SKRIPSI
FITRIA APRIANI
1111102000071
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
FITRIA APRIANI
1111102000071
Ikatan amida pada turunan asam sinamat terbukti menjadikan lebih tahan
terhadap hidrolisis dan dapat menurunkan konsentrasi glukosa plasma pada tikus
setelah diinduksi dengan streptozosin. Salah satu reseptor yang berperan dalam
pengobatan diabetes adalah Peroxisome Proliferator-Activated Receptor - Gamma
(PPARγ) yang bertanggung jawab terhadap sensitisasi insulin dalam jaringan
adiposa. Penelitian ini bertujuan menganalisa interaksi senyawa amidasi etil p-
metoksisinamat (EPMS) dengan PPARγ. Metode penelitian dengan penambatan
molekul atau secara in silico dipilih karena waktu penelitian yang lebih singkat
dan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan metode in vitro maupun in vivo.
Perangkat lunak yang digunakan yaitu Autodock Vina yang merupakan suatu
program yang dapat menambatkan molekul ligan pada makromolekul reseptor.
Kemudian divisualisasikan menggunakan Autodock Tools, LigPlus dan PyMOL
serta dilakukan analisa Lipinski’s Rule of Five. Rosiglitazon sebagai antidiabetes
yang memiliki aktivitas terhadap PPARγ digunakan sebagai standar. Hasilnya
menunjukkan bahwa afinitas senyawa-senyawa amidasi etil p-metoksisinamat
semakin baik pada penambahan amina dengan alkil rantai panjang, siklik dan aril
dengan rentang energi ikatan antara -6,2 kkal/mol sampai -9,3 kkal/mol.
Sedangkan energi ikatan rosiglitazon sebesar -8,9 kkal/mol. Senyawa p-
methoxycinnamoyil tryptamine memiliki afinitas terbaik dengan nilai energi ikatan
-9,3 kkal/mol, sehingga berpotensi sebagai antidiabetes.
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Teman seperjuangan penulis Eko Wahyudi, Fathiyah atas kebersamaan,
motivasi dan bantuan selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi
ini.
9. Sahabat-sahabat Fio Noviany, Brasti Eka Pratiwi, Astri Dwi Zahrina,
Sry Wardiyah, Hurhafiza, Maharani Pratiwi, Rianisa Karunia Dewi, dan
Wina Oktaviyani yang tak pernah bosan memberikan dukungan, masukan,
dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman Farmasi Angkatan 2011 atas segala kebersamaanya,
semangat, dan bantuan selama dibangku perkuliahan hingga selesai
pengerjaan skripsi ini.
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan
penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ i
ABSTRACT ..................................................................................................v
ix
2.8.1. Ikatan Ion ..................................................................... 15
2.8.2. Ikatan Hidrogen ........................................................... 16
2.8.3. IkatanVan der Waals ................................................... 16
2.8.4. Ikatan Dipol-Dipol ....................................................... 16
2.8.5. Ikatan Kovalen ............................................................ 16
2.9. Penambatan Molekul (Molecular Docking) .......................... 17
2.10. Lipinski’s Rule of Five ........................................................... 19
2.11. MarvinSketch ......................................................................... 20
2.12. Protein Data Bank.................................................................. 20
2.13. PubChem .............................................................................. 21
2.14. Discovery Studio 3.5 Visualizer............................................. 21
2.15. Autodock ................................................................................ 22
2.16. Autodock Vina........................................................................ 22
2.17. Pymol ..................................................................................... 22
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 23
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................... 23
3.2. Alat ........................................................................................ 23
3.2.1 Perangkat Lunak ............................................................ 23
3.2.2 Perangkat Keras ............................................................. 23
3.3 Bahan .................................................................................... 23
3.3.2. Struktur Tiga Dimensi PPAR-γ.................................... 23
3.3.2. Struktur Tiga Dimensi Ligan ....................................... 24
3.4. Prosedur Kerja ...................................................................... 24
3.4.1. Penyiapan Struktur PPAR-γ ........................................ 24
3.4.2. Penyiapan Struktur Ligan ............................................. 25
3.4. Penambatan Dengan Autodock Vina ..................................... 25
3.4. Analisa Dan Visualisasi Penambatan Molekul ..................... 25
3.4. Analisa Lipinski’s Rule of Five .............................................. 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 27
4.1. Penyiapan Struktur PPAR-γ .................................................. 27
4.2. Penyiapan Struktur Ligan ........................................................ 29
3.4. Penambatan Dengan Autodock Vina ..................................... 32
3.4. Analisa Dan Visualisasi Penambatan Molekul ..................... 33
3.4. Analisa Lipinski’s Rule of Five .............................................. 47
x
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 51
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 51
5.2. Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 52
LAMPIRAN ............................................................................................... 56
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
DAFTAR ISTILAH
DM : Diabetes Mellitus
TZD : Tiazolidindion
xv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
d. Gestational Diabetes
Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes melitus [GDM]),
adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes (Corwin, 2009).
