Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2017/2018

Modul : Plate Heat Exchanger


Pembimbing : Ir. Herawati Budiastuti, M.Eng. Sc.,

Praktikum : 23 April 2018


Penyerahan Laporan : 24 April 2018

Oleh:
Kelompok VIII (delapan)
Anggota:
Ditta Atsna Nuriya Salsabila 161411035
Selina Afriani 161411054
Yasintha Amellia 161411060
Yusvan Fauzi Darmawi D. 161411063

Kelas: 2B D3-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami konsep perpindahan panas pelat.
2. Menghitung efisiensi perpindahan panas pada penukar panas pelat.
3. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan dari penukar panas
pelat.
4. Mengamati pengaruh laju alir terhadap efisiensi dan koefisien perpindahan
panas.

B. DATA PENGAMATAN
1. Kalibrasi Laju Alir
a. Kalibrasi Laju Alir Air Panas
Laju Alir Standar (L/h) Laju Alir Kalibrasi (L/h)
100 81,5
200 185,7
300 274,2
400 368,8
500 465,1
600 594,1

b. Kalibrasi Laju Alir Air Dingin


Laju Alir Standar (L/h) Laju Alir Kalibrasi (L/h)
100 85,3
200 180
300 289,4
400 357,1
500 469,4
600 575,1
2. Variasi Laju Alir
a. Variasi Laju Alir Air Panas

Air Panas Air Dingin


Laju Alir TH in TH out Laju Alir TC in TC out
(L/h) (oC) (oC) (L/h) (oC) (oC)
100 67 42 300 24 34
200 69 50 300 24 38
300 70 54 300 24 42
400 70 57 300 24 44
500 72 58 300 24 48

b. Variasi Laju Alir Air Dingin

Air Panas Air Dingin


Laju Alir TH in TH out Laju Alir TC in TC out
(L/h) (oC) (oC) (L/h) (oC) (oC)
300 60 51 100 24 34
300 59 48 200 24 40
300 60 48 300 24 38
300 60 46 400 24 37
300 60 44 500 24 36
C. PENGOLAHAN DATA
1. Kurva Kalibrasi
a. Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Panas

Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Panas


500
450
Laju Alir Sebenarnya (LPH)
400
350
300
250
y = 0.9503x - 10.03
200 R² = 0.9995
150
100
50
0
0 100 200 300 400 500 600
Laju Alir Terukur (LPH)

b. Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Dingin

Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Dingin


700

600
Laju Alir Sebenarnya (LPH)

500

400

300 y = 0.9671x - 12.44


R² = 0.997
200

100

0
0 100 200 300 400 500 600 700
Laju Alir Terukur (LPH)
2. Variasi Laju Alir
a. Variasi Laju Alir Air Panas
Laju alir air panas run 1 pada alat = 100 L/jam
100 𝐿 𝐽𝑎𝑚
LA h (L/s) = 𝐽𝑎𝑚 𝑥 3600 𝑠 = 0,0278 𝐿/𝑠

Laju alir air dingin (konstan) = 300 L/jam


300 𝐿 𝐽𝑎𝑚
LA c (L/s) = 𝐽𝑎𝑚 𝑥 3600 𝑠 = 0,0833 𝐿/𝑠

Massa h (run 1)
LA h (run 1) = 0,0278 L/s
𝞺 air = 1 g/L
Massa h = LA c x 𝞺
= 0,0278 L/s x 1 g/L
= 0,0278 g/s

LA c (konstan) = 0,0833 L/s


Massa c = LA c x 𝞺
= 0,0833 L/s x 1 g/L
= 0,0833 g/s

Berdasarkan data pengamatan pada run 1


Tc in = 24˚C
Tc out = 34˚C
Th in = 67˚C
Th out = 42˚C

Perhitungan Qc (Laju perpindahan kalor pada aliran air dingin)


Qc run 1= massa c x Cp x ∆Tc
= massa c x Cp x (Tc out – Tc in)
= 0,0833 g/s x 4,2 J/g˚C x (34˚C - 24˚C)
= 3,4986 Joule

