BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi alam dan budaya, Bali
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Upaya ini diwujudkan melalui pendayagunaan berbagai potensi sumber daya alam dan
mengembangkan kebudayaan.
daerah akan berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan alamnya
yang bersifat fundamental dan multidimensi tidak hanya sebatas pada bidang politik,
ekonomi, tetapi juga dalam bidang pariwisata. Kesempatan ini memacu masing-masing
Salah satu kabupaten yang terletak di wilayah tengah Provinsi Bali yang sedang
Beragam kekayaan Kabupaten Bangli, mulai dari alam yang indah dan produk budaya
yang unik serta beragam sebetulnya merupakan faktor-faktor pendukung dan peluang
menyebutkan terdapat 37 buah daya tarik wisata di wilayah Kabupaten Bangli, baik
potensi alam maupun budaya yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu daya tarik
2
wisata sudah berkembang sebanyak 5 buah, daya tarik wisata sedang berkembang
sebanyak 9 buah, dan daya tarik wisata yang belum dikembangkan sebanyak 23 buah.
Salah satu dari sembilan daya tarik wisata yang sedang berkembang dan
tergolong baru di Kabupaten Bangli adalah daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur
(Batur Volcano Museum) yang letaknya sangat strategis yaitu berlokasi di jalan raya
Penelokan Kintamani yang sudah lebih dulu dikenal luas dan menjadi primadona tujuan
satunya di Bali yang secara resmi mulai dibangun pada tanggal 26 Maret 2004 yang
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Direktur Jendral Geologi Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI),
Gubernur Bali, dan Bupati Bangli. Museum Gunuangapi Batur baru dapat diresmikan
dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral RI, Bapak Purnomo Yusgiantoro. Dalam pengelolaan, Bupati Bangli
Mei 2007 tentang Pembentukan Organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur,
Museum Gunungapi Batur memiliki fungsi reservasi, konservasi, koleksi, rekreasi, dan
dan menjadi pusat pengembangan potensi wisata yang berbasis edukatif dan rekreasi.
Sejak dibuka pada bulan Mei tahun 2007, data jumlah kunjungan wisatawan ke
dengan data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli secara umum. Sesuai
3
dengan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli (2010), jumlah
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli pada tahun 2007 tercatat 352.775 orang,
tahun 2008 tercatat 437.207 orang, tahun 2009 tercatat 526.706 orang, dan tahun 2010
Gunungapi Batur pada tahun 2007 tercatat 1.423 orang (0,40 %), tahun 2008 tercatat
5.360 orang (1,22 %), tahun 2009 tercatat 5.168 orang (0,98 %), dan tahun 2010 tercatat
Museum Gunungapi Batur masih sangat rendah, hal ini dapat dimaklumi karena daya
tarik wisata Museum Gunungapi Batur masih tergolong daya tarik wisata yang baru
berkembang, oleh sebab itu diperlukan adanya strategi pengelolaan yang tepat dan
terarah agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Strategi yang akan
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, di samping juga harus
sehingga dapat menjadikan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata utama
permasalahannya museum sering hanya ditempatkan dalam posisi yang tak berbeda
dengan art shop atau gallery, indah tetapi kurang informatif. Kalaupun koleksinya cukup
museum hanya diminati oleh kalangan terbatas dan berkelas tertentu. Namun di era
modern saat ini, museum menjadi lebih terbuka untuk umum sebagai tempat edukasi dan
1. Bagaimana cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang sejelas-
Tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik
2) Untuk mengungkap faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat
wisata.
pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi
optimal.
5
Adapun manfaat yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
ilmu pengetahuan.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan masukan
kepada pihak Pemda Kabupaten Bangli dan Badan Pengelola Museum Gunungapi
Batur tentang strategi pengelolaan yang tepat dilaksanakan supaya berfungsi optimal,
serta dapat menjadi informasi tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur kepada
masyarakat umum.
6
BAB II
Kajian pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai hasil-
hasil penelitian sebelumnya, baik berupa skripsi, tesis, jurnal, buku dan sebagainya yang
dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan kajian pengelolaan museum. Hasil-
hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta dipakai sumber untuk
Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli, namun penelitian
tersebut hanya terbatas untuk mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai
daya tarik wisata dan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap keberadaan Museum
Gunungapi Batur. Sedangkan pada penelitian ini akan lebih dalam mengkaji tentang strategi
pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata agar dapat berfungsi
optimal.
Wisata Museum Le Mayeur Sanur menyimpulkan bahwa dengan pendekatan anlisis SWOT
Museum Le Mayeur, dapat diketahui bahwa strategi pengelolaan yang dapat diterapkan
peluang jangka panjang, dimana penjabaran program operasionalnya juga dijelaskan dalam
penelitian tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian Budhita (2004) hampir sama
7
dengan penelitian ini, yaitu bagaimana merumuskan strategi pengelolaan sebuah museum,
namun kondisi dan lokasi penelitian sangat berbeda, dimana Museum Le Mayeur merupakan
museum yang sudah berkembang dan sudah dikenal luas oleh wisatawan ataupun masyarakat
umum serta berlokasi di daerah kawasan wisata Sanur yang menjadi salah satu barometer
berbeda dengan Museum Gunungapi Batur yang tergolong sebagai daya tarik wisata baru
Bali Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Denpasar menyimpulkan bahwa Museum
Bali memiliki potensi yang besar untuk menarik wisatawan, namun potensi besar tersebut
belum mampu diwujudkan secara optimal, untuk itu diperlukan adanya pendekatan anlisis
SWOT untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara eksternal maupun
internal. Faktor internal mencakup kekuatan dan kelemahan Museum Bali, sedangkan faktor
eksternal mencakup peluang dan ancaman yang dihadapi. Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa resultante faktor eksternal mengarah pada peluang dan resultante faktor internal
mengarah pada kekuatan. Hal ini berarti Museum Bali dapat menerapkan strategi agresif,
dijelaskan dalam penelitian tersebut. Penelitian Buda (2003) juga memiliki kesamaan tujuan
dengan penelitian ini yaitu untuk merumuskan strategi, namun lebih ke arah pengembangan
sedangkan penelitian ini lebih spesifik merumuskan strategi pengelolaan museum. Penelitian
Mardika (2001) dalam penelitiannya dengan judul Manajemen Sumber Daya Budaya
Arma dilakukan dengan model subsidi silang yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya
lokal dengan kecenderungan budaya global. Dalam pengelolaan koleksi, dilakukan integrasi
8
aspek-aspek seni budaya, seperti unsur seni visual, seni pertunjukan, seni kehidupan dan
lingkungannya dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh berciri khas Arma. Sistem
pengelolaannya memadukan museum dengan unit usaha berorientasi profit (seperti hotel,
restaurant, caf, atau gallery) yang saling memberikan kontribusi di bidang sumber daya
manusia, sumber daya keuangan dan pemasarannya. Keberhasilannya sangat ditunjang oleh
adanya jaringan kerjasama yang luas dan global, baik di tingkat lokal, nasional maupun
Penelitian terhadap Museum Arma juga telah dilakukan oleh Karina Lenon, seorang
konsultan dari British Museum di Inggris. Penelitian tersebut dikutip dalam sebuah jurnal
yang ditulis oleh Hari Untoro Drajat (1999) yang berjudul Exploitative Management of The
Arma (periode 1996-1998) dalam rangka menjajagi kemungkinan Museum Arma dapat
mandiri (otonom secara finansial) serta mampu berkembang sebagai pusat seni visual dan
pentas seni. Fokus penelitiannya lebih terpusat pada anlisis kebijakan (aplikasi manajemen
umum) terlepas dengan sarana-sarana penunjang lainnya. Proses studinya diawali dengan
tinjauan terhadap kondisi Arma, kemudian dianalisis kebutuhan yang diperlukan, dan
akhirnya diberikan sejumlah usul model manajemen yang hendak diaplikasikan. Sedangkan
fokus dalam penelitian ini lebih kepada anlisis situasi terhadap kekuatan, kelemahan,
tantangan, dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur
sehingga dapat dirumuskan strategi yang dapat dilaksanakan sehingga dapat berfungsi secara
optimal.
Taman Budaya Provinsi Bali di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar, menyimpulkan
bahwa untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke objek tersebut perlu dilakukan
9
strategi pengelolaan yang tepat dengan mempertimbangkan kekuatan internal disatu pihak
serta peluang dan ancaman dipihak lain. Strategi yang tepat dilakukan dalam pengelolaan
objek wisata Taman Budaya adalah dengan strategi agresif yaitu dengan memanfaatkan
peluang yang ada dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, baik atraksi, fasilitas,
insfrastruktur maupun organisasi dengan selalu melakukan inovasi produk sesuai dengan
meningkatkan kualitas fasilitas objek seperti dengan tanda petunjuk bangunan, tempat
pelayanan informasi, cafetaria, tempat penukaran valuta asing serta toilet, meningkatkan
promosi dan pemasaran, meningkatkan kualitas SDM, mengadakan evaluasi terhadap harga
hubungan baik dengan para seniman, pengrajin, travel agent maupun pelaku pariwisata
lainnya. Penelitian Purnamasari juga menjadikan SWOT sebagai alat anlisis data, dan sama-
sama merumuskan strategi pengelolaan sebuah daya tarik wisata, namun objek penelitiaanya
Sumua hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut, sangat berkontribusi sebagai
bahan masukan dan perbandingan dalam penelitian ini, terkait dengan strategi pengelolaan
sebuah daya tarik wisata. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
adalah penelitian ini akan mengkaji lebih dalam tentang strategi pengelolaan museum yang
baru berkembang dan belum dikenal luas oleh wisatawan dan masyarakat umum, padahal
lokasinya sangat strategis dan berdekatan dengan daya tarik wisata Penelokan yang sudah
terkenal sehingga penelitian ini sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk
2.2 Konsep
Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa pengertian dasar yang
secara langsung terkait dengan topik penelitian. Konsep yang perlu dijelaskan untuk
mendapat gambaran ruang lingkup penelitian ini meliputi : (1) Strategi Pengelolaan, dan (2)
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, yang merupakan kata
bentukan dari dua kata, stratos yang artinya militer dan ag yang artinya memimpin. Pada
awalnya, istilah strategi digunakan dalam bidang militer yang diartikan sebagai kemampuan
memimpin pasukan untuk memenangkan perang. Namun, konsep militer ini diadopsi oleh
dunia bisnis sebagai pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas dan usaha
suatu organisasi. Konsep strategi dapat didefinisikan menjadi dua perspektif berbeda, yaitu :
1) dari apa yang organisasi ingin lakukan, dan 2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya
lakukan. Dari perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk
berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon
Menurut Chandler dalam Rangkuti (2002:7) strategi adalah suatu rencana dasar yang
luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan alat
untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Stanton dalam Budhita (2004: 8)
menyatakan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi
untuk mencapai suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan
lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa
11
Indonesia (2001) menyebutkan strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan
1. Strategi sebagai rencana (plan), yaitu sejumlah aksi yang ingin dilakukan, sejumlah
panduan yang dibuat sebelum aksi, dan dibangun dengan sadar dan dengan tujuan tertentu.
