Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi alam dan budaya, Bali

bertekad mengembangkan pariwisata sebagai sektor andalan sumber penghasil

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Upaya ini diwujudkan melalui pendayagunaan berbagai potensi sumber daya alam dan

mengembangkan kebudayaan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 mengisyaratkan tatanan

perubahan dalam pemerintahan, pemerintah daerah provinsi, kota/kabupaten

memperoleh kewenangan untuk mengatur rumah tangganya masing-masing. Tentu setiap

daerah akan berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan alamnya

yang bersifat fundamental dan multidimensi tidak hanya sebatas pada bidang politik,

ekonomi, tetapi juga dalam bidang pariwisata. Kesempatan ini memacu masing-masing

daerah kabupaten untuk berlomba menggali potensi pariwisatanya guna meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD) untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Salah satu kabupaten yang terletak di wilayah tengah Provinsi Bali yang sedang

gencar membangun industri pariwisata di wilayahnya adalah Kabupaten Bangli.

Beragam kekayaan Kabupaten Bangli, mulai dari alam yang indah dan produk budaya

yang unik serta beragam sebetulnya merupakan faktor-faktor pendukung dan peluang

bisnis bagi tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata di Bangli.

Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2010

menyebutkan terdapat 37 buah daya tarik wisata di wilayah Kabupaten Bangli, baik

potensi alam maupun budaya yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu daya tarik
2

wisata sudah berkembang sebanyak 5 buah, daya tarik wisata sedang berkembang

sebanyak 9 buah, dan daya tarik wisata yang belum dikembangkan sebanyak 23 buah.

Salah satu dari sembilan daya tarik wisata yang sedang berkembang dan

tergolong baru di Kabupaten Bangli adalah daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur

(Batur Volcano Museum) yang letaknya sangat strategis yaitu berlokasi di jalan raya

Penelokan Kintamani yang sudah lebih dulu dikenal luas dan menjadi primadona tujuan

wisata domestik maupun internasional.

Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-

satunya di Bali yang secara resmi mulai dibangun pada tanggal 26 Maret 2004 yang

ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Direktur Jendral Geologi Sumber Daya

Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI),

Gubernur Bali, dan Bupati Bangli. Museum Gunuangapi Batur baru dapat diresmikan

dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral RI, Bapak Purnomo Yusgiantoro. Dalam pengelolaan, Bupati Bangli

selanjutnya menerbitkan Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 24

Mei 2007 tentang Pembentukan Organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur,

yang secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Bupati Bangli.

Data Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur (2010) menyebutkan bahwa

Museum Gunungapi Batur memiliki fungsi reservasi, konservasi, koleksi, rekreasi, dan

edukasi. Museum Gunungapi Batur dapat dijadikan sebagai pusat peningkatan

pemahaman konstruktif tentang gunungapi, pusat pengembangan ilmu kegunungapian,

dan menjadi pusat pengembangan potensi wisata yang berbasis edukatif dan rekreasi.

Sejak dibuka pada bulan Mei tahun 2007, data jumlah kunjungan wisatawan ke

Museum Gunungapi Batur belum menunjukkan jumlah yang signifikan dibanding

dengan data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli secara umum. Sesuai
3

dengan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli (2010), jumlah

kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli pada tahun 2007 tercatat 352.775 orang,

tahun 2008 tercatat 437.207 orang, tahun 2009 tercatat 526.706 orang, dan tahun 2010

tercatat 418.143 orang. Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan ke Museum

Gunungapi Batur pada tahun 2007 tercatat 1.423 orang (0,40 %), tahun 2008 tercatat

5.360 orang (1,22 %), tahun 2009 tercatat 5.168 orang (0,98 %), dan tahun 2010 tercatat

5.364 orang (1,28 %).

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa minat wisatawan untuk mengunjungi

Museum Gunungapi Batur masih sangat rendah, hal ini dapat dimaklumi karena daya

tarik wisata Museum Gunungapi Batur masih tergolong daya tarik wisata yang baru

berkembang, oleh sebab itu diperlukan adanya strategi pengelolaan yang tepat dan

terarah agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Strategi yang akan

dirumuskan haruslah memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, di samping juga harus

mempertimbangkan peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengelolaannya,

sehingga dapat menjadikan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata utama

bahkan icon pariwisata di Kabupaten Bangli.

Museum memiliki potensi tinggi sebagai daya tarik wisata, namun

permasalahannya museum sering hanya ditempatkan dalam posisi yang tak berbeda

dengan art shop atau gallery, indah tetapi kurang informatif. Kalaupun koleksinya cukup

memadai, namun tampilan dan penyajiannya kurang terkonsep membuatnya tidak

mampu membangun ikatan emosional dengan pengunjung. Pada awal perkembangannya,

museum hanya diminati oleh kalangan terbatas dan berkelas tertentu. Namun di era

modern saat ini, museum menjadi lebih terbuka untuk umum sebagai tempat edukasi dan

rekreasi bagi wisatawan.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata

pada dewasa ini?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat upaya

meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata?

3. Strategi apa yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang sejelas-

jelasnya tentang strategi untuk meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur

sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik

wisata pada dewasa ini.

2) Untuk mengungkap faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat

upaya meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik

wisata.

3) Untuk merumuskan strategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan

pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi

optimal.
5

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1.4.1 Manfaat Akademik

Untuk menambah khasanah keilmuan khususnya mengenai ilmu pariwisata dan

sebagai referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya dalam rangka pengembangan

ilmu pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan masukan

kepada pihak Pemda Kabupaten Bangli dan Badan Pengelola Museum Gunungapi

Batur tentang strategi pengelolaan yang tepat dilaksanakan supaya berfungsi optimal,

serta dapat menjadi informasi tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur kepada

masyarakat umum.
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai hasil-

hasil penelitian sebelumnya, baik berupa skripsi, tesis, jurnal, buku dan sebagainya yang

dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan kajian pengelolaan museum. Hasil-

hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta dipakai sumber untuk

menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini.

Penelitian tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur sebelumnya telah

dilaksanakan oleh Aryawan (2009) dengan judul penelitiannya Keberadaan Museum

Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli, namun penelitian

tersebut hanya terbatas untuk mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai

daya tarik wisata dan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap keberadaan Museum

Gunungapi Batur. Sedangkan pada penelitian ini akan lebih dalam mengkaji tentang strategi

pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata agar dapat berfungsi

optimal.

Budhita (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengelolaan Objek

Wisata Museum Le Mayeur Sanur menyimpulkan bahwa dengan pendekatan anlisis SWOT

yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap keberadaan

Museum Le Mayeur, dapat diketahui bahwa strategi pengelolaan yang dapat diterapkan

adalah strategi diversifikasi yaitu menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan

peluang jangka panjang, dimana penjabaran program operasionalnya juga dijelaskan dalam

penelitian tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian Budhita (2004) hampir sama
7

dengan penelitian ini, yaitu bagaimana merumuskan strategi pengelolaan sebuah museum,

namun kondisi dan lokasi penelitian sangat berbeda, dimana Museum Le Mayeur merupakan

museum yang sudah berkembang dan sudah dikenal luas oleh wisatawan ataupun masyarakat

umum serta berlokasi di daerah kawasan wisata Sanur yang menjadi salah satu barometer

perkembangan pariwisata Bali, sehingga strategi pengelolaan yang dirumuskan tentunya

berbeda dengan Museum Gunungapi Batur yang tergolong sebagai daya tarik wisata baru

dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli.

Buda (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Museum

Bali Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Denpasar menyimpulkan bahwa Museum

Bali memiliki potensi yang besar untuk menarik wisatawan, namun potensi besar tersebut

belum mampu diwujudkan secara optimal, untuk itu diperlukan adanya pendekatan anlisis

SWOT untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara eksternal maupun

internal. Faktor internal mencakup kekuatan dan kelemahan Museum Bali, sedangkan faktor

eksternal mencakup peluang dan ancaman yang dihadapi. Hasil penelitiannya menunjukan

bahwa resultante faktor eksternal mengarah pada peluang dan resultante faktor internal

mengarah pada kekuatan. Hal ini berarti Museum Bali dapat menerapkan strategi agresif,

yaitu : memanfaatkan peluang yang ada, dimana penjabaran program operasionalnya

dijelaskan dalam penelitian tersebut. Penelitian Buda (2003) juga memiliki kesamaan tujuan

dengan penelitian ini yaitu untuk merumuskan strategi, namun lebih ke arah pengembangan

sedangkan penelitian ini lebih spesifik merumuskan strategi pengelolaan museum. Penelitian

tersebut juga menjadikan SWOT sebagai alat anlisis data.

Mardika (2001) dalam penelitiannya dengan judul Manajemen Sumber Daya Budaya

(Studi Kasus di Museum Arma) menyimpulkan bahwa mekanisme pengelolaan Museum

Arma dilakukan dengan model subsidi silang yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya

lokal dengan kecenderungan budaya global. Dalam pengelolaan koleksi, dilakukan integrasi
8

aspek-aspek seni budaya, seperti unsur seni visual, seni pertunjukan, seni kehidupan dan

lingkungannya dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh berciri khas Arma. Sistem

pengelolaannya memadukan museum dengan unit usaha berorientasi profit (seperti hotel,

restaurant, caf, atau gallery) yang saling memberikan kontribusi di bidang sumber daya

manusia, sumber daya keuangan dan pemasarannya. Keberhasilannya sangat ditunjang oleh

adanya jaringan kerjasama yang luas dan global, baik di tingkat lokal, nasional maupun

internasional. Kemitraan dijalin dengan museum-museum lain, media massa, pemerintah,

komponen pariwisata dan masyarakat lokal.

Penelitian terhadap Museum Arma juga telah dilakukan oleh Karina Lenon, seorang

konsultan dari British Museum di Inggris. Penelitian tersebut dikutip dalam sebuah jurnal

yang ditulis oleh Hari Untoro Drajat (1999) yang berjudul Exploitative Management of The

Achaeological Heritage Management in Indonesia yang menganalisis kinerja Museum

Arma (periode 1996-1998) dalam rangka menjajagi kemungkinan Museum Arma dapat

mandiri (otonom secara finansial) serta mampu berkembang sebagai pusat seni visual dan

pentas seni. Fokus penelitiannya lebih terpusat pada anlisis kebijakan (aplikasi manajemen

umum) terlepas dengan sarana-sarana penunjang lainnya. Proses studinya diawali dengan

tinjauan terhadap kondisi Arma, kemudian dianalisis kebutuhan yang diperlukan, dan

akhirnya diberikan sejumlah usul model manajemen yang hendak diaplikasikan. Sedangkan

fokus dalam penelitian ini lebih kepada anlisis situasi terhadap kekuatan, kelemahan,

tantangan, dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur

sehingga dapat dirumuskan strategi yang dapat dilaksanakan sehingga dapat berfungsi secara

optimal.

Penelitian Purnamasari (2001) yang berjudul Strategi Pengelolaan Objek Wisata

Taman Budaya Provinsi Bali di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar, menyimpulkan

bahwa untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke objek tersebut perlu dilakukan
9

strategi pengelolaan yang tepat dengan mempertimbangkan kekuatan internal disatu pihak

serta peluang dan ancaman dipihak lain. Strategi yang tepat dilakukan dalam pengelolaan

objek wisata Taman Budaya adalah dengan strategi agresif yaitu dengan memanfaatkan

peluang yang ada dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, baik atraksi, fasilitas,

insfrastruktur maupun organisasi dengan selalu melakukan inovasi produk sesuai dengan

perkembangan jaman, meningkatkan kuantitas dan kualitas kesenian/pertunjukan tradisional,

meningkatkan kualitas fasilitas objek seperti dengan tanda petunjuk bangunan, tempat

pelayanan informasi, cafetaria, tempat penukaran valuta asing serta toilet, meningkatkan

promosi dan pemasaran, meningkatkan kualitas SDM, mengadakan evaluasi terhadap harga

produk yang ditawarkan, meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait, mempertahankan

hubungan baik dengan para seniman, pengrajin, travel agent maupun pelaku pariwisata

lainnya. Penelitian Purnamasari juga menjadikan SWOT sebagai alat anlisis data, dan sama-

sama merumuskan strategi pengelolaan sebuah daya tarik wisata, namun objek penelitiaanya

sangat berbeda yaitu pada sebuah taman budaya.

Sumua hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut, sangat berkontribusi sebagai

bahan masukan dan perbandingan dalam penelitian ini, terkait dengan strategi pengelolaan

sebuah daya tarik wisata. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

adalah penelitian ini akan mengkaji lebih dalam tentang strategi pengelolaan museum yang

baru berkembang dan belum dikenal luas oleh wisatawan dan masyarakat umum, padahal

lokasinya sangat strategis dan berdekatan dengan daya tarik wisata Penelokan yang sudah

terkenal sehingga penelitian ini sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk

mempromosikan keberadaan Museum Gunungapi Batur.


10

2.2 Konsep

Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa pengertian dasar yang

secara langsung terkait dengan topik penelitian. Konsep yang perlu dijelaskan untuk

mendapat gambaran ruang lingkup penelitian ini meliputi : (1) Strategi Pengelolaan, dan (2)

Daya Tarik Wisata.

2.2.1 Strategi Pengelolaan

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, yang merupakan kata

bentukan dari dua kata, stratos yang artinya militer dan ag yang artinya memimpin. Pada

awalnya, istilah strategi digunakan dalam bidang militer yang diartikan sebagai kemampuan

memimpin pasukan untuk memenangkan perang. Namun, konsep militer ini diadopsi oleh

dunia bisnis sebagai pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas dan usaha

suatu organisasi. Konsep strategi dapat didefinisikan menjadi dua perspektif berbeda, yaitu :

1) dari apa yang organisasi ingin lakukan, dan 2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya

lakukan. Dari perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk

menentukan dan mencapai tujuan dan mengimplementasikan program tersebut. Sedangkan

berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon

organisasi terhadap lingkungan sepanjang waktu (Tjiptono, 1997:3).

Menurut Chandler dalam Rangkuti (2002:7) strategi adalah suatu rencana dasar yang

luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan alat

untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Stanton dalam Budhita (2004: 8)

menyatakan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi

untuk mencapai suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan

lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa
11

Indonesia (2001) menyebutkan strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran khusus.

Mintzberg (1998, dalam Budhita, 2004:8) menyatakan bahwa strategi dapat

didefinisikan dari lima segi, yaitu :

1. Strategi sebagai rencana (plan), yaitu sejumlah aksi yang ingin dilakukan, sejumlah

panduan yang dibuat sebelum aksi, dan dibangun dengan sadar dan dengan tujuan tertentu.

2. Strategi sebagai cara (play), yaitu cara untuk mengalahkan rival dalam situasi kompetitif

atau tawar-menawar.

3. Strategi sebagai pola (patttern), yaitu pola gelombang aksi. Dengan kata lain, strategi

adalah konsistensi perilaku, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

4. Strategi sebagai posisi (position), yaitu alat menempatkan organisasi pada suatu

lingkungan. Dari definisi ini, strategi menjadi kekuatan dalam memediasi atau

menyesuaikan antara organisasi dan lingkungan, antara konteks internal dan konteks

eksternal.

5. Strategi sebagai perspektif (perspective), yaitu suatu tujuan ke dalam organisasi tentang

bagaimana organisasi tersebut mempersepsikan lingkungannya. Hal ini berimplikasi

bahwa semua strategi diasumsikan sebagai konsep atau abstraksi yang ada dalam pikiran

pihak yang berkepentingan.

Sedangkan, pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang

dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan

tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan, hal ini disebabkan

karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau

pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai

suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung

pengertian dan tujuan yang sama.


12

Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni; menurut Wardoyo (1980:41),

definisi pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan,

pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari

kata kelola mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan

tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

Jadi strategi pengelolaan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang

komprehensif dan terpadu untuk mencapai keunggulan bersaing dalam mencapai tujuan yang

diwujudkan dalam bentuk program-program pengelolaan. Dalam hal ini pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan

jumlah kunjungan wisatawan.

