PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Mahasiswa pada khususnya kami yang menuyusun makalah ini dapat mengetahui dan
memahami pusat-pusat pertanggungjawaban, jenis dan penilaian kinerja dari pusat-pusat
pertanggungjawaban tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2) Laba Langsung
Adalah margin kontribusi dikurangi biaya tetap pada pusat laba. Ini merupakan gabungan
seluruh pengeluaran pusat laba atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba. Oleh sebab itu,
pengeluaran di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan ini.
Tabel 03
Contoh Laporan Laba Rugi Pusat laba
Tabel 03
Contoh Laporan Laba Rugi Pusat laba
5) Laba Bersih
Yaitu, laba yang diperoleh setelah dikurangi oleh kewajiban-kewajiban pajak.
Tabel 03
Contoh Laporan Laba Rugi Pusat laba
Tabel 04
Pengukuran Kinerja Pusat Pertanggungjawaban
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian manajemen berfokus pada pusat pertanggungjawaban, karena pusat
pertanggungjawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi dan program-program yang
telah diseleksi melalui proses perencanaan strategi. Pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi
mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan perencanaan dan pengendalian
anggaran. Melalui pusat pertanggungjawaban tersebut anggaran dibuat, dan jika telah disahkan
anggaran dikomunikasikan kepada manajer level menengah dan bawahan untuk dilaksanakan.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan dengan
program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan perkataan lain, tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu, dan
penggabungan program-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tersebut seharusnya
mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang lebih tinggi, sehingga pada
akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai belanja (pengeluaran) yang
telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran. Laporan kinerja disiapkan
dan dikirimkan ke semua level manajemen untuk dievaluasi kinerjanya, yaitu dibandingkan
antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika sistem pengendaliananggaran berjalan
dengan baik, maka informasi yang dikirimkan kepada manajer harus relevan dan tepat waktu.
Informasi yang relevan merupakan informasi yang terbaru (up to date) dan akurat. Informasi
yang relevan adalah informasi yang dapat membedakan dengan jelasantara biaya yang dapat
dikendalikan secara langsung (controlleble) dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan
(uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.
3.2 Penutup
Demikian hal-hal yang dapat kami paparkan dalam makalah ini, atas segala kekurangannya kami
mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sunaryo-baduttumin.blogspot.com
http://www.baduttumin.wordpress.com
PUSAT LABA (Profit Centre)
Posted on March 23, 2015 by darmansyah
Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku
kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
1. Unit bisnis (divisi) sebagai pusat laba, manajernya bertanggungjawab dan mempunyai
kebijakan serta kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan pemasaran
serta perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang
berakibat terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit usaha yang
bertanggungjawab terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
2. Unit-unit fungsional sebagai pusat laba, pada perusahaan multibisnis setiap unit
diperlakukan sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja terorganisasi dalam
bentuk fungsional, misalnya: Pemasaran, Manufaktur, dan Jasa. Misalnya, fungsional
pemasaran dimana aktifitas pemasaran dijadikan sebagai pusat laba dengan cara:
1. Membebankan biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara
membuat Trade Off Pendapatan atau Biaya yang optimal.
2. Harga transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar,
memisakan kinerja biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini
berpengaruh terhadap perubahan efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.
3. Unit-unit fungsioanl pendukung (support) sebagai pusat laba, hal ini meliputi unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan, dan layanan yang
dapat dijadikan pusat laba. Caranya yaitu:
1. Membebankan biaya dari layanan yang diberikan dan menutupnya dari
pendapatan atas layanan yang diberikan baik kepada internal dan eksternal.
2. Manajer organisasi unit ini termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar
pelanggannya tidak meninggalkan, di samping itu konsumen termotivasi untuk
membuat keputusan pakah jasa yang diterima telah sesuai dengan harganya.
Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang pada area
geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur
atau pembelian dan profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran kinerjanya.
Contohnya: Toko-toko rantai ritel, restaurant cepat saji (fast food) dan hotel-hotel
pada rantai hotel.
JENIS-JENIS PENGUKURAN PUSAT LABA
1. Margin Kontribusi Yaitu, selisih (spread) antara pendapatan dan biaya variabel. Hal ini
disebabkan karena biaya variabel berada dalam kendali manajer tersebut, sedangkan
biaya tetap di luar kendalinya.
2. Laba Langsung Adalah margin kontribusi dikurangi biaya tetap pada pusat laba. Ini
merupakan gabungan seluruh pengeluaran pusat laba atau dapat ditelusuri langsung ke
pusat laba. Oleh sebab itu, pengeluaran di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan
ini.
3. Laba Yang Dapat Dikendalikan Yaitu, laba langsung dikurangi beban biaya korporat
yang dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba. Contoh biaya yang dapat dikendalikan
oleh manajer unit bisnis ini misalnya Biaya Layanan Teknologi Informasi.
4. Laba Sebelum Pajak
Yaitu laba yang dapat dikendalikan dikurangi beban-beban korporat lainnya.