Perhitungan Qh
Qh = massa h x Cp x ∆Tc
= massa h x Cp x (Th out – Th in)
= 0,0278 g/s x 4,2 J/g˚C x (42˚C - 67˚C)
= -2,919 Joule (tanda min menunjukkan bahwa air panas
melepaskan kalor)
Kalor Campuran pada run 1
𝑄𝑐+𝑄ℎ
Qmix = 2
(3,4986+ 2,919) J
= 2
= 3,2088 Joule

Perhitungan Efisiensi
𝑄𝑐
Ƞ (run 1) = 𝑄ℎ x 100%
3,4986
= x 100%
2,919
= 119,85 %

Perhitungan ∆TLMTD pada run 1


∆T2 = Thin - Tcout
= 67˚C - 34˚C
= 33˚C
∆T1 = Thout – Tcin
= 42˚C - 24˚C
= 18˚C
∆T2− ∆T1
∆TLMTD = ∆T2
ln( )
∆T1
33˚C− 18˚C
= 33˚C
ln( )
18˚C
= 24,746

Perhitungan Koefisien perpindahan panas overall (U)


Qmix
U run 1 = ∆TLMTD
3,2
= 24,74
= 0,129 W/m2.˚C

LA h LA c Tc Tc Th Th
Massa h Massa c Qc Qh Qmix Eff (%) LMTD U
(L/s) (L/s) in out in out
0.0278 0.0278 24 34 67 42 3.4986 2.919 3.2088 119.86 24.747 0.1297
0.0556 0.0556 24 38 69 50 4.89804 4.4369 4.66746 110.39 28.427 0.1642
0.0833 0.0833 0.0833 0.0833 24 42 70 54 6.29748 5.5978 5.94762 112.5 28.989 0.2052
0.1111 0.1111 24 44 70 57 6.9972 6.0661 6.53163 115.35 29.361 0.2225
0.1389 0.1389 24 48 72 58 8.39664 8.1673 8.28198 102.81 28.71 0.2885
Kurva U terhadap Laju Alir Panas
0.35

0.3

0.25
U (W/m2°C)

0.2

0.15
y = 1.3535x + 0.0892
R² = 0.9699
0.1

0.05

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Laju Alir Panas (L/s)

Kurva Efisiensi vs Laju Alir Air Panas


122
120
118
116
114
Efisiensi %

112
110
108
106 y = -104.97x + 120.93
R² = 0.5308
104
102
100
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Laju Alir Air Panas (LPS)

b. Variasi Laju Alir Dingin


Laju alir run 1 pada alat = 100 L/jam
100 𝐿 𝐽𝑎𝑚
LA c (L/s) = 𝑥 = 0,0278 𝐿/𝑠
𝐽𝑎𝑚 3600 𝑠

Laju alir air panas (konstan) = 300 L/jam


300 𝐿 𝐽𝑎𝑚
LA h (L/s) = 𝐽𝑎𝑚 𝑥 3600 𝑠 = 0,0833 𝐿/𝑠
Massa c (run 1)
LA c (run 1) = 0,0278 L/s
𝞺 air = 1 g/L
Massa c = LA c x 𝞺
= 0,0278 L/s x 1 g/L
= 0,0278 g/s

LA h (konstan) = 0,0833 L/s


Massa h = LA h x 𝞺
= 0,0833 L/s x 1 g/L
= 0,0833 g/s

Berdasarkan data pengamatan pada run 1


Tc in = 24˚C
Tc out = 34˚C
Th in = 60˚C
Th out = 51˚C

Perhitungan Qc (Laju perpindahan kalor pada aliran air dingin)


Qc run 1= massa c x Cp x ∆Tc
= massa c x Cp x (Tc out – Tc in)
= 0,0278 g/s x 4,2 J/g˚C x (34˚C - 24˚C)
= 1,1676 Joule

Perhitungan Qh
Qh = massa c x Cp x ∆Tc
= massa h x Cp x (Th out – Th in)
= 0,0833 g/s x 4,2 J/g˚C x (51˚C - 60˚C)
= -3,1487 Joule (tanda min menunjukkan bahwa air panas
melepaskan kalor)

