Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lantar Belakang Survei RPJMN secara Nasional

Survei Indikator Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN-2017) adalah survei berskala nasional, yang akan
mengumpulkan berbagai keterangan tentang program kesehatan
reproduksi remaja, keluarga berencana dan keterpaparan terhadap
media tentang informasi kependudukan, KB, dan KRR; serta
pemberdayaan dan ketahanan keluarga, sebagaimana yang tercantum
dalam Indikator Program Pembangunan Rencana Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Data tersebut sangat berguna
dan diperlukan oleh para pengambil kebijakan, perencana dan
pengelola program dalam perencanaan dan pelaksanaan program
Kependudukan dan KB. Lebih penting lagi hasil survei dapat
digunakan sebagai penilaian atas keberhasilan serta kualitas
intervensi yang dilakukan oleh BKKBN dan unit-unit pengelola
program KB. Sehubungan dengan hal tersebut, atas permintaan
pemerintah dalam hal ini Bappenas, BKKBN diminta untuk melakukan
survei bersifat nasional yang representatif tingkat provinsi
untuk melihat output program yang diukur dengan indikator-
indikator yang telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2015-2019.

2.1 Tujuan Umum Survei

Mengetahui potret indikator program Pembangunan Kependudukan,


KB, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dilihat dari sasaran kinerja
sesuai yang tercantum dalam Rencana Program Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Renstra 2015-2019.

3.1 Tujuan Khusus Survei

Untuk mendapatkan informasi indikator kinerja Program KKBPK


yang tertuang pada RPJMN dan Renstra 2015-2019 pada aspek :
− Kesehatan Reproduksi Remaja

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 1


− Keluarga Berencana
− Keterpaparan Media
− Kependudukan
− Ketahanan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga
− Fasilitas Kesehatan (sarana, prasarana, logistik alkon dan akses
ke tempat pelayanan KB.

1.1 ARTI PENTING DATA SURVEI RPJMN 2017

1. Survei akan menghasilkan indikator kinerja program KKBPK


seperti tertuang pada RPJMN dan Renstra 2015-2019
2. Survei menghasilkan data yang dapat digunakan untuk memantau
perkembangan program
3. Hasil survei dapat digunakan untuk menilai kualitas hasil
intervensi
4. Hasil survei digunakan sebagai acuan bagi pengambil kebijakan
untuk perencanaan program kedepan
5. Hasil survei untuk keperluan advokasi ke pimpinan daerah.
6. Survei merupakan evolusi metode pengumpulan data dari berbasis
kertas ke penggunaan teknologi smart-phone
7. Survei dapat me link (menghubungkan) antara data rumah
tangga, data keluarga, wanita dan remaja dengan data sumber
pelayanan kesehatan
8. Survei terhadap rumah tangga , akan mengetahui aset kekayaan
dari responden yang akan di survei.
9. Survei terhadap responden wanita usia subur – mengukur
fertilitas, dan permintaan dan penggunaan kontrasepsi
10. Survei terhadap responden keluarga akan mengukur partisipasi
keluarga terhadap tumbang balita anak, pemahaman dan kesadaran
terhadap 8 fungsi keluarga, akses terhadap media, dan pengetahuan
issu kependudukan
11. Survei terhadap responden remaja akan mengukur pengetahuan
tentang KRR dan akses media, pengetahuan issu kependudukan, dan
perilaku pacaran serta seksual
12. Survei terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Service Delivery
Point/SDP) – mengukur ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 2


termasuk kontrasepsi dan akses terhadap tempat pelayanan
kontrasepsi
13. Memberikan informasi pelayanan kesehatan bagi wanita dan keluarga
14. Menyediakan informasi KB, pelayanan KB, dan alat obat kontrasepsi
secara lengkap
15. Menjelaskan tentang kualitas dan akses terhadap informasi KB,
pelayanan KB, dan alat obat kontrasepsi
16. Menjelaskan tentang praktek higenitas, kondisi rumah tangga, dan
fasilitas-fasilitas kesehatan
17. Menjelaskan tentang akses dan penggunaan air oleh penduduk serta
fasilitas-fasilitas sanitasi
18. Dapat membandingkan antara jenis-jenis pelayanan dan wilayah-
wilayah antar provinsi
19. Memperkuat kapasitas SDM dalam melakukan monitoring dan evaluasi
secara teratur terhadap program-program Kependudukan, KB, PK dan
Kesehatan

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 3


BAB II
GAMBARAN KLASTER
(Kegiatan Survey)

2.1 Murung raya

Kabupaten Murung Raya adalah salah satu kabupaten di provinsi


Kalimantan Tengah. Ibukota kabupaten ini Puruk Cahu. Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Barito Utara pada tahun 2002
dengan luas wilayah 38.617 km² dan berpenduduk sebanyak 97.029 jiwa
(hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Semboyan kabupaten ini
adalah "Tira Tangka Balang" ( Maju Terus Pantang Mundur) .
Kabupaten ini terdiri atas 10 kecamatan, 124 desa dan 9 kelurahan:
1. Murung
2. Tanah Siang
3. Laung Tuhup
4. Permata Intan
5. Sumber Barito
6. Sungai Babuat
7. Tanah Siang Selatan
8. Barito Tuhup Raya
9. Seribu Riam
10. Uut Murung

Sejarah Murung Raya


District Barito Hulu oleh Pemerintah Kolonial Belanda atau
sekarang yang kita kenal dengan nama " Kompi Senapan C 631/Antang"
di Puruk Cahu yaitu dibangun ± pada tahun 1939 atau 1940 dan
dipergunakan oleh serdadu Belanda sebagai basis pertahanan untuk

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 4


menangkal setiap serangan musuh. Distric Barito Hulu oleh Kolonial
Hindia belanda dibagi menjadi 4 (empat) wilayah administratif yang
disebut "Onder District" yaitu sebagai berikut :
1. Onderdistrict Murung dengan ibukota Puruk Cahu ;
2. Onderdistrict Laung dan Tuhup dengan Ibukota Muara Laung ;
3. Onderdistrict Siangland dengan ibukota Saripoi ;
4. Onderdistrict Barito Brongeheid dengan Ibukota Muara Joloi I