2.2.2 Daya Tarik Wisata

Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan

bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Menurut Yoeti (2006:167), secara garis besar terdapat empat kelompok yang

merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu negara daerah tujuan wisata tertentu,

yaitu : natural attraction, build attraction, cultural attraction, dan social attraction.

a. Natural Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah pemandangan alam, laut,

pantai, danau, air terjun, kebun raya, agrowisata, gunung berapi, serta flora dan fauna.

b. Build Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah bangunan dengan arsitektur yang

menarik, seperti rumah adat, bangunan kono dan bangunan modern seperti Taman Mini

Indonesia Indah (TMII).


13

c. Cultural Attraction, dalam kelompok ini termasuk diantaranya peninggalan sejarah

(historical building), cerita-cerita rakyat (folklore), kesenian tradisional, museum,

upacara keagamaan, festival kesenian dan semacamnya.

d. Social Attraction, yang termasuk kelompok ini adalah tata cara hidup suatu masyarakat

(the way of life), ragam bahasa (languages), upacara perkawinan, upacara potong gigi,

khitanan dan kegiatan sosial lainnya.

Menurut Cooper (dalam Yoeti, 2006:168), unsur-unsur yang menentukan

keberhasilan sebagai daerah tujuan wisata adalah : (a) Atraksi wisata (attraction) yang

meliputi atraksi alam dan buatan; (b) Kemudahan untuk mencapai akses (access) seperti

ketersediaan transportasi lokal, baik darat, laut maupun udara, serta sarana dan prasarana

pendukungnya; (c) Kenyamanan (amenities) seperti kualitas akomodasi, ketersediaan

restoran, jasa keuangan, dan keamanan; (d) Jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah

maupun swasta (anciliary service) termasuk di dalamnya peraturan dan perundang-undangan

tentang kepariwisataan.

Jadi, yang dimaksud dengan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah cultural

attraction atau sebuah daya tarik wisata budaya yang berupa Museum Gunungapi Batur.

2.3 Landasan Teori

Dalam upaya mempertajam analisis data dalam penelitian tentang strategi pengelolaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, akan digunakan teori manajemen

(pengelolaan), teori SWOT dan teori perencanaan. Pengertian masing-masing teori tersebut

adalah sebagai berikut.


14

2.3.1 Teori Manajemen (Pengelolaan)

Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper, 1990 (dalam Pitana, 2009:80), merujuk

kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau bisa

juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi

manajemen tersebut meliputi : planning (perencanaan), directing (mengarahkan), organizing

(termasuk coordinating), dan controlling (pengawasan). Sedangkan Drucker mengartikan

manajemen sebagai berikut.

the specific tool, the specific function, the specific instrument, to make institutions
capable of producing resultsthe critical functions in tourism management are
planning, coordination and control (Richardson & Fluker, 2004 dalam Pitana,
2009:80).

Follet, 1960 (dalam Pitana, 2009:80) menekankan bahwa koordinasi merupakan

fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan sendiri.

Fungsi koordinasi merujuk kepada fungsi seorang manajer untuk menerjemahkan sebuah

informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, dan mengaplikasikan informasi tersebut

secara sistematis ke dalam semua fungsi manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam

kegiatan pengarahan (directing), perencanaan (planning), dan pengawasan (controlling).

Manajemen yang baik dan efektif memerlukan pengusahaan atas orang-orang yang

akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mulai mengatur hidupnya begitu ia bisa

mandiri. Di tingkat sosial, subjek manajemen adalah organisasi dan kumpulan organisasi

yang merupakan :

grouping of people eorking in a prescribed or structured fashion towards


predetermined endsmanagement involves the conscious integration of
organizational activity to achieve chosen ends (Thompson and Thompson, 1989
dalam Pitana, 2009:81).
15

Seorang manajer dapat mengelola input, proses dan output dari sistem organisasinya

namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor yang berada di luar organisasi

meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan bagaimana organisasi tersebut berjalan. Jadi

cakupan dan limit dari manajemen tergantung pada sistem organisasi dimana kekuasaan

manajerial diaplikasikan.

Pengelolaan sebuah organisasi direfleksikan dalam suatu struktur organisasi, dimana

bagian-bagian dalam struktur organisasi tersebut memiliki tugas, fungsi dan wewenang

masing-masing yang saling berkaitan dan saling membutuhkan sebagai satu kesatuan yang

terintegritas.

Teori manajemen (pengelolaan) dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui

pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini (rumusan

masalah 1).

2.3.2 Teori SWOT

Menurut Rangkuti (2001:19), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Menurut Robinson (1997:120), analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk

mengidentifikasi berbagai faktor dan menggambarkan kecocokan paling baik diantara

mereka. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan, dengan demikian perencanaan strategi harus

menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)

dalam kondisi yang ada saat ini.


16

Tunggal (1993:78) menyatakan bahwa tujuan dibuatnya analisis SWOT ini adalah untuk

dapat mengidentifikasi salah satu dari empat pola yang berbeda dalam perpaduan antara

situasi internal dan eksternal dalam perusahaan.

Dalam penelitian ini, teori SWOT digunakan untuk mengetahui faktor pendorong dan

penghambat upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata

(rumusan masalah 2).

2.3.3 Teori Perencanaan

Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan

suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Selanjutnya dalam tingkat yang lebih rumit dimana adanya pengaruh internal dan eksternal

yang cenderung sulit untuk dikendalikan, perencanaan dapat berarti mengetahui dan

menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat

dikontrol (noncontrolable) yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan

tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk

mencapai tujuan tersebut (Tarigan, 2005:3).

Menurut Conyers & Hills dalam Tarigan (2005:3), perencanaan adalah :

suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau


pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Berdasarkan definisi diatas, Conyers & Hills berpendapat bahwa terdapat empat

elemen dasar perencanaan, yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan

merupakan alat pengalokasian sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai

tujuan, dan (4) perencanaan berorientasi ke masa depan.

Menurut Yoeti (2007:50), ada beberapa alasan mengapa perencanaan diperlukan,

antara lain :
17

a. Memberi pengarahan

Dengan adanya prencanaan, para pelaksana dalam suatu organisasi atau tim mengetahui

apa yang hendak dilakukannya dan ke arah mana yang akan dituju, apa yang akan

dicapai.

b. Membimbing kerjasama

Perencanaan dapat membimbing para petugas untuk tidak bekerja menurut kemauannya

sendiri. Dengaa adanya perencanaan, seseorang merasa sebagai bagian dari suatu tim.

c. Menciptakan koordinasi

Bila dalam suatu proyek, masing-masing keahlian berjalan secara terpisah, kemungkinan

besar tidak akan tercapai suatu sinkronisasi dalam pelaksanaan. Karena itu, sangat

diperlukan adanya koordinasi antara beberapa aktifitas yang dilakukan.

d. Menjamin tercapainya kemajuan

Suatu perencanaan pada umumnya telah menggariskan suatu program yang hendak

dilakukan, meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggungjawab tiap individu atau tim

dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang telah direncanakan dengan apa yang

telah dilaksanakan, akan segera dapat dihindarkan, sehingga sistem ini akan mempercepat

penyelesaian suatu proyek.

e. Memperkecil resiko

Perencanaan mencakup pengumpulan data yang relevan dan secara hati-hati menelaah

segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Karena itu

perencanaan lebih memperkecil resiko yang timbul berlebihan.


18

f. Mendorong dalam pelaksanaan

Perencanaan dilakukan agar suatu organisasi dapat memperoleh kemajuan secara

sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melalui inisiatif sendiri. Suatu

perencanaan merupakan suatu mata rantai yang esensial anatar pemikiran (thought) dan

pelaksanaan (action).

Pengembangan pariwisata harus didahului dengan perencanaan sehingga adanya

pedoman pelaksanaan dan tolak ukur pencapaian tujuan pembangunan. Menurut Inskeep

(dalam Yoeti, 2008:58) ada beberapa pendekatan perencanaan pembangunan pariwisata,

yakni sebagai berikut.

1. Pendekatan berkesinambungan, inkremental dan fleksibel (continous, incremental, and

flexible approach). Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik

tingkat nasional maupun regional. Perencanaan pariwisata dilihat sebagai suatu proses

berkesinambungan yang perlu dievaluasi berdasarkan pemantauan dan umpan balik

dalam kerangka pencapaian tujuan dan kebijakan pengembangan pariwisata.

2. Pendekatan sistem (system approach), pariwisata dipandang sebagai suatu sistem yang

saling berhubungan (interrelated system), demikian halnya dengan perencanaan dan

teknik analisisnya. Komponen pariwisata sangat kompleks, di mana setiap komponen

merupakan suatu sistem.

3. Pendekatan menyeluruh (comprehensive approach), disebut juga pendekatan holistik.

Seluruh aspek yang tekait dalam perencanaan pariwisata, yang mencakup institusi,

lingkungan, dan implikasi sosial ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara

menyeluruh.

4. Pendekatan yang terintegrasi (integrated approach), suatu pendekatan yang dihubungkan

dengan sistem dan pendekatan menyeluruh, pariwisata direncanakan dan dikembangkan

sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam dirinya dan juga terintegrasi dalam
19

keseluruhan rencana dan total pola teladan pengembangan dalam suatu area. Pendekatan

ini memandang kawasan sekitar kawasan wisata yang sedang direncanakan sebagai

bagian integral dalam perencanaan.

5. Pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (enviromental

and suistainable development approach), pariwisata direncanakan, dikembangkan dan

dikelola dengan memperhatikan kelestarian lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisa

daya dukung adalah suatu teknik penting yang menggunakan pendekatan pengembangan

berkelanjutan dan lingkungan

6. Pendekatan swadaya masyarakat (community approach), pendekatan ini melibatkan

secara maksimum masyarakat lokal di dalam proses perencanaan, pengambilan

keputusan, pelaksanaan, sampai pengelolaan pengembangan pariwisata.

7. Pendekatan implementasi (implementable approach), kebijakan rencana, rekomendasi,

dan rumusan pengembangan pariwisata dibuat serealistis mungkin dan dapat diterapkan.

8. Penerapan proses perencanaan yang bersistem (aplication of a systematic planning

process).

Dalam penelitian ini, teori perencanaan digunakan dalam merumuskan stategi yang

dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Meseum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata supaya berfungsi optimal (rumusan masalah 3).

2.4 Model Penelitian

Dari ketiga rumusan masalah yang akan dikaji dengan berbagai indikatornya dan

mengacu pada konsep dan teori yang telah diajukan dalam penelitian, sehingga menghasilkan

hasil penelitian (out put) yang digunakan sebagai acuan atau rekomendasi dalam menentukan

kebijakan strategi yang tepat dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata, maka model penelitian dapat digambarkan dalam Gambar 2.1.
20

Gambar 2.1
Model Penelitian

Budaya Lokal Budaya Global

Museum Gunungapi
Batur
- Minimnya pengetahuan masy - Menjadi trend dan kebutuhan
ttg museum, shg kurang akan edukasi dan rekreasi
diminati. - Museum lebih inovatif dan
- Museum hanya sebagai informatif shg mampu
gallery (indah tapi kurang Pengelolaan Museum
membangun ikatan emosional
informatif) Gunungapi Batur dgn pengunjung
- Hanya dikunjungi kalangan Sebagai Daya Tarik - Sangat terbuka utk umum
terbatas dan berkelas Wisata
tertentu

Teori Manajemen Teori Teori


(Pengelolaan) SWOT Perencanaan

Cara Pengelolaan Faktor Pendorong Strategi Pengelolaan


Dewasa Ini dan Penghambat Yang Tepat
Pengelolaan

Matriks IFAS-EFAS
(grand strategy)

Matriks SWOT
(alternative strategy)
Rekomendasi

Keterangan Gambar :
: Interaksi
: Pengaruh
: Harapan
21

Ilustrasi Model :

Perbedaan pandangan budaya lokal dengan budaya global yang lebih modern

tentang pentingnya keberadaan sebuah museum menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji

dalam upaya pengelolaan sebuah museum di Indonesia, salah satunya adalah pengelolaan

Museum Gunungapi Batur di Kabupaten Bangli yang memiliki koleksi unik namun belum

mampu secara optimal menarik minat wisatawan untuk berkunjung, sehingga diperlukan

terlebih dahulu kajian terhadap cara pengelolaan yang dilakukan oleh pihak Badan Pengelola

pada dewasa ini dengan pendekatan teori manajemen (pengelolaan), kemudian dianalisis

faktor pendorong dan penghambat pengelolaan dengan teori SWOT, selanjutnya dengan

pendekatan teori perencanaan dapat dirumuskan strategi pengelolaan yang tepat sehingga

dapat berfungsi secara optimal, dengan teknik analisis matriks IFAS-EFAS akan

menghasilkan strategi umum (grand strategy), selanjutnya dengan analisis matriks SWOT

akan dihasilkan strategi alternatif (alternative strategy) dalam pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata untuk direkomendasikan kepada pihak Badan

Pengelola Museum Gunungapi Batur.


22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data

melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara mendalam (depth interview),

penyebaran angket (questioner) dan studi kepustakaan. Penyajian analisis dilakukan secara

formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (naratif). Analisis SWOT dipergunakan untuk

mengidentifikasi kondisi internal, berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses)

yang dimiliki Museum Gunungapi Batur, serta situasi eksternal, berupa peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap upaya merumuskan strategi

pengelolaan Museum Gunungapi Batur ssebagai daya tarik wisata.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Museum Gunungapi Batur yang berlokasi di jalan raya

Penelokan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Berjarak sekitar 23 Km arah utara

pusat kota Bangli dan sekitar 63 Km dari kota Denpasar. Terdapat beberapa pertimbangan

mengenai dipilihnya Museum Gunungapi Batur sebagai lokasi penelitian, yaitu (1) Museum

Gunungapi Batur tergolong daya tarik wisata yang baru berkembang sehingga diperlukan

adanya strategi pengelolaan yang tepat dan terarah, (2) jumlah kunjungan wisatawan masih

sangat rendah, (3) Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan

satu-satunya di Indonesia, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri untuk diperkenalkan

kepada masyarakat luas, dan (4) lokasinya sangat strategis, yaitu berada di sekitar kawasan

Penelokan yang sudah dikenal luas oleh wisatawan domestik maupun internasional. Adapun

peta lokasi penelitian, dapat dilihat dalam Gambar 3.1 berikut.


23

Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian

LOKASI MUSEUM
GUNUNGAPI BATUR

Sumber : Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, 2010

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur secara langsung dengan angka namun

merupakan informasi atau ungkapan-ungkapan berupa kata-kata, misalnya tentang sejarah

berdirinya Musuem Gunungapi Batur, pemaparan tentang daya tarik/koleksi museum,

manajemen pengelolaan museum, serta anlisis lingkungan internal dan eksternal yang
24

berupa analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Museum Gunungapi Batur

sebagai daya tarik wisata.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang akan disusun serta

diinterpretasikan, seperti data jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Gunungapi Batur

dan data penilaian responden terhadap variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang dimiliki Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Data

kuantitatif dalam penelitian ini hanya berfungsi sebagai data penunjang yang sangat

membantu dalam penggalian informasi dan fakta di lapangan.

3.3.2 Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

Penjelasan untuk masing-masing sumber data tersebut adalah sebagai berikut.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, misalnya data hasil

wawancara dengan para responden/informan dalam penelitian ini.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang menunjang

penelitian ini yang bukan merupakan pihak pertama seperti buku-buku literatur, jurnal

ilmiah, dan hasil penelitian terdahulu.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah (1) peneliti sendiri, (2) angket (kuisioner), (3) alat perekam wawancara/tape recorder,

dan (4) kamera digital, untuk mendapatkan data yang lengkap dari semua pihak yang terkait

sehingga data yang diperoleh dapat menjawab semua permasalahan yang diteliti.
25

3.5 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan atau responden dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

teknik purposive sampling. Menurut Marzuki (1977: 50), teknik purposive sampling adalah

penentuan informan dilakukan dengan sengaja berdasarkan tujuan dan maksud tertentu agar

keterangan yang diberikan dapat lebih dipertanggungjawabkan. Pemilihan informan didasari

atas pertimbangan-pertimbangan tertentu yang memiliki kemampuan dan kemauan

memberikan data terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Adapun responden dalam

penelitian ini harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut.

1. Memiliki pengetahuan mendalam tentang pariwisata dan data kepariwisataan di

Kabupaten Bangli.

2. Memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan umum lokasi penelitian (Museum

Gunungapi Batur.

