Oleh :
Hartono
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN SUSKA Riau
ABSTRAK
dilakukan oleh orangtuanya. Akan tetapi kemudian akibat keterbatasan yang dimiliki
orangtua anak kemudian memasuki pendidikan formal di sekolah-sekolah pada
lembaga-lembaga formal yang telah dikelola secara terstruktur.
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapat dilihat bahwa dalam
pendidikan terdapat dua komponen manusia yang harus ada dalam sebuah proses
pendidikan, yaitu pendidik yang berupaya mewujudkan proses pendidikan pada anak
didik, dan anak didik sebagai subjek yang akan dibentuk dan melaksanakan pendidikan
dalam proses perkembangannya.
Berbagai pandangan dikemukakan para ahli tentang kedua komponen
pendidikan di atas, ada yang mengkajinya dari aspek hakikatnya sebagai manusia, ada
pula yang mengkajinya dalam perspektif pembelajaran formal dan ada pula yang
mengkajinya dalam perspektif filosofis.
Islam sebagai agama kaffah tidak hanya menuntun manusia dalam persoalan
agama ansich, akan tetapi mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik aspek
lahiriyah maupun batiniah, sehingga ajaran Islam benar-benar dapat dijadikan pedoman
dalam segala aspek kehidupan manusia. Islam yang memberikan petunjuk-petunjuk
kepada umat manusia melalui ajaran-ajaran yang termaktub dalam Al-Quran dan sunnah
Nabi Muhammad saw. memberikan pokok-pokok ajaran yang dapat dijadikan pedoman
dalam menjalani kehidupan. Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan aqidah dapat
secara langsung digunakan sebagai pedoman, sementara ayat-ayat yang berhubungan
dengan kehidupan manusiawi dapat dijadikan grand teori untuk kemudian
dikembangkan melalui berbagai penelitian dan analisis sesuai dengan kebutuhan
manusia pada masanya.
Islam memandang manusia secara totalitas, baik dari aspek jasmaniahnya yang
berhubungan dengan kebutuhan fisik, maupun dari aspek psikisnya yang berhubungan
dengan kepribadiannya. Salah satu ajaran Islam yang mencakup kedua aspek tersebut
adalah pendidikan. Pendidikan merupakan aspek ajaran Islam yang memadukan aspek
pisik dan aspek psikis. Dalam pendidikan manusia ditumbuh kembangkan secara total,
tidak memilah-milah mana aspek pisik, dan mana aspek psikis, akan tetapi keduanya
dikembangkan secara serentak di dalam pendidikan.
1. Pendidik
Pendidik merupakan orang yang membimbing terjadinya proses pendidikan
pada peserta didik, sehingga pendidik memiliki tanggungjawab terhadap keberhasilan
atau kegagalan pendidik. Seorang pendidik seyogyanya memiliki kelebihan dari peserta
didik, yang membuat peserta didik merasa tergantung, dan sangat membutuhkannya.
Menjadi pendidik merupakan fitrah setiap manusia dalam memenuhi tanggungjawabnya
sebagai orangtua terhadap anaknya.
Sesuai dengan hal ini, M. Fadhil Jamil memaknai pendidik sebagai orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik, sehingga terangkat derajat
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia. 4
3 Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya, Usaha
Nasional, 1984, hlm. 39.
4 Dikutip dari Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2008, hlm. 58.
Begitu pula surah Al-Baqarah ayat 31, dan hadits nabi Muhammad SAW. yang
berbunyi :
أدبىي ربي فأحسه تأديبي
Artinya : “Tuhanku telah addabani (mendidikku), maka Ia membaikkan
pendidikanku.”
Pendidik yang kedua adalah Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW.
merupakan utusan Allah yang merupakan perpanjangan tangan dari Allah dalam
menyampaikan ajaran-ajaranNya. Nabi menerima wahyu dari Allah SWT dan
berkewajiban mendidik dan mengarahkan umat manusia ke jalan yang diridhoinya.
Gambaran Nabi Muhammad saw. sebagai pendidik dapat dirujuk dala hadits
berikut.