Sementara itu, pada masa pendudukan Jepang keadaan wilayah


administratif untuk District Barito Hulu tidak terlalu banyak
mengalami perubahan, termasuk dalam penyelenggaraan tugas dibidang
pemerintahan, kecuali peristilahan dan nama jabatan atau sejenisnya
yang mengunakan bahasa Jepang, antara lain untuk nama jabatan Wedana
disebut " Guncho" dan untuk jabatan Asisten Wedana disebut " Fuku
Guncho" hal ini karena pemerintahan Jepang hanya berkuasa selama
3,5 tahun. Masa sebelum Perang Dunia II District Barito Hulu
dipimpin oleh Controluer seorang pejabat dari kalangan militer yang
merangkap sebagai komandan kompi yang berkembangsaan Belanda. Pada
masa pemerintahan NICA jabatan tersebut dipegang oleh seorang sipil
berkebangsaan Belanda dengan sebutan "Het Hoof van Plaartslijk
Besteur", setelah jabatan tersebut diganti dalam arti diserahkan
dari Pemerintah Kolonial Belanda kepada Bangsa Indonesia, maka
jabatan tersebut dirubah kedalam Bahasa Indonesia yaitu "Kepala
Pemerintahan Negeri" atau dengan sebutan lain adalah "Kiai Kepala".
Terungkap dalam catatan sejarah setelah Indonesia merdeka, telah
terjadi beberapa kali pergantian dan penggunaan istilah dalam sistem
pemerintahan dan khususnya mengenai pemerintahan daerah antara lain
:
• Kewedanaan. Pada Distict Barito Hulu di Puruk Cahu
diganti dengan istilah Kewedanaan Barito Hulu. Perubahan status
Distict Barito Hulu menjadi kewedanaan Barito Hulu telah
dituangkan dalam surat keputusan gubernur kepala daerah tingkat
I Kalimantan Tengah nomor : 10/Pem.594 tanggal 22 Nopember 1963
dan disamping itu Wedana Barito Hulu diserahi tugas menjadi
Deputy Kepala Daerah Tingkat II Barito Utara dan berkedudukan di
Puruk Cahu yang dipimpin secara berurutan oleh para wedana,

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 5


diantaranya: Mustafa Idehan; Donis Samad ;W. Coenraad ;
Sjahrani Wahab ;Tundjung Silam.
• Kabupaten Administratif Murung Raya. Selanjutnya
perubahan status kewedanaan Barito Hulu menjadi kabupaten
administratif dan selanjutnya mengalami beberapa kali perubahan,
namun perubahan tersebut tidak berarti meningkatkan status
daerah ini, tetapi hanya bersifat pergantian nama saja,
diantaranya berdasarkan, Surat Keputusan Gubernur kepala Daerah
Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor : 6/Pem.290-C-2-4 tanggal 24
April 1965 tentang perubahan Status Kantor Persiapan Pembentuk
Daerah Tingkat II menjadi Kabupaten Administratif Murung Raya,
yaitu terhitung pada tanggal 1 Mei 1965. Dalam kurun waktu
Murung Raya berstatus sebagai Kabupaten Administratif, maka
kepala kantor kabupaten administratif secara berurutan dijabat
oleh : Tundjung Silam ; J.H Tundan ; Drs. E. Hosang ; Drs. E.D
Patianom ; A. Elbaar.
• Pembantu Bupati Barito Utara wilayah Murung Raya.
Perubahan status kabupaten adminsitratif Murung Raya menjadi
Pembantu Bupati Barito Utara wilayah Murung Raya dan perubahan
(penghapusan) pembantu Bupati Barito Utara wilayah Murung Raya,
adalah berdasarkan : Undang-undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah, dengan dikeluarkannya undang-undang ini maka
dihapuslah insitusi yang merupakan perpanjangan tangan
Pemerintah Daerah Kabupaten dan diantaranya adalah pembantu
Bupati Barito Utara wilayah Murung Raya. Wilayah kerja Pembantu
Bupati Barito Utara wilayah Murung Raya meliputi 5 (lima)
wilayah Kecamatan yaitu sebagai berikut:
1. Kecamatan Murung Ibukotanya Puruk Cahu ;
2. Kecamatan Tanah Siang Ibukotanya Saripoi ;
3. Kecamatan Laung Tuhup Ibukotanya Muara Laung ;
4. Kecamatan Permata Intan ibukotanya Tumbang Lahung ;
5. Kecamatan Sumber Barito Ibukotnya Tumbang Kunyi.Pejabat
Pembantu Bupati diantaranya, M.Yusran Gambeng, Drs.Duen
T.Silam
Keinginan masyarakat Murung Raya untuk meningkatkan status
wilayah Murung Raya untuk menjadi sebuah kabupaten sudah dilakukan
sejak perubahan status dari district Barito Hulu menjadi Kewedanaan
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 6
Barito Hulu, dimana warga masyarakat mengharapkan perubahan status
tersebut merupakan upaya untuk peningkatan status Murung Raya. Namun
masih belum membuahkan hasil. Murung Raya berdasarkan hasil
penilaian para tokoh Masyarakat Murung Raya dari segi luas wilayah,
potensi SDA dan SDM Puruk Cahu dianggap cukup mampu manakala
ditingkatkan statusnya menjadi sebuah kabupaten definitif, maka pada
tanggal 16 Oktober 1999 atas prakarsa dan pemikiran para tokoh dan
anggota masyarakat Murung Raya di Puruk Cahu melakukan rapat untuk
membentuk panitia atau tim yang dinamakan "Komite Pembentukan
Kabupaten Murung Raya". Komite ini memiliki jaringan dan anggota
yang tersebar di berbagai kota, diantaranya di Jakarta, Palangka
Raya, Banjarmasin, dan Muara Teweh.
Pada tanggal 2 Juli 2002 Murung Raya diresmikan menjadi
Kabupaten Definitif sesuai Undang-undang No. 05 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi
Kalimantan Tengah. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
131.42-188 Tahun 2002 tanggal 16 Mei 2002 tentang diangkatnya dan
dilantiknya Drs. H Romansyah Bagan sebagai Pejabat Bupati Murung
Raya pada tanggal 8 Juli 2002 . Pada tanggal 18 Juni 2003
menyelenggarakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya. Ir
Willy M Yoseph dan Drs. Abdul Thalib sebagai Bupati dan Wakil Bupati
Murung Raya untuk Periode 2003 - 2008, dilantik pada tanggal 21 Juli
2003 oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya
bersamaan dengan dilantiknya 7 (tujuh) Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Pemekaran lainnya. Pada tanggal 26 Juli 2008, pasangan
Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya (Mura), Kalimantan Tengah
(Kalteng) Ir Willy M Yosep, MM dan Drs H Nuryakin, MSi (WIN)
terpilih secara demokratis oleh masyarakat Mura.
Profil Kabupaten Murung Raya
Secara geografis, alam Kabupaten Murung Raya dengan luas wilayah
sekitar 23.700 Km², didominasi oleh pegunungan dan perbukitan, hulu
sungai, dan riam-riam. Kondisi topografi yang demikian antara lain
menyebabkan udaranya terasa dingin dan agak lembab dengan curah
hujan rata-rata sekitar 3.000 mm per tahun. Temperatur udara rata-
rata berkisar 22º-35ºC, dengan kelembaban nisbi rata-rata 85%.
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 7
Fungsi kawasan di bagian Utara wilayah ini menjadi sangat penting,
terutama sebagai haparan emas hijau hutan hujan tropis yang masih
asli dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, juga sebagai menara
air (water reservoir) bagi sungai-sungai utama di wilayah
Kalimantan, khususnya Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai
900 km. Secara geografis Kabupaten Murung Raya terletak di daerah
khatulistiwa berada di wilayah bagian utara Kalimantan Tengah, yaitu
pada posisi antara 113° 20`– 115° 55` BT dan antara 0°53`48” LS – 0°
46` 06” LU. Untuk batas-batas wilayah kabupaten ini diantaranya;
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan
Timur. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito
Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Teweh Tengah
Kabupaten Barito Utara dan Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten
Kapuas.Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kahayan Hulu
Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat.
Kabupaten Murung Raya meliputi 5 wilayah kecamatan, yang terdiri
dari 116 desa dan 2 kelurahan. Kecamatan dimaksud adalah Kecamatan
Murung dengan luas wialyah 730 Km², Kecamatan Laung Tuhup dengan
luas 3.111 Km², Kecamatan Tanah Siang dengan luas 1.549
Km²,Kecamatan Permata Intan dengan luas 1.227 Km², dan Kecamatan
Sumber Barito dengan luas17.083Km².
Klimatologi Kabupaten Murung Raya termasuk daerah beriklim tropis
yang lembab dan panas, karena secara geografis terletak di garis
khatulistiwa dengan curah hujan yang cukup tinggi ( berkisar dari
2.500 - 4.000 mm/tahun ). Suhu pada siang hari rata-rata 26,5
derajat Celcius, sedangkan pada malam hari rata-rata 23,2 derajat
Celcius. Curah hujan rata-rata 2.909 mm/tahun.
Hidrologi Wilayah Kabupaten Murung Raya dilintasi oleh Sungai
Barito dan beberapa cabang anak sungainya dengan panjang dan
kedalaman dasar sungai sangat bervariasi. Sungai-sungai tersebut
berfungsi sebagai urat nadi transportasi untuk angkutan barang dan
penumpang. Beberapa cabang atau anak sungai yang dapat dilayari
yaitu : sungai Laung sepanjang 35,75 km, sungai Babuat sepanjang
29,25 km, Sungai Joloi sepanjang 40,75 km dan sungai Busang

