Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH EFEKTIFITAS PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARA PADA PASIEN HIPERTENSI LANSIA


DI PUSKESMAS ANTAPANI
KOTA BANDUNG
TAHUN 2017

LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi Strata 1 Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :

WAHYU SUDANA

4002130026

PROGRAM STUDI STRATA-I ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2016
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi sering disebut sebagai “silentkiller” (siluman

pembunuh), karena seringkali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa

merasakan sesuatu gangguan atau gejala(Triyanto, 2014). Tekanan darah

sistolik adalah puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi,

sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang mendesak

dinding arteri setiap waktu. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai

rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa

normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Tekanan darah merupakan

salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan

pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik

seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan

aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan

tubuh (Muttaqin, 2009).

Hipertensi merupakan penyakit berbahaya yang menjadi salah satu

penyebab utama kematian diseluruh dunia dan penyebab kematian nomor

tiga setelah stroke dan tuberkulosis di Indonesia, sehingga sering disebut

sebagai “the silent killer” atau pembunuh diam-diam (Junaidi, 2010). Hal

ini disebabkan karena seseorang dapat mengidap hipertensi selama

bertahun-tahun tanpa menyadarinya secara lansung namun penderita akan

menyadari setelah terjadi kerusakan organ vital yang cukup berat yang
bahkan dapat menyebabkan kematian. Sekitar 70% penderita hipertensi

tidak memiliki gejala awal yang khas sebagai peringatan dini, sebagian lagi

ada yang mengeluh pusing, kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar

(Adib, 2009). Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan

akan menjadi masalah yang lebih besar dan mengakibatkan komplikasi jika

tidak ditanggulangi sejak dini (Junaidi, 2010).

Meningkatnya prevalensi hipertensi setiap tahun menjadi masalah

utama di negara berkembang dan negara maju. Berbagai perubahan

fisiologis akibat proses penuaan akan dialami oleh lansia yang diantaranya

memicu terjadinya hipertensi. Kadar kolesterol total akan meningkat secara

bertahap seiring dengan bertambahnya usia (Arief, 2009).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh. Hipertensi

merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, gagal ginjal. Sekitar 20%

populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka

menderita hipertensi primer.

Penyakit hipertensi jika tidak segera disembuhkan maka dalam jangka

panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-

organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti: jantung, otak dan

ginjal (Hayens, 2003)


Merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung,

gagal ginjal, demensia dan kematian prematur. Apabila tidak ditanggapi

secara serius, umur penderitanya bisa diperpendek 10-20 tahun (Sheps,

2005).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologi

yaitu dengan obat-obat anti hipertensi atau dengan cara non farmakologi

yaitu terapi komplementer (pijat refleksi) (Sustrani, 2007). Penatalaksanaan

non farmakologi salah satunya dengan pijat refleksi pijat kaki, dengan

memijat daerah refleksi memberikan rangsangan yang di terima oleh saraf

sensorik, dan langgsung disampaikan oleh saraf mutorik kepada organ yang

dikehendaki. Apabila pijat refleksi di satu titik, maka tubuh akan

melepaskan beberapa zat seperti : serotonin, histamine, bradikinin, slow

reacting substance (SRS) serta zat lain yang belum diketahui. Zat–zat ini

menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan anterior serta flare reaction

mengakibatkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.

Akibatnya timbul efek relaksasi ( pelemasan ) otot-otot yang kaku serta

akibat vasolidatasi umum akan menurnkan tekanan darah secara stabil.

(kusyati,2012).

Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu gaya hidup

dengan pola makan yang salah, jenis kelamin, latihan fisik, makanan,

stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh) serta stres. Dalam

pengelolaan stres, yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola stres

tersebut (Marliani, 2007). Banyak hal yang dapat dilakukan untuk


mengelola stres salah satunya dengan melakukan upaya peningkatan

kekebalan stres dengan mengatur pola hidup sehari-hari seperti makanan,

pergaulan dan relaksasi. Berbagai macam tekhnik relaksasi sudah banyak

dikembangkan salah satunya adalah memberikan terapi pijat refleksi kaki.

Terapi pijat refleksi kaki dapat meningkatkan aliran darah. Kompresi pada

otot merangsang aliran darah vena dalam jaringan subkutan dan

mengakibatkan retensi darah menurun dalam pembuluh perifer dan

peningkatan drainase getah bening. Selain itu juga dapat menyebabkan

pelebaran arteri yang meningkatkan suplai darah ke daerah yang sedang

dipijat, juga dapat meningkatkan pasokan darah dan meningkatkan

efektivitas kontraksi otot serta membuang sisa metabolisme dari otot-otot

sehingga membantu mengurangi ketegangan pada otot, merangsang

relaksasi dan kenyamanan.