2.5 Ester
Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui
pergantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan
suatu gugus organik. Kebanyakan ester tersebar luas pada semua senyawa
alam. Sebagai contoh, metil butanoat ditemukan pada minyak nanas dan
isopentil asetat merupakan senyawa pokok minyak pisang (McMurry,
2008). Penamaan ester terdiri dari dua kata, kata pertama adalah nama
gugus alkil yang terikat pada oksigen ester sedangkan kata kedua berasal
dari nama asam karboksilatnya, dengan membuang kata asam (Inggris: -ic
acid menjadi –ate).
IUPAC : Asam propanoat
O
R’2NH
RCNR’2
Anhidrida asam
R’2NH
Ester
Ikatan ini terlibat dalam interaksi antara dua molekul, yang salah
satunya bertindak sebagai donor dan yang lainnya sebagai akseptor.
Hidrogen donor mengandung gugus fungsi yang mempunyai proton yang
terikat pada atom elektronegatif. Atom elektronegatif memiliki bagian
yang lebih besar dari elektron dalam ikatan hidrogen, sehingga membuat
hidrogen sedikit bermuatan positif dan elektrofilik. Hidrogen akseptor
mengandung elektronegatif atom seperti oksigen atau nitrogen. Ikatan
hidrogen lebih lemah dari ikatan ion. (Patrick, 2001).
Lipinski’s Rule of Five juga dikenal sebagai Pfizer's Rule of five atau
Rule of five (RO5) adalah aturan praktis untuk mengevaluasi obat atau
menentukan apakah senyawa kimia dengan aktivitas farmakologi atau
biologi tertentu memiliki sifat yang akan membuatnya menjadi obat yang
aktif diberikan secara oral pada manusia. Aturan ini menjelaskan sifat
molekul penting bagi farmakokinetik obat dalam tubuh manusia, termasuk
penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (Lipinski, 2001 &
Lipinski et al, 2004). Maka dari itu, apabila diinginkan dalam merancang
obat yang aktif secara oral harus memenuhi ‘Lipinski’s Rule of Five’ yaitu:
2.11 MarvinSketch
2.13 PubChem
2.15 Autodock
AutoDock Vina adalah salah satu perangkat lunak yang tepat dan
dapat diandalkan yang tersedia untuk penemuan obat, penambatan molekul
dan skrining virtual yang dirancang dan diterapkan oleh Dr. Oleg Trott.
Vina menawarkan fungsi yang beragam, tingkat kinerja tinggi dan
meningkatkan akurasi untuk mempermudah penggunaan. Perangkat lunak
ini dapat dioperasikan dengan bantuan AutoDockTools (ADT) atau
instruksi command line (Sandeep et al, 2011).
2.17 PyMOL
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2 Alat
3.3 Bahan
1. Pengunduhan makromolekul
Pengunduhan makromolekul PPAR-γ dari Bank Data Protein dengan
situs http://www.rcsb.org/pdb/. Identitas molekul tersebut yaitu 2PRG.