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 8


sepanjang 75,25 km. Kedalaman dasar berkisar antara 3-8 m dan lebar
badan sungai lebih dari 25 m.

Potensi Wisata

Penduduk Asli Kabupaten Murung Raya terdiri dari 3 suku besar,


yaitu: Suku Bakumpai (Sungai Barito), Suku Uut Danum (Barito Hulu)
dan Suku Siang (Kecamatan Tanah Siang), sementara penduduk lainnya
dari suku Katingan, Kahayan dan Kapuas. Murung Raya yang kaya akan
batu bara, ems, bentonit, dan kapur ini juga kaya akan potensi
unggulan dibidang budaya dan pariwisata. Antara lain, Riam Hatas,
Panorama Pegunungan Batu Ayu, Keminting, Tugu Katulistiwa, Air
Terjun Sungai Bumban di Desa Laas, Kecamatan Uut Murung, Bukit
Jiwa, Danau Usung, Liang Pandan, Air Terjun Sokok dan Ongkong,
Betang Beras Kuning, Jembatan Barito di Kelurahan Beriwit,
Kecamatan Murung, Gua Mahajo, Air Terjun Mantiat Pari, Air Terjun
Olong Ulu, Air Terjun Sepan Apui, Riam Ongkong Bondang, Betang
Konut, Panorama Kalompaei di Desa Saripoi, Desa Konut, Desa Olong,
Kec. Tanah Siang, dan Cagar Alam Nasional Pegunungan Muller, Riam
Hulu Barito.Sedangkan tarian yang paling tersohor dari kabupaten
ini, tira tangka balang, yang kemudian menjadi motto kabupaten
pemekaran ini.

a. Kalapeh Baru
Enumerator : Christin Natalina
PLKB : Heri Budianto,S.Psi
Jarak tempuh klaster Kalapeh baru dari murung raya adalah 8
jam perjalanan menggunakan kelotok (Taksi Air) karena tidak ada
jalan darat. Dalam keberangkatan keklaster ini tidak didampingi
oleh PLKB karena beberapa hal yang dipertimbangkan.

Klaster Kalapeh Baru terletak di Desa Kalapeh Baru, Kecamatan


Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
Desa kalapeh baru seluas 362𝐾𝑀2 , sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Tanah Siang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kapuas
Sebelah Timur dengan Desa Pantai Laga, Sebelah Barat dengan Desa
Tumbang Masao.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 9


Desa Kalapeh Baru merupakan desa Di Aliran Sungai Barito dengan
permukaan tanah berbukit dan berada di tengah hutan karena Desa
Kalapeh Baru dengan desa yang lain berjarak cukup jauh. Untuk ke
Desa Kalapeh Baru di perlukan waktu ± 8 jam menggunakan
transportasi air yang biasa disebut taksi motor kelotok dan belum
ada jalur transportasi darat yang mencapai desa ini.

Penduduk di desa ini berdiam di rumah semi permanen di


permukaan tanah dan juga di permukaan air yang biasa disebut
rumah terapung. Kebanyakan penduduk sebagai petani (penyadap
karet, bercocok tanam) dan juga sebagai penambang emas liar,
masyarakat di Desa Kalapeh Baru mendapatkan air dari air
permukaan tanah dan juga sungai barito. Desa Kalapeh Baru belum
di aliri listrik sehingga masyarakat disini menggunakan listrik
tenaga surya milik pribadi dan menggunakan mesin genset.

b. Penyang
Enumerator : Richard Septian Girsang
PLKB : Rifai
Jarak tempuh klaster penyang dari Kab. Murung Raya sekitar 4
jam perjalanan dengan menggunakan kelotok (Taksi Air) karena
jalan darat yang ada dalam kondisi buruk. Dalam keberangkatan
keklaster ini tidak didampingi oleh PLKB karena beberapa hal yang
dipertimbangkan.

c. Konut
Enumerator : Okristianto
PLKB : Nency Respina Silitonga,SKM
Desa Konut adalah salah satu desa dari 26 Desa di wilayah
kecamatan Tanah Siang, Kabupaten Murung Raya. Jarak antara Desa
Konut dengan Ibu Kota Kecamatan Tanah Siang adalah 18 KM,
sedangkan jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Murung Raya adalah 7
KM.
Desa konut memiliki luas wilayah seluas 31.000 Km2 dengan
batas- batas Desa sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Karali
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Tahujan Ontu

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 10


- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Hanangan
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sungai Lunuk

Desa konut merupakan Desa yang letak Geografisnya pegunungan


dan memiliki potensi alam yang dapat dirasakan dan di hasilkan
masyarakat setempat maupun masayarakat dari wilayah lain.
Potensi alam utama yang di hasilkan berupa perkebunan dan
pertambangan. Sebaian besar mata pencaharian masyarakat di Desa
konut adalah Bertani, berladang atau menambang emas. Sebagian
masyakat konut berprofesi sebagan PNS/Pegawai Swasta.

