Anda di halaman 1dari 6

SOMATOFORM

1. SOMATISASI
 Definisi : gangguan dengan karakteristik berbagai keluhan atau banyak gejala somatic
yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan menggunakan hasil pemeriksaan fisik
maupun laboratorium. Gejalanya meliputi berbagai sistem organ : gastrointestinal,
seksual, dan campur dengan rasa nyeri, bersifat kronis, pasien cenderung mencari
pertolongan medis yang berlebihan
 Etiologi :
- faktor psikososial :
untuk menghindari kewajiban karena melakukan pekerjaan yang tidak disukai, untuk
mengekspresikan emosi, karena sbg contoh kemarahan pada pasangan, untuk
mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan : contoh nyeri pd usus, lingkungan
tidak stabil : sering disiksa di keluarga,
- faktor biologis :
penurunan metabolisme di lobus frontalis dan pada hemisfer nondominan, faktor
genetik, 10-20 % saudara wanita derajat pertama lebih rentan terkena gangguan
somatisasi, faktor genetik, untuk saudara laki-laki derajat pertama lebih rentan terhadap
penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial, peningkatan sitokin,
membantu menyebabkan suatu gejala nonspesifik dari penyakit, khususnya infeksi,
seperti hipersomnia, anoreksia, kelelahan
 Manifestasi klinis : banyak keluhan somatik dan riwayat medis yang lama, sering
berpindah-pindah dokter untuk periksa. Gejalanya adalah mual, muntah, kesulitan
menelan, nyeri di lengan dan tungkai, nafas pendek yg tidak dihubungkan dgn aktivitas,
amnesia dan komplikasi kehamilan dan menstruasi, gejala pseudoneurolotik : gangguan
koordinasi, paralisis, kelemahan vokal, ada gumpalan ditenggorokan, hilangnya sensasi
rasa, penglihatan kabur, buta, tuli, bangkitan kesadaran tp bukan karena pingsan,
terdapat ancaman bunuh diri, tp jarang melakukan bunuh diri, seringnya lari ke
penyalahgunaan zat
 Diagnosis : berdasarkan DSM IV :
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan menyebabkan terapi yang dicari atau gangguan
bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan :
1. Empat gejala nyeri, riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya : kepala, perut, punggung, sendi,
anggota gerak, dada, rectum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal, riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain dari nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain selama kehamilan,
diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual, riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif
selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil, atau ejakulasi,
menstruasi yang tidak teratur, perdarahan menstruasi yang berlebihan, muntah
sepanjang kehamilan.
4. Satu gejala pseudoneurologis, riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, atau
kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi
urin, halusianasi, hilangnya sensasi sentuh atau nyeri, pandangan ganda,
kebutaan, ketuliaan, kejang, gejla disosiatif seperti amnesia, atau hilangnya
kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1) atau (2) :
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek
langsung dari suatu zat
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat.
 Tatalaksana : psikoterapi, CBT, sebaiknya pengobatan dilakukan oleh satu dokter saja
dianjurkan untuk tidak berganti-ganti dokter, bisa diberikan obat anticemas dan obat
antidepresan

2. Gangguan Konversi :
 Definisi : gangguan yang ditandai satu atau lebih gejala neurologis (sebagai contoh
:paralisis, kebutaan, dan aprestesi) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis
atau medis yang diketahui.
 Etiologi :
- Faktor psikoanalitik, represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan
ke dalam suatu gejala fisik. Gejala memungkinkan ekspresi sebagian keinginan atau
dorongan yang dilarang tetapi tersembunyi, sehingga pasien tidak perlu secara sadar
berhadapan dengan impuls mereka yang tidak dapat diterima.
- Faktor biologis, hipometabolisme dihemisfer dominan dan hipermetabolisme
dihemirfer non dominan.
 Manifestasi Klinis : yang paling sering adalah paralisis, kebutaan dan mutisme. Paling
sering juga berhubungan dengan gangguan kepribadian yaitu pasif-agresif, dependent,
antisosial, dan histrionic. Dapat juga disertai gangguan depresif dan kecemasan.
- Gejala sensorik : anesthesia dan paresthesia khususnya pada anggota gerak, dan juga
hemianestesia. Bisa juga melibatkan organ indera yaitu ketulian, kebutaan,
penglihatan terowongan (tubbel vision)
- Gejala motoric : kelainan pergerakan, gaya berjalan, kelemahan dan paralisis, tremor
ritmikal yang jelas, tik, sentakan2, gaya berjalan atasia-ahasia : sangat ataksik dan
sempoyongan yang disertai oleh gerakan tubuh yang menyentak, ireguler, kasar, dan
gerakan lengan yang menggelempar dan bergelombang, paralisis dan paresis yang
mengenai satu, dua, atau empat anggota gerak
- Gejala kejang : kejang semu, 1/3 mengalami gangguan eilepsi
 Diagnostik :
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motoric volunteer atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stressor
lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata Selama perjalanan gangguan soamtisasi dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
 Tatalaksana, terapi suportif berorientasi tilikan atau terapi perilaku, hypnosis, ansiolitik,
latihan relaksasi perilaku, menggali konflik intrapsikis dan simbolisme dari gejala
gangguan konversi