2. Strategi sebagai cara (play), yaitu cara untuk mengalahkan rival dalam situasi kompetitif
atau tawar-menawar.
3. Strategi sebagai pola (patttern), yaitu pola gelombang aksi. Dengan kata lain, strategi
adalah konsistensi perilaku, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
4. Strategi sebagai posisi (position), yaitu alat menempatkan organisasi pada suatu
lingkungan. Dari definisi ini, strategi menjadi kekuatan dalam memediasi atau
menyesuaikan antara organisasi dan lingkungan, antara konteks internal dan konteks
eksternal.
5. Strategi sebagai perspektif (perspective), yaitu suatu tujuan ke dalam organisasi tentang
bahwa semua strategi diasumsikan sebagai konsep atau abstraksi yang ada dalam pikiran
Sedangkan, pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan
tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan, hal ini disebabkan
karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau
pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai
suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung
Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni; menurut Wardoyo (1980:41),
pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari
kata kelola mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
Jadi strategi pengelolaan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang
komprehensif dan terpadu untuk mencapai keunggulan bersaing dalam mencapai tujuan yang
diwujudkan dalam bentuk program-program pengelolaan. Dalam hal ini pengelolaan Museum
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan
bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
Menurut Yoeti (2006:167), secara garis besar terdapat empat kelompok yang
merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu negara daerah tujuan wisata tertentu,
yaitu : natural attraction, build attraction, cultural attraction, dan social attraction.
a. Natural Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah pemandangan alam, laut,
pantai, danau, air terjun, kebun raya, agrowisata, gunung berapi, serta flora dan fauna.
b. Build Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah bangunan dengan arsitektur yang
menarik, seperti rumah adat, bangunan kono dan bangunan modern seperti Taman Mini
d. Social Attraction, yang termasuk kelompok ini adalah tata cara hidup suatu masyarakat
(the way of life), ragam bahasa (languages), upacara perkawinan, upacara potong gigi,
keberhasilan sebagai daerah tujuan wisata adalah : (a) Atraksi wisata (attraction) yang
meliputi atraksi alam dan buatan; (b) Kemudahan untuk mencapai akses (access) seperti
ketersediaan transportasi lokal, baik darat, laut maupun udara, serta sarana dan prasarana
restoran, jasa keuangan, dan keamanan; (d) Jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah
tentang kepariwisataan.
Jadi, yang dimaksud dengan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah cultural
attraction atau sebuah daya tarik wisata budaya yang berupa Museum Gunungapi Batur.
Dalam upaya mempertajam analisis data dalam penelitian tentang strategi pengelolaan
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, akan digunakan teori manajemen
(pengelolaan), teori SWOT dan teori perencanaan. Pengertian masing-masing teori tersebut
kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau bisa
juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi
the specific tool, the specific function, the specific instrument, to make institutions
capable of producing resultsthe critical functions in tourism management are
planning, coordination and control (Richardson & Fluker, 2004 dalam Pitana,
2009:80).
fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan sendiri.
Fungsi koordinasi merujuk kepada fungsi seorang manajer untuk menerjemahkan sebuah
secara sistematis ke dalam semua fungsi manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam
Manajemen yang baik dan efektif memerlukan pengusahaan atas orang-orang yang
akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mulai mengatur hidupnya begitu ia bisa
mandiri. Di tingkat sosial, subjek manajemen adalah organisasi dan kumpulan organisasi
yang merupakan :
Seorang manajer dapat mengelola input, proses dan output dari sistem organisasinya
namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor yang berada di luar organisasi
meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan bagaimana organisasi tersebut berjalan. Jadi
cakupan dan limit dari manajemen tergantung pada sistem organisasi dimana kekuasaan
manajerial diaplikasikan.
bagian-bagian dalam struktur organisasi tersebut memiliki tugas, fungsi dan wewenang
masing-masing yang saling berkaitan dan saling membutuhkan sebagai satu kesatuan yang
terintegritas.
pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini (rumusan
masalah 1).
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
mereka. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan, dengan demikian perencanaan strategi harus
Tunggal (1993:78) menyatakan bahwa tujuan dibuatnya analisis SWOT ini adalah untuk
dapat mengidentifikasi salah satu dari empat pola yang berbeda dalam perpaduan antara
Dalam penelitian ini, teori SWOT digunakan untuk mengetahui faktor pendorong dan
penghambat upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata
suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Selanjutnya dalam tingkat yang lebih rumit dimana adanya pengaruh internal dan eksternal
yang cenderung sulit untuk dikendalikan, perencanaan dapat berarti mengetahui dan
menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat
tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk
Berdasarkan definisi diatas, Conyers & Hills berpendapat bahwa terdapat empat
elemen dasar perencanaan, yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan
merupakan alat pengalokasian sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai
antara lain :
17
a. Memberi pengarahan
Dengan adanya prencanaan, para pelaksana dalam suatu organisasi atau tim mengetahui
apa yang hendak dilakukannya dan ke arah mana yang akan dituju, apa yang akan
dicapai.
b. Membimbing kerjasama
Perencanaan dapat membimbing para petugas untuk tidak bekerja menurut kemauannya
sendiri. Dengaa adanya perencanaan, seseorang merasa sebagai bagian dari suatu tim.
c. Menciptakan koordinasi
Bila dalam suatu proyek, masing-masing keahlian berjalan secara terpisah, kemungkinan
besar tidak akan tercapai suatu sinkronisasi dalam pelaksanaan. Karena itu, sangat
Suatu perencanaan pada umumnya telah menggariskan suatu program yang hendak
dilakukan, meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggungjawab tiap individu atau tim
dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang telah direncanakan dengan apa yang
telah dilaksanakan, akan segera dapat dihindarkan, sehingga sistem ini akan mempercepat
e. Memperkecil resiko
Perencanaan mencakup pengumpulan data yang relevan dan secara hati-hati menelaah
segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Karena itu
sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melalui inisiatif sendiri. Suatu
perencanaan merupakan suatu mata rantai yang esensial anatar pemikiran (thought) dan
pelaksanaan (action).
pedoman pelaksanaan dan tolak ukur pencapaian tujuan pembangunan. Menurut Inskeep
flexible approach). Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik
tingkat nasional maupun regional. Perencanaan pariwisata dilihat sebagai suatu proses
2. Pendekatan sistem (system approach), pariwisata dipandang sebagai suatu sistem yang
Seluruh aspek yang tekait dalam perencanaan pariwisata, yang mencakup institusi,
menyeluruh.
sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam dirinya dan juga terintegrasi dalam
19
keseluruhan rencana dan total pola teladan pengembangan dalam suatu area. Pendekatan
ini memandang kawasan sekitar kawasan wisata yang sedang direncanakan sebagai
dikelola dengan memperhatikan kelestarian lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisa
daya dukung adalah suatu teknik penting yang menggunakan pendekatan pengembangan
dan rumusan pengembangan pariwisata dibuat serealistis mungkin dan dapat diterapkan.
process).
Dalam penelitian ini, teori perencanaan digunakan dalam merumuskan stategi yang
dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Meseum Gunungapi Batur sebagai daya
Dari ketiga rumusan masalah yang akan dikaji dengan berbagai indikatornya dan
mengacu pada konsep dan teori yang telah diajukan dalam penelitian, sehingga menghasilkan
hasil penelitian (out put) yang digunakan sebagai acuan atau rekomendasi dalam menentukan
kebijakan strategi yang tepat dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya
tarik wisata, maka model penelitian dapat digambarkan dalam Gambar 2.1.