ﺒﺎﺭﺯﺍﻴﻮﻣﺎﻟﻟﻨﺎﺱﻔﺄﺗﺎﻩﺭﺠﻞﻔﻘﺎﻞﻣﺎﺍﻹﻴﻣﺎﻦ ﻥﺎﻜ ﻰﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺼ ﻪﻟﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺴﻭ: ﺓﺮﻳﺮﻫﻰﺒﺍﻥﻋ ﻪﻟﻟﺍﻰﻀﺮ ﻪﻨﻋ ﻞﺎﻗ
ﺍﻹﻴﻣﺎﻦﺃﻦﺘﺆﻣﻦﺑﺎﻟﻟﻪﻭﻣﻺﻜﺘﻪﻭﺒﻠﻘﺎﺌﻪﻭﺒﺭﺳﻟﻪﻭﺘﺆﻣﻦﺑﺎﻠﺒﻌﺙﻘﺎﻞﻣﺎﺍﻹﺴﻼﻡﻘﺎﻞﺍﻹﺴﻼﻡﺃﻦﺘﻌﺑﺪﺍﻠﻠﻪ
ﻮﻻﺘﺷﺭﻚﺑﻪﻮﺗﻘﻴﻢﺍﻠﺼﻼﺓﻮﺗﺆﺪﻱﺍﻠﺯﻜﺎﺓﺍﻠﻤﻔﺮﻮﺿﺔﻮﺘﺻﻮﻢﺮﻤﻀﺎﻥﻦﺍ ﻪﻠﻠﺍﺩﺒﻌﺘ ﻚﻨﺄﻜ ﻩﺍﺭﺘ ﻦﺈﻔ ﻡﻠ ﻦﻜﺗ ﻩﺍﺭﺘ
ﺈﻔ ﻪﻨ ﻚﺍﺮﻳ- ﺒﺳﻪﻨﺎﺤ ﻰﻠﺎﻌﺘﻮ- ﻝﺎﻗﻥﺎﺴﺤﻻﺍﺎﻤ ﻘﺎﻞ ﻤﺗﻰﺍﻠﺴﺎﻋﺔ:ﻝﺎﻗ
ﻤﺎﺍﻠﻤﺴﺌﻮﻞﻋﻨﻬﺎﺒﺄﻋﻠﻢﻤﻥﺍﻠﺴﺎﺌﻞﻮﺴﺄﺨﺑﺮﻚﻋﻥﺃﺸﺮﺍﻂﻬﺎﻝﺎﻗ
ﺇﺬﺍﻮﻟﺪﺖﺍﻷﻤﺔﺮﺑﻬﺎﻮﺇﺫﺍﺗﻂﺎﻮﻞﺮﻋﺎﺓﺍﻹﺑﻞﺍﻠﺑﻬﻢﻔﻰﺍﻠﺑﻧﻴﺎﻦﻔﻰﺨﻤﺲﻻﻴﻌﻠﻤﻬﻦﺇﻻﺍﻠﻠﻪ
ﺇﻦﺍﻠﻠﻪﻋﻨﺪﻩﻋﻠﻢﺍﻠﺳﺎﻋﺔﺍﻷﻴﺔﺜﻢﺃﺩﺒﺭ ﻰﻠﺼ ﻪﻟﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺴﻭ ﺛﻢﺗﻼﺍﻠﻨﺒﻲ
ﺭﺩﻮﻩﻔﻟﻢﻴﺭﻮﺍﺸﻴﺋﺎﻔﻘﺎﻞﻫﺬﺍﺟﺑﺭﻴﻞﺟﺎﺀﻴﻌﻠﻡﺍﻠﻨﺎﺲﺪﻴﻨﻬﻡ ﻰﻠﺼ ﻪﻟﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺴﻭ ﻔﻘﺎﻞﺭﺴﻮﻞﺍﻠﻠﻪ
6
ﻯﺭﺎﺨﺑﻠﺍﻩﺍﻭﺮ
Artinya : Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, ”Adalah nabi SAW. suatu hari berada
di tengah khalayak ramai, maka datang seorang laki-laki maka laki-laki
itu berkata, ”Apa itu Iman?” Nabi menjawab, “Iman adalah bahwa
engkau percaya kepada Allah dan malaikatnya dan percaya bertemu
denganNya, percaya kepada rasulNya, dan percaya kepada hari
berbangkit.” Laki-laki itu berkata, “Apa itu Islam?” Nabi berkata, “Islam
adalah bahwa engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya
dengan yang lain, dan mendirikan sholat, menunaikan zakat yang
diwajibkan dan puasa di bulan Ramadhan. Laki-laki itu berkata, ”Apa itu
ihsan?” Nabi berkata, “Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah
engkau melihatNya, maka jika engkau tidak melihatNya (Allah SWT)
maka sesungguhnya Ia melihatmu.” Laki-laki itu berkata, “Kapan hari
kiamat?” Nabi berkata, “Yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang
menanya. Dan akan saya ceritakan kepadamu tentang ciri-cirinya.