Kalor Campuran pada run 1


𝑄𝑐+𝑄ℎ
Qmix = 2
(1,1676 + 3,1487) J
= 2
= 2,1582 Joule

Perhitungan Efisiensi
𝑄𝑐
Ƞ (run 1) = 𝑄ℎ x 100%
1,1676
= 3,1487 x 100%
= 37,08 %

Perhitungan ∆TLMTD pada run 1


∆T2 = Thin - Tcout
= 60˚C - 34˚C
= 26˚C
∆T1 = Thout – Tcin
= 51˚C - 24˚C
= 27˚C
∆T2− ∆T1
∆TLMTD = ∆T2
ln( )
∆T1
26˚C− 27˚C
= 26˚C
ln( )
27˚C
= 26,4968

Perhitungan Koefisien perpindahan panas overall (U)


Qmix
U run 1 = ∆TLMTD
2,1582
= 26,4968
= 0,0815 W/m2.˚C

LA c LA h Tc Tc Th Th
Massa c Massa h Qc Qh Qmix Eff (%) LMTD U
(L/s) (L/s) in out in out
0.0278 0.0278 24 34 60 51 1.1676 3.1487 2.15817 37.081 26.497 0.0815
0.0556 0.0556 24 40 59 48 3.73632 3.8485 3.79239 97.086 21.403 0.1772
0.0833 0.0833 0.0833 0.0833 24 38 60 48 4.89804 4.1983 4.54818 116.67 22.985 0.1979
0.1111 0.1111 24 37 60 46 6.06606 4.898 5.48205 123.85 22.496 0.2437
0.1389 0.1389 24 36 60 44 7.00056 5.5978 6.29916 125.06 21.939 0.2871
Kurva U terhadap Laju Alir Dingin
0.35

0.3

U (W/m².°C) 0.25

0.2
y = 0.0555x - 0.0297
0.15 R² = 0.9539

0.1

0.05

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Laju Alir Dingin (L/s)

