah penelitian in vitro

dengan dan tanpa katup pembatas tekanan untuk membatasi tekanan

saluran napas, model neonatus dari HFNOT menunjukkan bahwa tekanan

saluran udara meningkat ketika aliran meningkat. Hasil in vivo dari studi

pengamatan yang sama menunjukkan bahwa, ketika ada pelepasan gas,

tekanan esofagus endexpiratory tidak meningkat pada 3 cmH2O. Parke et

al. mengukur tekanan nasofaring pada pasien pasca-operasi jantung.

Membandingkan HFNOT dan pengiriman masker wajah, pada aliran 35

L/menit, sementara tekanan nasofaring HFNOT meningkat menjadi 2,7 ±

1,04 cmH2O dengan mulut tertutup dan 1,2 ± 0,76 cmH2O dengan mulut

terbuka, itu sekitar nol dengan masker wajah. Dipengaruhi oleh jenis

kelamin, indeks massa tubuh (BMI), mulut tertutup atau terbuka, dan

aliran, penulis lain juga melaporkan tekanan faring positif dengan HFNOT

19
[10,15-18]. Dengan mulut tertutup, tekanan faring meningkat saat aliran

meningkat. Dengan mulut terbuka, bahkan pada aliran 60 L / menit,

tekanan faring tetap di bawah 3 cmH2O . Pada pasien pasca operasi, ketika

aliran inspirasi meningkat, tekanan udara meningkat: 1,52 ± 0,7, 2,21 ±

0,8, dan 3,1 ± 1,2 cmH2O pada 40, 50, dan 60 L / menit aliran, masing-

masing.1

I. Indikasi klinis Penggunaan HFNOT

Alasan awal untuk penggunaan HFNOT pada neonatus adalah

untuk memberikan tekanan yang membesar untuk melawan kurangnya

surfaktan. Penggunaannya pada neonatus sekarang tersebar luas dan

didukung oleh basis bukti yang besar.3 Pada orang dewasa, HFNOT

mendapatkan popularitas dalam pengobatan gagal napas akut (ARF),

dalam pengelolaan saluran udara yang sulit, untuk meningkatkan

pertukaran gas pasca-abdominal dan operasi jantung, pada periode pasca-

ekstubasi dan peropde pra-intubasi segera di perawatan intensif, dan untuk

memfasilitasi bronkoskopi.1,3

1. Gagal napas hipoksemia akut

HFNOT berguna untuk pengobatan ARF karena kemampuannya

untuk menyediakan FIO2 mendekati 1,0, PEEP dari ∼5 cm H2O, dan

gas yang diiradiasi melalui antarmuka yang nyaman.

Percobaan FLORALI telah menunjukkan bahwa HFNOT dapat

mengurangi persyaratan intubasi pada pasien dengan ARF non-

20
kardiogenik dengan rasio PaO2=FIO2<200 mm Hg. Tidak ada

perbedaan dalam tingkat intubasi yang terlihat pada pasien dengan

rasio PaO2=FIO2 yang lebih tinggi. Percobaan ini juga mencatat

tingkat mortalitas yang secara signifikan berkurang pada pasien yang

menerima HFNOT, baik selama perawatan unit perawatan intensif

(ICU) dan dalam 90 hari.

HFNOT bisa sangat berguna pada pasien ARF dengan peningkatan

kerja pernapasan yang tidak mentoleransi terapi sungkup atau mereka

yang memiliki beban sekresi tinggi. Sebagian besar pekerjaan yang

dilakukan di area ini memiliki fokus pada kenyamanan dan

tolerabilitas pasien. Perbandingan terapi oksigen Venturi sungkup

muka, HFNOT, dan ventilasi sungkup muka non-invasif (NIV) pada

pasien dengan ARF akibat infeksi mengungkapkan perbaikan paling

dalam dyspnoea subjektif dengan HFNOT. Peningkatan terbesar dalam

tekanan oksigen arteri terlihat dengan NIV, tetapi hal ini memiliki skor

penerimaan pasien terendah. Penelitian lain menguatkan temuan ini.

HFNOT juga telah digunakan pada pasien dengan hipoksemia

karena edema paru kardiogenik, di mana aplikasi PEEP yang

dihasilkan dari HFNOT menyebabkan peningkatan tekanan oksigen

dyspnoea dan arteri. Penggunaannya pada pasien penyakit obstruktif

paru kronik (PPOK) memerlukan evaluasi lebih lanjut, terutama dalam

pengaturan eksaserbasi akut. Telah terbukti, bagaimanapun, bahwa

terapi oksigen kanula nasal high flow dapat mengurangi tingkat

21
pernapasan dan meningkatkan volume menit pada pasien PPOK baik

saat istirahat maupun selama latihan.