6 Musţafā Muḥammad `Umra, Jawāhir al-Bukhāri wa Sharh al-Qasţalānī, Beirūt, Dār al-Fikr, 1994,hal : 36 – 37.
7 Zakiyah Daradjat et al, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hlm. 35.
8 Ibid.hlm. 38.
4. Berkelakuan baik dan dapat memberi contoh teladan bagi peserta didik
bagaimana cara berprilaku.
Sebagai pendidik profesional seorang guru hendaknya tidak pernah merasa puas
dengan apa yang telah diperolehnya saat ini, akan tetapi harus selalu memperbaharui
diri dengan berbagai penelitian dan mempelajari penemuan-penemuan yang dihasilkan
sebuah penelitian. Dalam arti kata seorang guru dituntut selalu belajar dan
memperbaharui apa yang telah dimilikinya. Guru seperti inilah yang diharapkan dapat
menghantarkan proses pendidikan yang gemilang bagi peserta didik.
Islam memandang perbuatan mendidik sebagai perbuatan yang mulia. Pendidik
merupakan perpanjangan tangan Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW. dalam
menyebarluaskan ajaran-ajaran Allah di muka bumi, sehingga setiap orang yang
mengambil pekerjaan pendidik akan mendapat tsawab (reward) dari Allah, dan sebaik-
baik pendidik adalah orang yang mengajarkan Al-Quran, sebagaimana hadits nabi
Muhammad SAW.
)خيركم مه تعلم القرأن وعلمً (رواي بخاري
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan
mengajarkannya.
2. Peserta Didik
Peserta didik pada dasarnya merupakan manusia yang sedang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan, yang memerlukan bantuan dari orang lain (orang
dewasa) untuk menjalani pertumbuhan dan perkembangannya tersebut. Peserta didik
memiliki berbagai kebutuhan, yang dapat dikategorikan kepada kebutuhan pisik dan
non pisik, di mana masing-masing kebutuhan harus terpenuhi dengan baik.
Islam sebagai agama universal tidak hanya mementingkan masalah ibadah,
namun juga masalah yang lainnya. Islam sangat memperhatikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan pendidikan. Dalam hal pendidikan, khususnya mengenai anak
didik Islam mempunyai pandangan ontologis tersendiri yang tidak dimiliki oleh ajaran
agama lain. Pandangan ontologis Islam tentang pendidikan dapat dilihat dari konsep
fitrah. Fitrah merupakan elemen dasar yang dimiliki oleh semua manusia, dalam hal ini
termasuk pendidik dan peserta didik.
Fitrah berarti suci, bukan seperti teori tabularasa yang dikemukakan John Lock
yang bersih dari segala hal, namun suci dalam arti tidak memiliki dosa bawaan dan
memiliki kecenderungan kepada agama Allah. Suci dalam arti dapat diarahkan
kemanapun juga oleh para pendidik dengan bekal potensi-potensi dasar yang sudah
dimiliki oleh seorang anak setelah dilahirkan ke dunia.
Menurut pandangan Islam fitrah sudah dimiliki oleh seseorang pada waktu ia
baru dilahirkan ke dunia. Seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan suci, dalam arti
suci bersih tanpa noda dosa yang diwariskan pendahulunya, namun sudah membawa
berbagai potensi yang siap dikembangkan lewat pendidikan. Potensi untuk beragama
umpamanya, dapat diarahkan lewat pendidikan. Pada dasarnya semua anak yang baru
dilahirkan sudah membawa potensi beragama dan kecenderungan untuk berTuhan,
untuk mencari sesuatu yang dapat melindungi dan mengatasi berbagai persoalan yang
kadang kala tidak dapat diatasinya dengan hanya mengandalkan manusia dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Namun adakalanya pendidikan dan
lingkungan selanjutnya tidak dapat mendukung potensi tersebut untuk berkembang
sehingga timbul kesan bahwa anak yang dilahirkan sebenarnya tidak memiliki potensi
tersebut. Hanya pemaksaan melalui pendidikanlah yang memaksa seseorang untuk
mengakui adanya Tuhan atau sesuatu zat Maha Agung yang telah menciptakan manusia.
Fitrah dalam Islam tidak sama dengan teori tabula rasa yang dikembangkan John
Lock,13 namun anak tersebut memiliki potensi-potensi yang bersih dari pengaruh
lingkungan, ketika ia baru dilahirkan. Potensi-potensi inilah yang dapat dikembangkan
oleh seorang pendidik melalui pendidikan.