5. Laba Bersih
Yaitu, laba yang diperoleh setelah dikurangi oleh kewajiban-kewajiban pajak.
PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN : PUSAT
LABA
PENDAHULLUAN
Apabila suatu pusat pertanggungjawaban diukur prestasinya atas dasar laba yang diperoleh,
maka pusat pertanggungjawaban tersebut disebu pusat laba. Laba adalah selisish antara
pendapatan dan biaya. Pusat laba dapat berbentuk divisi apabila kegiatan – kegiatan fungsional
dilaksanakan oleh unit – unit kerja dalam lingkup satu organisasi sendiri.
UNIT USAHA
Apabila suatu perusahaan memberikan wewenang kepada suatu bagian / unit usaha untuk
menjalankan seluruh aktivitas produksi maupun pemasaran sebuah produk atau lini produk,
maka proses seperti ini di sebut proses divisionasinalisasi.
Beberapa bentuk organisasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Semua perusahaan diatur menurut fungsinya pada beberapa tingkatan
Perbedaan antara organisasi fungsional dan organisasi divisi adalah satu rangkaian.
Wewenang penuh untuk menghasilkan laba tidak bias didelegasikan secara penuh ke satu unit
usaha.
KONDISI UNTUK MENDELEGASIKAN TANGGUNG JAWAB LABA
Banyak keputusan manajemen meliputi rencana peningkatan biaya dengan harapan dapat
meningkatkan penjualan. Syarat utama yang harus ada sebelum keputusan pertukaran (trade off)
bias didelegasikan kepada manajer yang lebih bawah, yaitu :
1. Manajer tersebut harus memiliki informasi yang relevan untuk membuat pertukaran (trade off)
antara pendapatan dan biaya.
2. Hendaknya ada cara tertentu untuk mengukur seberapa efektifnya seorang manajer membuat
pertukaran (trade off) seperti ini.
KEUNTUNGAN PUSAT LABA
Keputusan tentang operasional bisa lebih cepat diambil.
Kualitan keputusan lebih baik.
Manajemen kantor pusat bisa memfokuskan diri pada keputusan yang lebih luas.
Kesadaran laba (profit consciousness) akan lebih meningkat.
Pengukuran prestasi dari suatu divisi bisa lebih diperluas.
Manajemen divisi lebih bebas berkreasi dan berinisiatif.
Pusat laba merupakan tempat pelatihan yang baik untuk menjadi manajer yang handal.
Divisionalisasi memudahkan seorang manajer puncak memperoleh informasi profitabilitas.
Pusat laba dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi kompetitif.
UNIT ORGANISASI PEMASARAN. unit organisasi pemasaran menerima masukan berupa produk
jadi dari unit produksi, memproses produk tersebut hingga siap dijual dan mendistribusikannya.
ORGANISASI LAINNYA
Suatu perusahaan yang mempunyai cabang dan bertanggung jawab terhadap pemasaran produk
pemasaran produk perusahaan apalagi cabang tersebut berbeda tempat, secara alamiah dianggap
sebagai pusat laba.
BAB I
A. Latar Belakang
Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen
senior untuk dapat menggunakan satu indicator yg komprehensif, dibandingkan jika harus
menggunakan beberapa indicator.
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relefan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan
serupa.
2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang dibuat oleh
manajer.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukkan titik terendah dalam
organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai
dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat lana sampai pusat tanggung
jawab yang bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan
dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana dibahas
berikut ini. Seperti halnya pilihan-pilihan desain system pengendaian maajemen, dalam ini tidak
ada batasan-batasan yang jelas.
B. Tujuan
BAB II
A. Analisis
Ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab diukur dalam ruang lingkup laba (yaitu,
selisih antara pendapatan dan beban), maka pusat ini disebut pusat laba (profit center). Dengan
kata lain, pusat laba adalah suatu unit organisasi yang di dalamnya pendapatan dan beban
diukur secara moneter. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba
antaranya menunjuk ke arah yang berbeda). Suatu organisasi fungsional adalah organisasi di
mana fungsi produksi atau pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah.
Ketika suatu organisasi diubah menjadi organisasi di mana setiap unit utama bertanggung
jawab baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah
divisionalisasi. Sebagai aturan, perusahaan membuat unit-unit bisnis karena mereka telah
memutuskan untuk memberikan wewenang yang lebih luas kepada manajer-manajer operasi.