3. Memiliki pengetahuan mendalam tentang keterlibatan masyarakat setempat dalam

industri pariwisata dan bertindak sebagai praktisi langsung di dalamnya.

Jumlah responden yang diambil untuk memberikan pembobotan dan rating mengenai

faktor-faktor internal dan eksternal sebanyak 15 orang responden yang benar-benar

mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Responden

terdiri dari :

I. Unsur Pemerintah, meliputi.

1. Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur.

2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli.

3. Kepala Bappeda Kabupaten Bangli.

4. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Bangli.

5. Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kabupaten Bangli.

6. Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli.


26

7. Kepala Seksi Pengembangan ODTW Disbudpar Kabupaten Bangli.

II. Unsur Tokoh Masyarakat dan Praktisi, meliputi.

1. Bapak I Gede Winurjaya (tokoh masyarakat lokal dan praktisi pariwisata).

2. Bapak I Made Sanjaya (tokoh masyarakat lokal dan praktisi pariwisata).

3. Pemandu Wisata/Tour Guide Travel Agent yang berasal dari Bangli.

III. Unsur Akademisi, meliputi 5 orang dosen pariwisata yang berasal dari Bangli.

Sedangkan untuk mengetahui pendapat wisatawan (pengunjung) tentang kondisi

Museum Gunungapi Batur, dilakukan dengan teknik quota sampling sejumlah 25 orang yang

dilakukan secara accidental (kebetulan), yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor

spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai

dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel

(Riduwan, 2006). Pendapat wisatawan ini diperlukan dalam penyususnan program strategi

pengelolaan Museum Gunungapi Batur ke depan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keberadaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.

2. Wawancara mendalam, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

mewawancarai informan secara langsung dengan pertanyaan terbuka. Wawancara

dilakukan terhadap informan yang memiliki informasi dan pengetahuan yang luas dan

mendalam berkaitan dengan penelitian (Marzuki, 1977:62). Informan dalam

penelitian ini adalah Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, Kepala

Bappeda Kabupaten Bangli, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten


27

Bangli, Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kabupaten Bangli, Kepala Bidang

Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli, dan tokoh masayarakat Desa Batur

yang sekaligus sebagai praktisi pariwisata.

3. Angket yaitu pengumpulan data dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada

pihak yang berkompeten yang mengetahui tentang pengelolaan Museum Gunungapi

Batur sebagai daya tarik wisata, yaitu pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan

praktisi pariwisata, pihak akademisi dan wisatawan yang berkunjung ke Museum

Gunungapi Batur.

4. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang

dijadikan landasan teoritis serta sebagai pedoman untuk melakukan penelitian

(Marzuki, 1977:64). Studi kepustakaan ini dilakukan ke berbagai sumber data seperti :

Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur mengenai sejarah pendirian Museum

gunungapi Batur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli berupa data

kepariwisataan di Kabupaten Bangli, serta pengumpulan data dari berbagai buku dan

hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan landasan pelaksanaan studi

kepustakaan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) Analisis deskriptif

kualitatif; 2) Analisis Matriks IFAS dan EFAS yang akan menghasilkan startegi umum

(grand strategy) pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata; 3)

Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT akan menghasilkan

strategi alternatif. Adapun masing-masing metode anlisis tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut.
28

3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Anlisis deskriptif kualitatif memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data dan

informasi yang diperoleh, sehingga menjadi lebih bermakna daripada sekedar penyajian

dalam bentuk angka-angka (numeric). Metode ini digunakan terhadap hasil anlisis

lingkungan internal-eksternal Museum Gunungapi Batur dan anlisis matriks SWOT.

3.7.2 Analisis Matriks IFAS dan EFAS

Anlisis matriks IFAS dan EFAS, yaitu metode anlisis untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang dianalisis terhadap

kondisi Museum Gunungapi Batur yang harus dikelola secara perusahaan.

1) Analisis matriks IFAS

Setelah faktor strategi internal diidentifikasi, maka perlu dilakukan evaluasi dengan

matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) yang tampak pada Tabel 3.1 dengan

tahapan sebagai berikut.

1. Membuat daftar faktor-faktor internal, yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weakneses).

2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot

sama dengan satu.

3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor kekuatan yang

memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), 3 (cukup kuat), dan 4 (sangat kuat).

Sedangkan untuk faktor kelemahan berlaku sebaliknya. Jadi rating mengacu pada kondisi

objek, sedangkan bobot (weight) mengacu pada keberadaan objek.

4. Mengalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai

skornya.
29

5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi yang dinilai. Jika nilainya

dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal objek adalah lemah, sedangkan nilai yang

berada diatas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat.

Tabel 3.1
Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

Faktor-Faktor Bobot Rating Skor


Strategi Internal
(1) (2) (3) (4)
Kekuatan
1).
2).
3).
4).
5).dst
Kelemahan
1).
2).
3).
4).
5).dst
Total 1,0
Sumber : diadaptasi dari Rangkuti (2002:25).

2) Analisis matriks EFAS

Jika faktor-faktor strategi eksternal diidentifikasi, maka dilanjutkan dengan evaluasi

menggunakan matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) yang tampak pada Tabel

3.2 dengan tahapan sebagai berikut.

1. Membuat daftar faktor-faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan ancaman

(threats).

2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot

sama dengan satu.

3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang yang

memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), 3 (cukup kuat), dan 4 (sangat kuat).
30

Sedangkan untuk faktor ancaman berlaku sebaliknya. Jadi rating mengacu pada kondisi

objek, sedangkan bobot (weight) mengacu pada keberadaan objek.

4. Mengalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai

skornya.

5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi yang dinilai. Jika nilainya

dibawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek adalah lemah, sedangkan nilai

yang berada diatas 2,5 menunjukan posisi eksternal yang kuat.

Tabel 3.2
Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)

Faktor-Faktor Bobot Rating Skor


Strategi Internal
(1) (2) (3) (4)
Peluang
1).
2).
3).
4).
5).dst
Ancaman
1).
2).
3).
4).
5).dst
Total 1,0
Sumber : diadaptasi dari Rangkuti (2002:24).

3.7.3 Analisis SWOT

Anlisis matriks SWOT adalah kelanjutan anlisis situasi internal-eksternal, dimana

faktor-faktor internal berupa faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dikombinasikan dengan

faktor-faktor eksternal berupa faktor-faktor peluang dan ancaman, kombinasi ini akan

menghasilkan beberapa strategi alternatif (alternative strategy) pengelolaan Museum

Gunungapi Batur.
31

Menurut Rangkuti (2002:19) kinerja perusahaan ataupun organisasi dapat ditentukan

oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan

dalam anlisis SWOT. Anlisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor eksternal yang

merupakan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor-faktor internal yang

merupakan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses). Kombinasi faktor internal

dengan faktor eksternal ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi,

yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT, seperti yang terlihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3
Matriks Analisis SWOT

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

Tentukan faktor-faktor Tentukan faktor-faktor


kekuatan internal kelemahan internal
EFAS
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

Tentukan faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang peluang

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

Tentukan faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2002:31).

Keterangan :

a. Strategi SO (Strength Opportunities), yaitu menggunakan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST (Strengths Treaths), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weaknesses Opportunities), strategi ini diterapkan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
32

d. Strategi WT (Weaknesses Treaths), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun

informal (dalam bentuk naratif). Penyajian hasil analisis data secara formal digunakan dalam

analisis matriks IFAS dan EFAS serta analisis matriks SWOT sehingga dapat lebih mudah

dipahami oleh pembaca, namun secara keseluruhan penyajian hasil analisis data dalam

penelitian ini dilakukan secara informal dalam bentuk narasi yang menjelaskan dan

memberikan keterangan-keterangan yang lebih komprehensif. Analisis matriks IFAS dan

EFAS akan menghasilkan strategi umum (grand strategy), sedangkan analisis SWOT dengan

menggunakan diagram dan matriks SWOT akan menghasilkan strategi alternatif dalam

pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.


33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Museum Gunungapi Batur

Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama yang dibangun

oleh Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI. Konsep dari

pembangunan Museum Gunungapi Batur ini mempunyai konsep desain Geo Science yang

meliputi preservasi, konservasi, koleksi, sarana edukasi, rekreasi, dan sarana informasi

tentang hal-hal yang berkaitan dengan gunung berapi. Keberadaan Museum Gunungapi Batur

ini diharapkan akan menjadi pusat informasi kegunungapian di Indonesia pada umumnya dan

di Bali pada khususnya.

4.1.1 Sejarah Singkat Museum Gunungapi Batur

Sejarah pembangunan Museum Gunungapi Batur dilatar belakangi oleh suatu

kenyataan bahwa Indonesia memiliki 500 gunungapi, 129 diantaranya dikategorikan sebagai

gunungapi aktif, yang terbentang luas dari pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,

Kepulauan Banda, Halmahera hingga Sulawesi bagian utara, membentuk suatu busur

gunungapi Indonesia. Jumlah gunungapi tersebut menempatkan Indonesia sebagai 13%

komposisi gunungapi aktif di dunia. Dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika

Serikat, Jepang, Perancis, dan Italia yang memiliki jumlah gunungapi lebih sedikit daripada

Indonesia, negara-negara tersebut telah memiliki museum gunungapi.

Bercermin dari realita tersebut, DPR melalui Komisi VII pada tanggal 11 Juni 2002

mengusulkan kepada pemerintah RI agar membangun museum gunungapi. Sebagai respon

usulan tersebut, pada tanggal 9 Juli dan 14 Juli 2002 dilakukan pertemuan antara Direktorat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jendral Geologi dan Sumber Daya

Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Bupati Bangli, BAPPEDA
34

Kabupaten Bangli dan DPRD Kabupaten Bangli untuk membahas rencana pembangunan

tersebut. Pada tanggal 19 Nopember 2002 dilangsungkan penandatanganan kerjasama antara

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan

Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan BAPPEDA

Kabupaten Bangli. Salah satu agenda dalam nota kerjasama tersebut adalah studi kelayakan

museum dan pembuatan proposal pembangunan Museum Gunungapi Batur. Kemudian pada

tanggal 10 Februari 2004 di Jakarta diadakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara

Direktur Jendral Geologi Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya

Mineral RI, dengan Gubernur Bali dan Bupati Bangli. Peletakan batu pertama pembangunan

gedung museum dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2004 oleh Direktur Jendral Geologi

Gubernur Bali dan Bupati Bangli.

Selain melakukan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Kementerian

ESDM RI, dalam mewujudkan pembangunan tersebut juga melakukan kerjasama dengan

Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI,

dalam pemanfaatan Taman Wisata Alam Penelokan sebagai lokasi pembangunan. Luas

Taman Wisata Alam Penelokan yang dimanfaatkan untuk pembangunan Museum Gunungapi

Batur adalah 1,09 Hektar.

Museum Gunuang Api Batur baru dapat diresmikan dan dibuka untuk umum pada

tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Bapak Purnomo

Yusgiantoro. Rencana pembangunan gedung (master plan) Museum Gunungapi Batur dapat

dilihat dalam Gambar 4.1.


35

Gambar 4.1 Master Plan Museum Gunungapi Batur

4.1.2 Alur Kunjungan di Museum Gunungapi Batur

Bangunan utama Museum Gunungapi Batur dibangun empat lantai dimana

pengunjung atau wisatawan dapat menikmati koleksi dan fasilitas yang disediakan dengan

alur kunjungan sebagai berikut.

1) Front Office Museum

Memasuki pintu utama gedung museum di lantai satu, pengunjung akan disambut

oleh para petugas reception untuk dipersilakan melakukan registrasi pengunjung dan

pembayaran tiket masuk (entrance ticket) sebesar Rp. 10.000 untuk wisatawan asing dan Rp.

5000 untuk wisatawan domestik. Selanjutnya pengunjung akan dipandu oleh para pemandu

(guides) untuk menyaksikan dan menjelaskan tentang koleksi museum. Di areal loby juga

terdapat lukisan grafis tentang mitologi Bedawang Nala yang menurut keyakinan masyarakat

Hindu di Bali, mitologi ini menceritakan tentang Hyang Pasupati yang berstana di Gunung

Semeru memerintahkan Sangnghyang Bedawang Nala, Sanghyang Naga Anantaboga,

Sanghyang Naga Basukih dan Sanghyang Naga Taksaka memindahkan sebagaian Puncak

Gunung Semeru ke Bali Dwipa agar keadaan Bali tidak goyah. Setelah tiba di Bali, bagian

puncak Gunung Semeru yang dibawa dengan tangan kanan menjadi Gunung Agung

sedangkan yang dibawa dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur. Kedua gunung inilah
36

menurut kepercayaan masyarakat Hindu di Bali dikenal sebagai Dewi Lingga Giri yang

kemudian menjadi Parahyangan Purusa dan Pradana.

Gambar 4.2 Lukisan grafis mitologi Bedawang Nala di Front Office

2) Panel Pembentukan Gunungapi (Volcano Formation)

Panel ini memberikan informasi tentang proses pembentukan gunungapi di dunia.

Planet bumi mempunyai banyak cairan dan air dipermukaannya yang sangat mempengaruhi

pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Gunungapi timbul

akibat pergerakan antara kerak benua dan kerak samudra. Pergerakan antara kerak benua dan

kerak samudra menimbulkan 4 busur gunungapi berbeda, yaitu gunungapi tengah samudra,

gunungapi tepi benua, gunungapi tengah benua, dan gunungapi dasar samudra. Panel

pembentukan gunungapi dapat dilihat seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Panel Pembentukan Gunungapi


37

3) Panel Fenomena Gunungapi (Volcanic Phenomena)

Informasi yang bisa diperoleh dari panel ini adalah berupa informasi tentang material

letusan yang dikeluarkan akibat letusan gunungapi. Material tersebut antara lain, aliran lava,

aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, lahar letusan, gas vulkanik beracun dan hujan lumpur.

Panel fenomena gunungapi dapat dilihat dalam Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4 Fenomena Gunungapi

4) Slide Show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung

Setelah pengunjung melihat panel pembentukan gunungapi dan fenomena gunungapi,

pengunjung langsung disuguhi dengan slide show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung

tempo dulu. Pada bagian ini pengunjung dapat mengetahui tentang keadaan Gunungapi Batur

dari tahun 1915, 1926, 1956 sampai sekarang. Pengunjung juga dapat mengetahui dampak

yang dihasilkan letusan Gunung Agung pada tahun 1963 yang memperlihatkan kerusakan

dan korban jiwa. Slide show Gunungapi Batur dan Agung seperti terlihat dalam Gambar 4.5.
38

Gambar 4.5 Slide Show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung

5) Peta Sebaran Gunungapi dan Jalur Gempa di Indonesia dan di Dunia

Pada bagian ini, pengunjung disuguhkan dua layar peta sebaran gunungapi yaitu peta

sebaran gunungapi dan jalur gempa di Indonesia dan di dunia. Kedua peta ini dilengkapi

dengan tombol otomatis, dimana melalui tombol ini pengunjung dapat melihat sebaran

gunungapi berikut jalur dan titik gempanya dengan cara menekan salah satu tombol yang ada

di depan peta. Dengan menggunakan tombol ini pengunjung bisa mengetahui lokasi dan tipe

gunung yang sedang dipilih melalui perbedaan warna yang menyala pada lampu. Di

Indonesia terdapat 129 gunungapi yang dikategorikan aktif, dan 5 diantaranya termasuk

gunungapi teraktif di dunia yaitu Gunungapi Batur, Tambora, Merapi, Krakatau, dan Semeru.

Layar peta sebaran Gunungapi dan jalur gempa tersebut terlihat dalam Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6 Peta Sebaran Gunungapi dan Jalur Gempa di Indonesia dan di dunia
39

6) Komputer Animasi Letusan

Museum Gunungapi Batur memiliki 3 buah komputer animasi letusan. Dalam

komputer animasi ini dijelaskan mengenai parameter yang mempengaruhi suatu letusan

gunungapi secara menarik dan atraktif yaitu melalui sebuah game. Dalam game ini

pengunjung dapat bermain sekaligus belajar tentang kegunungapian. Terdapat 3 paramater

yang mempengaruhi letusan gunungapi yang dijelaskan dalam game tersebut, yaitu : jenis

magma, tingkat tekanan gas, dan kedalaman dapur magma. Dengan game interaktif ini

pengunjung dapat menentukan sendiri tipe letusan yang diinginkan, yang mana nantinya dari

setiap perbedaan parameter yang dipilih akan menghasilkan tipe letusan yang berbeda.