Data makromolekul diunduh dalam format text (gz).
2. Pemisahan Makromolekul Air dan Ligan
Makromolekul protein dipisahkan dari pelarut dan ligan atau residu
non standar. Pemisahan makromolekul dari molekul yang tidak
diperlukan dilakukan dengan menggunakan program Discovery Studio
3.5 Visualizer. Hasil pemisahan tersebut akan digunakan untuk
penambatan. Hasil pemisahan disimpan dalam format .pdb.
3. Optimasi Molekul
Optimasi makromolekul dilakukan dengan menggunakan Autodock
Tool dan buka makromolekul yang disimpan dalam format .pdb (file
→ read molecule → .pdb). Optimasi tersebut meliputi : penambahan
atom hidrogen dan pengaturan grid box parameter. Pengaturan grid
box (grid → grid box) yang meliputi ukuran (size x, y, z), kordinat
Ligan dan protein yang telah tersimpan dalam format .pdbqt dicopy
ke dalam folder Vina. Kemudian konfigurasi file vina diketik pada
notepad, disimpan dengan nama ‘conf.txt’. Vina dijalankan melalui
Command prompt.
1. Hasil docking
Hasil kalkulasi docking dilihat pada output dalam format notepad.
Hasil docking dilakukan dengan memilih ligan yang memiliki energi
ikatan yang paling rendah, nilai ikatan dapat dilihat di ‘log.txt’.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
P-methoxycinnamoylamine
P-methoxycinnamoyl
methylamine
P-methoxycinnamoyl
ethylamine
P-methoxycinnamoyl
diaminomethanal
P-methoxycinnamoyl
N-ethanolamine
P-methoxycinnamoyl
N,N-ethanolamine
P-methoxycinnamoyl
piperidine
P-methoxycinnamoyl
cyclohexylamine
P-methoxycinnamoyl
phenylamine
P-methoxycinnamoyl
dopamine
P-methoxycinnamoyl
phenylethylamine
P-methoxycinnamoyl
Tryptamine
P-hydroxycinnamoyl
Tryptamine
Caffeamide -7,7
P-methoxycinnamoylamine -6.2
P-methoxycinnamoyl -6.5
methylamine
P-methoxycinnamoyl -6.6
ethylamine
P-methoxycinnamoyl -6.6
N,N-ethanolamine
P-methoxycinnamoyl -6.9
Ethanolamine
P-methoxycinnamoyl -7.5
diaminomethanal
P-methoxycinnamoyl -7.7
piperidine
P-methoxycinnamoyl -8.0
cyclohexylamine
P-methoxycinnamoyl -8.3
phenylamine
P-methoxycinnamoyl -8.5
phenylethylamine
P-methoxycinnamoyl -8.7
dopamine
P-methoxycinnamoyl -9.3
Tryptamine
P-hydroxycinnamoyl -9.2
Tryptamine
menunjukkan ΔGbind yang sama pula. Hal ini menandakan bahwa adanya 2
gugus OH pada benzen dari caffeamide memiliki pengaruh yang sama
dengan gugus OCH3 pada gugus benzen dari p-methoxycinnamoyl
piperidine.
Setelah diperoleh afinitas ligan yang paling baik yaitu p-
methoxycinnamoyl triptamine, selanjutnya dilakukan penghilangan gugus
CH3 dan OCH3 pada cincin aromatiknya. Hasil yang diperoleh bahwa
dengan penghilangan gugus metil dan metoksi pada cincin aromatik dapat
meningkatkan nilai ΔGbind. Walaupun nilai ΔGbind tidak terjadi perubahan
yang signifikan, tetapi kestabilan afinitas ligan menjadi berkurang. Hal ini
menandakan bahwa keberadaan O dan CH3 pada cincin aromatik
mempengaruhi afinitas ligan amidasi etil p-metoksisinamat sebagai
antidiabetes. Sehingga apabila gugus tersebut hilang, maka dapat
menurunkan energi ikatannya.