Kurva Effisiensi vs Laju Alir Air Dingin


160
140
120
Efisiensi %

100
80
y = 729.92x + 39.116
60 R² = 0.755
40
20
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Laju Alir Air Dingin (LPS)
D. PEMBAHASAN
1. Menurut Ditta Atsna Nuriya Salsabila (161411035)
Pada praktikum ini telah dilakukan proses perpindahan panas pada
fluida cair. Bahan yang digunakan berupa air panas dan air dingin yang
dialirkan melalui Plate Heat Exchanger (PHE), dimana pada alat tersebut
fluida dengan suhu yang berbeda saling kontak agar terjadi perpindahan
panas. Perpindahan panas terjadi secara tidak langsung (konveksi dan
konduksi) dengan cara mengalirkan kedua cairan pada sisi pelat besi yang
berbeda sehingga kedua cairan tersebut tidak bercampur tetapi dapat terjadi
perpindahan panas. Keunggulan dari alat ini mudah untuk dibongkar
sehingga mudah untuk dibersihkan, namun kekurangannya tidak dapat
digunakan pada tekanan tinggi karena dapat terjadi kebocoran.
Pada prinsipnya alat Plate Heat Exchanger ini merupakan setumpuk plat
bergelombang yang disusun dengan posisi gasket yang sesuai dan dengan
bentuk gelombang plat tersebut, pada setiap plat memiliki 4 lubang yang
berfungsi untuk mengalirkan cairan panas dan cairan dingin, gelombang
dari plat tersebut berfungsi untuk mengalirkan cairan, sedangkan gasket
berfungsi untuk merekatkan antar plat agar tidak terjadi kebocoran.
Menurut literature, perpindahan panas dapat terjadi akibat adanya driving
force berupa perbedaan suhu, tekanan, ataupun konsentrasi. (Iffa,2013)
Maka dari itu pada praktikum perpindahan panas terjadi akibat adanya
perbedaan suhu dari panas ke dingin, sehingga suhu air panas yang keluar
menurun dikarenakan kalor yang dilepas air panas diserap oleh plat
(konduksi) dan suhu air dingin yang keluar meningkat karena panas tersebut
menyebar ke air dingin (konveksi). Salah satu alasan Plate Heat Exchanger
baik dalam penggunaannya dikarenakan plate dapat memperbesar luas
kontak. Aliran yang digunakan untuk proses ini ialah counter-curent,
dimana jika dilihat dari praktikum sebelumya (Shell Tube Heat Exchanger)
pada jenis aliran ini konduktivitas panas yang terjadi lebih baik
dibandingkan dengan jenis aliran co-current. Karena, pada counter-current
lebih banyak meresap kalor sehingga untuk proses pendinginan lebih
efektif.
Pada percobaan dilakukan dengan 2 variasi yaitu variasi aliran air panas
dan variasi aliran air dingin. Dari perhitungan yang telah dilakukan, terlihat
bahwa nilai koefisien pindah panas (U) pada kedua variasi cenderung
berbanding lurus dengan laju alir fluida dimana seiring dengan
meningkatnya laju alir maka semakin tinggi pula koefisien pindah
panasnya. Namun terdapat sedikit kejanggalan pada percobaan variasi laju
alir panas titik ke-4 dan pada percobaan variasi laju alir dingin titik ke-3
yaitu menjauh dari garis linearnya yang berarti bahwa adanya penurunan
suhu air panas yang menyebabkan kalor yang diterima air dingin jadi lebih
sedikit. Hal tersebut terjadi karena adanya kendala saat proses berjalan yaitu
matinya pemanas (kompor) karena gas yang digunakan habis dan tersumbat
sehingga terpotong oleh penggantian gas.
Kemudian ada pula efisiensi dari penggunaan alat Plate Heat Exchanger
ini yang didapatkan kurang baik. Karena jika dilihat dari data percobaan
dan kurva yang tersedia (Efisiensi vs Laju alir) bahwa pada laju alir air
panas efisiensinya mengalami fluktuatif, ini terjadi karena saat percobaan
tersebut terjadi penghentian kegiatan secara tiba-tiba pada titik ke 2
sehingga terjadi penurunan efektifitas alat yang mendadak, dan pada titik
ke 5 terjadi kembali penurunan efektifitas alat dikarenakan penggantian gas.
Pada data dan kurva (Efisiensi vs Laju Alir) air dingin terjadi kenaikan
namun tidak signifikan, hal itu terjadi karena saat akan dilakukan percobaan
alat yang digunakan tidak dibersihkan terlebih dahulu sehingga adanya
kemungkinan heat loss (kebocoran panas) ataupun tumpukan kerak dan
pengotor lainnya sehingga semakin lama pemakaian alat efisiensi /
performa alatnya menurun. Nilai efisiensi pun bergantung pada besar
kecilnya nilai kalor panas dan kalor dingin nya, karena ketika laju alir fluida
dingin berubah semakin cepat maka perpindahan dari fluida yang suhunya
lebih tinggi ke rendah semakin tinggi sehingga efisiensinya meningkat.
2. Menurut Selina Afriani (161411054)
Telah dilakukan praktikum Plate Heat Exchanger dengan tujuan untuk
memahami konsep perpindahan panas pada plate HE, menghitung efisiensi
perpindahan panas, menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan
serta mengetahui pengaruh laju alir terhadap efisiensi perpindahan panas
dan koefisien perpindahan panas keseluruhan.
Prinsip kerja plate heat exchanger yaitu produk (air dingin) akan
dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang kemudian akan mengalir
pada sebuah pelat. Arah aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat
biasanya mengalir secara berlawanan (counter current). Pada umumnya
produk akan masuk melalui saluran atas dan mengalir kebawah melewati
pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada dibawah. Sedangkan
medium pemanas akan masuk melalui saluran yang berkebalikan dengan
produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke atas melalui
pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada diatas.
Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan dapat
lebih cepat berlangsung. Produk yang mengalir pada suatu pelat akan
terhimpit oleh medium pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga
produk akan cepat memanas karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan
medium pemanas.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan data suhu masukan dan
keluaran pada aliran produk (air dingin) dan pada aliran medium pemanas
(air panas) dengan 5 variasi laju alir pada aliran air panas (laju alir air dingin
konstan) serta 5 variasi laju alir pada air dingin (laju alir air panas konstan).
Berdasarkan hasil perhitungan pada pengolahan data dapat diketahui bahwa
efisiensi perpindahan panas dengan variasi laju alir aliran panas memiliki
data efisiensi yang naik turun, hal ini karena ketika praktikum berlangsung
gas untuk menyalakan kompor tiba-tiba habis sehingga menyebabkan
jalannya praktikum menjadi kurang optimal. Pada variasi laju alir aliran
panas diketahui bahwa efisiensi perpindahan panas yang paling tinggi
adalah ketika laju alirnya rendah yaitu pada saat laju alir 0,0278 L/s
menghasilkan efisiensi sebesar 119,86%. Sedangkan pada variasi laju alir
aliran dingin efisiensi perpindahan panas terbesar terjadi ketika laju alir
aliran tinggi yaitu pada saat laju alir 0,1389 L/s menghasilkan efisiensi
sebesar 125,06%.
Berdasarkan data hasil praktikum dan pengolahan data data, baik variasi
laju alir aliran air panas maupun variasi laju alir aliran air dingin, dapat
diketahui bahwa semakin tinggi laju alir maka koefisien perpindahan panas
overall (U) nya pun akan semakin tunggi. Hal ini terjadi karena koefisien
perpindahan panas overall berbanding lurus dengan laju perpindahan kalor
(Q), laju perpindahan kalor (Q) berbanding lurus dengan laju alir (L/s).
Selain itu, koefisien perpindahan panas overall juga berbanding lurus
terhadap konduktivitas panas pelat, sehingga jika koefisien perpindahan
panasnya meningkat maka konduktivitas panasnya pun akan meningkat.