Adapun layar komputer animasi letusan, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Komputer Animasi Letusan

7) Panel Photo Grafis Gunungapi yang ada di Indonesia

Panel ini dipajang tepat di atas game interaktif, pada panel ini pengunjung dapat

melihat keindahan panorama gunungapi yang ada di Indonesia. Jumlah photo gunungapi

sebanyak 60 buah dengan berbagai ciri khas panorama serta letusannya. Berikut dalam

Gambar 4.8 ditampilkan wajah gunungapi di Indonesia.


40

Gambar 4.8 Panel Photo Grafis Gunungapi di Indonesia

8) Diorama Gunungapi Batur

Diorama ini merupakan miniature dari Gunungapi Batur dan Danau Batur dengan

bentuk persegi empat dengan ukuran 2,5 x 2 meter. Diorama ini dilengkapi 4 buah tombol

yang nantinya pengunjung dapat menekan sendiri sesuai dengan tahun letusan yang

diinginkan. Melalui keempat tombol ini (Prasejarah, 1888, 1921, dan 1926) pengunjung dapat

menyaksikan letusan Gunungapi Batur berikut arah aliran lavanya sesuai dengan keadaan

pada tahun yang dipilih. Diorama Gunungapi Batur terlihat dalam Gambar 4.9 berikut.

Gambar 4.9 Diorama Gunungapi Batur


41

9) Panel Photo Grafis Panorama Gunung dan Danau Batur

Panel ini merupakan wajah Gunungapi Batur saat ini, selain pengunjung dapat

menikmati keindahan panorama danau dan gunung Batur, pengunjung juga dapat

memanfaatkannya sebagai background untuk pengambilan gambar/photo.

Gambar 4.10 Panel Photo Grafis Panorama Gunung dan Danau Batur

10) Panel Photo Gunungapi Batur Tempo Dulu dan Photo Dampak Letusan Gunung Agung

Pada panel ini menyajikan gambaran Gunungapi Batur pada tahun 1848, 1905, 1919,

dampak letusan Gunungapi Batur tahun 1926 dan dampak letusan Gunungapi Agung tahun

1963. Dampak letusan tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11 Panel Photo Gunung Batur Tempo Dulu


42

11) Panel Evolusi Kaldera Batur dan Komputer Game Evolusi Kaldera Batur

Pada panel ini dijelskan bagaimana sejarah evolusi Batur purba menjadi kaldera Batur

yang sekarang. Gunungapi Batur purba tingginya mencapai 3000 meter di atas permukaan

laut. Sejarah mengatakan bahwa Penelokan yang sekarang dahulunya merupakan kaki

Gunungapi Batur, mengalami berbagai evolusi yang dimulai dari letusan pertama Gunungapi

Batur purba yang membentuk parasit Gunung Abang di sebelah timur lereng Gunungapi

Batur purba. Pada 29.300 tahun yang lalu terjadi letusan yang sangat dahsyat yang

menghancurkan sebagian dari puncak Gunungapi Batur purba. Hancurnya sebagian puncak

Gunungapi Batur purba membentuk kaldera I dengan diameter 13 km x 8 km dan hasil

letusannya mengendap menjadi Ignimbrit Ubud. Vulkanisme Gunungapi Batur masih terus

berlangsung, pada 20.150 tahun yang lalu terjadi letusan yang membentuk kaldera II dengan

diameter 7 km. fenomena alam Gunungapi Batur purba berhenti setelah letusan besar pada

5.500 tahun yang lalu, dimana vulkanisme ini membentuk tiga kerucut Gunungapi Batur yang

sekarang. Letusan Gunungapi Batur ini menghasilkan hujan yang lama, dan karena adanya

cekungan di kaldera, air hujan ini tertampung dan terbentuklah Danau Batur. Demikian

evolusi Gunungapi Batur purba hingga menjadi Gunungapi Batur yang sekarang. Panel

Evolusi Kaldera Batur tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.12 berikut.

Gambar 4.12 Panel Evolusi Kaldera Batur


43

12) Panel Sejarah Letusan Gunungapi Batur

Pada panel ini pengunjung dapat mengetahui informasi letusan gunungapi Batur.

Gunungapi Batur tercatat mengalami 26 kali letusan yaitu dimulai dari tahun 1804 sampai

yang terakhir tahun 2000. Berikut dalam Gambar 4.13 ditampilkan gambar animasi proses

letusan Gunungapi Batur.

Gambar 4.13 Panel Letusan Gunungapi Batur

13) Peta Geologi Kaldera Batur, Peta Kawasan Rawan Bencana dan Maket Geologi Kaldera

Batur.

Pada bagian selanjutnya pengunjung akan disuguhkan dengan peta dan maket geologi

kaldera Batur. Dalam peta dan maket ini disajikan informasi mengenai daerah aliran lava

sesuai dengan tahun letusannya. Pada bagian ini juga tersaji peta kawasan rawan bencana

yang menampilkan informasi daerah mana saja di kawasan Gunungapi Batur yang terhadap

bahaya jika Gunungapi Batur mengalami proses-proses vulkanisme. Dalam Gambar 4.14

menampilkan Peta Geologi Kaldera Batur.


44

Gambar 4.14 Peta Geologi Kaldera Batur

14) Material Hasil Letusan Yang Telah Tertimbun Jutaan Tahun

Memasuki ruangan selanjutnya pengunjung akan menyaksikan koleksi berbagai

material yang dihasilkan dari letusan Gunungapi di Indonesia yang sebagian besar berupa

jenis batu kristal dan sejenisnya yang telah berusia jutaan tahun, seperti : amethyst, quartz

crystal, crystal geode, pyrite, quartz crystal, dan volcanic obsidian, seperti yang terlihat

dalam Gambar 4.15 berikut.

Gambar 4.15 Material Hasil Letrusan Gunungapi yang Berumur Jutaan Tahun

15) Panel Sayatan Batuan

Di Museum Gunungapi Batur juga ditampilkan panel sayatan batuan. Terdapat 2

panel yang menjelaskan jenis-jenis sayatan batuan. Bila sebuah batu kita sayat atau asah

dengan metode tertentu dan kita teliti dengan mikroskop, maka aka nada bentuk-bentuk
45

berbeda yang akan kita lihat pada batuan yang berbeda pula. Bentuk-bentuk batuan ini juga

memiliki nama yang berbeda. Terdapat beberapa nama sayatan batuan seperti : basalt,

andesite, decite, gabbro, diorite, rhyolite, granite, leucitite, nosean leucite phonolite, tuff, dan

lain-lain. Panel sayatan batuan seperti terlihat dalam Gambar 4.16 berikut.

Gambar 4.16 Panel Sayatan Batuan

16) Panel Volcano Monitoring

Museum Gunungapi Batur juga dilengkapi dengan alat pemantau. Beberapa panel

tentang sistem dan peralatan pengamatan gunungapi serta panel peringatan dini dapat

pengunjung temukan disini. Melalui panel ini pengunjung akan mengetahui bagaimana cara

dan alat apa saja yang dipergunakan untuk memantau aktifitas gunungapi. Selain itu,

pengunjung juga akan mendapat pengetahuan tambahan tentang gejala awal atau tanda-tanda

akan terjadinya letusan gunungapi secara tradisional, salah satunya yaitu ditandai dengan

turunnya binatang yang menghuni puncak dan lereng gunung karena suhu semakin

meningkat. Museum Gunungapi Batur juga dilengkapi dengan peralatan pemantau gunungapi

yang disebut seismograph gigital, alat ini dipasang di 5 tempat yaitu di Gunung Batur, Danau

Batur, Desa Songan, Desa Yeh Mampeh dan Gunung Agung. Melalui seismograph ini

petugas dapat memantau keadaan di lokasi tersebut setiap saat. Dalam ruangan ini juga

dilengkapi dengan real time camera, melalui media CCTV pengunjung dapat memantau atau

melihat langsung segala kejadian yang terjadi saat itu pula di sekitar kawah dan Danau Batur.
46

Gambar 4.17 Panel Volcano Monitoring

17) Panel Pemanfaatan Material Letusan Gunungapi

Dalam panel ini pengunjung akan disuguhkan dengan gambar-gambar visual tentang

pemanfaatan berbagai material hasil letusan gunungapi yang sangat bermanfaat bagi

kehidupan manusia, contohnya lava hasil letusan gunungapi dapat dimanfaatkan masyarakat

sebagai bahan bangunan maupun patung dan arca, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Panel Pemanfaatan Material Letusan Gunungapi

18) Ruang Audio Visual/Bioskop

Memasuki lantai 2 bangunan utama Museum Gunungapi Batur, pengunjung akan

dipandu menuju ruang audio visual/bioskop yang bertaraf internasional, hal ini dapat dilihat
47

dari fasilitas yang digunakan di gedung ini. Kapasitas tempat duduk mencapai 160 orang.

Pengunjung akan disuguhkan dengan film dokumenter sejarah keberadaan Gunungapi Batur

sejak jaman purba sampai dengan saat ini yang juga menampilkan letusan disertai dampak

dari hasil letusan tersebut yang berdurasi 20 menit.

Gambar 4.19 Ruang Bioskop

19) Ruang Rapat/Converence Room

Di sebelah ruang bioskop terdapat sebuah ruang rapat (converence room) yang

didesain khusus untuk disewakan sebagai tempat kegiatan rapat atau pertemuan dengan

kapasitas 43 orang, setiap meja dilengkapi dengan mikrofon, ruangan juga dilengkapi dengan

LCD dan layar otomatis serta peralatan sound system yang lengkap.

Gambar 4.20 Converence Room


48

20) Ruang Pemantauan Aktivitas Gunungapi Batur

Di bagian akhir dari alur kunjungan, pengunjung dapat naik ke lantai 3, dimana dalam

ruangan ini merupakan tempat yang digunakan petugas vulkanologi untuk memantau

aktivitas Gunungapi Batur. Dalam ruangan ini tersedia teropong pengamatan untuk

pengunjung, dimana pengunjung dapat mengamati langsung aktivitas Gunungapi Batur

dengan menggunakan teropong jarak jauh.

Gambar 4.21 Ruang Pemantauan Aktivitas Gunungapi Batur

4.1.3 Persepsi Wisatawan Terhadap Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai

Daya Tarik Wisata.

Persepsi atau tanggapan wisatawan terhadap keberadaan Museum Gunungapi Batur

dipandang perlu untuk diketahui dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata di Kabupaten Bangli, sebab wisatawan adalah pemakai (user) dari produk wisata

yang ditawarkan. Keberhasilan penawaran (supply) sebuah produk wisata akan diukur dari

tingkat permintaan (demand) terhadap produk yang ditawarkan tersebut.

Untuk mengetahui persepsi wisatawan mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur,

diajukan angket sebanyak 10 butir pertanyaan kepada 25 responden wisatawan domestik

maupun asing yang ditemui di lokasi penelitian. Adapun tabulasi persepsi wisatawan tersebut

dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.


49

Tabel 4.1
Hasil Tabulasi Persepsi Wisatawan Terhadap Keberadaan Museum
Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata

No. Deskripsi Objek Penilaian Responden Jumlah


Sangat Baik Tidak Sangat
Baik Baik Tidak
Baik
1 Arsitektur Bangunan 17 8 - - 25

2 Koleksi Museum 19 6 - - 25

3 Tata Letak Penyajian Koleksi (Lay Out) 9 16 - - 25

4 Fasilitas pendukung wisata yang 12 13 - - 25

tersedia

5 Informasi Kegunungapian 21 4 - - 25

6 Pelayanan Petugas 5 18 2 - 25

7 Aksesibilitas (jalan raya, transportasi) 3 22 - - 25

8 Kebersihan dan keindahan lingkungan - 23 2 - 25

9 Panorama Alam Sekitar 22 3 - - 25

10 Keamanan dan keramahan masyarakat 2 20 3 - 25

local

Sumber : Diolah Berdasarkan Hasil Penelitian, 2011

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, maka dapat diketahui bahwa persepsi wisatawan secara

umum terhadap kondisi Museum Gunungapi Batur sangat baik, dimana dari 25 orang

responden wisatawan sebagian besar penilaiannya pada posisi baik dan sangat baik, sebagian

besar responden berpendapat bahwa keunggulan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur

adalah adanya sentuhan teknologi dalam penyajian koleksinya sehingga lebih atraktif dan

informatif, serta tampilan dan penyajiannya sangat terkonsep membuatnya mampu

membangun ikatan emosional dengan pengunjung. Hanya terdapat 2 responden (0,8%)

menyatakan penilaian tidak baik terhadap pelayanan petugas khususnya mengenai


50

kemampuan komunikasi bahasa asing para pemandu wisatawan, dan 2 orang responden

(0,8%) yang menyatakan tidak baik terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan, hal ini

disebabkan karena di areal parkir masih terlihat kurang bersih dan kurang rapih dengan

keberadaan warung-warung tenda pedagang kaki lima, kondisi ini disebabkan karena pada

pagi harinya areal parkir museum dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan

pasar tradisional. Hal lain yang perlu segera mendapat perhatian dari pihak pengelola

museum dan Pemkab Bangli adalah adanya keluhan wisatawan terkait keramahan masyarakat

lokal khususnya para pedagang acung yang terkadang sangat mengganggu kenyamanan

wisatawan. Dari 25 responden, sebanyak 3 orang (12%) menyatakan keluhan terhadap

keramahan masyarakat lokal, seperti yang dikemukakan oleh Mr. Jhon Simone, salah seorang

wisatawan asal Inggris yang merasa terganggu dengan keberadaan para pedagang acung yang

terkesan memaksa para wisatawan untuk membeli barang dagangannya;

I felt uncomfortable with the souvenirs merchants which sometimes forced me to


buy his wares
(Wawancara tanggal 25 Juli 2011).

Keadaan tersebut harus segera ditangani oleh pihak-pihak terkait untuk memelihara citra

positif pariwisata Bali di mata masyarakat internasional. Diperlukan adanya kegiatan-

kegiatan penyuluhan kepada masyarakat lokal khususnya para pedagang acung tentang

pentingnya keramah-tamahan dan sikap pelayanan yang baik kepada para wisatawan.

4.2 Cara Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Pada

Dewasa Ini

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan cara pengelolaan Museum Gunungapi

Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini adalah langkah-langkah atau program kerja
51

yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini dalam

operasionalnya mewujudkan salah satu fungsi museum sebagai daya tarik wisata.

Museum Gunungapi Batur merupakan museum yang dibangun oleh pemerintah, yaitu

kerjasama antara Direktorat Jendral Geologi Sumber Daya Mineral RI dengan Pemerintah

Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Bangli. Dalam hal operasional pengelolaan,

sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Bangli. Oleh karena itu, Bupati Bangli

telah menerbitkan Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 24 Mei 2007

tentang Pembentukan Organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, yang secara

struktural bertanggung jawab langsung kepada Bupati Bangli sebagai Pembina.

Dalam operasional pengelolaanya, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah

melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan

dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007. Adapun fungsi Badan

Pengelola Museum Gungapi Batur adalah sebagai berikut.

a. Penyiapan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi, materi peraga,

publikasi dan dokumentasi koleksi kegunungapian.

b. Pelaksanaan pengelolaan dokumentasi, publikasi, dan materi peraga.

c. Pelaksanaan pengelolaan konservasi.

d. Pelaksanaan pengelolaan pengembangan dan penelitian kegunungapian.

e. Pelaksanaan pengelolaan tinjauan lapangan.

f. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan kerjasama serta pelayanan umum jasa

permuseuman.

g. Pelaksanaan ketatausahaan umum dan keuangan.

h. Pelaksanaan pengawasan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi,

materi peraga, publikasi dan dokumentasi koleksi kegunungapian.


52

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tersebut,

Badan Pengelola Museum Gungapi Batur mempunyai wewenang :

a. Penetapan kebijakan pengelolaan teknis dan non teknis.

b. Penetapan kebijakan pelatihan personalia pelaksana operasional lapangan.

c. Penetapan kebijakan pengaturan anggaran pendapatan dan pembiayaan pengelolaan

museum.

d. Penetapan kebijakan tata kerja organisasi.

e. Penetapan kebijakan penentuan tarif parkir kendaraan dan tarif masuk gedung

Museum.