Desa konut bisa dikatakan cukup berkembang, Desa Konut telah


dialiri sumber Listrik PLN dan akses jalan menuju desa telah di
semen cor. Demikian juga jalan-jalan dalam desa berupa semen cor.
Sebagian besar rumah masyarakat desa konut berbahan dasar kayu
dengan atap seng, sebagian lainya berbahan beton. Sumber air di
Desa Konut di dapat dari sungai di sekitar desa atau dari sumur
galian yang di gali sendiri oleh masyarakat setempat.

2.2 Barito Utara


Kabupaten Barito Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah, dengan ibu kota Muara Teweh. Kabupaten ini
berdiri pada tanggal 29 Juni 1950. Kabupaten ini dipimpin oleh
Bupati : Ir. H. Achmad Yuliansyah, MM. dan Wakil Bupati : Drs. Oemar
Zaki Hebanudin. Semboyan kabupaten ini adalah "Iya Mulik Bengkang
Turan". Kabupaten dengan jumlah penduduk sekitar 120.607 jiwa dengan
klasifikasi 62.439 laki-laki dan 58.168 perempuan serta jumlah Rumah
Tangga sebanyak 30.445 KK (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010) ini
terdiri atas 6 kecamatan, 93 desa dan 10 kelurahan, yaitu:

1. Gunung Purei
2. Gunung Timang
3. Lahei
4. Montalat
5. Teweh Tengah
6. Teweh Timur

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 11


Posisi Kabupaten Barito Utara pada 114° 27’ 00” – 115° 49’ 00” Bujur
Timur dan 0° 58’ 30” Lintang Utara – 1° 26’ 00” Lintang Selatan.
Wilayah Barito Utara meliputi pedalaman daerah aliran Sungai Barito
yang terletak pada ketinggian sekitar 200-1.730 m dari permukaan
laut. Bagian selatan merupakan dataran rendah dan bagian utara
merupakan dataran tinggi dan pegunungan. Potensi terbesar kawasan
ini ada pada sektor kehutanan, pertambangan (batubara dan emas),
sedangkan untuk sektor perkebunan adalah kelapa sawit dan karet.
Sektor kehutanan dan perkebunan karet sudah cukup lama turut
menyumbang pemasukan bagi negara sedangkan sektor pertambangan
seperti tambang emas juga memberi andil yang cukup besar.

Kabupaten Barito Utara dalam sektor pariwisata mempumyai beberapa


potensi wisata, baik wisata alam, wisata sejarah maupun wisata
budaya dan taman rekreasi remaja. Antara Lain seperti: Air Terjun
Jontur Doyam berada di Jl. Muara Teweh-puruk Cahu, Cagar Alam
Pararawen di Desa Pararawen Kecamatan Teweh Tengah, Dam Trinsing di
Desa Pararawen Kecamatan Teweh Tengah, Taman Rekreasi Remaja di Kota
Muara Teweh, Liang Pandan di S. Lemo Kecamatan Teweh Tengah, Dam
Trahean di Desa Trahean Kecamatan Teweh Tengah.

Betang Benao di Desa Benao Kecamatan Lahei.Sebagai kota air, Muara


Teweh menyuguhkan pemandangan Wisata Alam yang unik berupa rumah
apung yang cukup banyak, berderet di sepanjang tepian Sungai Barito.
Jenis rumah semacam ini dapat dianggap sebagai kearifan lokal dalam
menghadapi bahaya banjir. Juga menyuguhkan panorama sungai Barido.
Kota Air Muara Teweh ,merupakan Ibu Kota Kabupaten Barito Utara yang
mayoritas penduduknya berasal dari suku Dayak Bakumpai, subetnis
Dayak di Barito yang memeluk agama Islam. Kota kecil yang
dikelilingi hutan dan bentuknya memanjang mengikuti aliran sungai
ini merupakan satu-satunya kota ramai di daerah pedalaman Sungai
Barito, yang membelah Pulau Kalimantan dari Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, hingga Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.

a. Jingah
Enumerator : Apriliani
Klaster Jingah
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 12
(Plkb Munirah)
Kelurahan Jingah merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan
Tengah. Jingah memiliki luas 117,01 KM2. Adapun batas-batas
wilayah Kelurahan Jingah yaitu:
- Sebelah Utara : Sungai Barito
- Sebelah Selatan : Desa Hajak
- Sebelah Barat : Desa Lemo
- Sebelah Timur : Kelurahan Jambu

Jarak Kelurahan Jingah dari pusat pemerintahan atau ibukota


kabupaten berjarak sekitar 15 km. Sedangan jarak Kelurahan Jingah
ke ibukota provinsi berjarak 300 km. Jumlah penduduk Kelurahan
Jingah berjumlah 3.616 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
1.386 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.630 jiwa.

Kelurahan Jingah merupakan keluarahan yang letak Geografisnya


berbukit-bukit. Sebagian besar pekerjaan masyarakat di Kelurahan
Jingah adalah petani karet, buruh dan pedagang. Sebagian kecil
masyakat jingah berprofesi sebagai PNS/Pegawai Swasta.

Kelurahan Jingah merupakan kelurahan yang cukup dekat dengan


pusat pemerintahan Kabupaten Barito Utara sehingga Jingah
merupakan kelurahan yang cukup maju dan telah dialiri sumber
Listrik PLN dan akses jalan menuju kelurahan telah di aspal dan
sebagian di semen cor. Sebagian besar rumah masyarakat Desa
Jingah berbahan dasar kayu dengan atap seng, sebagian lainnya
berbahan beton. Sumber air masyarakat jingah sebagian besar
berasal dari sungai barito dan air PDAM.

b. Lanjas
Enumerator :Richard Septian Girsang
Klaster Lanjas
Pendamping (-)

Kelurahan Lanjas merupakan salah satu kelurahan yang berada di


Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Timur Provinsi

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 13


Kalimantan Tengah. Lanjas memiliki luas 1.098,7 KM2. Adapun
batas-batas wilayah Kelurahan Lanjas yaitu:
- Sebelah Utara : Desa Pendreh, Jalan Bayas sebelah kiri
- Sebelah Selatan : Kelurahan Jingah, Sungai Barito
- Sebelah Barat : Desa Pendreh
- Sebelah Timur : Kelurahan Melayu

Jumlah penduduk di kelurahan Lanjas sebesar 137.744 jiwa,


dimana laki-laki sebesar 67.916 jiwa dan perempuan sebesar 69.828
jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga di kelurahan Lanjas ini
sebesar 4.310 KK. Dikelurahan ini terdepat beberapa sarana
peribadahan seperti masjid sebanyak 6 buah, Mushala 33 buah,
Gereja 6 buah dan Wihara 1 buah. Mayoritas pekerjaan warga yang
ada diklaster adalah bertani dan menggiling batu. Setiap hari
mulai dari jam 6 atau jam 7 pagi warga sudah berangkat untuk
bekerja. Dan pada sore hari baru warga kembali kerumah. Kondisi
geografis diklaster itu berbukit. Khususnya di RT 23, jalannya
yang masih rusak sehingga sulit untuk pergi ke RT 23. Rumah-rumah
penduduk yang ada diklaster hampir semua terbuat dari kayu.