Meskipun tingkat pelimpahan wewenang tersebut berbeda dari perusahaan yang satu ke
perusahaan yang lain, tetapi wewenang yang lengkap untuk menghasilkan laba tidak pernah
sebuah perusahaan mobil di Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi, memberikan pelayanan
finansial, dan juga berpartisipasi dalam bidang bisnis lainnya. Toyota Motor Corporation
didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyota. Divisi mobil
perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota
Motor Corporation seperti saat ini. TMC merupakan anggota dari Grup Toyota dan
Lexus (bahasa Jepang:レクサス) adalah sebuah merek yang digunakan oleh Toyota Motor
Corporation di Amerika Utara, Timur Tengah, Eropa, Australia, Asia (dipasarkan di Jepang pada
2005) dan Selandia Baru untuk divisi mobil mewahnya. Lexus pertama kali diperkenalkan pada
1989 di Amerika Serikat. Pada tahun 2006, Lexus dijual di 68 negara di seluruh dunia. Kantor
Project Lexus dimulai pada tahun 1983, sebuah tim besar terdiri dari engineer terbaik dari
Toyota Motor Corporation, berusaha untuk membuat sedan yang bisa mengalahkan sedan
terbaik dunia. Hasilnya adalah Lexus LS 400 yang diperkenalkan pada North America
Merek ini terutama bersaing dengan merek mewah tradisional Jerman seperti Audi, BMW,
Jaguar, dan Mercedes-Benz. Lexus sudah balik ke Jepang pada tahun 2005. Lalu menyusul
secara global pada tahun tahun berikutnya, termasuk Indonesia pada tahun 2007.
Lexus terinspirasi dari suksesnya Toyota Supra dan Toyota Cressida. Keduanya merupakan
Sedangkan Scion adalah merk yang diproduksi oleh Toyota Motor Corporation untuk
pasar Amerika Utara. Berdiri mulai Maret 2002, tujuan dari berdirinya Scion adalah untuk
menarik perhatian konsumen golongan Y (Millenial Generation). Model pertama Scion adalah
Scion xA hatchback dan Scion xB wagon, diperkenalkan di California tahun 2003. Kemudian
diluncurkan juga Scion tC, sebuah mobil sport-coupe tahun 2004 di AS.
Dari sejarah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Toyota membagi basis unit
produksinya dari kelas biasa sampai kelas mobil mewah yang dimana system manajemennya
dibagi per unit bisnis sehingga bisa disebut pusat laba karena para manager unit bisnis
bertanggung jawab terhadap unit bisnisnya pada regional masing-masing dimana kita dapat
keuntungan seperti murah dalam hal produksi, murah dalam mencari bahan baku produksi dan
mempermudah dalam hal pemasaran. Akan tetapi dibalik semua keuntungan itu masih ada
kekurangannya yaitu tidak semua perangkat mobil diproduksi di setiap unit produksi sehingga
masih harus mendatangkan dari Negara lain seperti halnya perusahaan Toyota yang berbasis
di Indonesia dimana masih belum bisa membuat mesin Toyota di Negara Indonesia sehingga
(jika bukan seluruhnya) biaya-biaya produksi, administrasi hingga ppoemasaran, baik biaya
yang berada dibawah kendalinya maupun bukan. Hamper semua kebingungan yang timbul
dalam mengukur kinerja manajer pusat laba biasanya terjadi sebagai akibat dari kegagalan
untuk memisahkan antara pengukuran kinerja manajer dengan pengukuran ekonomis suatu
pusat laba. Dalam perusahaan pada umumnya, pos-pos ini mungkin meliputi seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika para manajer dapat mempengaruhi jumlah pajak yang
dibayarkan oleh unit mereka, maka mereka harus dinilai berdasarkan penghasilan unit setelah
pajak, dan pos-pos yang jelas tidak dipengaruhi harus dieliminasi, seperti fluktuasi dalam nilai
keputusan trade-off dengan aman kepada tingkat manajer yang lebih rendah, maka harus
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan
serupa.
2. Harus ada semavam cara untuk mengukur efaktifnya suatu trade-off yang dibuat oleh manajer.
Langkah utama dalam membuat pusat-pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
Jenis-jenis ukuran kinerja. Kinerja manajer pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima
2. Laba langsung. Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba
terhadap overhead umum dan laba perusahaan. Ukuran ini menggabungkan
pengeluaran seluruh pusat laba, baik yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri
langsung ke pusat laba tersebut tanpa mempedulikan apakah pos-pos ini ada dalam
kendali manajer pusat laba atau tidak. Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi di
kantor pusat tidak termasuk dalam penghitungan ini.
4. Laba sebelum pajak. Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat
laba berdasarkan jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika pusat
laba dibebankan dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini harus dihitung
berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan biaya aktual, di mana kolom
”anggaran” dan ”aktual” dalam laporan kinerja pusat laba menunjukkan jumlah yang
sama untuk pos khusus ini. Hal ini akan memberikan kepastian bahwa para manajer
pusat laba tidak akan mengeluh karena laporan kinerja mereka tidak akan menunjukkan
varians dalam alokasi overhead.
5. Laba bersih. Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan
laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak.
Berikut adalah contoh laporan laba rugi suatu pusat laba:
B. Kebaikan dan Kelemahan
1. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang
paling dekat dengan titik keputusannya.
2. Kecepatan dari keputusan-keputusan operasional dapat meningkat karena mereka tidak perlu
mendapat persetujuan lebih dahulu dari kantor pusat.
3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.
4. Karena pusat-pusat laba mirip dengan perusahaan yang independen, mereka memberikan
dasar pelatihan yang sempurna bagi manajemen umum.