3. Menurut Yasintha Amellia (161411060)


Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan pertukaran panas
menggunakan alat Plate Heat Exchanger. Perpindahan panas dilakukan dari
fluida air panas ke fluida air dingin untuk mendinginkan fluida air panas
tersebut. Sejumlah fluida air panas dan fluida air dingin dipompa menuju
alat Plate Heat Exchanger dan terjadi kontak antara kedua fluida tersebut
secara tidak langsung (konduksi dan konveksi) karena kedua fluida tidak
bercampur. Proses perpindahan panas pada alat PHE ini berlangsung
dengan pola aliran counter-current. Praktikum kali ini bertujuan untuk
memahami konsep perpindahan panas dari alat penukar panas pelat,
menghitung efisiensi perpindahan panas dari alat penukar panas pelat,
menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan dari alat penukar
panas pelat, dan mengamati pengaruh laju alir terhadap efisiensi dan
koefisien perpindahan panas.
Sebelum melakukan percobaan, dilakukan kalibrasi pengukuran manual
laju alir air panas dan laju alir air dingin untuk memastikan bahwa laju alir
pada rotameter tepat. Untuk kalibrasi digunakan gelas ukur dan stopwatch.
Dari kurva kalibrasi diperoleh bahwa laju alir pada rotameter tepat dan baik
untuk digunakan selama percobaan.
Saat melakukan percobaan, pastikan aliran air panas dan air dingin
mengisi penuh pipa agar temperatur air panas masuk, air panas keluar, air
dingin masuk, dan air dingin keluar terukur oleh termometer. Percobaan
dilakukan dengan membuat nilai laju alir salah satu aliran konstan, yaitu
sebesar 300 L/jam (setengah harga maksimum rotameter) dan
memvariasikan nilai laju alir lainnya dan dilakukan pada setiap masing-
masing aliran untuk memperoleh beberapa variabel percobaan.
Pada percobaan tersebut, perpindahan panas pada alat PHE sesuai
dengan teori bahwa perpindahan panas dapat terjadi akibat adanya driving
force berupa perbedaan suhu, tekanan, atau konsentrasi. Pada alat PHE
terjadi perpindahan panas dari fluida air panas ke fluida air dingin
disebabkan adanya perbedaan suhu. Karena adanya perpindahan panas
tersebut, menyebabkan fluida air panas keluar temperaturnya lebih rendah
daripada temperatur fluida air panas masuk, sedangkan fluida air dingin
keluar temperaturnya lebih tinggi daripada temperatur fluida air dingin
masuk.
Setelah dilakukan percobaan, didapat data laju alir serta temperatur
masuk dan temperatur keluar dari kedua fluida. Dari pengolahan data
didapatkan kurva koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) terhadap
laju alir dan kurva efisiensi perpindahan panas terhadap laju alir.
Berdasarkan literatur, koefisien perpindahan panas keseluruhan (U)
berbanding lurus dengan laju alir fluida karena semakin besar laju alir fluida
maka semakin banyak kalor yang berpindah dari fluida air panas ke fluida
air dingin sehingga koefisien perpindahan panasnya juga meningkat. Pada
percobaan, didapatkan bahwa koefisien perpindahan panas keseluruhan (U)
berbanding lurus terhadap laju alir fluida, baik pada fluida air panas maupun
fluida air dingin.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh efisiensi perpindahan panas
yang bervariasi. Berdasarkan literatur, seharusnya semakin tinggi laju alir
fluida maka semakin tinggi efisiensi perpindahan panasnya. Pada fluida air
dingin, data yang didapatkan dari percobaan telah sesuai dengan literatur,
namun pada fluida air panas, data yang diperoleh tidak sesuai dengan
literatur karena semakin besar laju alir air panas, efisiensi perpindahan
panasnya semakin rendah. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan
karena adanya kehilangan panas akibat kontak alat PHE dengan udara luar
dank arena adanya karat atau kerak pada alat PHE sehingga proses
perpindahan panas terganggu.