20
Gambar 2.1
Model Penelitian
Museum Gunungapi
Batur
- Minimnya pengetahuan masy - Menjadi trend dan kebutuhan
ttg museum, shg kurang akan edukasi dan rekreasi
diminati. - Museum lebih inovatif dan
- Museum hanya sebagai informatif shg mampu
gallery (indah tapi kurang Pengelolaan Museum
membangun ikatan emosional
informatif) Gunungapi Batur dgn pengunjung
- Hanya dikunjungi kalangan Sebagai Daya Tarik - Sangat terbuka utk umum
terbatas dan berkelas Wisata
tertentu
Matriks IFAS-EFAS
(grand strategy)
Matriks SWOT
(alternative strategy)
Rekomendasi
Keterangan Gambar :
: Interaksi
: Pengaruh
: Harapan
21
Ilustrasi Model :
Perbedaan pandangan budaya lokal dengan budaya global yang lebih modern
tentang pentingnya keberadaan sebuah museum menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji
dalam upaya pengelolaan sebuah museum di Indonesia, salah satunya adalah pengelolaan
Museum Gunungapi Batur di Kabupaten Bangli yang memiliki koleksi unik namun belum
mampu secara optimal menarik minat wisatawan untuk berkunjung, sehingga diperlukan
terlebih dahulu kajian terhadap cara pengelolaan yang dilakukan oleh pihak Badan Pengelola
pada dewasa ini dengan pendekatan teori manajemen (pengelolaan), kemudian dianalisis
faktor pendorong dan penghambat pengelolaan dengan teori SWOT, selanjutnya dengan
pendekatan teori perencanaan dapat dirumuskan strategi pengelolaan yang tepat sehingga
dapat berfungsi secara optimal, dengan teknik analisis matriks IFAS-EFAS akan
menghasilkan strategi umum (grand strategy), selanjutnya dengan analisis matriks SWOT
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata untuk direkomendasikan kepada pihak Badan
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data
penyebaran angket (questioner) dan studi kepustakaan. Penyajian analisis dilakukan secara
formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (naratif). Analisis SWOT dipergunakan untuk
yang dimiliki Museum Gunungapi Batur, serta situasi eksternal, berupa peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap upaya merumuskan strategi
Penelitian ini dilakukan di Museum Gunungapi Batur yang berlokasi di jalan raya
pusat kota Bangli dan sekitar 63 Km dari kota Denpasar. Terdapat beberapa pertimbangan
mengenai dipilihnya Museum Gunungapi Batur sebagai lokasi penelitian, yaitu (1) Museum
Gunungapi Batur tergolong daya tarik wisata yang baru berkembang sehingga diperlukan
adanya strategi pengelolaan yang tepat dan terarah, (2) jumlah kunjungan wisatawan masih
sangat rendah, (3) Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan
kepada masyarakat luas, dan (4) lokasinya sangat strategis, yaitu berada di sekitar kawasan
Penelokan yang sudah dikenal luas oleh wisatawan domestik maupun internasional. Adapun
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
LOKASI MUSEUM
GUNUNGAPI BATUR
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur secara langsung dengan angka namun
manajemen pengelolaan museum, serta anlisis lingkungan internal dan eksternal yang
24
berupa analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Museum Gunungapi Batur
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang akan disusun serta
dan data penilaian responden terhadap variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dimiliki Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Data
kuantitatif dalam penelitian ini hanya berfungsi sebagai data penunjang yang sangat
Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, misalnya data hasil
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang menunjang
penelitian ini yang bukan merupakan pihak pertama seperti buku-buku literatur, jurnal
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah (1) peneliti sendiri, (2) angket (kuisioner), (3) alat perekam wawancara/tape recorder,
dan (4) kamera digital, untuk mendapatkan data yang lengkap dari semua pihak yang terkait
sehingga data yang diperoleh dapat menjawab semua permasalahan yang diteliti.
25
teknik purposive sampling. Menurut Marzuki (1977: 50), teknik purposive sampling adalah
penentuan informan dilakukan dengan sengaja berdasarkan tujuan dan maksud tertentu agar
memberikan data terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Adapun responden dalam
Kabupaten Bangli.
Gunungapi Batur.
Jumlah responden yang diambil untuk memberikan pembobotan dan rating mengenai
mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Responden
terdiri dari :
III. Unsur Akademisi, meliputi 5 orang dosen pariwisata yang berasal dari Bangli.
Museum Gunungapi Batur, dilakukan dengan teknik quota sampling sejumlah 25 orang yang
dilakukan secara accidental (kebetulan), yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai
dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel
(Riduwan, 2006). Pendapat wisatawan ini diperlukan dalam penyususnan program strategi
lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keberadaan Museum
dilakukan terhadap informan yang memiliki informasi dan pengetahuan yang luas dan
penelitian ini adalah Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, Kepala
Bangli, Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kabupaten Bangli, Kepala Bidang
Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli, dan tokoh masayarakat Desa Batur
Batur sebagai daya tarik wisata, yaitu pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan
Gunungapi Batur.
(Marzuki, 1977:64). Studi kepustakaan ini dilakukan ke berbagai sumber data seperti :
gunungapi Batur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli berupa data
kepariwisataan di Kabupaten Bangli, serta pengumpulan data dari berbagai buku dan
kepustakaan.
Teknik anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) Analisis deskriptif
kualitatif; 2) Analisis Matriks IFAS dan EFAS yang akan menghasilkan startegi umum
(grand strategy) pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata; 3)
Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT akan menghasilkan
strategi alternatif. Adapun masing-masing metode anlisis tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
28
Anlisis deskriptif kualitatif memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data dan
informasi yang diperoleh, sehingga menjadi lebih bermakna daripada sekedar penyajian
dalam bentuk angka-angka (numeric). Metode ini digunakan terhadap hasil anlisis
Anlisis matriks IFAS dan EFAS, yaitu metode anlisis untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang dianalisis terhadap
Setelah faktor strategi internal diidentifikasi, maka perlu dilakukan evaluasi dengan
matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) yang tampak pada Tabel 3.1 dengan
(weakneses).
3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor kekuatan yang
memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), 3 (cukup kuat), dan 4 (sangat kuat).
Sedangkan untuk faktor kelemahan berlaku sebaliknya. Jadi rating mengacu pada kondisi
4. Mengalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai
skornya.
29
5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi yang dinilai. Jika nilainya
dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal objek adalah lemah, sedangkan nilai yang
Tabel 3.1
Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary)
menggunakan matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) yang tampak pada Tabel
(threats).
3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang yang
memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), 3 (cukup kuat), dan 4 (sangat kuat).
30
Sedangkan untuk faktor ancaman berlaku sebaliknya. Jadi rating mengacu pada kondisi
4. Mengalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai
skornya.
5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi yang dinilai. Jika nilainya
dibawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek adalah lemah, sedangkan nilai
Tabel 3.2
Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)
faktor-faktor eksternal berupa faktor-faktor peluang dan ancaman, kombinasi ini akan
Gunungapi Batur.
31
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan
dalam anlisis SWOT. Anlisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor eksternal yang
merupakan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor-faktor internal yang
dengan faktor eksternal ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi,
yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT, seperti yang terlihat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Matriks Analisis SWOT
Keterangan :
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
32
d. Strategi WT (Weaknesses Treaths), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun
informal (dalam bentuk naratif). Penyajian hasil analisis data secara formal digunakan dalam
analisis matriks IFAS dan EFAS serta analisis matriks SWOT sehingga dapat lebih mudah
dipahami oleh pembaca, namun secara keseluruhan penyajian hasil analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara informal dalam bentuk narasi yang menjelaskan dan
EFAS akan menghasilkan strategi umum (grand strategy), sedangkan analisis SWOT dengan
menggunakan diagram dan matriks SWOT akan menghasilkan strategi alternatif dalam
BAB IV
oleh Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI. Konsep dari
pembangunan Museum Gunungapi Batur ini mempunyai konsep desain Geo Science yang
meliputi preservasi, konservasi, koleksi, sarana edukasi, rekreasi, dan sarana informasi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan gunung berapi. Keberadaan Museum Gunungapi Batur
ini diharapkan akan menjadi pusat informasi kegunungapian di Indonesia pada umumnya dan
kenyataan bahwa Indonesia memiliki 500 gunungapi, 129 diantaranya dikategorikan sebagai
gunungapi aktif, yang terbentang luas dari pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kepulauan Banda, Halmahera hingga Sulawesi bagian utara, membentuk suatu busur
komposisi gunungapi aktif di dunia. Dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika
Serikat, Jepang, Perancis, dan Italia yang memiliki jumlah gunungapi lebih sedikit daripada
Bercermin dari realita tersebut, DPR melalui Komisi VII pada tanggal 11 Juni 2002
usulan tersebut, pada tanggal 9 Juli dan 14 Juli 2002 dilakukan pertemuan antara Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jendral Geologi dan Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Bupati Bangli, BAPPEDA
34
Kabupaten Bangli dan DPRD Kabupaten Bangli untuk membahas rencana pembangunan
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan BAPPEDA
Kabupaten Bangli. Salah satu agenda dalam nota kerjasama tersebut adalah studi kelayakan
museum dan pembuatan proposal pembangunan Museum Gunungapi Batur. Kemudian pada
Direktur Jendral Geologi Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral RI, dengan Gubernur Bali dan Bupati Bangli. Peletakan batu pertama pembangunan
gedung museum dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2004 oleh Direktur Jendral Geologi
ESDM RI, dalam mewujudkan pembangunan tersebut juga melakukan kerjasama dengan
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI,
dalam pemanfaatan Taman Wisata Alam Penelokan sebagai lokasi pembangunan. Luas
Taman Wisata Alam Penelokan yang dimanfaatkan untuk pembangunan Museum Gunungapi
Museum Gunuang Api Batur baru dapat diresmikan dan dibuka untuk umum pada
tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Bapak Purnomo
Yusgiantoro. Rencana pembangunan gedung (master plan) Museum Gunungapi Batur dapat
pengunjung atau wisatawan dapat menikmati koleksi dan fasilitas yang disediakan dengan
Memasuki pintu utama gedung museum di lantai satu, pengunjung akan disambut
oleh para petugas reception untuk dipersilakan melakukan registrasi pengunjung dan
pembayaran tiket masuk (entrance ticket) sebesar Rp. 10.000 untuk wisatawan asing dan Rp.
5000 untuk wisatawan domestik. Selanjutnya pengunjung akan dipandu oleh para pemandu
(guides) untuk menyaksikan dan menjelaskan tentang koleksi museum. Di areal loby juga
terdapat lukisan grafis tentang mitologi Bedawang Nala yang menurut keyakinan masyarakat
Hindu di Bali, mitologi ini menceritakan tentang Hyang Pasupati yang berstana di Gunung
Sanghyang Naga Basukih dan Sanghyang Naga Taksaka memindahkan sebagaian Puncak
Gunung Semeru ke Bali Dwipa agar keadaan Bali tidak goyah. Setelah tiba di Bali, bagian
puncak Gunung Semeru yang dibawa dengan tangan kanan menjadi Gunung Agung
sedangkan yang dibawa dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur. Kedua gunung inilah
36
menurut kepercayaan masyarakat Hindu di Bali dikenal sebagai Dewi Lingga Giri yang
Planet bumi mempunyai banyak cairan dan air dipermukaannya yang sangat mempengaruhi
pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Gunungapi timbul
akibat pergerakan antara kerak benua dan kerak samudra. Pergerakan antara kerak benua dan
kerak samudra menimbulkan 4 busur gunungapi berbeda, yaitu gunungapi tengah samudra,
gunungapi tepi benua, gunungapi tengah benua, dan gunungapi dasar samudra. Panel
Informasi yang bisa diperoleh dari panel ini adalah berupa informasi tentang material
letusan yang dikeluarkan akibat letusan gunungapi. Material tersebut antara lain, aliran lava,
aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, lahar letusan, gas vulkanik beracun dan hujan lumpur.
pengunjung langsung disuguhi dengan slide show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung
tempo dulu. Pada bagian ini pengunjung dapat mengetahui tentang keadaan Gunungapi Batur
dari tahun 1915, 1926, 1956 sampai sekarang. Pengunjung juga dapat mengetahui dampak
yang dihasilkan letusan Gunung Agung pada tahun 1963 yang memperlihatkan kerusakan
dan korban jiwa. Slide show Gunungapi Batur dan Agung seperti terlihat dalam Gambar 4.5.