Demikian berbagai program kerja yang telah dirumuskan dan dilaksanakan oleh pihak

Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini sesuai dengan fungsi dan

wewenangnya dalam operasional pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai tempat

reservasi, konservasi, koleksi dan edukasi tentang kegunungapian, serta sebagai salah satu

daya tarik wisata di Kabupaten Bangli.

Dalam hal pengorganisasian, Pemerintah Kabupaten Bangli telah menetapkan struktur

organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur yang dipimpin oleh seorang Kepala

Badan Pengelola yang ditunjuk langsung oleh Bupati Bangli selaku Pembina. Adapun

struktur organisasi Badan Pengelola Museum Gungapi Batur dapat dilihat dalam Gambar

4.22 berikut.
53

Gambar 4.22
Struktur Organisasi Museum Gunungapi Batur
Kabupaten Bangli

Pembina

Badan Pengawas

Kepala Badan

Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Sub Bagian


Umum Keuangan

Bidang Informasi Bidang Dokumentasi & Bidang Penelitian &


Publikasi Pengembangan

Keterangan : = garis komando

Sumber : Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, 2010

Penjelasan Gambar 4.22 :

Yang dimaksud dengan Pembina dalam Gambar 4.22 di atas adalah Bupati Bangli dan

Badan Pengawas adalah orang yang ditugaskan memonitor dan mengawasi kegiatan

pengelolaan museum dan bertanggungjawab kepada Pembina. Kepala Badan Pengelola

merupakan pemimpin dan penanggung jawab pengelolaan museum, yang bertanggung jawab
54

langsung kepada Pembina. Bagian Tata Usaha merupakan pelaksana ketatausahaan, dipimpin

oleh Kepala Bagian Tata Usaha yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan

terdiri dari : Sub Bagian Umum dan Sub Bagian Keuangan.masing-masing Sub Bagian

dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Bagian. Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Gambar 4.22 di atas,

merupakan pelaksana teknis museum yang terdiri dari : Bidang Informasi, Bidang

Dokumentasi dan Publikasi, serta Bidang Penelitian dan Pengembangan. Masing-masing

Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Badan.

Jumlah pegawai yang bertugas di Museum Gunungapi Batur sebanyak 22 orang

dengan perincian 8 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT),

dan 9 orang tenaga honorer (4 petugas kebersihan, 3 satpam, 2 petugas parkir). Sejumlah

PNS dan PTT tersebut adalah pegawai kantor Bappeda dan Disbudpar Kabupaten Bangli

yang ditugaskan untuk pengelolaan Museum Gunungapi Batur.

Selain menjalankan fungsi dan wewenangnya sesuai tersebut di atas, Badan Pengelola

Museum Gunungapi Batur juga telah menyusun dan melaksanakan berbagai program kerja

untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, diantaranya yaitu sebagai berikut.

1. Mengadakan rapat rutin internal setiap akhir bulan untuk mengevaluasi kinerja

pengelolaan museum dan mensosialisasikan program-program kerja bulan berikutnya

kepada seluruh karyawan.

2. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar museum dengan melaksanakan

kerja bakti rutin bersama seluruh karyawan Badan Pengelola Museum Gunungapi

Batur secara berkala.

3. Meningkatkan pengetahuan kepariwisataan karyawan dengan mengirim beberapa staf

untuk mengikuti seminar-seminar dan workshop tentang kepariwisataan.


55

4. Menerbitkan buku panduan Volcano Talks Museum Gunungapi Batur sebagai buku

panduan pengunjung museum dan media promosi kepada wisatawan.

5. Dalam usaha promosi, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan menerbitkan website promosi

keberadaan Museum Gunungapi Batur pada situs www.baturmuseum.info.

4.3 Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya Meningkatkan Pengelolaan Museum

Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata

Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur dalam penelitian ini

adalah berbagai kekuatan dan peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam

pengelolaan daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur untuk meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan, sedangkan faktor penghambat upaya pengelolaan dalam penelitian ini

adalah berbagai kelemahan dan ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam

pengelolaan daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur.

4.3.1 Faktor Pendorong Upaya Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi Batur

Sebagai Daya Tarik Wisata

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para responden, kekuatan

(strengths) yang menjadi pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai

daya tarik wisata meliputi :

1. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya

di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali.

2. Museum Gunungapi Batur menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai

sejarah tinggi berupa material letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai

pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi.
56

3. Adanya penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi Museum Gunungapi

Batur sehingga sangat atraktif dan informatif.

4. Letaknya sangat strategis, berada di sekitar Penelokan Kintamani yang sudah terkenal

dan pengunjung dapat melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas Gunungapi

Batur.

5. Bangunan dan fasilitas Museum Gunungapi Batur sangat lengkap dan bertaraf

internasional.

Sedangkan peluang (opportunities) yang menjadi faktor pendorong upaya pengelolaan

Museum Gunungapi Batur, meliputi :

1. Adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, salah satunya

wisata museum yang berbasis edukatif dan rekreasi.

2. Adanya dukungan pemerintah pusat (Kementerian Pariwisata dan Budaya RI) untuk

menumbuhkan gerakan cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu

sebagai tahun kunjungan museum.

3. Telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization

(DMO) Kintamani pada bulan April 2011 untuk mewujudkan kawasan kaldera

Gunungapi Batur sebagai kawasan Geo Park.

4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus

meningkat.

5. Adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses internet yang memudahkan

wisatawan untuk mengakses informasi tentang keberadaan sebuah destinasi dan daya

tarik wisata.

4.3.2 Faktor Penghambat Upaya Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi

Batur Sebagai Daya Tarik Wisata


57

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap para responden, maka dapat

dirumuskan berbagai kelemahan (weaknesses) yang menjadi faktor penghambat upaya

pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah :

1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan

sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan.

2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan sumber daya

manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata.

3. Kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola usaha pariwisata (travel agent,

hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan (sekolah-sekolah).

4. Belum rampungnya pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur

sehingga terdapat fasilitas penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop

belum terwujud.

5. Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat

wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan

waktu fullday tour.

Terkait ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi

Batur sebagai daya tarik wisata, meliputi :

1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan

wisatawan.

2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi hari bagi masyarakat

lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum.

3. Rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum.


58

4. Maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & restoran) di kawasan

Penelokan yang sangat mengganggu pemandangan/view ke arah kaldera Gunungapi

Batur dan mengancam kelestarian kawasan konservasi.

5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali

yang juga menjanjikan insentif lebih besar untuk para tour guides.

4.4 Strategi Untuk Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai

Daya Tarik Wisata Supaya Berfungsi Optimal

Dalam merumuskan strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata, diuraikan faktor-faktor internal dan eksternal yang kemudian masing-masing

diturunkan dalam bentuk matriks. Lingkungan internal dalam matriks IFAS (Internal

Strategic Factors Analysis Summary) dan lingkungan eksternal dalam matriks EFAS

(External Strategic Factors Analysis Summary). Matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan

menghasilkan strategi umum (grand strategy) yang kemudian dipadukan dalam bentuk

matriks SWOT (Rangkuti, 2002).

Matriks SWOT menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis

pengembangan sesuai dengan potensi serta lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Dari setiap strategi dapat dijabarkan

atau diturunkan berbagai macam program pengelolaan yang mendukung upaya pengelolaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.


59

4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik

Wisata

Lingkungan internal Museum Gunungapi Batur meliputi berbagai faktor kekuatan

(strengths) dan faktor-faktor kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dalam pengelolaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.

Rangkaian analisis lingkungan internal terlebih dahulu dilakukan pembobotan

terhadap indikator-indikator variabel internal oleh para responden. Berdasarkan kuesioner

yang diberikan kepada responden, ternyata bobot yang diberikan oleh masing-masing

responden terhadap tiap-tiap indikator lingkungan internal berbeda-beda. Untuk mendapatkan

bobot yang sama pada masing-masing indikator, maka dicari rata-rata (mean) masing-masing

bobot yang diberikan oleh responden. Adapun pembobotan dan pemeringkatan dari masing-

masing faktor lingkungan internal yang berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2
Matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor*


(1) (2) (3) (4)

Kekuatan :

1. Museum Gunungapi Batur merupakan museum 0,115 3,933 0,452


gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, sehingga
tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali.

2. Museum Gunungapi Batur menyimpan dan memamerkan 0,12 3,933 0,471


benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material
letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai
pusat pengembangan potensi wisata budaya yang
berbasis edukatif dan rekreasi.

3. Penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi 0,073 3,266 0,238
museum sehingga sangat atraktif dan informatif.
60

4. Letaknya sangat strategis, berada di sekitar Penelokan 0,145 3,733 0,541


Kintamani yang sudah terkenal dan pengunjung dapat
melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas
Gunungapi Batur.

5. Bangunan dan fasilitas museum yang lengkap dan 0,047 3,2 0,150
bertaraf internasional.

Kelemahan :

1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata 0,122 1,533 0,187
yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal
oleh wisatawan.

2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih 0,137 1,333 0,182
kekurangan sumber daya manusia yang memiliki
pendidikan formal pariwisata.

3. Kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum 0,153 1,066 0,163


Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, khususnya
promosi ke pihak pengelola usaha pariwisata (travel
agent, hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan
(sekolah-sekolah).

4. Belum rampungnya pembangunan semua unit gedung 0,032 2,133 0,068


Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas
penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop
belum terwujud.

5. Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur 0,056 2,2 0,123
dari kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur,
Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu
fullday tour.

Total 1,00 - 2,575

Sumber : Hasil analisis data pada Lampiran 6 dan 7

Keterangan : * Hasil Perkalian antara Bobot dengan Rating.

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukan bahwa skor tertinggi kekuatan lingkungan

internal Museum Gunungapi Batur dengan nilai 0,541 adalah letaknya yang sangat strategis,

yaitu berada di sekitar kawasan Penelokan Kintamani yang sudah terkenal luas oleh

wisatawan domestik maupun mancanegara sebagai highlight tujuan wisata di pulau Bali.
61

Lokasi museum yang berada di dataran tinggi Penelokan juga sangat memungkinkan

pengunjung dapat melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas Gunungapi Batur

sebagai salah satu gunungapi teraktif di dunia, dan menikmati keindahan panorama kaldera

Gunung dan Danau Batur.

Skor tertinggi kedua yaitu dengan nilai 0,471 adalah Museum Gunungapi Batur

menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material letusan

gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya

yang berbasis edukatif dan rekreasi. Meskipun Museum Gunungapi Batur memiliki dan

menampilkan koleksi alam berupa material hasil erupsi gunungapi, namun Museum

Gunungapi Batur digolongkan sebagai daya tarik wisata budaya sebab sejatinya yang dijual

kepada pengunjung adalah nilai sejarah dan pengetahuan terhadap kegunungapian. Dengan

berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, wisatawan dapat menyaksikan melalui audio

visual mengenai sejarah letusan Gunungapi Batur dan dampak letusan Gunungapi Batur

zaman dulu. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.

Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya

di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali menempati urutan tertinggi

ketiga dengan skor 0,452. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi yang

pertama dibangun di Indonesia, dan satu-satunya di Bali. Hal ini merupakan kekuatan yang

sangat penting dalam mempromosikan dan memasarkannya kepada wisatawan, khususnya

kepada wisatawan minat khusus (alternative tourist). Wisatawan yang tertarik dengan

pengetahuan tentang kegunungapian sambil berekreasi tentunya akan memilih Museum

Gunungapi Batur sebagai objek tujuan wisata.

Urutan keempat adalah variabel penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi

museum sehingga sangat atraktif dan informatif, dengan skor 0,238. Adanya sentuhan

teknologi modern dalam penyajian koleksi museum ditunjukan dengan tersedianya komputer
62

animasi letusan gunungapi, diorama Gunungapi Batur yang dilengkapi dengan tombol

otomatis bagi pengunjung untuk dapat melihat langsung bentuk letusan sesuai dengan tahun

yang diinginkan, tayangan audio visual sejarah letusan Gunungapi Batur, serta berbagai

peralatan canggih lainnya sehingga sangat atraktif dan informatif bagi pengunjung.

Posisi terendah dengan skor 0,150 ditempati oleh variabel bangunan dan fasilitas

museum yang lengkap dan bertaraf internasional. Pengunjung akan terkagum dengan

aksitektur bangunan khas tradisional Bali yang dipadukan dengan gaya modern serta

didukung oleh fasilitas yang bertaraf internasional, seperti ruang rapat/converence room yang

dilengkapi dengan microfon, LCD dan sound system yang lengakap, ruang bioskop yang

berstandar internasional dengan kapasitas 160 tempat duduk, ruang pengamatan aktifitas

Gunungapi Batur yang dilengkapi dengan teropong pengamatan yang sangat canggih, serta

fasilitas toilet yang berstandar internasional.

Pembobotan dan pemeringkatan faktor-faktor strategi internal khususnya faktor

kelemahan memperoleh bobot yang berbeda-beda. Faktor kelemahan yang menempati urutan

pertama dengan skor 0,187 adalah Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata

yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan. Sesuai dengan data

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2011, Museum Gunungapi Batur

tergolong daya tarik wisata yang sedang dikembangkan, Museum Gunungapi Batur baru

diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007, sehingga keberadaannya

belum banyak dikenal oleh wisatawan luas.

Peringkat kedua ditempati oleh variabel pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi

Batur masih kekurangan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata

dengan skor 0,182. Berdasarkan data Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur Tahun

2011, jumlah pegawai yang bertugas di Museum Gunungapi Batur sebanyak 22 orang dengan

perincian 8 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan 9
63

orang tenaga honorer (4 petugas kebersihan, 3 satpam, 2 petugas parkir). Dari jumlah

tersebut, hanya 4 orang pegawai yang memiliki kualifikasi pendidikan formal pariwisata (1

orang berpendidikan Diploma 4 Pariwisata, 1 orang berpendidikan Diploma 1 Pramuwisata,

dan 2 orang berpendidikan SMK Pariwisata), sedangkan selebihnya memiliki kualifikasi

pendidikan formal non-pariwisata. Kondisi ini secara formal tentunya merupakan faktor

kelemahan yang dimiliki pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur yang harus

segera mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli

kedepannya.

Urutan ketiga pembobotan kelemahan Museum Gunungapi Batur yang dilakukan oleh

para responden dengan skor 0,163 ditempati oleh kurangnya promosi mengenai keberadaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola

usaha pariwisata (travel agent, hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan (sekolah-

sekolah). Menurut informasi dari Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur dan

Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli, bahwa promosi mengenai

keberadaan Museum Gunungapi Batur selama ini hanya dilakukan melalui website

(www.baturmuseum.info), sedangkan usaha promosi melalui kerjasama dengan pihak Biro

Perjalanan Wisata, hotel dan restoran belum pernah dilaksanakan, apalagi usaha promosi ke

sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lain untuk menjaring wisatawan domestik. Hal ini

menurut pihak pengelola dikarenakan karena anggaran promosi yang dialokasikan oleh

Pemda Bangli melalui Disbudpar Kabupaten Bangli sangat minim dan tidak adanya alokasi

dana promosi khusus untuk Museum Gunungapi Batur, dana promosi yang dialokasikan

masih merupakan satu kesatuan dengan atraksi atau daya tarik wisata lain yang terdapat di

Kabupaten Bangli. Kurangnya promosi dan kerjasama dengan pihak Biro Perjalanan Wisata

juga diakui oleh I Made Sanjaya (Operation Manager PT. Devata Tour Bali). Made Sanjaya

menyatakan sebagai berikut.


64

Pada umumnya daya tarik wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah di Bali
belum pernah melakukan promosi secara khusus kepada pihak Biro Perjalanan
Wisata, pihak Pemda hanya terkesan menunggu bola, tidak pernah melakukan upaya
penjemputan bola seperti yang gencar dilakukan oleh pihak-pihak swasta, hal ini
mungkin karena terkendala anggaran dan rumitnya birokrasi (Wawancara 6 Juni
2011).

Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat

wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu

fullday tour menempati urutan keempat dengan skor 0,123. Berdasarkan penuturan dari para

wisatawan yang berkunjung ke museum Gunungapi Batur, menyatakan bahwa salah satu

faktor yang mengurangi minat mereka untuk berkunjung adalah karena jarak tempuh menuju

lokasi museum yang agak jauh dari kawasan wisata di Bali dimana banyak wisatawan

menginap sehingga untuk melakukan perjalanan menuju lokasi museum membutuhkan waktu

fullday tour. Alasan ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan wisatawan memilih

lokasi lain yang cukup ditempuh dalam waktu halfday tour. Apalagi sampai saat ini beberapa

Biro Perjalanan Wisata terkenal di Bali belum memasukan Museum Gunungapi Batur

sebagai salah satu objek wisata dalam paket fullday tour yang ditawarkan. Hal ini sesuai juga

diakui oleh Jro Lanang Rai sebagai salah satu tokoh masyarakat Batur yang berprofesi

sebagai freeland tour guide Vayatour Bali, dengan pernyataannya sebagai berikut.

Kami selaku tour guide terkadang enggan untuk menawarkan paket fullday tour
yang jaraknya jauh dengan lokasi hotel tempat wisatawan menginap, karena membutuhkan
waktu yang agak lama, terkadang tamu merasa kelelahan berkendara, apalagi tempat yang
dituju kurang menjanjikan pendapatan (uang komisi) tambahan untuk kami, lebih baik
menawarkan tempat-tempat wisata yang lebih dekat seperti Ubud, Uluwatu, dan Tanah Lot,
karena disamping operational cost-nya lebih kecil, atraksi wisatanya lebih menarik
(Wawancara tanggal 8 Juni 2011).

Urutan terendah dengan skor 0,068 ditempati oleh variabel belum rampungnya

pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas

penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop belum terwujud. Keadaan ini

merupakan salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Museum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata internasional, dimana kelengkapan fasilitas yang tersedia merupakan faktor
65

penting dalam meningkatkan kepuasan dan kenyamanan bagi wisatawan sehingga mereka

tertarik untuk berkunjung kembali dan menginformasikannya kepada teman/kolega mereka.

Namun kelemahan ini hanya bersifat sementara, karena secara bertahap pembangunan semua

fasilitas penunjang sesuai dengan site plan akan segera diwujudkan oleh Pemda Kabupaten

Bangli bersama pihak terkait.

Berdasarkan analisis lingkungan internal di atas, posisi lingkungan internal Museum

Gunungapi Batur berada pada posisi sedang dengan nilai 2,575. Posisi ini berarti Museum

Gunungapi Batur harus mengantisipasi faktor-faktor kelemahan (weaknesses) untuk dijadikan

kekuatan dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata di

Kabupaten Bangli.

4.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik

Wisata

Lingkungan eksternal Museum Gunungapi Batur meliputi berbagai faktor peluang

(opportunities) dan faktor-faktor ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengelolaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.

Tahapan analisis lingkungan eksternal, dilakukan dengan pembobotan dan

pemeringkatan terhadap faktor-faktor eksternal oleh para responden. Berdasarkan kuisioner

yang diberikan kepada responden, ternyata bobot yang diberikan masing-masing responden

terhadap tiap-tiap faktor lingkungan eksternal berbeda-beda. Untuk mendapatkan bobot yang

sama pada masing-masing faktor, maka dicari rata-rata (mean) masing-masing bobot yang

diberikan oleh para responden. Adapun pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-

faktor eksternal tersebut tampak pada Tabel 4.3 berikut.


66

Tabel 4.3
Matriks EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary)
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor*


(1) (2) (3) (4)

Peluang :

1. Adanya kecenderungan pariwisata global ke arah 0,117 3,667 0,429


pariwisata alternatif, salah satunya wisata museum yang
berbasis edukatif dan rekreasi.

2. Adanya dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian 0,102 3,4 0,346


Pariwisata dan Budaya untuk menumbuhkan gerakan
cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu
sebagai tahun kunjungan museum.

3. Telah dimulainya proses pembentukan Destination 0,119 3,6 0,428


Management Organization (DMO) Kintamani oleh
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI pada bulan
April 2011.

4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan 0,13 3,866 0,502
menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat.

5. Adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses 0,033 2,53 0,083


internet yang memudahkan calon wisatawan untuk
mengakses informasi tentang keberadaan sebuah destinasi
dan daya tarik wisata.

Ancaman :

1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali 0,14 1,066 0,149
mengganggu kenyamanan wisatawan.

2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional 0,128 1,133 0,145
di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu
keindahan dan kebersihan lokasi museum.

3. Rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk 0,068 2,0 0,136


berkunjung ke museum.

4. Maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & 0,125 1,2 0,15
restoran) di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu
pemandangan (view) ke arah kaldera Gunungapi Batur
dan mengancam kelestarian kawasan konservasi.
67

5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih 0,038 2,33 0,088
atraktif dan inovatif di Bali.

Total 1,00 - 2,455

Sumber : Hasil analisis data pada Lampiran 8 dan 9

Keterangan : * Hasil Perkalian antara Bobot dengan Rating.

Dari Tabel 4.3 tampak bahwa faktor-faktor strategi eksternal yang terdiri dari faktor-

faktor peluang dan ancaman memperoleh bobot dan rating yang berbeda-beda.

Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus

meningkat merupakan faktor peluang yang menempati urutan tertinggi dengan skor 0,502.

Kondisi ini ditandai dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dalam

beberapa tahun belakangan ini. Membaiknya citra pariwisata Bali, disebabkan karena mulai

kondusifnya situasi keamanan pasca tragedi bom Bali, disamping juga karena Bali memiliki

keunikan budaya dan keindahan alam yang dikemas sedemikian rupa sehingga wisatawan

dapat memilih alternatif wisata yang diinginkan.

Memasuki abad 21 perkembangan industri pariwisata global terus mengalami

kemajuan, namun berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata

konvensional selama ini melahirkan terobosan-terobosan baru untuk mengembangkan

industri pariwisata alternatif yang lebih ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun

lingkungan sosial budaya, salah satunya adalah wisata museum yang berbasis edukatif dan

rekreasi. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang yang sangat menguntungkan dalam

pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten

Bangli. Berdasarkan penilaian responden, peluang tersebut menduduki peringkat tertinggi

kedua dengan skor 0,429.

Seiring dengan kemajuan industria pariwisata Bali, Kintamani sebagai salah satu

primadona daerah tujuan wisata Bali mulai diperhatikan dan ditata oleh pemerintah. Salah
68

satu langkah konkret pemerintah daerah bekerjasama dengan pemerintah pusat adalah

dengan telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO)

Kintamani oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata RI pada bulan April 2011. Pembentukan DMO Kintamani ini

diwali dengan penyususnan rencana pengembangan (master plan) kawasan kintamani

khususnya kawasan kaldera Gunungapi Batur sebagai kawasan Geopark yang bertujuan

untuk menjaga kelestarian kawasan konservasi alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan

pengembangan pariwisata. Adanya usaha pembentukan DMO Kintamani tentunya sangat

berpengaruh terhadap pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu daya tarik

wisata yang terdapat di kawasan kaldera Gunungapi Batur. Penilaian responden terhadap

faktor peluang tersebut menduduki peringkat ketiga dengan skor 0,428.

Salah satu faktor peluang yang juga sangat menguntungkan pengembangan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah adanya dukungan pemerintah pusat

melalui Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk menumbuhkan gerakan cinta museum

melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu sebagai tahun kunjungan museum (visit museum

year). Menurut Jro Wacik, 2010 (dalam sambutan pencanangan Tahun Kunjungan Museum)

menyatakan bahwa Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk

memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima

tahun (2010-2014). Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan

revitalisasi museum yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan

berdayaguna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan

adanya program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia

yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan

penilaian para responden, mereka berpendapat bahwa adanya gerakan cinta museum

setidaknya telah mulai memperkenalkan pentingnya fungsi museum kepada masyarakat luas,
69

khususnya para pelajar dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap

sumberdaya alam dan budaya. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan ke museum, khususnya wisatawan domestik. Faktor peluang ini

menduduki peringkat keempat penilaian responden dengan skor 0,346.

Faktor kemajuan teknologi informasi seperti akses internet menempati urutan kelima

dalam pembobotan yang dilakukan responden dengan skor 0,083. Hal ini dikarenakan

kemajuan teknologi dibidang informasi seperti internet bukan merupakan barang mahal lagi

menyebabkan fasilitas ini banyak dimanfaatkan untuk melakukan promosi baik melalui

website, blog, maupun iklan di internet. Selain lebih murah dan mudah, juga dapat diakses

oleh jutaan orang di seluruh dunia, apalagi dewasa ini hampir setiap orang yang akan

berwisata mencari informasi terlebih dahulu mengenai destinasi wisata yang dipilih melalui

internet. Melihat peluang tersebut, pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah

menerbitkan website promosi yang dapat diakses pada www.baturmuseum.info.

Pembobotan faktor-faktor eksternal khususnya ancaman Museum Gunungapi Batur

sebagai daya tarik wisata memperoleh bobot yang berbeda-beda. Peringkat pertama ditempati

oleh keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan

wisatawan dengan skor 0,149. Kondisi ini sesuai dengan hasil tabulasi persepsi wisatawan

terhadap keberadaan Museum Gunungapi Batur. Dari 25 responden (wisatawan), sebanyak 3

orang (12%) menyatakan keluhan terhadap keramahan masyarakat lokal, khususnya para

pedagang acung yang terkesan memaksa para wisatawan untuk membeli barang

dagangannya.

Peringkat kedua pembobotan faktor ancaman Museum Gunungapi Batur sebagai daya

tarik wisata adalah adanya pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi

hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum,

dengan skor 0,145. Kondisi ini harus segera mendapatkan perhatian dari pihak pengelola,
70

pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat lokal dengan merelokasi pasar tradisional

masyarakat ke tempat yang layak dan tidak mengganggu keindahan dan kebersihan areal

objek wisata.

Peringkat ketiga adalah rendahnya pemahaman dan minat masyarakat atau wisatawan

untuk berkunjung ke museum dengan skor 0,136. Kondisi ini sangat beralasan, karena pada

umumnya paradigma masyarakat dalam berwisata selalu lebih memilih tempat-tempat atau

daya tarik wisata konvensional seperti menikmati keindahan panorama alam dan atraksi

budaya seperti tari-tarian dan ritual upacara keagamaan seperti di Bali. Pemahaman dan

minat masyarakat untuk berkunjung ke museum masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat

dari jumlah rata-rata kunjungan wisatawan ke museum yang jauh lebih rendah dari tingkat

kunjungan ke objek atau daya tarik wisata lainnya (Kepala Badan Pengelola Museum

Gunungapi Batur, 2011). Salah satu faktor penyebabnya karena selama ini museum hanya

dipandang tak lebih dari sebuah art shop atau gallery yang pasif dan kurang menarik untuk

dikunjungi, padahal dilihat dari perspektif edukasi museum memiliki nilai sejarah yang tinggi

dalam peradaban kebudayaan dunia.

Maraknya pembangunan hotel dan restoran di kawasan Penelokan yang sangat

mengganggu pemandangan (view) ke arah kaldera Gunungapi Batur yang tentunya juga

mengancam kelestarian kawasan konservasi, menempati urutan keempat dengan skor

penilaian responden sebesar 0,15. Hal ini sangat berpengaruh karena view kawasan kaldera

Gunungapi Batur merupakan keunggulan daya tarik Museum Gunungapi Batur dibandingkan

dengan museum-museum lainnya di Bali, dimana selain menampilkan koleksi benda-benda

hasil erupsi gunungapi dan proses pembentukannya, di bagian akhir kunjungan wisatawan

akan disajikan dengan ruang pengamatan kondisi kaldera Gunungapi Batur melalui teropong

pengamatan, disamping juga pengunjungakan dapat menikmati langsung keindahan

panorama alam kawasan Gunungapi Batur sehingga ilmu pengetahuan (teori dengan
71

kenyataan di lapangan) dapat disaksikan secara bersamaan. Jika pembangunan fisik di sekitar

kawasan kaldera Gunungapi Batur yang tak terkendali dan tanpa perencanaan tata ruang yang

jelas maka dikhawatirkan akan menjadi ancaman yang serius terhadap kelestarian kawasan

konservasi alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang wisatawan domestik (Bapak

Soebondo asal Jakarta) yang ditemui di lokasi penelitian, sebagai berikut.

Museum Gunungapi Batur sungguh luar biasa, saya kagum dengan penyajiannya,
sangat atraktif. Fasilitasnya lengkap, namun sayang pengamatan terhadap keindahan
panorama kaldera Gunungapi Batur harus terganggu oleh pemandangan kabel listrik yang
sembrawut dan keberadaan bangunan-bangunan beton di atas tebing, kealamian kawasan
kaldera Gunungapi Batur jadi rusak. Dimana peran pemerintah? (Wawancara 25 Juli 2011).
Pernyataan salah seorang wisatawan tersebut diatas menunjukan bahwa ancaman akan

kelestarian kawasan konservasi kaldera Gunungapi Batur sudah dirasakan oleh wisatawan,

khususnya mengenai alih fungsi lahan yang tidak terkontrol dan lemahnya tindakan

pemerintah dalam mengantisipasi hal tersebut.

Peringkat kelima faktor ancaman eksternal dalam pengelolaan Museum Gunungapi

Batur sebagai daya tarik wisata adalah banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih

atraktif dan inovatif di Bali, menempati urutan ketiga oleh para responden dengan skor 0,088.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa wisatawan, mereka pada umumnya tertarik

untuk mengetahui dan berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, namun karena banyaknya

penawaran pilihan paket wisata (optional tour) yang lebih menarik oleh pihak penyedia jasa

tour di Bali menyebabkan mereka kadang lebih memilih paket tur yang lebih inovatif dan

tergolong baru dan berbeda dibandingkan dengan paket-paket tur konvensional, seperti :

rafting, diving, horse riding, elephant safari, dan lain sebagainya yang memberikan

pelayanan all inclusive (return hotel transfer, meal, semua ditanggung penyedia jasa).

Disamping juga karena pihak penyedia jasa optional tour tersebut menjanjikan uang komisi

(tour commission) lebih besar untuk para tour guide, dengan demikian para tour guide akan

berupaya untuk meyakinkan wisatawan untuk memilih optional tour tersebut sebagai tempat

kunjungan wisata. Dilihat dari sisi manajemen bisnis, hal ini merupakan ancaman yang dapat
72

dijadikan sebagai motivasi perusahaan (Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur) untuk

memikirkan langkah-langkah terobosan untuk mengemas produk yang ditawarkan agar lebih

atraktif dan inovatif serta mampu memberikan nilai lebih baik bagi wisatawan maupun para

tour guide.