4. Menurut Yusvan Fauzi (161411063)


Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum heat exchanger dengan
jenis plate heat exchager. Praktikum ini bertujuan untuk memahami konsep
perpindahan panas pada plate heat exchanger, menghitung effisiensi
perpindahan panas, koefisien perpindahan panas keseluruhan serta
mengetahui pengaruh effisien perpindahan panas terhadap laju alir.Prinsip
kerja dari praktikum plate heat exchanger adalah pemanasan terhadap
produk yang dimiliki (air dingin) dengan menggunakan air panas. Air panas
yang bersifat sebagai pemanas akan masuk pada bagian atas plate kemudian
keluar pada bagian bawah plate, namun sebaliknya untuk air dingin sebagai
produk akan masuk pada bagian bawah plate dan keluar pada bagian atas
plate. Untuk rejim aliran yang digunakan pada praktikum plate heat
exchanger adalah couter current atau berlawanan, hal ini bertujuan agar luas
permukaan kontak pada kedua aliran semakin luas sehingga effisiensi
maupun koefisien perpindahan panas akan semakin besar. Pada bagian
plate, aliran panas dan aliran dingin akan dipisahkan oleh plate yang
bergelombang. Tekstur bergelombang pada plate bertujuan untuk
memperluas permukaan dan membuat aliran menjadi turbulen.
Pada praktikum plate heat exchanger kali ini dilakukan dengan 2 jenis
variasi yang dilakukan, pada saat run pertama aliran air dingin di setting
dengan keadaan konstan dan aliran air panas di setting bervariasi yaitu pada
lajua alir 100 L/jam, 200 L/jam, 300 L/jam, 400 L/jam dan 500 L/jam.
Kemudian di run kedua aliran yang bersifat konstan adalah aliran air panas
dan aliran air dingin di setting bervariasi dengan variasi sama seperti run
pertama. Dari data yang diambil, dapat dihitung nilai effisiensi dari setiap
variasi. Pada run pertama yaitu pada pada saat aliaran panas sebagai variasi
memiliki effisiensi yang cukup stabil yaitu diatas 100%. Kemudian pada
run kedua yaitu pada saat aliran air dingin sebagai variasi nilai effisiensi
terjadi kenaikan di setiap penambahan laju alir, hal ini disebabkan karna
pada saat awal proses run satu, pemanas yang digunakan mati dan
menyebabkan suhu air panas turun sehingga proses yang terjadi kurang
optimal.
Selain mendapatkan nilai effisiensi perpindahan panas dari setiap run,
didapat juga nilai koefisien perpindahan keseluruhan untuk setiap run. Nilai
koefisien perpindahan panas untuk run pertama maupun run kedua terjadi
kenaikan pada setiap pertambahan laju alir. Hal ini sesuai dengan literatur
yaitu koefisien perpindahan panas berbanding lurus dengan laju alir
perpindahan panas maupun konduksivitas perpindahan panas.