Pijat sebagi tindakan yang memberikan relaksasi di karenakan sitem

saraf simpatis pengalami penurunan aktivitas sehingga mengakibatkan

penurunn tekanan darah serta pijt merupakan suatu bentuk latihan pasif

yang mampu meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh ( Safitri, 2009).

Rangsangan yang di timbulkan terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan

pembuluh darah melebar secara refleks sehingga melancarkan aliran darah

(hadibroto, 2006). Dengan rangsangan yang di berikan mampu

memperlancar aliran darah dan cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi penyaluran

nutrisi dan oksigen ke sel – sel tubuh menjadi lancar tnpa ada hambatan.

Serkulasi darh yang lancar akan memberikan efek relaksasi dan kesegaran
pada seluruh anggota tubuh sehingga tubuh mengalami kondisi seimbang (

Wijayakusuma, 2006).

Jumlah hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India

mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan di China mencapai 98,5 juta

orang pada tahun 2002 (Ramitha, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Eko

dan Astuti (2008), jumlah penderita di Indonesia sebesar 15 juta dan yang

terkontrol hanya 4%. Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan

perubahan gaya hidup modern sehingga hipertensi menjadi masalah

kesehatan yang serius. Faktor yang mempertinggi hipertensi antara lain

daya tahan tubuh terhadap penyakit, umur, adat kebiasaan, pekerjaan, gaya

hidup dan pola makan (Muhammadun, 2010).

Secara demografi pada tahun 2000 jumlah usia lanjut meningkat menjadi

9,99% dari seluruh penduduk indosenia (22.277.700 jiwa) dengan usia

harapan hidup 65-70 tahum dan dinperkirakan meningkat pada tahun 2020

menjadi 11,09% (29.120.000 jiwa) dan usia harapan hidup 70-75 tahun

(bandiyah.2009) tingginya resiko lansia terkena penyait hipertensi

disebabkan oleh perubahaan perubahan yang terjadi selama penambahan

usia atau yang di sebut proses penuaan. Kondisi ini meyakinkan teori yang

mengatakaan semangkin tua kemampuan tubuhpun semangkin berkurang

sehingga di perlukan penanganan lanjutan terhadap penyakit hipertensi pada

lansia (Ahmad,2011). Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan pda

struktur dan fungsi tubuh. Salah satu proses penuaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko hipertensi ialah penuaan pada sistem kardiovaskular

(Stanley 2007)

Saat ini diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari

629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun

2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Indonesia adalah satu Negara

dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat,

seperti halnya jumlah penduduk secara keseluruhan jumlah lansia di

Indonesia juga berada di urutan keempat di dunia yaitu berjumlah 20,24 juta

jiwa (Susenas, 2014). Pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia

mencapai 28,8juta atau 11,34 % dengan umur harapan hidupsekitar 71,1

tahun.(Kementrian sosial, 2015). Sebanyak 2.558.142 jiwa lansia

teridentifikasibertempat tinggal di provinsi Jawa tengah (Susenas,2014)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut adakah ‘’pengaruh efektifitas pijat refleksi kaki

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi lansia di

puskesmas antapani kota bandung 2017’’

C. Tujun penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi lansia di pukesmas antapani

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi lansia di

Puskesmas Antapani Kota Bandung Tahun 2017

b. Untuk mengetahui pengaruh pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi lansia di Puskesmas Antapani Kota Bandung

Tahun 2017

D. Manfaat penelitian

1. Bagi puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

’pengaruh efektifitas pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi, sehingga dapat dijadikan salah satu SOP

bagi puskesmas untuk menurunkan tekanan darah.

2. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pengaruh efektifitas pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi, sehingga menjadi dasar bagi praktisi

keperawatan untuk membantu menerapkan strategi untuk mengatasi

tinggi tekanan darah pada pasien.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharpkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk

penelitian keperawatan selanjutnya yang sejenis tentang pijat refleksi

kaki untuk menurunkan tekanan darah tinggi.


E. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2017 – Agustus 2017.

2. Ruang lingkup tempat

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Antapani Kota bandung

3. Ruang Lingkup materi

Ruang lingkup materi penelitian ini adalah keperawatan komunitas.