4.4.3 Strategi Umum (Grand Strategy) Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai

Daya Tarik Wisata Supaya Berfungsi Optimal

Berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata seperti yang telah diulas sebelumnya di

atas, maka posisi lingkungan internal Museum Gunungapi Batur berada pada posisi yang

sedang atau rata-rata (2,0 3,0) dengan nilai yang diperoleh 2,575 dan posisi lingkungan

eksternalnya juga berada pada posisi yang sedang dengan nilai 2,455. Matriks IFAS dan

EFAS digabungkan akan meghasilkan strategi umum (grand strategy) pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, yang akan diploting ke dalam matriks internal-

eksternal berupa diagram Sembilan sel, seperti pada Tabel 4.4 berikut.
73

Tabel 4.4
Matriks Internal-Eksternal
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata

TOTAL NILAI IFE


Kuat Sedang Lemah
3,0 4,0 2,0 2,99 1,0 1,99
4,0 3,0 2,575 2,0
1,0
Kuat I. Growth II. Growth III. Retrenchment
3,0 4,0 Tumbuh dan bina Tumbuh dan bina Pertahankan dan
3,0 (kosentrasi via (kosentrasi via pelihara
Sedang integrasi vertikal) integrasi horizontal) (pertumbuhan
TOTAL NILAI EFE

2,455 berputar)
2,0 2,99
2,0 IV. Stability V. Growth VI. Retrenchment
Lemah Tumbuh dan bina Kosentrasi melalui Panen atau divestasi
1,0 1,99 (berhenti sejenak) integrasi horizontal (kawasan terikat atau
Stability:Pertahankan jual)
Sumber : dan pelihara
Diadopsi VII. Growth VIII. Growth IX. Retrenchment
dari Pertahankan dan Panen atau divestasi Panen atau divestasi
Rangkuti, pelihara (diversifikasi (likuidasi)
2002 dan (diversifikasi konglomerasi)
kosentrasi)

Hasil Analisis Data dari Tabel 4.2 dan 4.3

Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa Museum Gunungapi Batur berada pada

sel 5 dalam matriks internal-eksternal. Hal ini berarti keberadaan Museum Gunungapi Batur

sebagai daya tarik wisata berada pada posisi sedang atau rata-rata. Dari metode analisis

lingkungan internal-eksternal seperti yang diutarakan oleh Rangkuti (2002), maka strategi

yang harus diterapkan oleh objek yang berada pada sel 5 yaitu pertahankan dan pelihara

(strategi tidak berubah). Objek beroperasi dengan daya tarik sedang dan hanya memiliki

posisi kompetitif rata-rata. Strategi yang dilakukan, yaitu dengan melanjutkan kegiatannya

saat ini dan hanya melakukan sedikit pembenahan-pembenahan (Rangkuti, 2002). Ini berarti

tidak banyak perubahan strategi yang harus diterapkan oleh pihak Badan Pengelola Museum

Gunungapi Batur, pihak pengelola hanya melanjutkan strategi yang telah dilakukan selama

ini. Namun untuk kemajuan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata
74

diperlukan adanya pembenahan dalam manajemen (pengelolaan) khususnya peningkatan

kualifikasi pendidikan SDM pariwisata serta perluasan pangsa pasar khususnya pasar

domestik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan yang ditemui di lokasi penelitian

menyatakan bahwa sebagaian besar dari mereka tidak mengetahui keberadaan Museum

Gunungapi Batur sebelumnya, mereka berkunjung ke museum karena kebetulan singgah

(stop over) di Penelokan untuk menikmati panorama Gunung dan Danau Batur. Kondisi ini

menunjukan bahwa program promosi harus terus ditingkatkan. Disini juga diperlukan adanya

pengemasan paket wisata atau produk yang lebih atraktif sehingga menarik minat wisatawan

untuk berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, misalnya penataan pintu masuk dan

entrance ticket menuju Penelokan dan Museum Gunungapi Batur sebaiknya dijadikan satu

pintu dengan harga tiket yang mewakili kedua objek tersebut, sehingga secara tidak langsung

wisatawan juga akan diarahkan untuk berkunjung ke Museum Gunungapi Batur.

Strategi lain yang penting dilakukan adalah upaya promosi dan kerjasama dengan

perusahaan jasa pariwisata yang lain seperti Biro Perjalanan Wisata (BPW), hotel dan

restoran. Kerjasama dengan BPW diperlukan agar setiap paket tour menuju Kintamani yang

disusun oleh pihak BPW agar menyertakan Museum Gunungapi Batur sebagai bagian dari

objek tour, apalagi paket Kintamani tour merupakan paket wisata unggulan (hightlight tour)

bagi setiap BPW di Bali. Hal ini tentunya akan sangat menarik bagi wisatawan, sebelum

mereka disuguhkan pemandangan nyata kaldera Gunungapi Batur, terlebih dahulu mereka

disuguhkan dengan pengetahuan dan sejarah tentang kegunungapian di Museum Gunungapi

Batur. Strategi ini harus dibarengi dengan pembangunan fasilitas pendukung berupa souvenir

shop dan food court yang dapat memberikan peluang kepada para tour guide untuk

mendapatkan insentif dari setiap produk souvenir maupun makanan yang dibeli oleh
75

wisatawan, dengan demikian diharapkan pihak BPW dan tour guide akan berantusias untuk

menawarkan paket tour ke Museum Gunungapi Batur.

Informasi tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur juga perlu disebarluaskan

melalui brosur-brosur yang didistribusikan kepada pihak hotel tempat wisatawan menginap

serta restoran-restoran di seluruh Bali. Pihak pengelola juga perlu melakukan strategi

pengembangan pangsa pasar khusunya pasar domestik dengan melakukan promosi dan

kerjasama dengan lembaga pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi) di seluruh Indonesia

dan Bali pada khususnya, agar dalam penyelenggaraan wisata liburan sekolah maupun kuliah

kerja lapangan menyertakan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu tujuan wisata,

sebab selain berfungsi sebagai tempat rekreasi, Museum Gunungapi Batur juga berfungsi

sebagai media edukasi khususnya terkait ilmu geografi, geologi, vulkanologi dan pariwisata.

4.4.4 Strategi Alternatif (Alternative Strategy) Pengelolaan Museum Gunungapi Batur

Sebagai Daya Tarik Wisata Supaya Berfungsi Optimal

Berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal Museum Gunungapi

Batur, maka dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang

merupakan strategi alternatif pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik

wisata. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis

pengelolaan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang

dimiliki Museum Gunungapi Batur. Dari setiap strategi dapat dijabarkan atau diturunkan

berbagai macam program pengelolaan yang mendukung pengelolaan Museum Gunungapi

Batur sebagai daya tarik wisata. Adapun matriks analisis SWOT pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata tampak pada Tabel 4.5 berikut.
76

Tabel 4.5
Matriks Analisis SWOT Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata

IFAS KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

1. Museum Gunungapi Batur 1. Museum Gunungapi Batur


merupakan museum gunungapi merupakan daya tarik wisata
pertama dan satu-satunya di yang baru dikembangkan
Bali, sehingga tidak ada sehingga belum banyak
kompetitor dalam usaha sejenis dikenal oleh wisatawan.
di Bali. 2. Pihak Badan Pengelola
2. Museum Gunungapi Batur Museum Gunungapi Batur
menyimpan dan memamerkan masih kekurangan sumber
benda-benda bernilai sejarah daya manusia yang memiliki
tinggi berupa material letusan pendidikan formal
gunungapi sehingga dapat pariwisata.
dijadikan sebagai pusat 3. Kurangnya promosi
pengembangan potensi wisata mengenai keberadaan
budaya yang berbasis edukatif Museum Gunungapi Batur
dan rekreasi. sebagai daya tarik wisata.
3. Adanya penggunaan teknologi 4. Belum rampungnya
modern lay out koleksi museum pembangunan semua unit
sehingga sangat atraktif dan gedung Museum Gunungapi
informatif. Batur sehingga terdapat
4. Letaknya sangat strategis, fasilitas penunjang seperti
berada di sekitar Penelokan fasilitas food court dan
Kintamani yang sudah terkenal souvenir shop belum
dan pengunjung dapat terwujud.
melakukan pengamatan 5. Jarak tempuh dari kawasan
langsung terhadap aktivitas pariwisata (Sanur, Kuta,
Gunungapi Batur. Nusadua) menuju lokasi
5. Bangunan dan fasilitas museum museum membutuhkan
yang lengkap dan bertaraf waktu fullday tour.
internasional.
EFAS

PELUANG (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Adanya kecenderungan Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan


pariwisata global ke arah kekuatan untuk memanfaatkan kelemahan untuk memanfaatkan
pariwisata alternatif, salah peluang. peluang.
satunya wisata museum yang
berbasis edukatif dan rekreasi. Strategi pengembangan produk Strategi pengembangan
2. Adanya dukungan pemerintah wisata. prasarana dan sarana pokok
pusat melalui Kementerian maupun penunjang
Pariwisata dan Budaya untuk pariwisata.
menumbuhkan gerakan cinta
museum melalui penetapkan Strategi penetrasi pasar
tahun 2010 yang lalu sebagai wisata dan promosi.
tahun kunjungan museum.
3. Telah dimulainya proses
pembentukan Destination
Management Organization
(DMO) Kintamani pada bulan
April 2011 untuk mewujudkan
kawasan kaldera Gunungapi
77

Batur sebagai kawasan Geo


Park.
4. Citra pariwisata Bali yang terus
membaik dan menunjukan
pertumbuhan yang terus
meningkat.
5. Adanya kemajuan teknologi
informasi seperti akses internet
yang memudahkan wisatawan
untuk mengakses informasi
wisata.

ANCAMAN (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Keberadaan para pedagang Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan


acung liar yang sering kali kekuatan untuk mengatasi ancaman. kelemahan dan menghindari
mengganggu kenyamanan ancaman.
wisatawan. Strategi peningkatan keamanan
2. Pemanfaatan areal parkir kawasan dan memperkuat Strategi pengembangan
museum untuk pasar tradisional potensi wisata yang menjadi kelembagaan dan sumber
di pagi hari bagi masyarakat ciri khas Museum Gunungapi daya manusia pariwisata
lokal sehingga mengganggu Batur. Badan Pengelola Museum
keindahan dan kebersihan Gunungapi Batur.
lokasi museum.
3. Rendahnya pemahaman dan
minat masyarakat untuk
berkunjung ke museum.
4. Maraknya pembangunan usaha
jasa pariwisata (hotel &
restoran) di kawasan Penelokan
yang sangat mengganggu view
ke arah kaldera Gunungapi
Batur dan mengancam
kelestarian kawasan konservasi.
5. Banyaknya penawaran paket
optional tour yang lebih atraktif
dan inovatif di Bali.

Sumber : Hasil Analisis Data, 2011

Berdasarkan empat sel strategi pada Tabel 4.5 dapat dirumuskan beberapa program

yang mendukung strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata,

sebagai berikut.

1) Strategi SO (Strengths Opportunities)

Strategi SO memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur

untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang dimilikinya. Strategi ini dilakukan
78

melalui strategi pengembangan produk wisata, dengan program antara lain sebagai

berikut.

1. Meningkatkan penyajian koleksi museum agar lebih informatif dan terkonsep

sehingga mampu membangun ikatan emosional dengan pengunjung.

2. Mengemas dan mensinergikan paket wisata dengan daya tarik wisata terdekat yang

lebih terkenal (daya tarik wisata Penelokan).

2) Strategi ST (Strengths Threats)

Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur untuk

mengatasi ancaman yang dihadapinya. Strateginya adalah peningkatan keamanan dan

memperkuat potensi yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur, dengan program

diantaranya sebagai berikut.

1. Berperan aktif dalam upaya pelestarian kawasan konservasi kaldera Gunungapi Batur

berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait.

2. Meningkatkan keamanan kawasan bekerjasama dengan pemerintah, kepolisisan dan

masyarakat lokal.

3. Mengadakan penertiban dan penyuluhan terhadap para pedagang acung liar di sekitar

kawasan Penelokan dan Museum Gunungapi Batur.

3) Strategi WO (Weaknesses Opportunities)

Strategi WO diterapkan dengan cara meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang. Strateginya adalah pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun

penunjang pariwisata di sekitar Museum Gunungapi Batur, dengan program sebagai

berikut.

1. Perbaikan dan penataan prasarana jalan dan sarana transportasi wisata yang memadai

dan mudah diakses menuju lokasi museum.

2. Pemeliharaan dan pengembangan fasilitas museum yang telah tersedia.


79

3. Merealisasikan fasilitas penunjang souvenir shop dan food court untuk kenyamanan

pengunjung dan meningkatkan motivasi bagi para tour guide.

Strategi penetrasi pasar wisata dan promosi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik

wisata, dengan program sebagai berikut.

1. Memperluas pangsa pasar, khususnya pasar domestik.

2. Melakukan promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, hotel, restoran dan

usaha jasa wisata lainnya.

3. Melakukan promosi ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tentang keberadaan

Museum Gunungapi Batur.

4. Pengadaan event seperti seminar, konferensi, atau pameran di Museum Gunungapi

Batur bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta.

4) Strategi WT (Weaknesses Threats)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif yaitu strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi alternatifnya adalah

pengembangan lembaga pengelola dan sumber daya manusia, dengan program antara lain

sebagai berikut.

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Badan Pengelola Museum Gunungapi

Batur melalui kursus-kursus dan pelatihan kepariwisataan bekerjasama dengan

lembaga pendidikan pariwisata, maupun melalui pengusulan formasi tenaga teknis

pariwisata atau mutasi pegawai di lingkungan Pemda Bangli.

2. Mengadakan kerjasama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) untuk

meningkatkan kualitas pelayanan para pemandu wisatawan di Museum Gunungapi

Batur.
80

3. Menyelenggarakan sosialisasi bekerjasama dengan pihak terkait tentang manfaat

pentingnya keberadaan museum, agar mampu meningkatkan kesadaran dan minat

masyarakat untuk berkunjung ke museum.

4. Merelokasi keberadaan keberadaan pasar tradisional masyarakat bekerjasama dengan

Pemerintah Daerah dan lembaga adat masyarakat sehingga aktivitas perekonomian

masyarakat tetap berjalan namun tidak mengganggu keindahan dan kebersihan areal

museum.
81

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai

berikut.

6. Cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini

adalah program-program kerja yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola dalam upaya

mewujudkan fungsi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Badan

Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja sesuai

dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli

Nomor 13 Tahun 2007. Dalam melaksanakan salah satu fungsi museum sebagai daya

tarik wisata, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai

program kerja pengelolaan, seperti : (1) mengadakan rapat rutin internal untuk

mengevaluasi kinerja pengelolaan, (2) menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan

sekitar museum dengan melaksanakan kerja bakti rutin bersama seluruh karyawan Badan

Pengelola Museum Gunungapi Batur secara berkala, (3) meningkatkan pengetahuan

kepariwisataan karyawan dengan mengirim beberapa staf untuk mengikuti seminar-

seminar dan workshop tentang kepariwisataan, (4) menerbitkan buku panduan Volcano

Talks Museum Gunungapi Batur sebagai buku panduan pengunjung museum, serta (5)

dalam usaha promosi, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi dengan menerbitkan website promosi keberadaan Museum

Gunungapi Batur pada situs www.baturmuseum.info.

7. Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur dalam penelitian ini

adalah berbagai kekuatan dan peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam
82

pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Adapun kekuatan

(strengths) yang dimiliki adalah sebagai berikut, (1) Museum Gunungapi Batur

merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, (2) Museum Gunungapi

Batur sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan

rekreasi, (3) bangunan dan fasilitas museum yang bertaraf internasional, (4) letaknya

sangat strategis, berada di sekitar objek wisata Penelokan Kintamani yang sudah terkenal,

dan (5) keindahan panorama alam, suasana alam pegunungan yang sejuk dan berada di

kawasan taman wisata alam. Sedangkan peluang (opportunities), meliputi sebagai

berikut, (1) adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, (2)

adanya dukungan pemerintah untuk menumbuhkan gerakan cinta museum, (3) telah

dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO)

Kintamani, (4) citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan

yang terus meningkat, dan (5) adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses

internet. Faktor penghambat upaya pengelolaan dalam penelitian ini adalah berbagai

kelemahan dan ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam pengelolaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Berbagai kelemahan (weaknesses)

yang dimiliki adalah sebagai berikut, (1) Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik

wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan, (2)

pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan SDM yang

memiliki pendidikan formal pariwisata, (3) kurangnya promosi mengenai keberadaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, (4) belum rampungnya

pembangunan semua unit gedung museum sehingga terdapat fasilitas penunjang yang

belum terwujud, dan (5) jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari

kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga

membutuhkan waktu fullday tour. Terkait ancaman (threats) yang dihadapi, meliputi
83

sebagai berikut, (1) keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu

kenyamanan wisatawan, (2) pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di

pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi

museum (3) rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum,

(4) maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & restoran) di kawasan

Penelokan yang sangat mengganggu pemandangan/view ke arah kaldera Gunungapi Batur

dan mengancam kelestarian kawasan konservasi , dan (5) banyaknya penawaran paket

optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali.

3. Strategi umum yang harus diimplementasikan untuk meningkatkan pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal adalah strategi

pertahankan dan pelihara atau strategi tidak berubah. Strategi yang dilakukan yaitu

dengan melanjutkan program-program pengelolaan yang telah dijalankan selama ini dan

hanya melakukan sedikit pembenahan-pembenahan. Strategi alternatif pengelolaan

Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dapat dilaksanakan dengan berbagai

program strategi, seperti : strategi pengembangan produk wisata, strategi peningkatan

keamanan dan memperkuat potensi yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur,

strategi pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun sarana penunjang

kepariwisataan di sekitar museum, strategi penetrasi pasar wisata dan promosi keberadaan

Museum Gunungapi Batur, serta strategi pengembangan sumber daya manusia dan

lembaga pengelola Museum Gunungapi Batur.