5. Kesadaran laba dapat ditingkatkan karena para manajer yang bertanggung jawab atas laba alan
selalu mencari cara untuk dapat meningkatkan labanya.
6. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen tingkat atas mengenai
profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan.
7. Karena out[ut yang dihasilkan siap pakai, pusat laba sangat responsive terhadap tekanan untuk
meningkatkan kinerja kompetitif mereka.
2. Jika manajemen kantor pusat lebih berkualitas daripada pusat laba, keputusan yang diambil
pada tingkat unit akan berkurang.
3. Timbulnya perselisihan.
4. Unit-unit organisasi yang perna bekerjasama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi
satu sama lain.
6. Para general manajer yang kompeten dapat hilang dari organisasi fungsional karena tidak
adanya kesempatan yang cukup untuk mengembangkan keahliannya dalam general
management.
7. Ada kemungkinan akan banyaknya tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan biaya
untuk profitabilitas jangka pndek.
8. Tidak ada system yang sangat memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari
masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.
C. Dampak Secara Keseluruhan
Dari analisis yang dilakukan terhadap pusat pertanggungjawaban laba diatas dapat
dilihat bahwa pusat ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan yang
menerapkannya, misalnya seperti pengukuran kinerja suatu pusat laba digunakan untuk
prposes perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan harian pusat laba dan
juga sebagai alat untuk merancang motivasi kerja para manajer. Kinerja suatu unit organisasi
yang ada dinilai dari suatu standar atau tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah perusahaan
diasumsikan bertujuan memperoleh laba yang memuaskan dan keberhasilan dalam
memperoleh laba dapat dinilai secara kuanttatif maupun kualitatif.
Namun, disamping konstribusi positif pusat laba terhadap jalannya perusahaan, pusat
laba juga memiliki beberapa permasalahan yang umum dialami oleh perusahaan yang
menggunakan pusat pertanggungjawaban laba ini.
Beberapa permasalahan yang memerlukan perhatian khusus tersebut, yaitu :
1. Masalah alokasi pendapatan bersama, pada dasarnya konflik bias timbul atas alokasi
pendapatan diantara meningkatkan penjualan yang dibuat oleh divisi lain dengan menawarkan
pada pelanggan.
2. Masalah alokasi biaya bersama, dalam akuntansi dikenal dengan biaya langsung dan tidak
langsung atau sering disebut biaya bersama. Biaya langsung adalah biaya yang dapat
diidentifikasi secara khusus atau dapat ditelusuri pada suatu produk, departemen atau proses
tertentu. Sehubung dengan pengalokasian biaya bersama yaitu mengevaluasi prestasi pusat
pertanggungjawabanAnthony dan Govindarajan, mengatakan :
“service that are furnished by staff units and other costs, if charged at all, should be charged to
profit centers on the basis of reflects the actual consumtion of the service and on the basis of
specific request made by responsibility center that wants to the service, to the extent that this is
feasible”
3. Masalah penentun harga transfer, tidak ada tempat yang memiliki potensi konflik yang lebih
besar pada interaksi seperti ini apabila barang yang dihasilkan oleh satu unit ditransfer ke unit
yang lain. Jika kedua unit tersebut diorganisasikan sebagai pusat laba, maka harga transfer
yang ditetapkan tersebut bepengaruh pada pusat laba penjual dan biaya bagi pusat laba
pembeli.
4. Masalah pemilihan tolak ukur laba, laba sebagai tolak ukur dapat menilai prestasi pusat laba
diharapkan dapat mencerminkan tujuan penngukuran prestasi.
Dari beberapa penjelasan dan analisis serta teori yang dikemukakan diatas, dapat
diketahui bahwa suatu pusat laba memiliki tolak ukur prestasi yang mampu dihasilkannya. Maka
dari itu setiap manajemen dari pusat laba selalu ingin menyajikan performance yang terbaik
bagi perusahaan, maka secara langsung maupun tidak langsung, penerapan pusat laba ini
dapat berpengaruh terhadap kinerja, oprasional dan terutama secara penilaian prestasi bagi
setiap pusat laba oleh perusahaan.
BAB III
Kesimpulan
Pusat laba adalah suatu unit organisasi yang didalamnya pendapatan dan beban diukur
secara moneter. Dalam menetapkan suatu pusat laba , suatu perusahaan mendelegasikan
kewenangannya dalam pengambilan keputusan ketingkat yang lebih rendah yang memiliki
Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan
bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur, kuncinya adalah memasukan beban dan
pendapatan dalam laporan manajer pusat laba yang dipengaruhi oleh tindakan manajer
tersebut.
Makalah Pusat Laba
BAB II
KAJIAN TEORI
Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan dalam bukunya yang berjudul “Sistem
Pengendalian Manajemen” yang diterjemahkan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala, menjelaskan bahwa:
“Pusat laba adalah suatu unit organisasi dimana didalamnya pendapatan dan pengeluarannya diukur
berdasarkan kondisi moneter.” (2002;181)
Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior
untuk dapat menggunakan satu indikator yg komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan
beberapa indikator.
Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan
bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam peningkatan penjualan keputusan
semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan (expense/revenue trade-off). Tambahan
beban iklan adalah salah satu contohnya. Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade-off semacam ini
dengan aman ke tingkat manajer yang lebih rendah, maka ada dua kondisi yang harus dipenuhi :
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relefan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan serupa.
2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang dibuat oleh manajer.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukkan titik terendah dalam organisasi dimana
kedua kondisi diatas terpenuhi.
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat
tanggung jawab yang sangat jelas. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi
tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana dibahas berikut ini. Seperti halnya
pilihan-pilihan desain system pengendaian maajemen, dalam ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.
Kinerja manajer pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas sebagai berikut:
1. Margin kontribusi.
Margin kontribusi menunjukkan rentang (spread) antara pendapatan dengan beban variabel. Alasan
utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba adalah karena beban
tetap berada di luar kendali manajer tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian
untuk memaksimalkan margin kontribusi.
2. Laba langsung.
Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba
perusahaan. Ukuran ini menggabungkan pengeluaran seluruh pusat laba, baik yang dikeluarkan oleh
atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut tanpa mempedulikan apakah pos-pos ini ada
dalam kendali manajer pusat laba atau tidak. Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi di kantor
pusat tidak termasuk dalam penghitungan ini.
5. Laba bersih.
Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih (net income), yaitu
jumlah laba bersih setelah pajak.
Diantaranya yaitu :
1) Kualitas keputusan manajer lebih meningkat. Hal tersebut dikarenakan keputusan tersebut dibuat oleh
para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.
2) Kecepatan pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
3) Manajer kantor pusat dapat lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas, karena manajemen
kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian.
4) Manajer lebih bebas menunjukkan imajinasi dan inisiatifnya, karena hanya sedikit batasan dari korporat.
5) Memberikan tempat pelatihan sempurna bagi kemampuan manajerial secara umum. Para manajer
mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, dan manajemen yang lebih tinggi
mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi.
6) Kesadaran terhadap laba semakin meningkat, karena para manajer yang bertnggung jawab atas laba
akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya.
7) Memberikan informasi siap pakai kepada manajemen puncak tentang profitabilitas komponen-
komponen individual perusahaan.
8) Output yg siap pakai membuat pusat laba sangat responsif terhadap tekanan utk meningkatkan kinerja
kompetitif.
Selain manfaat yang diperoleh, pusat-pusat laba dapat memberikan beberapa kesulitan:
1) Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk mengandalkan
laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga
mengakibatkan hilangnya pengendalian.
2) Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik daripada manajer
pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang.
3) Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai harga transfer yang sesuai,
pengalokasian biaya umum yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara
bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis.
4) Unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi satu
sama lain. Peningkatan laba untuk satu manajer dapat berarti pengurangan laba bagi manajer yang lain.
Dalam situasi yang seperti ini, seorang manajer dapat saja gagal dalam memberikan potensi penjualan
ke unit lain yang lebih tepat untuk merealisasikannya; menimbun pegawai atau peralatan yang akan
lebih baik, dari sudut pandang seluruh perusahaan, jika digunakan ke unit lain; atau membuat
keputusan produksi yang memiliki konsekuensi biaya yang tidak diinginkan bagi unit lain.
5) Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan manajemen, pegawai,
dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin mengakibatkan duplikasi tugas di setiap pusat laba.
6) Para manajer yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena tidak adanya
kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum.
7) Mungkin ada telalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan mengorbankan
profitabilitas jangka panjang.
8) Tidak adanya sistem yang memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing
pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan memiliki otonomi seperti presiden dari suatu
perusahan independen. Meskipun demikian, dalam praktek sehari-hari, otonomi semacam ini tidak
pernah ada. Wewenang yang diberikan oleh dewan direksi kepada CEO didelegasikan ke manajer unit
bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior melepaskan tanggung jawab sendiri. Akibatnya, struktur
unit bisnis mencerminkan trade-off antara otonomi unit bisnis dan batasan perusahaan.
Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit bisnis.
Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat.
Hampir semua perusahaan mempertahankan beberapa keputusan terutama keputusan financial, pada
tingkat korporat, setidaknya untuk aktivitas domestic. Akibatnya, salah satu batasan utama atas unit
bisnis berasal dari pengendalian korporat terhadap investasi baru. Unit bisnis yang ada harus bersaing
satu sama lain untuk mendapatkan bagian dari dana yang tersedia.
1. Unit-unit fungsional.
Subunit yang ada dalam unit bisnis dapat saja terorganisasi secara fungsional. Terkadang lebih mudah
untuk membuat satu atau lebih unit fungsional, misalnya aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan
jasa. Tidak ada prinsip-prisip tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang merupakan
pusat laba sementara yang lainnya bukan. Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah
berdasarkan besar pengaruhya (bahkan jika bukan pengendalian total) yang dilaksanaka oleh manajer
unit terhadap aktivitas yang mempengaruhi laba bersih.