38
Pada bagian ini, pengunjung disuguhkan dua layar peta sebaran gunungapi yaitu peta
sebaran gunungapi dan jalur gempa di Indonesia dan di dunia. Kedua peta ini dilengkapi
dengan tombol otomatis, dimana melalui tombol ini pengunjung dapat melihat sebaran
gunungapi berikut jalur dan titik gempanya dengan cara menekan salah satu tombol yang ada
di depan peta. Dengan menggunakan tombol ini pengunjung bisa mengetahui lokasi dan tipe
gunung yang sedang dipilih melalui perbedaan warna yang menyala pada lampu. Di
Indonesia terdapat 129 gunungapi yang dikategorikan aktif, dan 5 diantaranya termasuk
gunungapi teraktif di dunia yaitu Gunungapi Batur, Tambora, Merapi, Krakatau, dan Semeru.
Layar peta sebaran Gunungapi dan jalur gempa tersebut terlihat dalam Gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6 Peta Sebaran Gunungapi dan Jalur Gempa di Indonesia dan di dunia
39
komputer animasi ini dijelaskan mengenai parameter yang mempengaruhi suatu letusan
gunungapi secara menarik dan atraktif yaitu melalui sebuah game. Dalam game ini
yang mempengaruhi letusan gunungapi yang dijelaskan dalam game tersebut, yaitu : jenis
magma, tingkat tekanan gas, dan kedalaman dapur magma. Dengan game interaktif ini
pengunjung dapat menentukan sendiri tipe letusan yang diinginkan, yang mana nantinya dari
setiap perbedaan parameter yang dipilih akan menghasilkan tipe letusan yang berbeda.
Adapun layar komputer animasi letusan, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.7.
Panel ini dipajang tepat di atas game interaktif, pada panel ini pengunjung dapat
melihat keindahan panorama gunungapi yang ada di Indonesia. Jumlah photo gunungapi
sebanyak 60 buah dengan berbagai ciri khas panorama serta letusannya. Berikut dalam
Diorama ini merupakan miniature dari Gunungapi Batur dan Danau Batur dengan
bentuk persegi empat dengan ukuran 2,5 x 2 meter. Diorama ini dilengkapi 4 buah tombol
yang nantinya pengunjung dapat menekan sendiri sesuai dengan tahun letusan yang
diinginkan. Melalui keempat tombol ini (Prasejarah, 1888, 1921, dan 1926) pengunjung dapat
menyaksikan letusan Gunungapi Batur berikut arah aliran lavanya sesuai dengan keadaan
pada tahun yang dipilih. Diorama Gunungapi Batur terlihat dalam Gambar 4.9 berikut.
Panel ini merupakan wajah Gunungapi Batur saat ini, selain pengunjung dapat
menikmati keindahan panorama danau dan gunung Batur, pengunjung juga dapat
Gambar 4.10 Panel Photo Grafis Panorama Gunung dan Danau Batur
10) Panel Photo Gunungapi Batur Tempo Dulu dan Photo Dampak Letusan Gunung Agung
Pada panel ini menyajikan gambaran Gunungapi Batur pada tahun 1848, 1905, 1919,
dampak letusan Gunungapi Batur tahun 1926 dan dampak letusan Gunungapi Agung tahun
1963. Dampak letusan tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.11 berikut.
11) Panel Evolusi Kaldera Batur dan Komputer Game Evolusi Kaldera Batur
Pada panel ini dijelskan bagaimana sejarah evolusi Batur purba menjadi kaldera Batur
yang sekarang. Gunungapi Batur purba tingginya mencapai 3000 meter di atas permukaan
laut. Sejarah mengatakan bahwa Penelokan yang sekarang dahulunya merupakan kaki
Gunungapi Batur, mengalami berbagai evolusi yang dimulai dari letusan pertama Gunungapi
Batur purba yang membentuk parasit Gunung Abang di sebelah timur lereng Gunungapi
Batur purba. Pada 29.300 tahun yang lalu terjadi letusan yang sangat dahsyat yang
menghancurkan sebagian dari puncak Gunungapi Batur purba. Hancurnya sebagian puncak
letusannya mengendap menjadi Ignimbrit Ubud. Vulkanisme Gunungapi Batur masih terus
berlangsung, pada 20.150 tahun yang lalu terjadi letusan yang membentuk kaldera II dengan
diameter 7 km. fenomena alam Gunungapi Batur purba berhenti setelah letusan besar pada
5.500 tahun yang lalu, dimana vulkanisme ini membentuk tiga kerucut Gunungapi Batur yang
sekarang. Letusan Gunungapi Batur ini menghasilkan hujan yang lama, dan karena adanya
cekungan di kaldera, air hujan ini tertampung dan terbentuklah Danau Batur. Demikian
evolusi Gunungapi Batur purba hingga menjadi Gunungapi Batur yang sekarang. Panel
Evolusi Kaldera Batur tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.12 berikut.
Pada panel ini pengunjung dapat mengetahui informasi letusan gunungapi Batur.
Gunungapi Batur tercatat mengalami 26 kali letusan yaitu dimulai dari tahun 1804 sampai
yang terakhir tahun 2000. Berikut dalam Gambar 4.13 ditampilkan gambar animasi proses
13) Peta Geologi Kaldera Batur, Peta Kawasan Rawan Bencana dan Maket Geologi Kaldera
Batur.
Pada bagian selanjutnya pengunjung akan disuguhkan dengan peta dan maket geologi
kaldera Batur. Dalam peta dan maket ini disajikan informasi mengenai daerah aliran lava
sesuai dengan tahun letusannya. Pada bagian ini juga tersaji peta kawasan rawan bencana
yang menampilkan informasi daerah mana saja di kawasan Gunungapi Batur yang terhadap
bahaya jika Gunungapi Batur mengalami proses-proses vulkanisme. Dalam Gambar 4.14
material yang dihasilkan dari letusan Gunungapi di Indonesia yang sebagian besar berupa
jenis batu kristal dan sejenisnya yang telah berusia jutaan tahun, seperti : amethyst, quartz
crystal, crystal geode, pyrite, quartz crystal, dan volcanic obsidian, seperti yang terlihat
Gambar 4.15 Material Hasil Letrusan Gunungapi yang Berumur Jutaan Tahun
panel yang menjelaskan jenis-jenis sayatan batuan. Bila sebuah batu kita sayat atau asah
dengan metode tertentu dan kita teliti dengan mikroskop, maka aka nada bentuk-bentuk
45
berbeda yang akan kita lihat pada batuan yang berbeda pula. Bentuk-bentuk batuan ini juga
memiliki nama yang berbeda. Terdapat beberapa nama sayatan batuan seperti : basalt,
andesite, decite, gabbro, diorite, rhyolite, granite, leucitite, nosean leucite phonolite, tuff, dan
lain-lain. Panel sayatan batuan seperti terlihat dalam Gambar 4.16 berikut.
Museum Gunungapi Batur juga dilengkapi dengan alat pemantau. Beberapa panel
tentang sistem dan peralatan pengamatan gunungapi serta panel peringatan dini dapat
pengunjung temukan disini. Melalui panel ini pengunjung akan mengetahui bagaimana cara
dan alat apa saja yang dipergunakan untuk memantau aktifitas gunungapi. Selain itu,
pengunjung juga akan mendapat pengetahuan tambahan tentang gejala awal atau tanda-tanda
akan terjadinya letusan gunungapi secara tradisional, salah satunya yaitu ditandai dengan
turunnya binatang yang menghuni puncak dan lereng gunung karena suhu semakin
meningkat. Museum Gunungapi Batur juga dilengkapi dengan peralatan pemantau gunungapi
yang disebut seismograph gigital, alat ini dipasang di 5 tempat yaitu di Gunung Batur, Danau
Batur, Desa Songan, Desa Yeh Mampeh dan Gunung Agung. Melalui seismograph ini
petugas dapat memantau keadaan di lokasi tersebut setiap saat. Dalam ruangan ini juga
dilengkapi dengan real time camera, melalui media CCTV pengunjung dapat memantau atau
melihat langsung segala kejadian yang terjadi saat itu pula di sekitar kawah dan Danau Batur.
46
Dalam panel ini pengunjung akan disuguhkan dengan gambar-gambar visual tentang
pemanfaatan berbagai material hasil letusan gunungapi yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia, contohnya lava hasil letusan gunungapi dapat dimanfaatkan masyarakat
sebagai bahan bangunan maupun patung dan arca, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.18.
dipandu menuju ruang audio visual/bioskop yang bertaraf internasional, hal ini dapat dilihat
47
dari fasilitas yang digunakan di gedung ini. Kapasitas tempat duduk mencapai 160 orang.
Pengunjung akan disuguhkan dengan film dokumenter sejarah keberadaan Gunungapi Batur
sejak jaman purba sampai dengan saat ini yang juga menampilkan letusan disertai dampak
Di sebelah ruang bioskop terdapat sebuah ruang rapat (converence room) yang
didesain khusus untuk disewakan sebagai tempat kegiatan rapat atau pertemuan dengan
kapasitas 43 orang, setiap meja dilengkapi dengan mikrofon, ruangan juga dilengkapi dengan
LCD dan layar otomatis serta peralatan sound system yang lengkap.
