Anda di halaman 1dari 1

o Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau

eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu
tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi. Menurut
Gautheret dalam Gunawan (1992), sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi yang terbaik
melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut
dapat digantikan dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan
kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media.

Agar. Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan
agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara
0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga
difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi
lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain
seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial. Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan
hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi
masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran
agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi.
Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai
agen pengental untuk 1 L media.

Air. distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air
destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan
sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media

Anda mungkin juga menyukai