2. Pemasaran.
Pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk yang terjual.
Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer pemasaran dalam membuat trade-
off pendapatan/pengeluaran yang optimal, dan praktik standar untuk mengukur manajer pusat laba
berdasarkan probabilitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat.
3. Manufaktur.
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, di mana manajemen dinilai berdasarkan kinerja
versus biaya standar dan anggaran overhead. Tetapi, ukuran ini dapat menimbulkan masalah karena
ukuran tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas seluruh aspek
pekerjaannya. Oleh karena itu, di mana kinerja proses manufaktur diukur terhadap biaya standar,
dianjurkan untuk membuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu,
penjadwalan produk, dan keputusan buat atau beli. Salah satu cara untuk mengukur aktivitas organisasi
manufaktur secara keseluruhan adalah dengan menjadikannya pusat laba dan memberikan nilai
berdasarkankan untuk harga jual produk dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran.
Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, tranportasi, teknik, konsultan, layananan konsumen, dan
aktivitas pendukung sejenis dapat dioperasikan kantor pusat dan divisi pelayanan perusahaan, atau
dapat dipenuhi oleh unit bisnis itu sendiri. Unit bisnis tersebut membebankan biaya pelayanan yang
diberikan, dengan tujuan finansial untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga pendapatan
setara dengan pengeluaran. Perusahaan yang melakukan pembebanan “berdasarkan penggunaan”
mungkin memperlakukan unit tersebut sebagai pusat laba.
5. Organisasi lainnya.
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk perusahaan
di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah. Meskipun para manajer
cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau pembelian, profitabilitasnya kadangkala
merupakan satu ukuran unit kinerja yang paling baik. Lebih lanjut lagi, pengukuran laba merupakan satu
alat motivasi yang sempurna.
E. CONTOH KASUS
Toyota Motor Corporation (TMC) (dalam bahasa Jepang: トヨタ自動車株式会社), adalah sebuah
perusahaan mobil di Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi, memberikan pelayanan finansial, dan juga
berpartisipasi dalam bidang bisnis lainnya. Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933
sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyota. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian
dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini. TMC
merupakan anggota dari Grup Toyota dan memproduksi mobil dengan merek Toyota Lexus dan Scion.
Lexus (bahasa Jepang:レクサス) adalah sebuah merek yang digunakan oleh Toyota Motor Corporation di
Amerika Utara, Timur Tengah, Eropa, Australia, Asia (dipasarkan di Jepang pada 2005) dan Selandia Baru
untuk divisi mobil mewahnya. Lexus pertama kali diperkenalkan pada 1989 di Amerika Serikat. Pada
tahun 2006, Lexus dijual di 68 negara di seluruh dunia. Kantor Pusat Lexus berada di Aichi, Jepang.
Project Lexus dimulai pada tahun 1983, sebuah tim besar terdiri dari engineer terbaik dari Toyota Motor
Corporation, berusaha untuk membuat sedan yang bisa mengalahkan sedan terbaik dunia. Hasilnya
adalah Lexus LS 400 yang diperkenalkan pada North America International Motorshow 1989.
Merek ini terutama bersaing dengan merek mewah tradisional Jerman seperti Audi, BMW, Jaguar, dan
Mercedes-Benz. Lexus sudah balik ke Jepang pada tahun 2005. Lalu menyusul secara global pada tahun
tahun berikutnya, termasuk Indonesia pada tahun 2007.
Lexus terinspirasi dari suksesnya Toyota Supra dan Toyota Cressida. Keduanya merupakan mobil
berpenggerak roda belakang dengan mesin M berperforma tinggi.
Sedangkan Scion adalah merk yang diproduksi oleh Toyota Motor Corporation untuk pasar Amerika
Utara. Berdiri mulai Maret 2002, tujuan dari berdirinya Scion adalah untuk menarik perhatian konsumen
golongan Y (Millenial Generation). Model pertama Scion adalah Scion xA hatchback dan Scion xB wagon,
diperkenalkan di California tahun 2003. Kemudian diluncurkan juga Scion tC, sebuah mobil sport-coupe
tahun 2004 di AS.
Dari sejarah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Toyota membagi basis unit produksinya dari kelas
biasa sampai kelas mobil mewah yang dimana system manajemennya dibagi per unit bisnis sehingga
bisa disebut pusat laba karena para manager unit bisnis bertanggung jawab terhadap unit bisnisnya
pada regional masing-masing dimana kita dapat keuntungan seperti murah dalam hal produksi, murah
dalam mencari bahan baku produksi dan mempermudah dalam hal pemasaran. Akan tetapi dibalik
semua keuntungan itu masih ada kekurangannya yaitu tidak semua perangkat mobil diproduksi di setiap
unit produksi sehingga masih harus mendatangkan dari Negara lain seperti halnya perusahaan Toyota
yang berbasis di Indonesia dimana masih belum bisa membuat mesin Toyota di Negara Indonesia
sehingga masih harus import dari jepang atau Thailand.