c. Ipu
Enumerator :Okristianto
Klaster Ipu
Pendamping(PLKB Nur)
Desa Ipu terletak di kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara.
Desa Ipu terbagi dua yaitu Ipu atas yang terletak di ruas jalan
Muara Teweh – Puruk Cahu, dan Ipu bawah yang terletak pinggir
sungai Barito. Jarak tempuh dari desa Ipu menuju ibukota
Kabupaten Barito Utara kurang lebih 17 KM atau sekitar 30 menit
menggunakan jalan darat dan kurang lebih 50 menit menggunakan
jalur air/sungai Barito. Luas wilayah Desa Ipu meliputi areal
seluas 1.010 Km yang secara umum di peruntukan untuk areal
pemukiman penduduk, bangunan kantor Desa, bangunan umum lainnya,
dan lahan kering/ perkebunan. Batas – batas wilayah administrasi
Desa Ipu meliputi :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Ds.Mukut dan Nihan Hilir.
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 14
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Malawaken
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kel.Lahei I dan II
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Lanjas

Desa Ipu memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1013 jiwa


dengan 316 KK, mayoritas masyarakat desa Ipu adalah suku dayak
Dusun Malang. Sebagian besar pekerjaan masyarakat Desa Ipu adalah
Petani karet dan berladang, sebagian lainnya adalah PNS dan
pegawai Swasta. Sebagian besar bangunan rumah masyarakat Desa Ipu
terbuat dari bahan dasar kayu dan atap seng, sebagian lainnya
berbahan dasar semen/beton. Desa Ipu telah dialiri sumber listrik
PLN, dan jalan- jalan menuju dan di dalam desa berupa semen cor.
Sumber air untuk desa Ipu diperoleh dari sumur bor yang ditampung
di tempat penampungan dan di alirkan kerumah warga.

d. Kamawen
Enumerator :Okristianto
Klaster Kamawen
Pendamping (Plkb Tenang)
Desa Kamawen terletak di wilayah Kecamatan Montallat,
Kabupaten Barito Utara. Sarana penghubung jalan darat dari desa
kamawen ke ibukota kecamatan berjarak kurang lebih 40 km yang
dapat di tempuh sekitar 2,5 jam dengan menggunakan alat
transportasi kendaraan roda dua atau melalui sungai barito kurang
lebih 3 jam. Dari desa kamawen ke ibukota kabupaten berjarak
kurang lebih 60 km yang juga dapat di tempuh melalui ruas jalan
PT. BAK atau jalur logpon , jalur sungai barito menggunakan
angkutan perahu motor atau speed boad jurusan tumpungLaung -
muara teweh. Wilayah desa kamawen dengan areal seluas 13.663 ha
yangterbagi atas :
- Luas lingkungan desa dan pekarangan seluas 104 ha.
- Luas persawahan produktif seluas 3 ha.(tadah hujan)
- Luas persawahan nonproduktif kurang lebih 50 ha.
- Lokasi pesawahan yang belum tergarap sama sekali sekitar kurang
lebih 700 ha.
- Lahan perkebunan karet,rotan dan buah-buahan tradisional kurang
lebih 3.500 ha.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 15


- Dan selebihnya kawasan hutan sekitar kurang lebih 4.691 ha.

Adapun untuk batas-batas wilayah Desa Kamawen adalah sebagai


berikut:

- Sebelah Utara : Berbatasan Dengan Desa Buntok Baru


- SebelahTimur : Berbatasan dengan Desa Tawan Jaya
- Sebelah selatan : Berbatasan Dengan Paring Lahung
- Sebelah Barat : Berbatasan Desa Lemo

Kondisi di dalam desa Kamawen cukup mengalami kemajuan dalam


beberapa tahun terakhir, jalan utama dalam desa telah di semen
cor, sumber listrik berasal dari listrik desa. Sumber air bersih
di ambil dari mata air yang di alirkan ke desa kekamawen dan di
pergunakan oleh seluruh masyarakat desa. Rumah-rumah penduduk
sebagian besar masih terbuat dari bahan dasar kayu untuk lantai
dan dinding serta atap dari seng dan sirap, sebagian lainnya
terbuat dari beton.

Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa, jumlah


penduduk yang tercatat secara administrasi, jumlah penduduk
Kamawen berjumlah 1.203 jiwa dengan 330 Kepala Keluarga. Secara
umum kondisi perekonomian Desa Kamawen ditopang oleh beberapa
mata pencaharian warga masyarakat dan dapat teridentifikasi
kedalam beberapa bidang mata pencaharian : petani, PNS/TNI/Polri,
karyawan swasta, pedagang, wirausaha, pensiunan, buruh
bangunan/tukang.

2.3 Barito Timur


Secara formal Kabupaten Barito Timur terbentuk bersama-sama
dengan beberapa kabupaten lainnya di wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah pada tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung
Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten
Barito Timur. Sebelum Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas,

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 16


Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito
Timur ini dikeluarkan, wilayah Kewedanaan Barito Timur pernah
berkembang dari Kewedanaan Barito Timur menjadi Wilayah Pembantu
Bupati Barito Timur, sejak Undang-undang tersebut diatas berlaku,
maka secara resmi Wilayah Barito Timur memisahkan diri dari
Kabupaten Barito Selatan dan menjadi daerah otonom sendiri dengan
nama Kabupaten Barito Timur dengan ibu kota Tamiang Layang. Hari
jadi Kabupaten ini, 8 Agustus. Jumlah penduduk Kabupaten Barito
Timur sekitar 96.820 jiwa dengan klasifikasi 49.845 laki-laki dan
46.975 perempuan serta jumlah Rumah Tangga sebanyak 25.697 KK (hasil
Sensus Penduduk Indonesia 2010).

Wilayah Kabupaten Barito Timur (Tamiang Layang) termasuk daerah


inti kerajaan Banjar sejak zaman Hindu hingga dihapuskannya Kerajaan
Banjar oleh Hindia Belanda pada tahun 1860, jadi sebelumnya tidak
pernah diserahkan oleh Kerajaan Banjar kepada Hindia Belanda seperti
kebanyakan daerah lainnya di Kalimantan. Sebagian wilayah Bartim
termasuk dalam Kesultanan Banjar (1826-1860), tetapi sebagian lagi
termasuk dalam Dusun Hilir yang menjadi wilayah Hindia Belanda,
menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, merupakan
bagian dari zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den
Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada
27 Agustus 1849, No. 8 Barito Timur adalah nama yang secara resmi
ditetapkan bagi daerah ini setelah terbentuk menjadi kabupaten
otonom sejak tahun 2002. Sebelumnya, daerah ini masih bergabung
dengan Kabupaten Barito Selatan. Barito Timur luas wilayahnya 3.013
km² yang meliputi daratan sebelah timur Sungai Barito.

