TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Botani Tanaman
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Tanaman temulawak termasuk dalam divisi Spermatophyta. Sub Divisinya
adalah Angiospermae dengan Kelas Monocotyledoneae. Tanaman ini termasuk
dalam bangsa Zingiberales dan suku Zingiberaceae. Marganya adalah Cucuma
dengan nama latin spesiesnya adalah Curcuma xanthorriza ROXB.
(Rosengarten, 1971).
2.1.2 Nama Daerah
Tanaman ini memiliki beberapa nama daerah seperti koneng gede
(Sunda), temo lobak (Madura), tommo (Bali), tommon (Sulawesi Selatan), dan
di Ternate dengan nama karbanga (Sidik et al, 1995).
2.1.3 Habitat
Temulawak tumbuh dengan baik di lahan yang teduh dan terlindung dari
sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah
naungan pohon bambu atau jati. Temulawak juga dapat mudah ditemukan di
tempat yang terik seperti tanah tegalan. Tanaman ini memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu udara yang
baik untuk budidaya tanaman ini antara 19 - 30°C. Tanaman ini memerlukan
curah hujan tahunan antara 1.000 - 4.000 mm/tahun. Perakaran temulawak
dapat beradaptasi dengan baik pada jenis tanah berkapur, berpasir, agak
berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun, untuk memproduksi
rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase
baik(Rukmana, 1995).
2.1.4 Morfologi
Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun.
Batangnya merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi dari daun
tanaman dengan tinggi mencapai 2 – 2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri
atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2 – 9 helai daun.
Daun tanaman berbentuk panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu
tulang daun bergaris hitam. Lebar helaian daun temulawak adalah ±18 cm
dengan panjang daunnya 50-55 cm, tiap helaian daun melekat pada tangkai
daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Perbungaan temulawak
bersifat lateral. Tangkai bunga ramping dan berbulu dengan panjang 4 – 37 cm.
Bunga berbentuk bulir, bulat memanjang yang panjangnya dapat mencapai 23
cm. Memiliki banyak daun pelindung pada bunga yang panjangnya melebihi
atau terkadang sebanding dengan panjang mahkota bunga. Mahkota bunga
berwarna putih sampai kuning dan bagian ujungnya berwarna merah dadu atau
merah.. Bunga temulawak memiliki benang sari dan putik sehingga setelah
terjadi fruitset maka akan terbentuk buah. Buah yang terbentuk merupakan
buah yang berbulu dengan panjang 2 cm. (Rukmana, 1995)
Menurut Sidik et al (1995),Temulawak memiliki rimpang induk yang
berbentuk membulat, kemudian dari rimpang induk ini keluar rimpang kedua
(rimpang cabang) yang berukuran lebih kecil, tumbuhnya ke arah samping
dengan berbentuk bermacam-macam. Rukmana (1995) menambahkan, tiap
tanaman memiliki rimpang cabang antara 3 – 4 buah. Warna kulit rimpang
temulawak adalah kuning kotor. Warna daging rimpang adalah kuning, dengan
cita rasanya pahit, berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang
terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16 cm.
2.1.5 Makroskopik
Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis
tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut,
warna coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning
buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan
melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks; korteks sempit,
tebal 3 mm sampai 4 mm. Berkas patahan berdebu, warna kuning jingga
sampai coklat jingga terang (Depkes RI, 1979).
Gambar 2.1 Makroskopik simplisia rimpang temulawak (Depkes RI,
2008)
2.1.6 Mikroskopik
Epidermis bergabus, terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut,
bersel 1. Hipedermis agak menggabus, di bawahnya terdapat periderm yang
kurang berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik, terdiri dari sel
parenkim berdinding tipis berisi butir pati; dalam parenkim tersebar banyak
sel minyak yang berisi minyak berwarna kuning dan zat berwarna jingga, juga
terdapat idioblas berisi hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir
pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat telur memanjang, panjang
butir 20 µm sampai 70 µm, lebar 5 µm sampai 30 µm, tebal 3 µm sampai 10
µm, lamella jelas, hilus di tepi. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar tidak
beraturan pada parenkim korteks dan pada silinder pusat; berkas pembuluh
di sebelah dalam endodermis tersusun dalam lingkaran dan letaknya lebih
berdekatan satu dengan yang lainnya; pembuluh didampingi oleh sel sekresi,
panjang sampai 200 µm, berisi zat berbutir berwarna coklat yang dengan besi
(III) klorida LP menjadi lebih tua (Depkes RI, 1979).
Fragmen pengenal adalah fragmen berkas pengangkut; parenkim
korteks; serabut sklerenkim; butir amilum dan jaringan gabus (Depkes RI,
2008).
Berkas Pembuluh Jaringan Gabus
Butir amilum
Gambar 2.2. Fragmen pengenal rimpang temulawak (Depkes RI, 2008)
● Kadmium (Cd) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau mg/L atau ppm
● Arsen (As) Tidak lebih dari 0,5 mg/kg atau mg/L atau ppm
(BPOM RI, 2014)
● Merkuri/Raksa
(Hg)
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E. & Tim Lentera, 2005, Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang
Penyembuh Aneka Penyakit, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Badan POM. 2004. Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia. Jakarta : BPOM RI
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama.
Jakarta: BPOM RI.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dewick, M. Paul. 2008. Medicinal Natural Product : A Biosyhntetic Approach 3rd Edition.
United Kingdom : john Wiley and Sons Publisher
Rosengarten, F. 1973. The Book Of Spice. New York: A. Pyramid Book