Seleksi pasien merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi

HFNOT.Seperti dengan NIV, penundaan dalam memulai ventilasi

invasif melalui intubasi trakea yang disebabkan oleh presisten yang

tidak sesuai dengan HFNOT dapat menyebabkan peningkatan

mortalitas ICU dan hasil yang memburuk.

2. Manajemen saluran napas

Ada tempat untuk HFNOT dalam manajemen jalan napas darurat

dan elektif. Preoksigenasi, untuk denitrogenasi paru-paru,

menyediakan reservoir oksigen untuk digunakan selama apnea. Hal Ini

adalah prinsip inti dalam manajemen saluran napas, bukan hanya di

saluran udara sulit yang diantisipasi. Peningkatan jendela apnoeic yang

layak sangat diharapkan dalam manajemen saluran udara yang sulit,

dan pada pasien dengan kapasitas residual fungsional yang berkurang,

atau peningkatan permintaan metabolik untuk oksigen.Pasien-pasien

ini akan memiliki reservoir oksigen terbatas, dan mengurangi waktu ke

desaturasi. Pasien kebidanan, bariatrik, dan sepsis merupakan

kelompok potensial di mana preoksigenasi dengan HFNOT mungkin

bermanfaat. Hal Ini telah berhasil digunakan dalam intubasi

fibrointestinal yang terjaga, di mana keuntungan besar tampaknya

adalah kemampuannya untuk menyediakan FIO2 mendekati 1,0

22
melalui kanula hidung lunak yang memungkinkan lewatnya lingkup

fiboploptic.

Insuflasi oksigen ke paru-paru selama apnea dapat

mempertahankan oksigenasi melalui difusi. Efek ini dijelaskan dengan

baik dan kemungkinan salah satu dari sejumlah mekanisme di mana

ventilasi jet mengoksidasi paru-paru. Perhatian baru-baru ini terfokus

pada penggunaan HFNOT di saluran napas yang sulit dan

kemampuannya untuk meningkatkan waktu ke desaturasi, dan

mengurangi keparahan desaturisasi pada pasien yang dibius,

memungkinkan untuk tidak terburu-buru pada intubasi. Efek ini

meluas ke populasi perawatan kritis yang membutuhkan intubasi, di

mana episode desaturasi arteri yang lebih sedikit dan kurang berat

terlihat ketika preoxygenated dengan HFNOT, daripada oksigen aliran

tinggi menggunakan sungkup muka konvensional. Efek ini tidak

terlihat di semua populasi, terutama mereka dengan gagal pernapasan

berat.

Karbon dioksida (CO2) dibersihkan sampai batas tertentu dalam

aplikasi apnoeic HFNOT karena difusi setelah pencucian CO2 dari

ruang mati anatomis. Namun, penting untuk mengingat bahwa periode

apnea lebih dari 15 menit dapat dicapai dengan HFNOT, tetapi tingkat

CO2 arteri dapat meningkat ke tingkat berbahaya, yang menyebabkan

asidosis berat.

23
3. Ekstubasi dan penggunaan pasca operasi

Hipoksemia pasca operasi sering terjadi pada pasien yang

menjalani pembedahan mayor, karena penurunan alveoli paru,

atelektasis, dan gangguan mekanika pernafasan akibat nyeri.

Meningkatkan FIO2, meskipun berguna dalam mengobati hipoksemia

arteri, tidak akan mengobati penyebab masalah. Penerapan CPAP

setelah operasi abdomen elektif dapat mengurangi kebutuhan intubasi

trakea, dan perkembangan infeksi dada pasca operasi pada pasien

hipoksemia. percobaan 'Optiflow untuk pencegahan hipoksemia pasca

ekstubasi setelah operasi perut' (OPERA) percobaan akan menilai

hipoksemia pasca operasi, komplikasi paru, dan kebutuhan untuk

intubasi NIV atau trakea setelah operasi perut pada pasien yang

menerima HFNOT awal. Jika terapi ini terbukti mengurangi

komplikasi paru pasca operasi maka aplikasi HFNOT yang lebih luas,

terutama di lingkungan berbasis lingkungan, mungkin bermanfaat.

Penggunaan HFNOT telah dinilai pada populasi pasca operasi

jantung, di mana ia terbukti mengurangi tingkat pernapasan, dan

meningkatkan volume paru ekspirasi akhir. Hal ini dapat mengurangi

kebutuhan CPAP melalui antarmuka sungkup muka dan tingkat

intubasi tetapi tidak secara konsisten terbukti meningkatkan parameter

pernafasan lain seperti rasio SpO2=FIO2 atau atelektasis basal. Ada

beberapa laporan bahwa efek yang lebih besar terlihat pada populasi

obesitas, tetapi penelitian baru-baru ini pada kelompok pasien pasca-

24
operasi jantung gagal menunjukkan perbaikan dalam parameter

respirasi antara HFNOT dan terapi oksigen konvensional. Tingkat

reintubasi, bagaimanapun, berkurang secara signifikan. Telah

ditunjukkan bahwa HFNOT tidak inferior dalam mencegah reintubasi

dibandingkan dengan NIV pada populasi ini. Penelitian ini

membandingkan 24 jam HFNOT dengan 6 jam terapi dengan tekanan

saluran udara positif bilevel. Perbandingan dengan CPAP pada periode

pasca operasi juga akan berguna.