Dalam penelitian ini saya mengambil judul ‘’pengaruh Efektifitas

Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Lansia di Puskesmas Antapani Tahun 2017’’


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh (Sustrani, 2006).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara tetap –

khususnya,tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air raksa – yang tidak

bisa dihubungkan engan penyebab organik apapun. Hampir 85% kasus

hipertensi sesuai dengan pengertian ini,sedangkan 15% sisanya mencakup

berbagai bentuk hipertensi sekunder, yang bisa disebabkan oleh beberapa

kondisi berikut ini :

Arterioskolosis atau pengerasan arteri. Penyakit ini menurunkan

kelenturan arteri yang terpengaruhi. Simpann lemak menghalangi aliran

darah yang melalui rteri tersebut. Kedua faktor ini cenderung meningkatkan

tekanan darah. Arteriosklerosis seringkali menyebabkan peningkatan

tekanan darah pada orang lanjut usia.( Carlson Wade, 2016)

2. Klasifikasi hipertensi

a. Hipertensi primer (essensial)

Hipertensi primer (essensial) adalah suatu peningkatan persisten

tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol


homeostatik normal, hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan

mencakup + 90% dari kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin

berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun

belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer

tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini

setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting

pada patogenesis hipertensi primer, ditemukan gambaran bentuk disregulasi

tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan

timbulnya hipertensi essensial (Muchid, 2006).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan

dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui

dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. Hipertensi sekunder

ini biasanya disebabkan oleh obatobat tertentu misalnya kartikosteroid, pil

KB dengan kadar estrogen tinggi, fenilpropanolamine dan analog,

cyclosporin dan tacrolimus, eritropoetin, sibutramin, antidepresan

(terutama venlafaxine) (Muchid, 2006).

3. Upaya pengendalian hipertensi

Muhammadun (2010), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

upaya pengendalian hipertensi :

a. Pengendalian hipertensi dengan olah raga teratur

b. Pengendalian hipertensi dengan istirahat yang cukup

c. Pengendalian hipertensi dengan cara medis


d. Pengendalian hipertensi dengan cara tradisional

e. Pengendalian hipertensi dengan cara mengatur pola makan

f. Pengendalian hipertensi dengan cara mengurangi konsumsi

garam satu sendok teh perhari

4. Faktor resiko

Menurut Setiawan dkk , 2008 seseorang yang mengalami

Menurut Muhammadun (2010), banyak ahli kedokteran membuat

klasifikasikan hipertensi dengan alasan masing-masing. Klasifikasi

tekanan darah manusia agar memudahkan diagnosis dan terapi atau

penatalaksanaan hipertensi. Klasifikasi tersebut disajikan pada tabel 1

berikut ini.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik Diastolik
(Mm.Hg) (Mm.Hg)

Normal Di bawah 130 Di bawah 85


Normal tinggi 130-139 85-89
Stadium 1 140-159 90-99
(Hipertensi ringan)
Stadium 2 160-179 100-109
(Hipertensi sedang)
Stadium 3 180-209 110-119
(Hipertensi berat)
Stadium 4 210 atau lebih 120 atau lebih
(Hipertensi maligna)
B. Pijat Refleksi Kaki

1. Pengertian

Pijat refleksi kaki adalah suatu teknik pemijatan di kedua kaki pada

berbagai titik refleksi di kaki, membelai lembut secara teratur untuk

meningkatkan relaksasi (Puthusseril, 2006). Pijat kaki dapat meningkatkan

sirkulasi darah, memberikan efek relaksasi pada jaringan otot dan saraf dan

mempercepat pembuangan sisa metabolism tubuh. Dalam Penelitian ini,

titik refleksi di kaki digunakan untuk menentukan daerah pijatan, dimana

kaki merupakan representative persarafan di seluruh tubuh, sehingga

dengan teknik pijat refleksi kaki ini dapat merangsang fungsi saraf di

seluruh tubuh berfungsi dengan baik.

2. Teknik pijat kaki

Pijat refleksi kaki memberikan dampak secara fisik dan psikologis.

Melalui terapi ini pasien menerima perhatian dan sentuhan, yang merupakan

elemen penting dari perawatan yang mendukung kenyamanan dan

kesejahteraan (Puthusseril, 2006). Pijat kaki adalah bentuk khusus dari

memijat yang menggunakan empat teknik dasar (Hollis, 1998; Salvo, 2003).

Teknik-teknik ini memiliki mekanisme dalam meningkatkan sirkulasi darah

ke seluruh organ tubuh, termasuk otak. Therapy ini sangat cocok

diaplikasikan pada pasien dengan penyakit kardio vaskulerseperti


hipertensi. Dengan memberikan pemijatan pada kaki, dimungkinkan

sikulasi darah ke otak menjadi lancar, otak mendapatkan suplai makanan

dan oksigen yang cukup sehingga otak berfungsi dengan baik. Pengaruh

yang dapat dilihat adalah terjadinya penurunan tekanan darah.

C. Konsep lansia

1. Definisi

Lanjut usia adalah bagian dari ksep tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba – tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari banyi, anak – anak,

dewasa dan akhirya menjadi tua. Hal ini dpat dikatakan normal dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat di ramalkan yan terjadi pada

semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu. (Azizah,2010.)

Lansia dikatakan tahp akhir perkembangan pada alur kehidupan

manusia. Menurut UU No.13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

disebut bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun ( Dewi,2014)

Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pandang individu.