Motto / Semboyan Kabupaten Barito Timur adalah:"Jari Janang


Kalalawah"
Yang berarti "Menjadi Jaya Selamanya". Arti Lambang :

1. Bentuk Dasar Polygon Melambangkan Bagian Integral RI


2. Segi Lima Melambangkan Pancasila
3. Warna Merah Melambangkan Sembangat dan Keberanian
4. Warna Hijau Melambangkan Kesuburan Tanah
5. Telawang (Perisai) Melambangkan Kelestarian Budaya dan Adat
6. Pohon Karet Melambangkan Komoditas Utama
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 17
7. Bunga Padi dan Kapas Melambangkan Kemakmuran Rakyat
8. Belanga/Kendi/Guci Melambangkan Tempat Minum Adat
9. Mandau, Sumpitan dan Tombak Melambangkan Senjata Khas
10. Bintang Melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa
11. Akar Kayu hitam Melambangkan Enam Kecamatan Pertama
12. Ornamen Dayak Melambangkan Suku Nenek Moyang
13. Warna Biru Melambangkan Daerah Perairan (Sungai, Danau dan
Rawa-rawa)
14. Warna Kuning Melambangkan Kekayaan Alam

Kondisi Geografis
Kabupaten Barito Timur yang beribukota di Tamiang Layang
terletak antara 1º 2' Lintang Utara dan 2º 5' Lintang Selatan, 114º
dan 115º Bujur Timur yang diapit oleh kabupaten tetangga yaitu
Sebelah Utara dengan Wilayah Kabupaten Barito Selatan, disebelah
Timur dengan sebagian Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, di
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan
Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan serta di Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan
Tengah.

Luas Wilayah Kabupaten Barito Timur tercatat seluas 3.834 km²


yang meliputi sepuluh (10) kecamatan. Kecamatan Dusun Timur dan
Kecamatan Paju Epat merupakan kecamatan terluas, masing-masing
867,70 km² dan 664,30 km² atau luas kedua kecamatan tersebut
mencapai 40,15 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Barito Timur.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Timur adalah merupakan


dataran rendah yang ketinggiannya berkisar antara 50 s/d 100 meter
dari permukaan laut, kecuali sebagian Wilayah Kecamatan Awang dan
Kecamatan Patangkep Tutui yang merupakan daerah perbukitan. Dengan
tidak adanya sungai besar dan banyaknya sungai kecil/anak sungai,
keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Barito Timur.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Timur beriklim tropis


dengan rata-rata mendapat penyinaran matahari lebih dari 50%
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 18
sepanjang tahun. Udaranya relatif panas yaitu pada siang hari bisa
mencapai 34,6ºC dan pada malam hari mencapai 21,0ºC, sedangkan rata-
rata curah hujan pertahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 228,9 mm.

Pemerintahan
Kabupaten Barito Timur membawahi 10 kecamatan yang terdiri dari
103 desa/kelurahan termasuk Unit Pemukiman Transmigari (UPT).
Kabupaten Barito Timur sampai sekarang telah dipimpin oleh 2 (dua)
orang Bupati / Penjabat Bupati yaitu Penjabat Bupati Barito Timur
yang pertama Drs. Gumarawan Panthie dan yang kedua sampai saat ini
adalah Bupati H. Zain Alkim dan Wakil Bupati Ir. Yuren S Bahat, MM,
MT.

Potensi Wisata
Liang Saragi merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di
wilayah Kecamatan Hayaping dan berjarak sekitar 33 kilometer dari
jantung Ibukota Kabupaten Barito Timur, Tamiang Layang. Liang Saragi
dijadikan salah satu objek wisata karena memiliki daya tarik
tersendiri. Selain memiliki suasana yang sejuk karena di sekitar
liang (gua) terdapat pepohonan besar yang rimbun, juga ditumbuhi
berbagai macam spesies tumbuhan. Uniknya lagi, di dalam liang
tersebut memiliki lorong dengan diameter yang bervariasi dan
terbentuk secara alamiah. Selain Liang Saragi, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata juga akan mencanangkan pengembangan kolam mandi air panas
yang ada di Desa Malintut, Kecamatan Raren Batuah.

a. Balawa
Enumerator : Apriliani
Klaster Balawa
Pendamping (PLKB Juni Pancarano)

Desa Balawa merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan


Paju Epat Kabupaten Barito Timur. Desa balawa memiliki luas
wilayah 110,25 km2. Di kecamatan Paju Epat, desa dengan jumlah
penduduk tertinggi ialah Desa Balawa yaitu 972 jiwa atau 21,33
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 19
persen dari total penduduk Paju Epat. Adapun batas-batas wilayah
di Desa Balawa sebagai berikut:
- Sebelah utara : Desa Dayu, Kecamatan Karusen Janang
- Sebelah selatan : Desa Maipe/ Siong
- Sebelah timur : Desa Jaweten, Kecamatan Dusun Timur
- Sebelah barat : Desa Palantau

Jumlah penduduk di Desa Balawa sebesar 985 jiwa, dimana laki-


laki sebanyak 511 jiwa dan perempuan sebanyak 474 jiwa.

Sebagian besar pekerjaan masyarakat di desa balawa adalah


Karyawan Perusahaan, berladang dan petani karet. Sebagian kecil
masyakat desa balawa berprofesi sebagai PNS/Pegawai Swasta.

Desa balawa masih belum dialiri sumber listrik sehingga


sebagian besar masyarakat menggunakan generator sebegai sumber
listrik. Akses jalan menuju desa balawa adalah jalan perusahan
berupa tanah liat dan berbatu. Dari semua RT yang ada di desa
balawa hanya RT 02 (Dusun Hepung Wewai) yang sebagian jalannya
sudah di aspal dikarenakan dekat dengan akses jalan raya yaitu
+/- 8 km. Sebagian besar rumah masyarakat desa balawa berbahan
dasar kayu dengan atap seng, sebagian lainnya berbahan beton.
Sumber air masyarakat Balawa sebagian besar berasal dari sumur
galian.

b. Puri
Enumerator :Christin Natalina
Klaster Puri
Pendamping (Plkb Eny)
Klaster Puri terletak di Desa Puri, Kecamatan Raren Batuah,
Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Desa Puri
merupakan desa Di sepanjang jalan Negara atau jalan lintas
kalimantan dengan permukaan tanah dataran rendah. Untuk ke Desa
Puri diperlukan waktu ± 6 jam menggunakan darat dari kota
Palangka Raya. Penduduk di desa ini berdiam di rumah semi
permanen, kebanyakan penduduk sebagai petani (penyadap karet,
bercocok tanam).