Sesuai dengan hal di atas, sebuah hadits nabi mengemukakan hal yang sama :
)ما مه مىلىد اال يىلذ علئ الفطرة فأبىاي يهرداوً أو يىصراوً أو يمسجساوً (رواي بخاري
artinya : Tidak adalah anak yang dilahirkan itu kecuali dalam keadaan fitrah, maka
kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau
Majusi. Hadits riwayat Bukhari.
Fitrah dalam hadits di atas lebih menekankan pada potensi beragama yang
dimiliki setiap manusia,dan pendidiklah yang akan mengarahkan kecenderungan
beragama tersebut sesuai dengan yang seharusnya. Sesuai dengan fitrah ini dapat pula
disimak ayat Al-Quran suarah Ar-Ruum (30) ayat 30 berikut:
13 John Lock (1632-1704 M) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan,
terutama pendidikan. Lock dikenal dengan teori “tabula rasa” yang menganggap manusia terlahir bagaikan meja lilin yang putih
bersih, dan lingkunganlah yang memberikan tulisan-tulisan yang akan mewarnai meja lilin tersebut.
Diagram Fitrah14)
Bakat
dan
Kecerdasan
Instink Hereditas
(naluri) Keturunan
Potensi
dasar
Intuisi Nafsu
(ilham) (drivers)
Karakter
(Watak asli)
Dari diagram di atas dapat dilihat ada enam potensi dasar yang dimiliki anak
yang baru dilahirkan yang tercakup dalam konsep fitrah, yaitu:
1. Bakat dan kecerdasan
2. Hereditas (keturunan)
3. Nafsu (drivers)
4. Karakter (watak asli)
5. Intuisi (ilham)
6. Instink (naluri).
Seorang anak yang dilahirkan telah memiliki bekal bakat dan kecerdasan yang
akan memberikan peluang bagi anak tersebut untuk berhasil dalam kehidupannya sesuai
dengan bakat dan kemampuan yang ia miliki.
Ramayulis 15 mengklasifikasikan kecerdasan kepada kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan spritual dan kecerdasan qalbu. Kecerdasan
intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani dan
pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yanglain. Kecerdasan
intelektual berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan,
menilai dan memilah serta mempertimbangkan sesuatu, atau kecerdasan yang
14) Lihat M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta, Bumi Aksara, 1991, hlm : 89-103.
17 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,
20)Fathiyah Hasan Sulaiman, Aliran-Aliran dalam Pendidikan (alih bahasa Aqil Husin al-Munawwar dan Hadri
dinyatakan Abdul Rahman Saleh Abdullah mengartikan ibadah dengan makna yang
komprehensif mencakup segala prilaku khalifah yang diperhitungkan sebagai ibadat.
Pelaksaan ajaran Allah dalam bentuk ibadah tersebut dapat melepaskan manusia
dari siksa, baik di dunia (dalam bentuk kesakitan, mala petaka dan kemiskinan),
maupun siksa di akhirat, sehingga dapat diartikan bahwa Islam memandang pendidikan
sebagai tanggungjawab setip muslim, agar mereka terbebas dari siksa api neraka
sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surah At-Tahrim (66) ayat 6:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, “Peliharalah diri dan keluargamu dari api
neraka”.
C. Penutup
Pendidik dan anak didik merupakan sebuah rantai (siklus) yang terus menerus
yang di mana anak didik pada saat ini akan menjadi pendidik pada masa mendatang,
begitu terus menerus selama peradaban manusia masih berkembang.
Demikian tulisan ringkas ini yang mungkin masih jauh dari kelemahan dan
kekurangan, karena apa yang berasal dari Allah adalah yang hakiki, sementara
interpretasi manusiawi bersifat nisbi semata. Kritikan dan saran untuk perbaikan penulis
sangat harapkan. Wallahu a`lam bi ash-Shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh Abdullah, Educational Theory a Quranic Outlook, Makkah al-
Mukaraamah, Jami`ah Umm al-Qura, 1982.
Albert dan Loy Morehead, The New American Webster Handy College Dictionary,
New York, New American Library, 1972.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis danPraktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta, Bumi Aksara, 1991.
Daradjat, Zakiyah et al, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1992.
Runes, Dagobert R. Dictionary of Philosophy, Totowa, New Jersey, Littlefield & Co,
1971.
Sulaiman, Fathiyah Hasan, Aliran-Aliran dalam Pendidikan (alih bahasa Aqil Husin
al-Munawwar dan Hadri Hasan), Semarang, Dina Utama, 1993.