Selain itu, diperhatikan juga interaksi yang terjadi antara ligan
dengan residu-residu makromolekul reseptor. Identifikasi interaksi tersbut
dilihat menggunakan program Autodock Tools (3D) dan LigPlus (2D).
Interaksi yang terjadi berupa ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan
interaksi elektrostatik (Arwansyah, 2014). Tetapi pada software yang
digunakan hanya dapat mendeteksi ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik.
Sementara PyMOL (3D) digunakan untuk melihat kecocokan bentuk dan
volume antara ligan dan makromolekul protein. Visualisasi tersebut
ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
Pada Tabel 4.3 tercantum ikatan hidrogen yang terjadi pada ligan
dengan residu makroolekul reseptor. Ikatan hidrogen pada P-
methoxycinnamoylamine, methoxycinnamoyl methylamine,
methoxycinnamoyl ethylamine, methoxycinnamoyl ethanolamine,
methoxycinnamoyl phenylamine , methoxycinnamoyl dopamine,
methoxycinnamoyl diaminomethanal, p-methoxycinnamoyl tryptamine, dan
hydroxycinnamoyl tryptamine terhadap reseptor PPARγ terjadi pada terjadi
pada residu Ser289. Ligan-ligan tersebut memiliki ikatan hidrogen yang
sama dengan senyawa pembanding yaitu Rosiglitazon pada Ser289. Pada
caffeamide, ethyl p-methoxycinnamate, p-methoxycinnamoyl
diethanolamine, dan p-methoxycinnamoyl piperidine memiliki ikatan
hidrogen dengan Arg288. Beberpa ligan juga memiliki lebih dari satu ikatan
hidrogen. Selain ikatan yang telah disebutkan sebelumnya, ikatan lain yang
terjadi yaitu pada caffeamide dengan Ser342, p-methoxycinnamoyl
ethanolamin dengan Tyr327, Tyr473, His449; p-methoxycinnamoyl
diethanolamine dengan Ile326; p-methoxycinnamoyl phenylamine dengan
Cys285; dan p-methoxycinnamoyl dopamine Tyr473, His323. Selain itu,
terdapat ligan yang tidak memiliki ikatan hidrogen yaitu methoxycinnamoyl
cyclohexylamine, p-methoxycinnamoyl phenylethylamine, dan p-cinnamoyl
tryptamine
Pada ligan yang memiliki ikatan hidrogen lebih dari satu, tidak
menjamin memiliki kestabilan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pada
ligan yang memiliki ikatan hidrogen lebih dari satu, hanya p-
methoxycinnamoyl phenylamine dan p-methoxycinnamoyl dopamine yang
memiliki ΔGbind yang mendekati nilai Rosiglitazon. Sementara itu pada
liga yang berikatan hidrogen dengan serin, ΔGbind yang dihasilkan berbeda-
beda, dan yang memiliki nilai paling baik yaitu p-methoxycinnamoyl
tryptamine dengan ΔGbind paling kecil dari semua ligan uji dan
pembanding. Hal ini kemungkinan dikarenakan ikatan hidrogen yang terjadi
adalah sama seperti pada Rosiglitazon yaitu Ser289. Selain itu p-
methoxycinnamoyl tryptamine memiliki banyaknya residu asam amino
yang hampir sama dengan Rosiglitazon. Residu asam amino yang berada
disekitar ligan.
Selain adanya hubungan antara ikatan hidrogen dengan nilai ΔGbind,
masih banyak faktor yang mempengaruhinya. Adanya ligan yang tidak
memiliki ikatan hidrogen yaitu methoxycinnamoyl cyclohexylamine, p-
methoxycinnamoyl phenylethylamine, dan p-hydroxycinnamoyl tryptamine
kemungkinan lebih memiliki interaksi lain yang lebih dominan yang
mencakup interaksi elektrostatik, interaksi hidrofobik yang juga
berkontribusi pada harga energi ikatan (ΔG) dari ligan-reseptor selain ikatan
hidrogen.