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 20


c. Ampah Kota
Enumerator Richard Septian Girsang
Klaster Ampah kota
Pendamping(Plkb Deny)

Ampah Kota merupakan salah satu kelurahan yang ada di


Kecamatan Dusun Tengah Kabupaten Barito Timur serta kelurahan
terbesar yang ada di Kabupaten Barito Timur. Dengan luas
pemukiman sebesar 56 ha/m2, luas persawahan 1.525 ha/m2, luas
perkebunan sebesar 3.047 ha/m2, luas kuburan 7 ha/m2, luas
pekarangan sebesar 357 ha/m2, luas perkantoran sebesar 5 ha/m2
serta luas prasarana umum lainnya sebesar 3 ha/m2. Adapun batas-
batas wilayah di Kelurahan Ampah Kota sebagai berikut:
- Sebelah utara : Puri, Netampin
- Sebelah selatan : Putai, Ampah II
- Sebelah timur : Rodok
- Sebelah barat : Lebo

Jumlah penduduk di Kelurahan Ampah Kota sebesar 16.059 jiwa,


dimana laki-laki sebanyak8.220 jiwa dan perempuan sebanyak 7.839
jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga di kelurahan Lanjas ini
sebanyak 4.007 KK.Mayoritas pekerjaan warga yang ada diklaster
adalah bertani. Setiap hari mulai dari jam 6 atau jam 7 pagi
warga sudah berangkat untuk bekerja. Dan pada sore hari baru
warga kembali kerumah. Rumah-rumah penduduk yang ada diklaster
hampir semua terbuat dari kayu.

d. Bambulung
Enumerator: Apriliani
Klaster Bambulung
Pendamping (Pkb Netty Ertina)

Desa Bambulung merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan


Pematang Karau, Kabupaten Barito Timur.
Adapun batas-batas wilayah di Desa Balawa sebagai berikut:
- Sebelah utara : Kab Barito Selatan
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 21
- Sebelah selatan : Desa Bararawa
- Sebelah timur : Desa Pinang Tunggal
- Sebelah barat : Desa Sumber Rejo

Jumlah penduduk di Desa Bambulung sebesar 607 jiwa, dimana


laki-laki sebanyak 512 jiwa dan perempuan sebanyak 95 jiwa.

Sebagian besar pekerjaan masyarakat di desa bambulung adalah


karyawan perusahaan, berladang dan petani karet. Sebagian kecil
masyarakat desa bambulung berprofesi sebagai PNS/Pegawai Swasta
dan pedagang.

Desa bambulung merupakan desa yang cukup maju dan telah


dialiri sumber Listrik PLN dan akses jalan menuju akses desa
telah di aspal dan sebagian di semen cor. Sebagian besar rumah
masyarakat desa bambulung berbahan dasar kayu dengan atap seng,
sebagian lainnya berbahan beton. Sumber air masyarakat bambulung
sebagian besar berasal dari sumur galian.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 22


BAB III
EVALUASI PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
(PERMASALAHAN DAN SOLUSI)

Dalam evaluasi pelaksanaan ini akan dibahas beberapa kelebihan,


kelemahan, peluang ,dan ancaman pada masing-masing enumerator dalam
menyelesaikan pengumpulan data yang ada diklaster.
3.1 Klaster Kalapeh Baru
A. Kelebihan
1. Enumerator (Christin Natalina)
a. Memahami bahasa daerah sehingga memudahkan dalam melakukan
wawancara.
b. Mudah beradaptasi dengan lingkungan
c. Pekerja keras dan fisiknya kuat sehingga tidak mudah sakit.
d. Tidak manja sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik
e. Tidak mudah menyerah ketika menghadapi responden yang sulit
masih dapat menghadapi dengan kepala dingin.
f. Mampu mengoperasikan smartphone dengan baik dan memahami
substansi survei.
2. Transportasi yang menuju klaster setiap hari ada meskipun
harus pagi berangkat.
3. Perangkat desa dan PLKB yang memiliki koordinasi yang baik
sehingga ketika enumerator datang tempat penginapan dan
perijinan telah tersediakan.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 23


B. Kelemahan
1. Transportasi
a. Transportasi Ke Desa ini hanya bisa di lalui menggunakan
transportasi air dengan memakai taksi motor kelotok dengan
waktu ± 8 jam sehingga memakan waktu lama di perjalanan.
b. Enumerator tidak menggunakan kendaraan Roa doa karena tidak
dapat di bawa . Pada saat melakukan Wawancara sehingga pada
saat enumerator melakukan wawancara memakan waktu yang
cukup lama untuk mencapai ujung desa dan wawancara yang
hanya dapat di lakukan malam hari dengan tidak ada
penerangan sehingga menyulitkan enumerator untuk ke Ruta
responden yang berjarak cukup jauh.
c. Tempat tinggal : -
2. Kendala Dari Responden
a. Kebanyakan penduduk disini bekerja sebagai petani sehingga
pada pagi sampai sore hari tidak berada di rumah dan
kebanyakan Ruta hanya dapat di wawancarai pada malam hari ,
terkecuali hari sedang hujan.
b. Nama kepala Ruta yang sama lebih dari 2 menyulitkan enum
dalam menentukan Ruta yang terpilih dan karena Urutan
Bangunan Fisik dan Urutan Ruta sudah tidak sama.
c. Kebanyakan responden Wus Kurang mampu menjawab pertanyaan
walaupun sudah di probing berulang kali.
d. Kebanyakan responden lupa umur nya dan tanggal lahir serta
tidak memiliki KTP atau pun Kartu Keluarga.
e. Responden Ibu Ulong : seluruh anggota keluarga tidak mampu
menjawab pertanyaan karena susah untuk di ajak komunikasi.
f. Responden Romi : Seluruh Anggota Keluarga berpergian dalam
jangka waktu yang lama karena sedang bekerja di luar desa.
3. Kendala dari cuaca, hp , Dll
a. Karena didesa ini tidak ada memiliki sinyal maka susah untuk
melakukan komunikasi dengan spv jika ditemukan kendala dalam
melakukan survey.
b. Ketersediaan tenaga listrik yang terbatas, karena hanya ada
tenaga surya dengan kapasitas Kwh yang tidak banyak.
Sehingga diperlukan power blank lebih dari satu untuk

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 24


persiapan saat hari hujan (disarankan power Blank tenaga
surya).
c. Kondisi cuaca pada saat pengambilan data seringkali hujan
tidak terduga sehingga,harus adanya persediaan payung untuk
enumerator tetep dapat bekerja.