Di bagian akhir dari alur kunjungan, pengunjung dapat naik ke lantai 3, dimana dalam
ruangan ini merupakan tempat yang digunakan petugas vulkanologi untuk memantau
aktivitas Gunungapi Batur. Dalam ruangan ini tersedia teropong pengamatan untuk
dipandang perlu untuk diketahui dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya
tarik wisata di Kabupaten Bangli, sebab wisatawan adalah pemakai (user) dari produk wisata
yang ditawarkan. Keberhasilan penawaran (supply) sebuah produk wisata akan diukur dari
maupun asing yang ditemui di lokasi penelitian. Adapun tabulasi persepsi wisatawan tersebut
Tabel 4.1
Hasil Tabulasi Persepsi Wisatawan Terhadap Keberadaan Museum
Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
2 Koleksi Museum 19 6 - - 25
tersedia
5 Informasi Kegunungapian 21 4 - - 25
6 Pelayanan Petugas 5 18 2 - 25
local
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, maka dapat diketahui bahwa persepsi wisatawan secara
umum terhadap kondisi Museum Gunungapi Batur sangat baik, dimana dari 25 orang
responden wisatawan sebagian besar penilaiannya pada posisi baik dan sangat baik, sebagian
besar responden berpendapat bahwa keunggulan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur
adalah adanya sentuhan teknologi dalam penyajian koleksinya sehingga lebih atraktif dan
kemampuan komunikasi bahasa asing para pemandu wisatawan, dan 2 orang responden
(0,8%) yang menyatakan tidak baik terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan, hal ini
disebabkan karena di areal parkir masih terlihat kurang bersih dan kurang rapih dengan
keberadaan warung-warung tenda pedagang kaki lima, kondisi ini disebabkan karena pada
pagi harinya areal parkir museum dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan
pasar tradisional. Hal lain yang perlu segera mendapat perhatian dari pihak pengelola
museum dan Pemkab Bangli adalah adanya keluhan wisatawan terkait keramahan masyarakat
lokal khususnya para pedagang acung yang terkadang sangat mengganggu kenyamanan
keramahan masyarakat lokal, seperti yang dikemukakan oleh Mr. Jhon Simone, salah seorang
wisatawan asal Inggris yang merasa terganggu dengan keberadaan para pedagang acung yang
Keadaan tersebut harus segera ditangani oleh pihak-pihak terkait untuk memelihara citra
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat lokal khususnya para pedagang acung tentang
pentingnya keramah-tamahan dan sikap pelayanan yang baik kepada para wisatawan.
4.2 Cara Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Pada
Dewasa Ini
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan cara pengelolaan Museum Gunungapi
Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini adalah langkah-langkah atau program kerja
51
yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini dalam
operasionalnya mewujudkan salah satu fungsi museum sebagai daya tarik wisata.
Museum Gunungapi Batur merupakan museum yang dibangun oleh pemerintah, yaitu
kerjasama antara Direktorat Jendral Geologi Sumber Daya Mineral RI dengan Pemerintah
Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Bangli. Dalam hal operasional pengelolaan,
sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Bangli. Oleh karena itu, Bupati Bangli
telah menerbitkan Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 24 Mei 2007
tentang Pembentukan Organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, yang secara
melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan
dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007. Adapun fungsi Badan
permuseuman.
museum.
e. Penetapan kebijakan penentuan tarif parkir kendaraan dan tarif masuk gedung
Museum.
Demikian berbagai program kerja yang telah dirumuskan dan dilaksanakan oleh pihak
Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini sesuai dengan fungsi dan
reservasi, konservasi, koleksi dan edukasi tentang kegunungapian, serta sebagai salah satu
organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur yang dipimpin oleh seorang Kepala
Badan Pengelola yang ditunjuk langsung oleh Bupati Bangli selaku Pembina. Adapun
struktur organisasi Badan Pengelola Museum Gungapi Batur dapat dilihat dalam Gambar
4.22 berikut.
53
Gambar 4.22
Struktur Organisasi Museum Gunungapi Batur
Kabupaten Bangli
Pembina
Badan Pengawas
Kepala Badan
Yang dimaksud dengan Pembina dalam Gambar 4.22 di atas adalah Bupati Bangli dan
Badan Pengawas adalah orang yang ditugaskan memonitor dan mengawasi kegiatan
merupakan pemimpin dan penanggung jawab pengelolaan museum, yang bertanggung jawab
54
langsung kepada Pembina. Bagian Tata Usaha merupakan pelaksana ketatausahaan, dipimpin
oleh Kepala Bagian Tata Usaha yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan
terdiri dari : Sub Bagian Umum dan Sub Bagian Keuangan.masing-masing Sub Bagian
dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian. Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Gambar 4.22 di atas,
merupakan pelaksana teknis museum yang terdiri dari : Bidang Informasi, Bidang
Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab
dengan perincian 8 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT),
dan 9 orang tenaga honorer (4 petugas kebersihan, 3 satpam, 2 petugas parkir). Sejumlah
PNS dan PTT tersebut adalah pegawai kantor Bappeda dan Disbudpar Kabupaten Bangli
Selain menjalankan fungsi dan wewenangnya sesuai tersebut di atas, Badan Pengelola
Museum Gunungapi Batur juga telah menyusun dan melaksanakan berbagai program kerja
1. Mengadakan rapat rutin internal setiap akhir bulan untuk mengevaluasi kinerja
kerja bakti rutin bersama seluruh karyawan Badan Pengelola Museum Gunungapi
4. Menerbitkan buku panduan Volcano Talks Museum Gunungapi Batur sebagai buku
Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur dalam penelitian ini
adalah berbagai kekuatan dan peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam
pengelolaan daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur untuk meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan, sedangkan faktor penghambat upaya pengelolaan dalam penelitian ini
adalah berbagai kelemahan dan ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam
(strengths) yang menjadi pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai
sejarah tinggi berupa material letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai
pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi.
56
3. Adanya penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi Museum Gunungapi
4. Letaknya sangat strategis, berada di sekitar Penelokan Kintamani yang sudah terkenal
Batur.
5. Bangunan dan fasilitas Museum Gunungapi Batur sangat lengkap dan bertaraf
internasional.
2. Adanya dukungan pemerintah pusat (Kementerian Pariwisata dan Budaya RI) untuk
menumbuhkan gerakan cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu
(DMO) Kintamani pada bulan April 2011 untuk mewujudkan kawasan kaldera
4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus
meningkat.
wisatawan untuk mengakses informasi tentang keberadaan sebuah destinasi dan daya
tarik wisata.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap para responden, maka dapat
1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan
2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan sumber daya
tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola usaha pariwisata (travel agent,
sehingga terdapat fasilitas penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop
belum terwujud.
5. Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat
1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan
wisatawan.
2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi hari bagi masyarakat
5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali
yang juga menjanjikan insentif lebih besar untuk para tour guides.
tarik wisata, diuraikan faktor-faktor internal dan eksternal yang kemudian masing-masing
diturunkan dalam bentuk matriks. Lingkungan internal dalam matriks IFAS (Internal
Strategic Factors Analysis Summary) dan lingkungan eksternal dalam matriks EFAS
(External Strategic Factors Analysis Summary). Matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan
menghasilkan strategi umum (grand strategy) yang kemudian dipadukan dalam bentuk
pengembangan sesuai dengan potensi serta lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Dari setiap strategi dapat dijabarkan
atau diturunkan berbagai macam program pengelolaan yang mendukung upaya pengelolaan
4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik
Wisata
yang diberikan kepada responden, ternyata bobot yang diberikan oleh masing-masing
bobot yang sama pada masing-masing indikator, maka dicari rata-rata (mean) masing-masing
bobot yang diberikan oleh responden. Adapun pembobotan dan pemeringkatan dari masing-
masing faktor lingkungan internal yang berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
Kekuatan :
3. Penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi 0,073 3,266 0,238
museum sehingga sangat atraktif dan informatif.
60
5. Bangunan dan fasilitas museum yang lengkap dan 0,047 3,2 0,150
bertaraf internasional.
Kelemahan :
1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata 0,122 1,533 0,187
yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal
oleh wisatawan.
2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih 0,137 1,333 0,182
kekurangan sumber daya manusia yang memiliki
pendidikan formal pariwisata.
5. Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur 0,056 2,2 0,123
dari kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur,
Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu
fullday tour.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukan bahwa skor tertinggi kekuatan lingkungan
internal Museum Gunungapi Batur dengan nilai 0,541 adalah letaknya yang sangat strategis,
yaitu berada di sekitar kawasan Penelokan Kintamani yang sudah terkenal luas oleh
wisatawan domestik maupun mancanegara sebagai highlight tujuan wisata di pulau Bali.
61
Lokasi museum yang berada di dataran tinggi Penelokan juga sangat memungkinkan
sebagai salah satu gunungapi teraktif di dunia, dan menikmati keindahan panorama kaldera
Skor tertinggi kedua yaitu dengan nilai 0,471 adalah Museum Gunungapi Batur
menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material letusan
gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya
yang berbasis edukatif dan rekreasi. Meskipun Museum Gunungapi Batur memiliki dan
menampilkan koleksi alam berupa material hasil erupsi gunungapi, namun Museum
Gunungapi Batur digolongkan sebagai daya tarik wisata budaya sebab sejatinya yang dijual
kepada pengunjung adalah nilai sejarah dan pengetahuan terhadap kegunungapian. Dengan
visual mengenai sejarah letusan Gunungapi Batur dan dampak letusan Gunungapi Batur
zaman dulu. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.
di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali menempati urutan tertinggi
ketiga dengan skor 0,452. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi yang
pertama dibangun di Indonesia, dan satu-satunya di Bali. Hal ini merupakan kekuatan yang
kepada wisatawan minat khusus (alternative tourist). Wisatawan yang tertarik dengan
Urutan keempat adalah variabel penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi
museum sehingga sangat atraktif dan informatif, dengan skor 0,238. Adanya sentuhan
teknologi modern dalam penyajian koleksi museum ditunjukan dengan tersedianya komputer
62
animasi letusan gunungapi, diorama Gunungapi Batur yang dilengkapi dengan tombol
otomatis bagi pengunjung untuk dapat melihat langsung bentuk letusan sesuai dengan tahun
yang diinginkan, tayangan audio visual sejarah letusan Gunungapi Batur, serta berbagai
peralatan canggih lainnya sehingga sangat atraktif dan informatif bagi pengunjung.