3. Hipokondriasis :
 Definisi :
Kata “hipokondriasis” berasal dari istilah medis lama ”hypochondrium”, yang berarti di
bawah tulang rusuk, dan mereflesikan gangguan pada bagian perut yang sering
dikeluhkan pasien hipokondriasis. Hipokondriasis adalah hasil interpretasi pasien yang
tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau sensasi. Sehingga mengarah pada
preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan yang parah, bahkan
meskipun tidak ada penyebab medis yang ditemukan. Pasien yakin bahwa mereka
mengalami penyakit yang serius dan belum dapat dideteksi, dan tidak dapat dibantah
dengan menunjukkan kebalikannya
 Etiologi : pasien memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya
terhadap gangguan fisik, pasien mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah
menginterpretasikannya, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif
yang keliru. Pasien juga biasanya dipandang sebagai keinginanan untuk mendapatkan
sakit agar dapat menghindari suatu pekerjaan yang tidak disukai
 Manifestasi : pasien merasa menderita penyakit yang parah yang belum dapat dideteksi.
Mereka memiliki kenyakinan tertentu akan penyakitnya, walaupun sudah dicek dengan
hasil laboratorium yang menunjukkan hasil negative. Seringkali disertai gejala gangguan
depresi dan kecemasan.
 Diagnostik :
A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala
tubuh
B. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penenteraman
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham ( seperti pada gangguan
delusional tipe somatic), dan tidak terbatas tentang penampilan (seperti pada
gangguan dismorfik tubuh)
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panic, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
 Tatalaksana, psikoterapi, jadwal pemeriksaan fisik yg sering dan teratur guna
menenangkan pasien.

4. Gangguan dismorfik tubuh :


 Definisi :
preokupasi dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya hidung yang dirasakannya
kurang mancung), atau keluhan yang berlebihan tentang kekurangan tubuh yang minimal
atau kecil, takut tidak menarik, dan menjijikan.
Perempuan lebih cenderung untuk memfokuskan pada bagian kulit, dada, paha, dan kaki.
Sedangkan pria lebih terfokus pada tinggi badan, ukuran alat vital, atau rambut tubuh
 Etiologi,
riwayat keluarga dengan gangguan mood dan gangguan obsesif-kompulsif, pengaruh
kultural dan sosial, karena penekanan tentang konsep kecantikan, adanya
ketidakseimbangan serotonin, juga dianggap sebagai mencerminkan pengalihan konflik
seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang tidak berhubungan. Asosiasi tersebut
terjadi melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan
proyeksi.
 Manifestasi : ide yang menyangkut diri sendiri atau waham yang jelas menyangkut diri
sendiri, bercermin secara berlebihan maupun menghindari permukaan yang
memantulkan, dan berusaha untuk menyembunyikan adanya kecacatan yang
diperkirakan, sering menghindari pertemuan sosial dan pekerjaan, 1/3 pasien mungkin
terus-menerus tinggal dirumah karena ketakutan akan ditertawakn karena kecacatan
yang mereka perkirakan, 1/5 berusaha untuk bunuh diri.
 Diagnostik :
A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit
anomaly tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain.
 Tatalaksana : prosedur bedah, dermatologis, dental, dan prosedur medis lainnya.
Diberikan obat trisiklik, inhibitor monoamine oksidase, dan pimozide. Clomipramine dan
fluoxetine.

5. Gangguan nyeri
 Definisi :
Gangguan dengan gejala sakit atau nyeri pada satu tempat atau lebih, yang tidak dapat
dijelaskan dengan pemeriksaan medis (non psikiatri) maupun neurologis. Simtom ini
menimbulkan strees emosional ataupun gangguan fungsional, dan gangguan ini dianggap
memiliki hubungan sebab akibat dengan factor psikologis. Keluhan yang dirasakan pasien
berfluktuasi intensitasnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi, kognitif, atensi,
dan situasi
 Etiologi :
-faktor psikodinamiaka, mungkin merupakan ekspresi simbolik dan konflik intrapsikis
melalui tubuh. Beberapa pasien tidak dapat mengerkspresikan perasaan internalnya
sehigga tubuh mengekspresikan dalam bentuk nyeri. Untuk mencari perhatian, cinta,
bebas dari hukuman karena kesalahan, dan cara untuk menebus kesalahan
-faktor perilaku : gejala nyeri sedang mungkin berubah menjadi berat jika diikuti oleh
perlakuan cemas dan penuh perhatian dari orang lain, oleh tujuan tertentu contohnya
untuk menghindari pekerjaan yang tidak disenangi
-faktor interpersonal, nyeri dipandang sebagai cara untuk memanipulasi dan
mendapatkan keuntungan dalam hubungan interpersonal.
-faktor biologis, korteks serebral dapat menghambat pemicuan serabut nyeri aferen.
Serotonin merupakan neurotransmitter utama di dalam jalur inhibitor desenden, dan
endorphin juga berperan dalam memodulasi nyeri oleh sistem saraf pusat.
 Manifestasi, nyeri yang dialami mungkin pasca traumatic, neuropatik, neurologis,
iatrogenic, atau musculoskeletal, tetapi tidak memenuhi diagnosis gangguan nyeri,
gangguan harus memiliki suatu faktor psikologis yang dianggap terlibat secara bermakna
dalam gejala nyeri dan permasalahannya. Pasien cenderung memiliki riwayat perawatan
medis dan bedah yang panjang, sering mengunjungi banyak dokter.
 Diagnosis :
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan
cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, keparahan,
eksaserbasi, atau bertahannya nyeri
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia
 Tatalaksana :
- Farmakoterapi : antidepresan (amitriptyline, imipramine, doxepin) menurunkan nyeri
melalui kerja antidepresannya atau memiliki efek analgesic langsung yang
independen.
- Terapi perilaku : hypnosis, stimulasi saraf transkutan, dan stimulasi kolumna dorsalis
- Psikoterapi : mengembangkan suatu ikatan terapetik yang kuat dengan berempati
terhadap penderitaan pasien
- Program mengendalikan nyeri

Anda mungkin juga menyukai