BAB III
KESIMPULAN
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan laba (selisih
antara pendapatan dan beban) yang diperoleh. Pusat laba dapat dibentuk dengan struktur
divisionalisasi, yang memungkinkan unit utama bertanggungjawab terhadap produksi dan pemasaran
sekaligus. Pusat laba dibentuk dengan keputusan expense and revenue trade-off. Keputusan ini
ditentukan dengan 2 kondisi, yaitu Manajer memiliki akses ke informasi yang relevan dalam membuat
keputusan dan terdapat ukuran efektivitas atas trade-off yang dibuat manajer.
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat
tanggung jawab yang sangat jelas. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi
tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana dibahas berikut ini. Seperti halnya
pilihan-pilihan desain system pengendaian maajemen, dalam ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.
Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap unit diperlakukan
sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi subunit yang ada dalam unit bisnis tersebut dapat
saja terorganisisr secara fungsional missal aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa yang
dijadikan sebagai pusat laba.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://s2.wahyudiharto.com/2009/04/penggunaan-informasi-akuntansi-penuh.html
2. Kaplan, Robert, dan David Norton. Balanced Scorecard. Boston: Harvard Business School Press, 1996.
3. Robert N.Anthony Vijay Govindarajan.•Management Control System, penerbit Salemba Empat,2005.•
4. Viyanti & Setin. 2010. Akutansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Manajemen Terhadap
Penilaian Prestasi Kerja. Bandung Maranatha
Makalah Sistem Pengendalian Manajemen : Pusat Laba
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menganalisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan,
juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Dari sudut pandangan investor, salah
satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan
melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Laba perusahaan dalam hal ini dapat
dilakukan dijadikan sebagai ukuran dari efisiensi dan efektifitas dalam sebuah unit kerja dikarenakan
tujuan utama dari pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, laba suatu perusahaan khususnya pada pusat
laba atau unit usaha yang menjadikan laba sebagai tujuan utamanya merupakan alat yang baik untuk
mengukur prestasi pimpinan atau manajer atau dengan kata lain efisiensi dan efektifitas dari
perusahaan dapat dilihat dari laba yang diraih unit tersebut. Pengukuran laba dalam suatu pusat laba
melibatkan penilaian berkaitan dengan bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur. Dalam hal
pendapatan, pilihan metode pengakuan pendapatan sangatlah penting. Dalam hal pengeluaran,
pengukuran dapat bervariasi mulai dari biaya veriabel yang dikeluarkan pusat laba sampai overhead
korporat yang di alokasikan penuh, termasuk pajak penghasilan. Penilaian-penilaian yang berhubungan
dengan pengukuran pendapatan dan biaya-biaya harus dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan
pertimbangan perilaku. Kuncinya adalah memasukan beban dan pendapatan laporan manajer pusat laba
yang dipengaruhi oleh tindakan manajer tersebut, bahkan jika tidak secara penuh.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan pusat laba?
2. Apa saja batasan-batasan dari unit bisnis sebagai pusat laba?
3. Apa saja contoh pusat laba lainnya?
4. Bagaimana mengukur profitabilitas
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui apa itu pusat laba.
2. Mengetahui batasan-batasan dari unit bisnis sebagai pusat laba.
3. Mengetahui contoh pusat laba lainnya.
4. Mengetahui bagaimana mengukur profitabilitas.
D. Kasus
Kasus yang dibahas dalam pembahasan kasus berdasarkan pada studi kasus di “Amax Automobile” dan
“Indux Corporation”. (Kasus 5-1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat
tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggung jawab yang bukan
merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi tanggung
jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana dibahas berikut ini. Seperti halnya pilihan-
pilihan desain system pengendalian manajemen, dalam ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.
B. UNIT BISNIS SEBAGAI PUSAT LABA
Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang bertanggung jawab
atas unit tersebut memiliki kendali atas perkembangan produk, proses produksi, dan pemasaran. Para
manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga
dapat dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Meskipun demikian wewenang seorang manajer
dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba.
Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit
bisnis. Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat.
1. Batasan dari unit bisnis lain
Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain.
Batasan dari unit bisnis lain akan semakin tidak terlihat apabila keputusan produk, keputusan
pemasaran dan keputusan perolehan dilakukan oleh satu unit bisnis, disamping itu terdapat sinergi
antar unit bisnis. Jia seorang manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak
akan ada kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja. Pada umumnya
semakin terintegrasi suatu perusahaan maka akan semakin sulit melakukan tanggung jawab pusat laba
tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut dalam lini produk yang ada.
Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu, pendapatan yang tersisa setelah
seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead korporat, dialokasikan kepusat laba).