Orang tua yang berusuia 35 tahun dapat dianggap tua oleh anak – anaknya,

orang sehat yang aktif berusia berusia 65 tahun mungkin menganggap usia

75 tahun sebagai pemula lanjut usia. Lanjut usia bukan suatu penyakit,

namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan

dijalani oleh semua individu, di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untuk beradaptasi dengan stres lingkungan ( Azizah, 2011).


2. Batas lanjut usia

WHO menggolongkat lanjut usia berdassarkan kronologis atau

biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age )

antara usia 45-59 tahun, lanjut usia ( elderly ) berusia antara 60 dan 74

tahun, lanjut usia tua ( old ) usia 75-90 tahun, dan dan usia sangat tua (

very old ) di atas 90 tahun ( Azizah, 2011).

Menurut undang – undng No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat di

nyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 35 tahun, tidak mempunyai atau tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari – hari

dan menerima nafkah dari orang lain ( Azizah, 2011).

3. Tahap perkembangan lansia

seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan

khusus : lansia harus menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik

dan kesehatan, lansia harus menyesuaikan terhadap masa pensiun dan

penurunan pendapatan, lansia harus menyesuaikan terhadap kematian

pasangan, lansia harus menyesuaikan atau menerima diri sendiri

sebagai individu lansia, lansia harus mempertahankan kepuasan

pengaturan hidup, lansia harus mendefinisikan ulang hubungan dengan

anak yang dewasa dan lansia harus menentukan cara untuk

mempertahankan kualitas hidup ( Azizah, 2011)


dengan mengetahui tugas perkembangan lansia, lansia mampu untuk

menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya

kesehatan secara bertahap, mencari kegiatan untuk mengganti tugas

terdahulu, mengganti kegiatan sosial, lansia perlu mempersiapkan dan

menyesuaikan diri dengan pristiwa kehilangan pasangan, membangun

ikatn dengan anggota dari kelompok lain untuk menghindari kesepian

dan menerim kematian dengan tentram ( Azizah, 2011)

4. Perubahan perubahan pada lansia

Proses penuaan merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat

di hindari dalam fase kehidupan. Peningkatan jumlah penduduk lansia

ini akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak

utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan ketergantungan lansia.

Kergantungan ini disebabkan oleh keemunduran fisik, psikis, dan sosial

lansia. Untuk itu diharapkan lansia bisa memiliki kualitas hidup yang

baik dan bisa hidup mandiri sehingga bisa mengurangi angkka

keterantungan (Yulianti dkk, 2014). Menua bukanlah suatu penyakit

tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsang dari dalam maupun dari luar tubuh (Setiadi,

2008).

5. Masalah kesehatan lansia

Lansia merupakan kelompok rawan karena kepekaan dan

kerentaannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan sebagai akibat

menurunnya fungsi fisik, kognitif, sumber – sumber fenensial yang


tidak memadai dan dukungan sosial. Hal ini mengakibatkan sering

munculnya masalah kesehatan salah satunya yaitu gangguan sisstem

metabolisme seperti diabetes melitus ( Maryam, 2010)

6. Klasifikasi lansia

Menurut Depkes RI dalam Dewi (2014) mengklasifikasikan lansia

dalam kategori berikut :

a. Pralansia ( prasenilis )

Merupakan seseorang yang telah berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia

Merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia reiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebi dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan suatu pekerjaan dan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

e. Lansia tidak potensial

Lnsia yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sehingga hidupnys

bergantung pada orang lain

Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO terdiri dari elderly : 60-74

tahun, old : 75-89 tahun dan very old :> 90 tahun

7. Gangguan kesehatan pada lansia


Angguan kesehatan utama pada lansia meliputi artritis, hipertensi,

gangguan pendengaran, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan

visus serta gangguan pda tulang (Noorkasiani, 2009).

Sedangkan menurut (Yogasmara, 2010) penyakit utama yang sering

diderita oleh lansia seperti :

a. Osteoporosis

Merupakan suatu kondisi dimana massa tulang berkurang,

dan menjadi tidak padat sehingga tulang menjadi lebih mudah

keropos dan rapuh.

b. Hipertensi

Pada umumnya penyakit tekanan darah tinggi lebih sering terjadi

pada perempuan menopouse ataupun padda laki – laki yang telah

lanjut usia.

c. Diabetes millitus

Merupakn suatu keadaan dimana kadar gula darah dalam tubuh

tinggi karena tubuh tidak mampu menyerap dan memanfaatkan

glukosa makanan.

d. Stroke dari jumlah penelitian di laporkan bahwa penykit stroke

merupakan satu dari tiga penyakit utama yang mematikan, stroke

merupakan suatu penyakit dimana jaringan otak mengalami

kematian yang disebabkan oleh kekurangan nya aliran darah oksigen

ke otak.

Anda mungkin juga menyukai