E. KESIMPULAN

Dari data pengamatan dan hasil pengolahan data diperoleh hasil:

1. Konsep perpindahan panas pada plate HE: Produk (air dingin) yang mengalir
pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium pemanas (air panas) dengan arah
aliran yang berbeda (counter-current), sehingga produk akan cepat memanas
karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas, karena pada
prinsipnya bahwa kalor akan mengalir dari medium dengan temperatur tinggi
ke medium dengan temperatur lebih rendah .
2. Efisiensi perpindahan panas
a. Variasi Laju Alir Air Panas
 Efisiensi pada laju alir air panas 0.0278 L/s (100 L/jam) sebesar
119.86%
 Efisiensi pada laju alir air panas 0.0556 L/s (200 L/jam) sebesar
110.39%
 Efisiensi pada laju alir air panas 0.0833 L/s (300 L/jam) sebesar
112.50%
 Efisiensi pada laju alir air panas 0.1111 L/s (400 L/jam) sebesar
115.35%
 Efisiensi pada laju alir air panas 0.1389 L/s (500 L/jam) sebesar
102.81%
b. Variasi Laju Alir Air Dingin
 Efisiensi pada laju alir air dingin 0.0278 L/s (100 L/jam) sebesar
37.081%
 Efisiensi pada laju alir air dingin 0.0556 L/s (200 L/jam) sebesar
97.086%
 Efisiensi pada laju alir air dingin 0.0833 L/s (300 L/jam) sebesar
116.67%
 Efisiensi pada laju alir air dingin 0.1111 L/s (400 L/jam) sebesar
123.85%
 Efisiensi pada laju alir air dingin 0.1389 L/s (500 L/jam) sebesar
125.06%
3. Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U)
a. Variasi Laju Alir Air Panas
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.0278 L/s (100 L/jam) sebesar 0.1297 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.0556 L/s (200 L/jam) sebesar 0.1642 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.0833 L/s (300 L/jam) sebesar 0.2052 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.1111 L/s (400 L/jam) sebesar 0.2225 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.1389 L/s (500 L/jam) sebesar 0.2885 W/m2.˚C
b. Variasi Laju Alir Air Dingin
 Koefisien perpindahan dingin keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.0278 L/s (100 L/jam) sebesar 0.0815 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan dingin keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.0556 L/s (200 L/jam) sebesar 0.1772 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan dingin keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.0833 L/s (300 L/jam) sebesar 0.1979 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan dingin keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.1111 L/s (400 L/jam) sebesar 0.2437 W/m2.˚C
 Koefisien perpindahan dingin keseluruhan (U) pada laju alir air
panas 0.1389 L/s (500 L/jam) sebesar 0.2871 W/m2.˚C
4. Pengaruh laju alir terhadap efisiensi perpindahan panas dan koefisien
perpindahan panas keseluruhan.
 Pada variasi laju alir air panas, efisiensi berbanding terbalik dengan
besar laju alir. Sedangkan pada variasi laju alir air dingin, efisiensi
berbanding lurus dengan laju alirnya. Sehingga efisiensi akan
meningkat seiring meningkatnya laju alir.
 Koefisien perpindahan panas keseluruhan berbanding lurus terhadap
laju alir, sehingga koefisien perpindahan panas akan meningkat ketika
laju alir aliran dinaikkan. Hal ini berlaku pada variasi laju alir air panas
maupun pada vaeriasi laju alir air dingin.

F. DAFTAR PUSTAKA
Palen, J.W., 1986, Heat Exchanger Sourcebook, Hemisphere Publishing
Corporation, p 536-582
Iffa. Dkk, 2013, Plate Heat Exchanger,
https://www.slideshare.net/mobile/IffaMarifatunnisa/plat-heat-
exchanger, (diakses 23 April 2018)

G. LAMPIRAN

Gambar 1. Aliran Air Dingin Gambar 2. . Aliran Air Panas


Beserta Rotameter dan Beserta Rotameter dan
Termometer Termometer
Gambar 3. Wadah Air Panas Gambar 4. Wadah Air Dingin

Gambar 5. Seperangkat Alat Plate Heat Exchanger

Anda mungkin juga menyukai