4. Kelompok pasien lainnya

Ada gerakan yang berkembang menuju penggunaan HFNOT pada

pasien yang menjalani bronkoskopi.HFNOT bisa menjadi alat yang

berguna pada pasien dengan hipoksemia ringan yang menjalani

bronkoskopi.Pasien yang menjalani bronkoskopi dalam pengaturan

perawatan kritis relatif hipoksemia. Bronkoskopi meningkatkan

ketidaksesuaian V/Q, dan dapat menyebabkan kolaps paru basal karena

penyedotan saluran udara. Penerapan tekanan ekspirasi akhir selama

prosedur akan menjadi penghambat logis untuk efek ini, tetapi pilihan

metode yang tepat untuk mencapai hal ini harus spesifik pasien.

HFNOT adalah metode penunjang pernapasan yang relatif toleran

dan nyaman. Di pusat kami seperti banyak rumah sakit lain, digunakan

di lingkungan bangsal yang dipilih. Dukungan tim penjagaan perawatan

kritis direkomendasikan untuk mencegah kemerosotan yang tidak

disadari dan potensi penundaan dalam memulai ventilasi mekanis jika

25
diperlukan.HFNOT bisa cocok untuk digunakan pada beberapa pasien

yang dianggap tidak cocok untuk intubasi, atau pasien yang

membutuhkan perawatan paliatif.HFNOT mengurangi tingkat

pernafasan pada kegagalan pernafasan dan dapat meringankan gejala

gangguan pernapasan pada pasien kanker.HFNOT juga telah dinilai

sebagai terapi rumah jangka panjang pada pasien PPOK. HFNOT tidak

mengurangi frekuensi eksaserbasi PPOK, tetapi dapat mengurangi

durasi kejadian ini. 3,9

J. Kontraindikasi

Kontraindikasi penggunaan HFNOT sama seperti untuk NIV yang

diberikan melalui sungkup muka atau tudung. HFNOT tidak boleh

menunda ventilasi mekanis pada mereka yang mengalami gagal napas

berat, terutama pada kegagalan pernapasan tipe II. Kontraindikasi apa pun

untuk penerapan PEEP harus mendorong metode alternatif dukungan

pernapasan yang harus dicari. Selain itu, tidak boleh digunakan pada

mereka dengan penurunan tingkat kesadaran, atau pasien yang tidak

kooperatif. Selain itu, epistaksis, cedera wajah, atau obstruksi jalan napas

harus menghalangi penggunaannya.3,10

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Nishimura, M. 2015. Hgh Flow Nasal Cannula Oxygen Therapy In


Adults.Nishimura Jurnal Of Intensive Care (2015)3:15
2. Patria, Y.,N., dan Muhammad Fairuz. 2012. Aplikasi Klinis Terapi
Oksigen. Jakarta : EGC
3. Ashraf, N., et all. 2017. High Flow Nasal Oxygen Therapy. British
Journal Of Anaesthesia,17 (2):63-67
4. Habre, W., and Petak. 2014. Perioperative Use Of Oxygen: Variabilities
across Age. British Journal Of Anaesthesia 113(52):ii26-ii36
5. Martin, D.,S.,and M.P.W Grogot. 2013. Oxygen Therapy In Anaesthesia :
He yin and yang O2. British Journal Of Anaesthesia. 111(6):867-71
6. Djojodibroto, D.,A. 2009. Respirologi. Jakarta: EGC
7. Kosasih, A., dkk. 2012. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan
Paru. Jakarta: Surya Seto
8. Rottayamai, N.,M.,D., et all. 2015. Use of High Flow Nasal Cannula for
Acute Dyspneu and Hypoxemia in the Emergency Department.
Respyratory Care Vol. 60 No. 10.
9. Badiger, S., et all. Optimizing Oxygenation and Intubation Conditions
during Awake Fibre-optic intubation Using a High-Flow nasal Oxygen-
delivery system. British Journal Of Anaesthesia. 115(4): 629-32
10. Kurz, A., et all. Effect of Supplemental oxygen and dexamethason on
surgical site infection : a factorial randomized trial. British Journal Of
Anaesthesia, 434-43
11. Calder, I., and Adrian Pearce. 2011. Airway Management. Second edition.

Cambrige University Press.

27

Anda mungkin juga menyukai