Residu ionik memberikan kontribusi terbesar dalam penentuan nilai
ΔGbind, kemudian residu polar, aromatik, hidrofobik, secara berurutan
(Schneider, Baringhaus, & Kubinyi, 2008). Arginin merupakan asam amino
ionik yang memiliki sifat hidrofilik tinggi jika dibandingkan dengan residu
polar, aromatik dan hidrofobik. Sifat hidrofilik pada residu tersebut
menyebabkan tingkat kestabilan interaksi antara ligan dan reseptor lebih
baik. Tetapi pada hasil percobaan ligan dengan ikatan hidrogen pada
arginin, memiliki ΔGbind yang lebih besar dibandingkan dengan
Rosigltazon sebagai pembanding. Hal ini kemungkinan dikarenakan
pengaruh adanya jenis interaksi dengan residu lain yang lebih sedikit pada
caffeamide, ethyl p-methoxycinnamate, p-methoxycinnamoyl
diethanolamine, dan p-methoxycinnamoyl piperidine. Keberadaan dan
interaksinya dengan residu ionik yang lebih banyak yaitu 2-3 dan jenis
residu lain pada p-methoxycinnamoyl phenylamine, p-methoxycinnamoyl
phenylethylamine, p-methoxycinnamoyl dopamine, p-methoxycinnamoyl
tryptamine, hydroxycinnamoyl tryptamine, cinnamoyl tryptamine dapat
berpengaruh terhadap nilai afinitas yang lebih baik dibandingkan ligan yang
lain.
Dari Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 bagian PyMOL dapat dilihat
bagaimana ligan berinteraksi dengan situs ikatnya, dan penempatan ligan
pada ruang ruang kosong makromolekul reseptor dan dilihat bagaimana
perbedaan pada setiap ligan (Lampiran 4). Semakin panjang rantai alkil
pada amina yang ditambahkan pada ligan uji, maka semakin kecil nilai
ΔGbind yang berarti ligan semakin stabil ketika ditambatkan dengan
PPARγ. Begitupun ketika gugus alkil digantikan dengan siklik dan aril,
nilai ΔGbind yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini dipengaruhi
penambahan subtituen atau gugus fungsi memungkinkannya untuk mengisi
ruang kosong tersebut, sehingga ligan menyocokkan dirinya dengan situs
ikat dengan lebih sesuai. Dapat diketahui bahwa ligan dengan ukuran
molekul (sterik) yang sesuai dan dapat mengisi banyak bagian situs aktif
makromolekul protein dan berinteraksi dengan lebih baik. Seperti pada
penambahan gugus alkil, ligan menempati ruang kosong dengan asam
amino hidrofobik (Patrick, 2001). Hal ini terlihat dengan lebih banyaknya
residu asam amino hdirofobik contohnya pada p-methoxycinnamoyl
phenylethylamine dibandingkan pada p-methoxycinnamoyl Phenylamine.
Hal ini yang membuat penambatan p-methoxycinnamoyl Phenylethylamin
lebih stabil dibandingkan dengan p-methoxycinnamoyl Phenylamine. Hasil
yang serupa juga telihat pada p-methoxycinnamoyl cyclohexylamine dengan
p-methoxycinnamoyl Piperidine, p-methoxycinnamoylamine dengan p-
methoxycinnamoyl methylamine dan p-methoxycinnamoyl methylamine
dengan p-methoxycinnamoyl ethylamine. Begitupun pada ligan dengan sifat
yang lebih polar atau lainnya akan menempati ruang kosong dengan asam
amino yang bersifat sama.
Banyak faktor yang mempengaruhi afinitas yang terjadi antara ligan
uji dengan makromolekul reseptor (PPARγ). Nilai akhir scoring function
ΔGbind dari sistem Autodock Vina berupa energi ikatan yang didapat
merupakan kontribusi sifat sterik berupa ΔGgauss (istilah dispersi yang
berhubungan dengan geometri dan formasi) dan ΔGrepulsion (berhubungan
dengan pose pada kontak internal yang buruk), ΔGHbond (berhubungan
dengan ikatan hidrogen), ΔGhydrophobic (berhubungan dengan interaksi
hidrofobik), dan ΔGtors (berhubungan dengan kemampuan memutar dari
ligan) (Trott and Olson, 2010). Dengan demikian penentuan afinitas
berdasarkan nilai terendah energi bebas ikatan (ΔG) lebih diutamakan
karena tidak hanya berkaitan dengan jumlah ikatan hidrogen, atau jenis
residu yang berinteraksi dengan ligan.
Pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 bagian kiri (Autodock Tools)
terlihat interaksi ligan dengan residu makromolekul protein. Pada bagian
bawah (LigPlus) memperlihatkan interaksi beserta jarak ikatan dengan residu
makromolekul yang dijelaskan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Bagian kanan
(PyMOL) memvisualisasikan kecocokan bentuk dan volume antara ligan
dengan situs tambatnya pada makromolekul reseptor. Kesesuaian antara dua
permukaan sama dengan deskripsi pencocokan bentuk dan volume yang dapat
membantu menemukan pose komplementer docking target dan molekul ligan
(Mukesh & Rakesh, 2011). Kecocokan bentuk dan volume ligan dengan
makromolekul pada pymol dapat dilihat dari warna – warna pada ligan dan
makromolekul protein yang menunjukkan bahwa kecenderung untuk berada
atau berhadapan dengan warna yang sama.
Atom pada ligan dan reseptor pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
yang diolah dengan Autodock Tools, LigPlus dan PyMOL dibedakan
berdasarkan warna yang dimiliki masing-masing. Pengaturan warna dibuat
sesuai keinginan penggunanya. Keterangan warna tersebut dijelaskan pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Keterangan warna pada gambar Autodocktools, LigPlus, dan Pymol
Nama Atom Autodocktools LigPlus Pymol
Karbon Abu - abu (alifatik) Hitam Biru muda
Hijau (aromatik)
Hidrogen Putih - Putih
Nitrogen Biru Biru Biru
Oksigen Merah Merah Merah
Sulfur Kuning Kuning Oranye
meningkat dalam hal pengembangan dan penemuan obat baru secara rasional
(Brooijmans, 2009).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa senyawa hasil amidasi etil
p-metoksisinamat memiliki afinitas lebih baik terhadap Peroxisome
Proliferator-Activated Receptor-Gamma (PPAR-γ) dibandingkan bentuk
esternya. Hasil penambatan senyawa-senyawa amidasi etil p-
metoksisinamat sebagai antidibetes dengan konformasi terbaiknya
menunjukkan nilai ΔGbind diantara rentang -6,2 kkal/mol sampai -9,3
kkal/mol. Sedangkan rosiglitazon sebagai kontrol positif menunjukkan nilai
ΔGbind -8,9 kkal/mol. Senyawa p-methoxycinnamoyil tryptamine memiliki
afinitas terbaik dengan nilai ΔGbind -9.3 kkal/mol, sehingga berpotensi
sebagai antidiabetes.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Trott, O. & A.J. Olson. 2009. Software News And Update Autodock Vina:
Improving the Speed and Accuracy of Docking with A New Scoring
Function, Eificient Optimization, and Multithreading. Jornal of
Computational Chemistry. 31: 455-46.
Trott, O., & A.J. Olson. 2010. Autodock Vina: Improving The Speed and
Accuracy Of Docking With A New Scoring Function, Efficient Optimization
and Multithreading. Jornal of Computational Chemistry. 31(2): 455–461
Umar et al, 2014. Ethyl-p-methoxycinnamate Isolated From Kaempferia galanga
Inhibits Inflamation by Suppressing Interleukin-1, Tumor Necrosis Factor-α,
and Angiogenesis by Blocking Endothelial Functions. Clinics. 69 (2): 134 –
144
Welch, D.R., D.E. Harper, & K.H.Yohem 1993. U-77, 863: A Novel cinnamide
Issolated From Streptomyces Griseoluteus That Inhibit Cancer Invasion And
Metastatis. Clin. Exp. Metastatis. 11: 201-212.