Meskipun demikian kinerja manejer pusat laba dapat di evaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas:
a. Margin Kontribusi
Margin kontribusi ( contribution margin) menunjukan rentang (spread) antara pendapatan dengan
beban variabel. Alasan utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba
adalah bahwa karena beban tetap (fixed expense) berada diluar kendali tersebut, sehingga para manajer
harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan margin kontribusi.
b. Laba Langsung
Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan
laba perusahaan. Ukuran inimmenggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yang dikeluarkan
oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut tanpa memperdulikan apakah terdapat pos –
pos ini ada dalam kendali manajer pusat laba atau tidak.
c. Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran – pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokan menjadi dua kategori: dapat
dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam kategori pertama adalah pengeluaran
– pengeluaran yang dapat dikendalikan, paling tidak pada tingkat tertentu, oleh manajer unti bisnis-
layanan teknoligi informasi.
d. Laba sebelum Pajak
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah
relative dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika pusat laba dibebankan dengan sebagian
overhead korporat, maka hal ini harus dihitung berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan
biaya actual, dimana kolom änggaran” dan äktual”dalam laporan kinerja pusat laba menunjukan jumlah
yang hampir sama untuk pos khusus kasus ini. Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestic
berdasarkan laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak.
2. Pendapatan
Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam suatu usaha penjualan
yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan nilai yang sesuai atas bagiannya dalam transaksi
tersebut.
3. Pertimbangan Manajemen
Setiap jenis profitabilitas yang ditunjukan pada Tampilan 5.3 digunakan oleh beberapa perusahaan.
Sebagai contoh, banyak multinasional AS mengukur kinerja para manajer anak perusahaan diluar negeri
dalam mata uang Negara asal-dimana hal ini sungguh – sungguh berada diluar kendali para manajer.
BAB III
KESIMPULAN
Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan pendapatan tetapi tidak memiliki kewenangan untuk
mengambil keputusan tentang investasi
Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat, antara lain: Batasan dari
unit bisnis lain; Batasan dari manajemen korporat; dan Batasan Atas Wewenang Unit Bisnis.
Pusat laba lainnya terdiri dari pemasaran, manufaktur, unit pendukung dan pelayanan, dan organisasi
lainnya.
Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat laba,
yaitu pengukuran kinerja manajemen dan pengukuran kinerja ekonomis.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS 5-1
“AMAX AUTOMOBILE”
“INDUX CORPORATION”
Indus merupakan perusahan yang beroperasi di pasar-pasar utama yang masing-masing independen
satu sama lain. Maksudnya, keputusan pembelian oleh konsumen dibuat secara independen.
Keunggulan kompetitif perusahan pada setiap pasar yang ada menjadi penggerak (dan pemimpin) dalam
inovasi produk. Perusahaan di hadapkan pada situasi konsumen/produsen sebagai berikut:
Kasus A: konsumen pada umumnya lebih sensitif terhadap kinerja dibandingkan terhadap harga. Selain
itu juga, terdapat juga sedikit sinergi produksi di antara berbagi lini produk yang ada.
Kasus B: konsumen pada umumnya lebih sensitif terhadap kinerja dibandingkan terhadap harga.
Meskipun demikian, terdapat sinergi produksi yang signifikan diantara berbagai lini produk yang ada.
Kasus C: konsumen sama-sama sensitif terhadap kinerja dan harga produk. Meskipun demikian hanya
sedikit sinergi yang ada di antara lini-lini produk tersebut.
Kasus D: konsumen sama-sama sensitif terhadap kinerja dan harga produk. Meskipun demikian,
terdapat sinergi produksi yang signifikan di antara berbagai lini produk yang ada.
Kasus A : Menurut pendapat kami, organisasi harus meningkatkan kinerja karyawan dengan cara
memotivasi karyawannya supaya menghasilkan produk yang berkualitas sesuai yang dinginkan
konsumen, sehingga dapat mengurangi tingkat pengerjaan ulang barang-barang yang cacat. Organisasi
dapat meningkatkan inovasi karyawan untuk menumbuhkan sinergi produksi di seluruh lini produk yang
ada dan menerapkan sistem manajemen yang lintas batas bukan yang berbasis fungsional, agar sinergi
produksi dapat terjalin dengan baik.
Kasus B : Menurut pendapat kami, organisasi harus meningkatkan kinerja karyawan dengan cara
memotivasi karyawannya supaya menghasilkan produk yang berkualitas sesuai yang dinginkan
konsumen, sehingga dapat mengurangi tingkat pengerjaan ulang barang-barang yang cacat. Dalam
kasus ini, ada sinergi produksi yang cukup besar di seluruh lini produk yang ada.
Kasus C : Menurut pendapat kami. organisasi harus meningkatkan kinerja karyawan dengan cara
memotivasi karyawannya. sehingga karyawan dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi inovasi
mereka
Kasus D : Menurut pendapat kami. ada sinergi produksi yang cukup besar di seluruh lini produk yang
ada. Ini berarti bahwa informasi yang berubah dalam organisasi baik. organisasi harus menekan biaya
produknya untuk mengurangi harga produk. Dalam hal ini. sehingga karyawan dapat meningkatkan
inovasi mereka . organisasi harus menekan biaya produknya sehingga organisasi dapat menurunkan
harga produk.