Posisi terendah dengan skor 0,150 ditempati oleh variabel bangunan dan fasilitas
museum yang lengkap dan bertaraf internasional. Pengunjung akan terkagum dengan
aksitektur bangunan khas tradisional Bali yang dipadukan dengan gaya modern serta
didukung oleh fasilitas yang bertaraf internasional, seperti ruang rapat/converence room yang
dilengkapi dengan microfon, LCD dan sound system yang lengakap, ruang bioskop yang
berstandar internasional dengan kapasitas 160 tempat duduk, ruang pengamatan aktifitas
Gunungapi Batur yang dilengkapi dengan teropong pengamatan yang sangat canggih, serta
kelemahan memperoleh bobot yang berbeda-beda. Faktor kelemahan yang menempati urutan
pertama dengan skor 0,187 adalah Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata
yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan. Sesuai dengan data
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2011, Museum Gunungapi Batur
tergolong daya tarik wisata yang sedang dikembangkan, Museum Gunungapi Batur baru
diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007, sehingga keberadaannya
Peringkat kedua ditempati oleh variabel pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi
Batur masih kekurangan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata
dengan skor 0,182. Berdasarkan data Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur Tahun
2011, jumlah pegawai yang bertugas di Museum Gunungapi Batur sebanyak 22 orang dengan
perincian 8 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan 9
63
orang tenaga honorer (4 petugas kebersihan, 3 satpam, 2 petugas parkir). Dari jumlah
tersebut, hanya 4 orang pegawai yang memiliki kualifikasi pendidikan formal pariwisata (1
pendidikan formal non-pariwisata. Kondisi ini secara formal tentunya merupakan faktor
kelemahan yang dimiliki pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur yang harus
segera mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli
kedepannya.
Urutan ketiga pembobotan kelemahan Museum Gunungapi Batur yang dilakukan oleh
para responden dengan skor 0,163 ditempati oleh kurangnya promosi mengenai keberadaan
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola
usaha pariwisata (travel agent, hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan (sekolah-
sekolah). Menurut informasi dari Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur dan
Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli, bahwa promosi mengenai
keberadaan Museum Gunungapi Batur selama ini hanya dilakukan melalui website
Perjalanan Wisata, hotel dan restoran belum pernah dilaksanakan, apalagi usaha promosi ke
sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lain untuk menjaring wisatawan domestik. Hal ini
menurut pihak pengelola dikarenakan karena anggaran promosi yang dialokasikan oleh
Pemda Bangli melalui Disbudpar Kabupaten Bangli sangat minim dan tidak adanya alokasi
dana promosi khusus untuk Museum Gunungapi Batur, dana promosi yang dialokasikan
masih merupakan satu kesatuan dengan atraksi atau daya tarik wisata lain yang terdapat di
Kabupaten Bangli. Kurangnya promosi dan kerjasama dengan pihak Biro Perjalanan Wisata
juga diakui oleh I Made Sanjaya (Operation Manager PT. Devata Tour Bali). Made Sanjaya
Pada umumnya daya tarik wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah di Bali
belum pernah melakukan promosi secara khusus kepada pihak Biro Perjalanan
Wisata, pihak Pemda hanya terkesan menunggu bola, tidak pernah melakukan upaya
penjemputan bola seperti yang gencar dilakukan oleh pihak-pihak swasta, hal ini
mungkin karena terkendala anggaran dan rumitnya birokrasi (Wawancara 6 Juni
2011).
Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat
wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu
fullday tour menempati urutan keempat dengan skor 0,123. Berdasarkan penuturan dari para
wisatawan yang berkunjung ke museum Gunungapi Batur, menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mengurangi minat mereka untuk berkunjung adalah karena jarak tempuh menuju
lokasi museum yang agak jauh dari kawasan wisata di Bali dimana banyak wisatawan
menginap sehingga untuk melakukan perjalanan menuju lokasi museum membutuhkan waktu
fullday tour. Alasan ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan wisatawan memilih
lokasi lain yang cukup ditempuh dalam waktu halfday tour. Apalagi sampai saat ini beberapa
Biro Perjalanan Wisata terkenal di Bali belum memasukan Museum Gunungapi Batur
sebagai salah satu objek wisata dalam paket fullday tour yang ditawarkan. Hal ini sesuai juga
diakui oleh Jro Lanang Rai sebagai salah satu tokoh masyarakat Batur yang berprofesi
sebagai freeland tour guide Vayatour Bali, dengan pernyataannya sebagai berikut.
Kami selaku tour guide terkadang enggan untuk menawarkan paket fullday tour
yang jaraknya jauh dengan lokasi hotel tempat wisatawan menginap, karena membutuhkan
waktu yang agak lama, terkadang tamu merasa kelelahan berkendara, apalagi tempat yang
dituju kurang menjanjikan pendapatan (uang komisi) tambahan untuk kami, lebih baik
menawarkan tempat-tempat wisata yang lebih dekat seperti Ubud, Uluwatu, dan Tanah Lot,
karena disamping operational cost-nya lebih kecil, atraksi wisatanya lebih menarik
(Wawancara tanggal 8 Juni 2011).
Urutan terendah dengan skor 0,068 ditempati oleh variabel belum rampungnya
pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas
penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop belum terwujud. Keadaan ini
merupakan salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Museum Gunungapi Batur sebagai daya
tarik wisata internasional, dimana kelengkapan fasilitas yang tersedia merupakan faktor
65
penting dalam meningkatkan kepuasan dan kenyamanan bagi wisatawan sehingga mereka
Namun kelemahan ini hanya bersifat sementara, karena secara bertahap pembangunan semua
fasilitas penunjang sesuai dengan site plan akan segera diwujudkan oleh Pemda Kabupaten
Gunungapi Batur berada pada posisi sedang dengan nilai 2,575. Posisi ini berarti Museum
kekuatan dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata di
Kabupaten Bangli.
4.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik
Wisata
yang diberikan kepada responden, ternyata bobot yang diberikan masing-masing responden
terhadap tiap-tiap faktor lingkungan eksternal berbeda-beda. Untuk mendapatkan bobot yang
sama pada masing-masing faktor, maka dicari rata-rata (mean) masing-masing bobot yang
diberikan oleh para responden. Adapun pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-
Tabel 4.3
Matriks EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary)
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
Peluang :
4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan 0,13 3,866 0,502
menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat.
Ancaman :
1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali 0,14 1,066 0,149
mengganggu kenyamanan wisatawan.
2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional 0,128 1,133 0,145
di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu
keindahan dan kebersihan lokasi museum.
4. Maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & 0,125 1,2 0,15
restoran) di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu
pemandangan (view) ke arah kaldera Gunungapi Batur
dan mengancam kelestarian kawasan konservasi.
67
5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih 0,038 2,33 0,088
atraktif dan inovatif di Bali.
Dari Tabel 4.3 tampak bahwa faktor-faktor strategi eksternal yang terdiri dari faktor-
faktor peluang dan ancaman memperoleh bobot dan rating yang berbeda-beda.
Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus
meningkat merupakan faktor peluang yang menempati urutan tertinggi dengan skor 0,502.
Kondisi ini ditandai dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dalam
beberapa tahun belakangan ini. Membaiknya citra pariwisata Bali, disebabkan karena mulai
kondusifnya situasi keamanan pasca tragedi bom Bali, disamping juga karena Bali memiliki
keunikan budaya dan keindahan alam yang dikemas sedemikian rupa sehingga wisatawan
kemajuan, namun berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata
industri pariwisata alternatif yang lebih ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial budaya, salah satunya adalah wisata museum yang berbasis edukatif dan
rekreasi. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang yang sangat menguntungkan dalam
pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten
Seiring dengan kemajuan industria pariwisata Bali, Kintamani sebagai salah satu
primadona daerah tujuan wisata Bali mulai diperhatikan dan ditata oleh pemerintah. Salah
68
satu langkah konkret pemerintah daerah bekerjasama dengan pemerintah pusat adalah
Kebudayaan dan Pariwisata RI pada bulan April 2011. Pembentukan DMO Kintamani ini
khususnya kawasan kaldera Gunungapi Batur sebagai kawasan Geopark yang bertujuan
untuk menjaga kelestarian kawasan konservasi alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan
berpengaruh terhadap pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu daya tarik
wisata yang terdapat di kawasan kaldera Gunungapi Batur. Penilaian responden terhadap
Salah satu faktor peluang yang juga sangat menguntungkan pengembangan Museum
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah adanya dukungan pemerintah pusat
melalui Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk menumbuhkan gerakan cinta museum
melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu sebagai tahun kunjungan museum (visit museum
year). Menurut Jro Wacik, 2010 (dalam sambutan pencanangan Tahun Kunjungan Museum)
menyatakan bahwa Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk
memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima
tahun (2010-2014). Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan
revitalisasi museum yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan
berdayaguna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan
adanya program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia
yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan
penilaian para responden, mereka berpendapat bahwa adanya gerakan cinta museum
setidaknya telah mulai memperkenalkan pentingnya fungsi museum kepada masyarakat luas,
69
sumberdaya alam dan budaya. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan jumlah
Faktor kemajuan teknologi informasi seperti akses internet menempati urutan kelima
dalam pembobotan yang dilakukan responden dengan skor 0,083. Hal ini dikarenakan
kemajuan teknologi dibidang informasi seperti internet bukan merupakan barang mahal lagi
menyebabkan fasilitas ini banyak dimanfaatkan untuk melakukan promosi baik melalui
website, blog, maupun iklan di internet. Selain lebih murah dan mudah, juga dapat diakses
oleh jutaan orang di seluruh dunia, apalagi dewasa ini hampir setiap orang yang akan
berwisata mencari informasi terlebih dahulu mengenai destinasi wisata yang dipilih melalui
internet. Melihat peluang tersebut, pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah
sebagai daya tarik wisata memperoleh bobot yang berbeda-beda. Peringkat pertama ditempati
oleh keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan
wisatawan dengan skor 0,149. Kondisi ini sesuai dengan hasil tabulasi persepsi wisatawan
orang (12%) menyatakan keluhan terhadap keramahan masyarakat lokal, khususnya para
pedagang acung yang terkesan memaksa para wisatawan untuk membeli barang
dagangannya.
Peringkat kedua pembobotan faktor ancaman Museum Gunungapi Batur sebagai daya
tarik wisata adalah adanya pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi
hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum,
dengan skor 0,145. Kondisi ini harus segera mendapatkan perhatian dari pihak pengelola,
70
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat lokal dengan merelokasi pasar tradisional
masyarakat ke tempat yang layak dan tidak mengganggu keindahan dan kebersihan areal
objek wisata.