WHO. 2013. Diabetes. Retrieved from WHO:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/
Wilcox, Gisela. 2005. Insulin and Insulin Resistance. Clin Biochem Rev. May. 26
(2): 19–39.
Xie, X.-Q. 2010. Exploiting PubChem for Virtual Screening. NIH Public Access.
5(12): 1205–1220.
Yang, J. et al.2012. Stability Of Caffeic Acid Phenethyl Amide (CAPA) In Rat
Plasma. Biomed Chromatogr. 26:594–598.
Yannuar, Arry. 2012. Penambatan Molekular Praktek dan Aplikasi Pada Virtual
Screening. Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Simpan dalam satu folder Vina dan buat file konfigurasi file
dengan notepad, beri nama conf.txt
a. Penyiapan Protein
1. Pengunduhan makromolekul PPAR-γ dari Bank Data Protein dengan situs
http://www.rcsb.org/pdb/. Identitas molekul tersebut yaitu 2PRG. Data
makromolekul diunduh dalam format .pdb.
2. Pemisahan makromolekul protein dari pelarut dan ligan atau residu non
standar dengan discovery studio. Disimpan dalam format .pdb
Save as ‘2PRG.pdb’
Save as ‘2PRG.pdbqt’
Diatur parameter grid box sesuai pada gambar, kemudian pilih ‘File close
saving current’
b. Penyiapan Ligan
1. Pembuatan dan Perolehan Ligan
- Ligan Uji
Pembuatan Struktur
Save as ‘Ligan.pdb’
- Ligan Pembanding
1) Pengunduhan struktur ligan dari situs http://PubChem.ncbi.nlm.nih.gov
dengan format .sdf. dipilih struktur 3D.
1. Log P
3. Berat Molekul
4. Molar Refractivity
File – file yang harus ada di folder vina : 2PRG.pdbqt; conf.txt; ligand.pdbqt;
vina.exe; vina_licence.rtf; vina_split.exe
2. Kemudian config file vina diketik pada notepad, disimpan dengan nama
conf.
File yang berada dalam folder vina setelah proses docking, muncul 2 folder
baru : log.txt dan out.pdbqt
2. Kemudian dilihat posisi dan orientasi ligan tesebut pada makromolekul, serta
asam – asam amino yang terikat pada ligan dengan perangkat lunak Autodock
tools, LigPlus dan PyMOL.
a) Melihat interaksi ligan menggunakan Autodock Tools
Pilih ‘ Open PDB File Browse , kemudian pilih 2PRG.pdbqt yang telah
digabung dengan Out.pdbqt ligan’
File ‘out.pdbqt’ dan ‘2PRG.pdbqt’ dibuka dengan Pymol pilih ‘action (pada
‘ all’) preset ligand sites transparent (better)’ atur posisi tampilan
sesuai keinginan
Diatur pewarnaan ligan dan reseptor sesuai keinginan (pengaturan ligan dan
reseptor harus sama) Pilih ‘Color by element CHNOS…’
komponen lain yang tidak diperlukan bisa disembunyikan, pilih ‘Hide (pada
‘2PRG’) lines/sticks/ribbon/cartoon’
Caffeamide
a) Rosiglitazon
b) Caffeamide
c) Ethyl p-methoxycinnamate
d) P-methoxycinnamoylamine
e) P-methoxycinnamoyl methylamine
f) P-methoxycinnamoyl ethylamine
g) P-methoxycinnamoyl ethanolamine
h) P-methoxycinnamoyl diethanolamine
i) P-methoxycinnamoyl diaminomethanal
j) P-methoxycinnamoyl piperidine
k) P-methoxycinnamoyl cyclohexylamine
l) P-methoxycinnamoyl phenylamine
m) P-methoxycinnamoyl phenylethylamine
n) P-methoxycinnamoyl dopamine
o) P-methoxycinnamoyl tryptamine
p) P-hydroxycinnamoyl tryptamine
q) Cinnamoyl tryptamine