84

5.2 Saran

Dari hasil pembahasan dan simpulan, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

5.2.1 Saran untuk pemerintah

1. Pemerintah terkait (Kementerian ESDM, Kementerian Pariwisata, Pemerintah

Propinsi Bali, dan Pemerintah Kabupaten Bangli) hendaknya melakukan evaluasi

terhadap pengelolaan Museum Gunungapi Batur selama ini khususnya mengenai

biaya operasional dan perawatan museum yang hanya dibebankan kepada

Pemerintah Kabupaten Bangli, karena Museum Gunungapi Batur dilengkapi dengan

fasilitas peralatan dengan teknologi canggih yang tentunya membutuhkan biaya

perawatan yang sangat besar.

2. Pemerintah Kabupaten Bangli hendaknya segera melakukan pendekatan dengan

pihak masyarakat lokal guna mencari solusi untuk merelokasi keberadaan pasar pagi

di areal parkir Museum Gunungapi Batur sehingga tidak mengganggu kebersihan

dan keindahan lingkungan sekitar museum.

3. Pemerintah Kabupaten Bangli melalui Dinas terkait hendaknya merancang pos tiket

masuk pengunjung (entrance tiket) menjadi satu kesatuan antara Museum Gunungapi

Batur dengan daya tarik wisata Penelokan sehingga bisa menjadi satu kemasan daya

tarik wisata yang saling melengkapi.

5.2.2 Saran untuk pengelola

1. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur harus meningkatkan upaya

promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, salah satunya dengan

mengupayakan agar Museum Gunungapi Batur termasuk dalam paket tour (tour

package) yang ditawarkan kepada wisatawan, serta dapat memberikan insentif yang

menarik untuk para tour guide.


85

2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur hendaknya melakukan

pengembangan pangsa pasar dengan menarik pasar domestik melalui kerjasama dan

promosi ke sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, karena museum

merupakan tempat rekreasi yang berbasis edukatif.

3. Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur harus meningkatkan kualitas sumber

daya manusia karyawannya melalui pendidikan dan pelatihan-kepariwisataan secara

berkala, serta menyiapkan para pemandu wisatawan yang memiliki kemampuan

bahasa asing lain, seperti bahasa Jepang, Belanda, Jerman, maupun Rusia, sebab

peluang pangsa pasar Eropa dan Jepang sangat berpeluang.

5.2.3 Saran untuk masyarakat

1. Pihak masyarakat lokal hendaknya mendukung upaya pengelolaan Museum

Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dengan turut serta menjaga kebersihan,

keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar museum, karena keberadaan Museum

Gunungapi Batur sangat berpotensi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke

Kintamani, sehingga secara langsung dapat berdampak terhadap pertumbuhan

perekonomian masyarakat lokal.

2. Pihak masyarakat lokal melalui desa pakraman dan lembaga swadaya masyarakat

lainnya hendaknya memperhatikan dan mengatur keberadaan pedagang acung di

sekitar Museum Gunungapi Batur yang terkesan memaksa dan kurang ramah

terhadap wisatawan.

5.2.4 Saran untuk penelitian lebih lanjut

Oleh karena penelitian ini terbatas pada strategi pengelolaan, maka disarankan kepada

penelitian berikutnya untuk lebih dalam mengkaji dari segi pemasaran dan

pengembangan sumber daya manusia dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur


86

sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada pihak Badan Pengelola Museum

Gunungapi Batur untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.


87

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah.

----------, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jilid III). Jakarta: Balai Pustaka.

----------, 2009. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

----------, 2010. Informasi Kepariwisataan Kabupaten Bangli 2010. Bangli : Dinas


Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli.

----------, 2010. Museum Gunungapi Batur (Batur Volcano Museum). Bangli : Badan
Pengelola Museum Gunungapi Batur.

----------, 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Desertasi. Denpasar:
Program Pascasarjana Universitas Udayana.

----------, 2011. Bali Tourism Map. Denpasar : Diparda Provinsi Bali.

Aryawan, Agus Surya. 2009. Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik
Wisata di Kabupaten Bangli (Skripsi). Denpasar: Fakultas Pariwisata Universitas
Udayana.

Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Buda, I Nyoman. 2003. Strategi Pengembangan Museum Bali Sebagai Daya Tarik Wisata
Budaya di Kota Denpasar (Tesis). Denpasar: Program Magister Manajemen
Universitas Udayana.

Budhita, I G N Gde. 2004. Strategi Pengelolaan Museum Le Mayeur Sanur (Tesis).


Denpasar: Program Magister (S2) Kajian Pariwisata Universitas Udayana.

Cooper, C. John Fletcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. 1993. Tourism : Principles
and Practice. London : Pitman Publishing.

Craib, Ian. 1986. Teori-Teori Sosial Modern dari Parsons sampai Habermas (Terjemahan).
Jakarta: CV Rajawali.

Drajat, Hari Untoro. 1999. Exploitative Management of The Achaeological Heritage


Management in Indonesia. England: University of York.

Faisal, Sanafiah. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada.

Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional, Global.
Denpasar: Upada Sastra.
88

Gunawan, M P. 2000. Perencanaan Pariwisata : Teori dan Praktek. Bandung: Pusat Penelitian
Kepariwisataan Lembaga Penelitian ITB.

Hunger, D Wheelen, 1996. Manajemen Strategis (Terjemahan). Yogyakarta: ANDI.

Kodhyat, H. 1997. Hakekat dan Perkembangan Wisata Alternatif dalam Perencanaan


Pariwisata Berkelanjutan. Bandung: ITB.

Kusmayadi, E. S., 2000. Metodelogi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Mardika, I Made. 2001. Manajemen Sumber Daya Budaya (Studi Kasus di Museum
ARMA) (Tesis). Denpasar: Program Magister (S2) Kajian Budaya Universitas
Udayana.

Marzuki. 1977. Metodelogi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII.

Paturusi, Syamsul Alam. 2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar: Udayana


University Press.

Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post.

-----------------, Gayatri, IPG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

-----------------, 2006. Kepariwisataan Bali dalam Wacana Otonomi Daerah. Jakarta:


Puslitbang Kepariwisataan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan
Pariwisata Depbudpar.

-----------------, 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI

Pujaastawa, IBG, Wirawan, IGP dan Adhika, IM. 2005. Pariwisata Terpadu (Alternatif
Pengembangan Pariwisata Bali Tengah). Denpasar: Universitas Udayana.

Purnamasari, Ketut Dwi Ratih. 2001. Strategi Pengelolaan Objek Wisata Taman Budaya
Provinsi Bali di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar (Tesis). Denpasar:
Program Magister Manajemen Universitas Udayana.

Rangkuti, Freddy.2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Robinson, Richard B & Pearce, John A. 1997. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi
dan Pengendalian (Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara.

Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Strategi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi, Ketut. 2000. Kepariwisataan Indonesia Sebuah Pengantar. Denpasar: Sari


Kahyangan.
89

Suwantoro, G. 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Tjiptono,F. 1997. Strategi Pemasaran Jasa. Yogyakarta: ANDI.

Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen Strategik Suatu Pengantar. Jakarta: Harvarindo.

Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

-----------------. 2006. Pariwisata Budaya, Masalah dan Solusinya. Jakarta: PT Pradnya


Paramita.

-----------------. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Priwisata. Jakarta: PT Pradnya


Paramita.
90

Lampiran 1

PETA ORIENTASI LOKASI PENELITIAN

LOKASI
MUSEUM

Sumber : Bali Tourism Map, 2011


91

Lampiran 2
DAFTAR RESPONDEN

DAFTAR RESPONDEN
UNTUK PEMBERIAN BOBOT DAN RATING MENGENAI FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL DAN EKSTERNAL MUSEUM GUNUNGAPI BATUR

A. Pejabat Pemerintah dan Pengelola

No Nama Jabatan/Instansi

1 Desak Made Andariyani, S.Sos, M.Si Kepala Badan Pengelola Museum


Gunungapi Batur
2 Ir. AA. Ngurah Warnama Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kab. Bangli
3 IB. N Armaya, SE, M.Si Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab. Bangli
4 I Wayan Bona, SE Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kab.
Bangli
5 I Wayan Merta, S.Sos, MM Kepala Bidang Pemasaran Wisata
Disbudpar Kab. Bangli
6 Ni Wayan Sarmiani, S.Sos Kepala Seksi Analisa Pasar Disbudpar Kab.
Bangli
7 I Wayan Darsa, SE Kepala Seksi Pengembangan ODTW
Disbudpar Kab. Bangli

B. Tokoh Masyarakat Lokal dan Praktisi

No Nama Jabatan/Instansi Alamat

8 I Wayan Winurjaya, SE General Manager Lakeview Desa Batur Tengah


Hotel & Restaurant, Kintamani Kintamani, Bangli

9 I Made Sanjaya Operation Manager Devata Tour Desa Batur Tengah


Bali Kintamani, Bangli

10 Jro Lanang Rai Freeland Tour Giude Vayatour Desa Batur Tengah
Bali Kintamani, Bangli

C. Akademisi Pariwisata

No Nama Jabatan/Instansi Alamat

11 I Made Sukana, SST. Par, M.Par, MBA Dosen Fak. Pariwisata Desa Songan,
UNUD Kintamani
12 I Nyoman Ariana, SST. Par, M. Par Dosen Fak. Pariwisata Desa Songan,
92

UNUD Kintamani
13 I Wayan Sonder, SST. Par, M. Par Dosen Akpar Kupang Desa Bayung
Gede, Kintamani
14 I Putu Agus Prayogi, SST. Par, M. Par Dosen Akpar Triatma Br. Sidembunut,
Jaya Dalung Bangli
15 I Ketut Arta Widana, SS Dosen PS. D3 Br. Tanggahan
Pramuwisata Budaya Peken, Susut,
IHDN Denpasar Bangli
93

DAFTAR RESPONDEN WISATAWAN


YANG BERKUNJUNG KE MUSEUM GUNUNGAPI BATUR

A. Daftar Responden Wisatawan Domestik

No. Nama Umur Pekerjaan Alamat


(Tahun)
1 Agus Surya Aryawan 22 Mahasiswa Batubulan Gianyar

2 Gusti Kopang Suyasa 20 Mahasiswa Jl. Soka Denpasar

3 Putu Mirawati Dewi 17 Siswi SMA Bangli

4 Wayan Agus Wiguna 17 Siswa SMA Bangli

5 Ni Putu Rahayu 29 Dosen Denpasar

6 I Made Budiarta 40 Wiraswasta Kuta Badung

7 Novi Endah Lestari 35 Swasta Surabaya

8 M. Yunus 44 Swasta Surabaya

9 Bpk. Soebondo 65 Pensiunan PNS Jakarta

10 Ibu Lilik Rahmawati 60 - Jakarta

11 Laksmi Dewi 23 Mahasiswi Denpasar

12 AA Ratnaningsih 24 Mahasiswi Denpasar

13 Donny Indra 31 Fotografer Bandung

14 Patrisia Putri 29 Swasta Bandung

15 Made Antara 45 Guru Gianyar

B. Daftar Responden Wisatawan Mancanegara

No. Nama Umur Pekerjaan Negara Asal


(Tahun)
94

1 Jhon Simone 35 Photographer British

2 Wyne Christine 31 Entertainer British

3 Marthe Casnberg 50 Teacher Holland

4 Vinni Casnberg 52 Housewife Holland

5 G. Schepers 65 Lecture Germany

6 Jenny Schepers 60 - Germany

7 Kate Medolton 20 Student Australia

8 Andrew Thompson 21 Student Australia

9 Jack Daniel 46 Bussinessman USA

10 Nakata Hirossi 29 Nurse Japan


95

Lampiran 3
KUISIONER UNTUK WISATAWAN DOMESTIK

PENGELOLAAN MUSEUM GUNUNGAPI BATUR


SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
DI KABUPATEN BANGLI

Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat,


Om Swastyastu
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Karyasiswa Pascasarjana (S2)
Program Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana, bersama ini saya sampaikan
bahwa dalam pengumpulan data untuk penyususnan tesis saya yang berjudul Pengelolaan
Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli, saya
memerlukan bantuan Bapak/Ibu/Saudara dalam memberikan jawaban atau pendapat terhadap
pertanyaan kuisioner (terlampir) mengenai kondisi Museum Gunungapi Batur.
Besar harapan saya agar Bapak/Ibu/Saudara dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam pengumpulan data ini. Demikian saya sampaikan, atas partisipasi dan
dukungan Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terimakasih.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Bangli, April 2011


Peneliti

I Wayan Wiwin
96

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : Pekerjaan/Jabatan :
Umur : Instansi :
Alamat : Tanggal Pengisian :

Mohon diisi kuisioner di bawah ini :


1. Bagaiamana pendapat anda mengenai arsitektur bangunan Museum Gunungapi Batur?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
2. Bagaimana pendapat anda tentang koleksi Museum Gunungapi Batur?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
3. Bagaimana pendapat saudara tentang tata letak pemajangan koleksi (lay out) Museum
Gunungapi Batur?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
4. Bagaimana pendapat anda mengenai fasilitas pendukung yang tersedia di Museum
Gunungapi Batur?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
5. Bagaimana pendapat anda tentang informasi tentang kegunungapian yang disajikan?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
97

Sangat Tidak Baik


6. Bagaimana persepsi anda terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh para
petugas kepada pengunjung museum?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
7. Bagaimana pendapat anda tentang infrastruktur transportasi dan jalan menuju lokasi
museum?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
8. Bagaimana pandangan anda mengenai kebersihan dan keindahan di areal museum
Gunungapi Batur?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
9. Bagaimana pandangan anda mengenai panorama alam sekitar museum?
Sangat Indah
Indah
Tidak Indah
Sangat Tidak Indah
10. Bagaiamana pendapat anda tentang keamanan dan keramahan masyarakat lokal
sekitar museum?
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
11. Bagaimana pendapat anda tentang pengelolaan Museum Gunungapi Batur secara
umum saat ini?
Sangat Baik
98

Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
12. Saat ini pengelolaan Museum Gunungapi Batur dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bangli, Bagaimana pendapat anda jika pengelolaannya diserahkan kepada
pihak swasta?
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
13. Komentar dan saran anda tentang Museum Gunungapi Batur :



Terimakasih dan selamat menikmati kunjungan anda


99

Lampiran 4

KUISIONER UNTUK WISATAWAN MANCANEGARA

QUESTIONNAIRE

BATUR VOLCANO MUSEUM MANAGEMENT STRATEGY


AS A TOURIST ATTRACTION IN BANGLI REGENCY

I am a Post Graduate student of Tourism Study at Udayana University, in order to

write a thesis hence I require information through. The thesis entitled Batur Volcano

Museum Management Strategy As a Tourist Attraction in Bangli Regency.

In course of data collecting, I wish to figure your opinion in giving assessment by

fulfilling questionnaire enclosed.

Finally I highly appreciate to your kind participation and support, I render thanks.

Bangli, April 2011


Researcher,

I Wayan Wiwin
100

RESPONDENT IDENTITY

Name : Nationality/Address :
Age : Occupation :
Sex : Date :

Please tick the questionnaire below :

1. What do you think about the building architecture of Batur Volcano Museum?
Very Good
Good
Bad
Very Bad
2. What is your opinion about the Batur Volcano Museum's collection?
Very Good
Good
Poor
Very Bad
3. How do you think about the layout display of Batur Volcano Museum's
collection?
Very Good
Good
Bad
Very Bad
4. How do you think about tourism facilities in Batur Volcano Museum?
Very Complete
Complete
Not Complete
Completely unavailable
5. What do you think about the information that has given to you about volcano?
Very Complete
Complete
Not Complete
Completely unavailable
6. How did your perception of the quality of services provided by officers to the
museum visitors?
Excellent
Good
Poor
Very Bad
7. What do you think about the transportation infrastructure (road and related
facilities) leading to this place?
Very Good
Good
Bad
Very Bad

8. How do you think about the cleanliness and beauty of the area museums?
101

Very Good
Good
Bad
Very Bad
9. How do you think about the scenery of this place?
Very interesting
Interesting
Uninteresting
Very Uninteresting
10. What is your opinion on the safety and friendliness of local communities around
the museum?
Very good
Good
Bad
Very Bad

11. Your comments and suggestions about this place :

Thank you and enjoy your holiday

Anda mungkin juga menyukai