Peringkat ketiga adalah rendahnya pemahaman dan minat masyarakat atau wisatawan
untuk berkunjung ke museum dengan skor 0,136. Kondisi ini sangat beralasan, karena pada
umumnya paradigma masyarakat dalam berwisata selalu lebih memilih tempat-tempat atau
daya tarik wisata konvensional seperti menikmati keindahan panorama alam dan atraksi
budaya seperti tari-tarian dan ritual upacara keagamaan seperti di Bali. Pemahaman dan
minat masyarakat untuk berkunjung ke museum masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat
dari jumlah rata-rata kunjungan wisatawan ke museum yang jauh lebih rendah dari tingkat
kunjungan ke objek atau daya tarik wisata lainnya (Kepala Badan Pengelola Museum
Gunungapi Batur, 2011). Salah satu faktor penyebabnya karena selama ini museum hanya
dipandang tak lebih dari sebuah art shop atau gallery yang pasif dan kurang menarik untuk
dikunjungi, padahal dilihat dari perspektif edukasi museum memiliki nilai sejarah yang tinggi
mengganggu pemandangan (view) ke arah kaldera Gunungapi Batur yang tentunya juga
penilaian responden sebesar 0,15. Hal ini sangat berpengaruh karena view kawasan kaldera
Gunungapi Batur merupakan keunggulan daya tarik Museum Gunungapi Batur dibandingkan
hasil erupsi gunungapi dan proses pembentukannya, di bagian akhir kunjungan wisatawan
akan disajikan dengan ruang pengamatan kondisi kaldera Gunungapi Batur melalui teropong
panorama alam kawasan Gunungapi Batur sehingga ilmu pengetahuan (teori dengan
71
kenyataan di lapangan) dapat disaksikan secara bersamaan. Jika pembangunan fisik di sekitar
kawasan kaldera Gunungapi Batur yang tak terkendali dan tanpa perencanaan tata ruang yang
jelas maka dikhawatirkan akan menjadi ancaman yang serius terhadap kelestarian kawasan
konservasi alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang wisatawan domestik (Bapak
Museum Gunungapi Batur sungguh luar biasa, saya kagum dengan penyajiannya,
sangat atraktif. Fasilitasnya lengkap, namun sayang pengamatan terhadap keindahan
panorama kaldera Gunungapi Batur harus terganggu oleh pemandangan kabel listrik yang
sembrawut dan keberadaan bangunan-bangunan beton di atas tebing, kealamian kawasan
kaldera Gunungapi Batur jadi rusak. Dimana peran pemerintah? (Wawancara 25 Juli 2011).
Pernyataan salah seorang wisatawan tersebut diatas menunjukan bahwa ancaman akan
kelestarian kawasan konservasi kaldera Gunungapi Batur sudah dirasakan oleh wisatawan,
khususnya mengenai alih fungsi lahan yang tidak terkontrol dan lemahnya tindakan
Batur sebagai daya tarik wisata adalah banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih
atraktif dan inovatif di Bali, menempati urutan ketiga oleh para responden dengan skor 0,088.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa wisatawan, mereka pada umumnya tertarik
untuk mengetahui dan berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, namun karena banyaknya
penawaran pilihan paket wisata (optional tour) yang lebih menarik oleh pihak penyedia jasa
tour di Bali menyebabkan mereka kadang lebih memilih paket tur yang lebih inovatif dan
tergolong baru dan berbeda dibandingkan dengan paket-paket tur konvensional, seperti :
rafting, diving, horse riding, elephant safari, dan lain sebagainya yang memberikan
pelayanan all inclusive (return hotel transfer, meal, semua ditanggung penyedia jasa).
Disamping juga karena pihak penyedia jasa optional tour tersebut menjanjikan uang komisi
(tour commission) lebih besar untuk para tour guide, dengan demikian para tour guide akan
berupaya untuk meyakinkan wisatawan untuk memilih optional tour tersebut sebagai tempat
kunjungan wisata. Dilihat dari sisi manajemen bisnis, hal ini merupakan ancaman yang dapat
72
dijadikan sebagai motivasi perusahaan (Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur) untuk
memikirkan langkah-langkah terobosan untuk mengemas produk yang ditawarkan agar lebih
atraktif dan inovatif serta mampu memberikan nilai lebih baik bagi wisatawan maupun para
tour guide.
4.4.3 Strategi Umum (Grand Strategy) Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata seperti yang telah diulas sebelumnya di
atas, maka posisi lingkungan internal Museum Gunungapi Batur berada pada posisi yang
sedang atau rata-rata (2,0 3,0) dengan nilai yang diperoleh 2,575 dan posisi lingkungan
eksternalnya juga berada pada posisi yang sedang dengan nilai 2,455. Matriks IFAS dan
EFAS digabungkan akan meghasilkan strategi umum (grand strategy) pengelolaan Museum
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, yang akan diploting ke dalam matriks internal-
eksternal berupa diagram Sembilan sel, seperti pada Tabel 4.4 berikut.
73
Tabel 4.4
Matriks Internal-Eksternal
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
2,455 berputar)
2,0 2,99
2,0 IV. Stability V. Growth VI. Retrenchment
Lemah Tumbuh dan bina Kosentrasi melalui Panen atau divestasi
1,0 1,99 (berhenti sejenak) integrasi horizontal (kawasan terikat atau
Stability:Pertahankan jual)
Sumber : dan pelihara
Diadopsi VII. Growth VIII. Growth IX. Retrenchment
dari Pertahankan dan Panen atau divestasi Panen atau divestasi
Rangkuti, pelihara (diversifikasi (likuidasi)
2002 dan (diversifikasi konglomerasi)
kosentrasi)
Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa Museum Gunungapi Batur berada pada
sel 5 dalam matriks internal-eksternal. Hal ini berarti keberadaan Museum Gunungapi Batur
sebagai daya tarik wisata berada pada posisi sedang atau rata-rata. Dari metode analisis
lingkungan internal-eksternal seperti yang diutarakan oleh Rangkuti (2002), maka strategi
yang harus diterapkan oleh objek yang berada pada sel 5 yaitu pertahankan dan pelihara
(strategi tidak berubah). Objek beroperasi dengan daya tarik sedang dan hanya memiliki
posisi kompetitif rata-rata. Strategi yang dilakukan, yaitu dengan melanjutkan kegiatannya
saat ini dan hanya melakukan sedikit pembenahan-pembenahan (Rangkuti, 2002). Ini berarti
tidak banyak perubahan strategi yang harus diterapkan oleh pihak Badan Pengelola Museum
Gunungapi Batur, pihak pengelola hanya melanjutkan strategi yang telah dilakukan selama
ini. Namun untuk kemajuan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata
74
kualifikasi pendidikan SDM pariwisata serta perluasan pangsa pasar khususnya pasar
domestik.
menyatakan bahwa sebagaian besar dari mereka tidak mengetahui keberadaan Museum
(stop over) di Penelokan untuk menikmati panorama Gunung dan Danau Batur. Kondisi ini
menunjukan bahwa program promosi harus terus ditingkatkan. Disini juga diperlukan adanya
pengemasan paket wisata atau produk yang lebih atraktif sehingga menarik minat wisatawan
untuk berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, misalnya penataan pintu masuk dan
entrance ticket menuju Penelokan dan Museum Gunungapi Batur sebaiknya dijadikan satu
pintu dengan harga tiket yang mewakili kedua objek tersebut, sehingga secara tidak langsung
Strategi lain yang penting dilakukan adalah upaya promosi dan kerjasama dengan
perusahaan jasa pariwisata yang lain seperti Biro Perjalanan Wisata (BPW), hotel dan
restoran. Kerjasama dengan BPW diperlukan agar setiap paket tour menuju Kintamani yang
disusun oleh pihak BPW agar menyertakan Museum Gunungapi Batur sebagai bagian dari
objek tour, apalagi paket Kintamani tour merupakan paket wisata unggulan (hightlight tour)
bagi setiap BPW di Bali. Hal ini tentunya akan sangat menarik bagi wisatawan, sebelum
mereka disuguhkan pemandangan nyata kaldera Gunungapi Batur, terlebih dahulu mereka
Batur. Strategi ini harus dibarengi dengan pembangunan fasilitas pendukung berupa souvenir
shop dan food court yang dapat memberikan peluang kepada para tour guide untuk
mendapatkan insentif dari setiap produk souvenir maupun makanan yang dibeli oleh
75
wisatawan, dengan demikian diharapkan pihak BPW dan tour guide akan berantusias untuk
melalui brosur-brosur yang didistribusikan kepada pihak hotel tempat wisatawan menginap
serta restoran-restoran di seluruh Bali. Pihak pengelola juga perlu melakukan strategi
pengembangan pangsa pasar khusunya pasar domestik dengan melakukan promosi dan
kerjasama dengan lembaga pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi) di seluruh Indonesia
dan Bali pada khususnya, agar dalam penyelenggaraan wisata liburan sekolah maupun kuliah
kerja lapangan menyertakan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu tujuan wisata,
sebab selain berfungsi sebagai tempat rekreasi, Museum Gunungapi Batur juga berfungsi
sebagai media edukasi khususnya terkait ilmu geografi, geologi, vulkanologi dan pariwisata.
Batur, maka dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang
merupakan strategi alternatif pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik
wisata. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis
pengelolaan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang
dimiliki Museum Gunungapi Batur. Dari setiap strategi dapat dijabarkan atau diturunkan
Batur sebagai daya tarik wisata. Adapun matriks analisis SWOT pengelolaan Museum
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata tampak pada Tabel 4.5 berikut.
76
Tabel 4.5
Matriks Analisis SWOT Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
Berdasarkan empat sel strategi pada Tabel 4.5 dapat dirumuskan beberapa program
yang mendukung strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata,
sebagai berikut.
untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang dimilikinya. Strategi ini dilakukan
78
melalui strategi pengembangan produk wisata, dengan program antara lain sebagai
berikut.
2. Mengemas dan mensinergikan paket wisata dengan daya tarik wisata terdekat yang
Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur untuk
memperkuat potensi yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur, dengan program
1. Berperan aktif dalam upaya pelestarian kawasan konservasi kaldera Gunungapi Batur
masyarakat lokal.
3. Mengadakan penertiban dan penyuluhan terhadap para pedagang acung liar di sekitar
berikut.
1. Perbaikan dan penataan prasarana jalan dan sarana transportasi wisata yang memadai
3. Merealisasikan fasilitas penunjang souvenir shop dan food court untuk kenyamanan
Strategi penetrasi pasar wisata dan promosi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik
2. Melakukan promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, hotel, restoran dan
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif yaitu strategi yang
pengembangan lembaga pengelola dan sumber daya manusia, dengan program antara lain
sebagai berikut.
Batur.
80
masyarakat tetap berjalan namun tidak mengganggu keindahan dan kebersihan areal
museum.
81
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut.
6. Cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini
adalah program-program kerja yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola dalam upaya
mewujudkan fungsi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Badan
Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja sesuai
dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli
Nomor 13 Tahun 2007. Dalam melaksanakan salah satu fungsi museum sebagai daya
tarik wisata, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai
program kerja pengelolaan, seperti : (1) mengadakan rapat rutin internal untuk
sekitar museum dengan melaksanakan kerja bakti rutin bersama seluruh karyawan Badan
seminar dan workshop tentang kepariwisataan, (4) menerbitkan buku panduan Volcano
Talks Museum Gunungapi Batur sebagai buku panduan pengunjung museum, serta (5)
dalam usaha promosi, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah memanfaatkan
7. Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur dalam penelitian ini
adalah berbagai kekuatan dan peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam
82
pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Adapun kekuatan
(strengths) yang dimiliki adalah sebagai berikut, (1) Museum Gunungapi Batur
merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, (2) Museum Gunungapi
Batur sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan
rekreasi, (3) bangunan dan fasilitas museum yang bertaraf internasional, (4) letaknya
sangat strategis, berada di sekitar objek wisata Penelokan Kintamani yang sudah terkenal,
dan (5) keindahan panorama alam, suasana alam pegunungan yang sejuk dan berada di
berikut, (1) adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, (2)
adanya dukungan pemerintah untuk menumbuhkan gerakan cinta museum, (3) telah
Kintamani, (4) citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan
yang terus meningkat, dan (5) adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses
internet. Faktor penghambat upaya pengelolaan dalam penelitian ini adalah berbagai
kelemahan dan ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam pengelolaan
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Berbagai kelemahan (weaknesses)
yang dimiliki adalah sebagai berikut, (1) Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik
wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan, (2)
pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan SDM yang
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, (4) belum rampungnya
pembangunan semua unit gedung museum sehingga terdapat fasilitas penunjang yang
belum terwujud, dan (5) jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari
kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga
membutuhkan waktu fullday tour. Terkait ancaman (threats) yang dihadapi, meliputi
83
sebagai berikut, (1) keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu
kenyamanan wisatawan, (2) pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di
pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi
museum (3) rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum,
(4) maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & restoran) di kawasan
dan mengancam kelestarian kawasan konservasi , dan (5) banyaknya penawaran paket
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal adalah strategi
pertahankan dan pelihara atau strategi tidak berubah. Strategi yang dilakukan yaitu
dengan melanjutkan program-program pengelolaan yang telah dijalankan selama ini dan
Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dapat dilaksanakan dengan berbagai
keamanan dan memperkuat potensi yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur,
kepariwisataan di sekitar museum, strategi penetrasi pasar wisata dan promosi keberadaan
Museum Gunungapi Batur, serta strategi pengembangan sumber daya manusia dan
5.2 Saran
Dari hasil pembahasan dan simpulan, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.
pihak masyarakat lokal guna mencari solusi untuk merelokasi keberadaan pasar pagi
3. Pemerintah Kabupaten Bangli melalui Dinas terkait hendaknya merancang pos tiket
masuk pengunjung (entrance tiket) menjadi satu kesatuan antara Museum Gunungapi
Batur dengan daya tarik wisata Penelokan sehingga bisa menjadi satu kemasan daya
promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, salah satunya dengan
mengupayakan agar Museum Gunungapi Batur termasuk dalam paket tour (tour
package) yang ditawarkan kepada wisatawan, serta dapat memberikan insentif yang
pengembangan pangsa pasar dengan menarik pasar domestik melalui kerjasama dan
bahasa asing lain, seperti bahasa Jepang, Belanda, Jerman, maupun Rusia, sebab
Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dengan turut serta menjaga kebersihan,
2. Pihak masyarakat lokal melalui desa pakraman dan lembaga swadaya masyarakat
sekitar Museum Gunungapi Batur yang terkesan memaksa dan kurang ramah
terhadap wisatawan.
Oleh karena penelitian ini terbatas pada strategi pengelolaan, maka disarankan kepada
penelitian berikutnya untuk lebih dalam mengkaji dari segi pemasaran dan
sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada pihak Badan Pengelola Museum
DAFTAR PUSTAKA
----------, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jilid III). Jakarta: Balai Pustaka.
----------, 2010. Museum Gunungapi Batur (Batur Volcano Museum). Bangli : Badan
Pengelola Museum Gunungapi Batur.
----------, 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Desertasi. Denpasar:
Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Aryawan, Agus Surya. 2009. Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik
Wisata di Kabupaten Bangli (Skripsi). Denpasar: Fakultas Pariwisata Universitas
Udayana.
Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Buda, I Nyoman. 2003. Strategi Pengembangan Museum Bali Sebagai Daya Tarik Wisata
Budaya di Kota Denpasar (Tesis). Denpasar: Program Magister Manajemen
Universitas Udayana.
Cooper, C. John Fletcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. 1993. Tourism : Principles
and Practice. London : Pitman Publishing.
Craib, Ian. 1986. Teori-Teori Sosial Modern dari Parsons sampai Habermas (Terjemahan).
Jakarta: CV Rajawali.
Faisal, Sanafiah. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada.
Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional, Global.
Denpasar: Upada Sastra.
88
Gunawan, M P. 2000. Perencanaan Pariwisata : Teori dan Praktek. Bandung: Pusat Penelitian
Kepariwisataan Lembaga Penelitian ITB.
Mardika, I Made. 2001. Manajemen Sumber Daya Budaya (Studi Kasus di Museum
ARMA) (Tesis). Denpasar: Program Magister (S2) Kajian Budaya Universitas
Udayana.
Pujaastawa, IBG, Wirawan, IGP dan Adhika, IM. 2005. Pariwisata Terpadu (Alternatif
Pengembangan Pariwisata Bali Tengah). Denpasar: Universitas Udayana.
Purnamasari, Ketut Dwi Ratih. 2001. Strategi Pengelolaan Objek Wisata Taman Budaya
Provinsi Bali di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar (Tesis). Denpasar:
Program Magister Manajemen Universitas Udayana.
Robinson, Richard B & Pearce, John A. 1997. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi
dan Pengendalian (Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara.
Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen Strategik Suatu Pengantar. Jakarta: Harvarindo.
Lampiran 1
LOKASI
MUSEUM
Lampiran 2
DAFTAR RESPONDEN
DAFTAR RESPONDEN
UNTUK PEMBERIAN BOBOT DAN RATING MENGENAI FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL DAN EKSTERNAL MUSEUM GUNUNGAPI BATUR
No Nama Jabatan/Instansi
10 Jro Lanang Rai Freeland Tour Giude Vayatour Desa Batur Tengah
Bali Kintamani, Bangli
C. Akademisi Pariwisata
11 I Made Sukana, SST. Par, M.Par, MBA Dosen Fak. Pariwisata Desa Songan,
UNUD Kintamani
12 I Nyoman Ariana, SST. Par, M. Par Dosen Fak. Pariwisata Desa Songan,
92
UNUD Kintamani
13 I Wayan Sonder, SST. Par, M. Par Dosen Akpar Kupang Desa Bayung
Gede, Kintamani
14 I Putu Agus Prayogi, SST. Par, M. Par Dosen Akpar Triatma Br. Sidembunut,
Jaya Dalung Bangli
15 I Ketut Arta Widana, SS Dosen PS. D3 Br. Tanggahan
Pramuwisata Budaya Peken, Susut,
IHDN Denpasar Bangli
93
Lampiran 3
KUISIONER UNTUK WISATAWAN DOMESTIK
I Wayan Wiwin
96
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Pekerjaan/Jabatan :
Umur : Instansi :
Alamat : Tanggal Pengisian :
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
12. Saat ini pengelolaan Museum Gunungapi Batur dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bangli, Bagaimana pendapat anda jika pengelolaannya diserahkan kepada
pihak swasta?
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
13. Komentar dan saran anda tentang Museum Gunungapi Batur :
Lampiran 4
QUESTIONNAIRE
write a thesis hence I require information through. The thesis entitled Batur Volcano
Finally I highly appreciate to your kind participation and support, I render thanks.
I Wayan Wiwin
100
RESPONDENT IDENTITY
Name : Nationality/Address :
Age : Occupation :
Sex : Date :
1. What do you think about the building architecture of Batur Volcano Museum?
Very Good
Good
Bad
Very Bad
2. What is your opinion about the Batur Volcano Museum's collection?
Very Good
Good
Poor
Very Bad
3. How do you think about the layout display of Batur Volcano Museum's
collection?
Very Good
Good
Bad
Very Bad
4. How do you think about tourism facilities in Batur Volcano Museum?
Very Complete
Complete
Not Complete
Completely unavailable
5. What do you think about the information that has given to you about volcano?
Very Complete
Complete
Not Complete
Completely unavailable
6. How did your perception of the quality of services provided by officers to the
museum visitors?
Excellent
Good
Poor
Very Bad
7. What do you think about the transportation infrastructure (road and related
facilities) leading to this place?
Very Good
Good
Bad
Very Bad
8. How do you think about the cleanliness and beauty of the area museums?
101
Very Good
Good
Bad
Very Bad
9. How do you think about the scenery of this place?
Very interesting
Interesting
Uninteresting
Very Uninteresting
10. What is your opinion on the safety and friendliness of local communities around
the museum?
Very good
Good
Bad
Very Bad