C. Peluang

D. Ancaman

3.2 Klaster Puri


3.3 Klaster Penyang
3.4 Klaster Lanjas
3.5 Klaster Ampah Kota
3.6 Klaster Konut
3.7 Klaster Ipu
3.8 Klaster Kamawen
3.9 Klaster Jingah
3.10 Klaster Balawa
3.11 Klaster Bambulung

3.12 Faktor penghambat dan Faktor Pendukung Lapangan

Kendala-kendala yang dihadapi selama wawancara dan beberapa


faktor pendukung yang ada dalam klaster:

I. Kalapeh Baru

II. Penyang
1. Faktor Penghambat

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 25


a. Pada saat proses pengumpulan data ada sebagian responden yang
susah dikunjungi dikarenakan tidak berada dirumah dan
kembalinya tidak tahu kapan. Jadi ketika proses wawancara
warga yang terpilih tidak dapat ditemui.
b. Kebanyakan warga hampir tidak pernah dikunjungi oleh PLKB
untuk penyuluhan tentang KB.
c. Sebagian warga beranggapan bahwa kegiatan RPJMN ini akan
memberikan bantuan berupa uang.
d. Karena adanya pendataan tahun lalu serta adanya pendataan dari
Sensus Ekonomi jadi warga tidak mau didata kembali untuk
menanyakan hal-hal yang bersifat rahasia rumah tangga.
e. Pada alat kontrasepsi wanita usia subur kebanyakan menggunakan
Pil yang dibeli di toko dan yang punya toko tidak pernah
memberitahu efek samping dari Pil tersebut.
f. Wanita usia subur sebagian ada yang masih berumur 14 tahun.
Hal ini dikarenakan wanita yang ada didesa ini menikah dini.
g. Sebagian remajanya tidak ingin diwawancarai tanpa tahu
alasannya.
h. Faktor penghambat yang terdapat ketika proses wawancara yaitu
warga memiliki aktivitas yang sangat sibuk sehingga sulit
untuk ditemukan.
i. Susahnya sinyal mengakibatkan kesulitan untuk berkomunikasi
dengan supervisor serta tidak mendukung untuk mengirimkan data
ke server.
2. Faktor Pendukung
a. Faktor pendukung yang dialami enumerator ketika proses
pengumpulan data yaitu enumerator ditemani oleh kepala desa
untuk mensurvei warga yang terpilih untuk diwawancarai
sehingga warga percaya dengan adanya kegiatan RPJMN ini.

III. Konut
1. Beberapa kendala yang di hadapi selama di cluster yaitu :
a) Beberapa responden bekerja sebagai petani karet atau berladang
di tempat jauh sehingga harus menunggu waktu malam untuk bisa
di lakukan wawancara.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 26


b) Beberapa responden bekerja sebagai penambang emas di tempat
yang cukup jauh sehingga enumerator harus menunggu beberapa
waktu sampai responden kembali ke cluster.
c) Beberapa kesulitan terkait mecari tempat tinggal responden
di karenakan masyarakat setempat lebih sering menggunakan nama
panggilan sehari-hari.
d) Terdapat salah satu responden yang kurang memahami bahasa
nasional sehingga memerlukan orang lain untuk menerjemahkan ke
bahasa daerah setempat.
e) Beberapa kendala terkait faktor cuaca, salah satu RT yang
cukup jauh dan akses jalannya rusak parah apabila turun hujan.
Sehingga harus menunggu beberapa waktu agar akses jalan bisa
di lewati.

2. Beberapa faktor pendukung selama enumerator melakukan proses


wawancara yaitu antara lain :
a. Dukungan dari pihak BKKBN perwakilan puruk cahu, yaitu dari
PLKB yang telah bersedia mengantarkan dan memperkenalkan
dengan perangkat desa di Cluster Desa Konut.
b. Dukungan dari pihak perangkat Desa Konut yang bersedia
menerima enumerator dan menyediakan tempat tinggal serta
kebutuhan enumerator selama proses pengumpulan data.
c. Masyarakat desa konut yang bersedia membantu enumerator dalam
proses pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
wilayah cluster Desa Konut.

IV. Jingah
1. Kendala yang dihadapi
Beberapa kendala yang di hadapi selama di cluster yaitu :
a. Enumerator kesulitan mencari tempat tinggal responden
dikarenakan masyarakat setempat lebih sering menggunakan nama
panggilan sehari-hari.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 27


b. Beberapa responden bekerja sebagai petani karet atau berladang
di tempat jauh sehingga harus menunggu waktu malam untuk bisa
di lakukan wawancara.

2. Faktor Pendukung di Cluster/ketika Wawancara


Beberapa faktor pendukung selama enumerator melakukan proses
wawancara yaitu antara lain :
a. Dukungan dari pihak perangkat Desa yaitu ketua RT 03 dan 05
kelurahan Jingah yang bersedia menunjukan rumah responden
sehingga memudahkan enumerator dalam melakukan wawancara.
b. Masyarakat keluarahan jingah yang bersedia membantu enumerator
dalam proses pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
wilayah cluster kelurahan jingah.

V. Lanjas
1. Faktor penghambat

a).Kebanyakan warga jarang dikunjungi oleh PLKB untuk penyuluhan


tentang KB.

b. Sebagian warga beranggapan bahwa kegiatan RPJMN ini akan


memberikan bantuan berupa uang.
c. Karena adanya pendataan tahun lalu serta adanya pendataan dari
Sensus Ekonomi jadi warga tidak mau didata kembali untuk
menanyakan hal-hal yang bersifat rahasia rumah tangga.
d. Pada alat kontrasepsi wanita usia subur kebanyakan menggunakan
Pil yang dibeli di toko dan yang punya toko tidak pernah
memberitahu efek samping dari Pil tersebut.
e. Sebagian remajanya tidak ingin diwawancarai dikarenakan malu
f. Faktor penghambat yang terdapat ketika proses wawancara yaitu
warga memiliki aktivitas yang sangat sibuk sehingga sulit
untuk ditemukan.
g. Jalan menuju ke klaster khususnya RT 23 sangat rusak sehingga
ketika datang hujan tidak bisa untuk pergi kesana untuk
melakukan pengumpulan data.
h. Data yang ada pada enumerator sebagian tidak akurat karena
didata warganya hanya berada pada 4 RT saja sedangkan

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 28


kenyataannya dilapangan ada 6 RT jadi menyulitkan enumerator
untuk mendata RT yang tidak terdaftar.
2. Faktor Pendukung
a. Faktor pendukung yang dialami enumerator ketika proses
pengumpulan data yaitu enumerator ditemani oleh Bapak RT untuk
mensurvei warga yang terpilih untuk diwawancarai sehingga
warga percaya dengan adanya kegiatan RPJMN ini.

VI. Ipu
1. Kendala yang dihadapi
Selama berada di cluster desa Ipu, enumerator tidak menemukan
kendala yang cukup berarti. Kendala hanya pada beberapa responden
yang agak sulit untuk di temui karena sedang musim panen padi,
eumerator harus menunggu beberapa waktu agar dapat melakukan
proses wawancara. Dan faktor cuaca apabila hujan deras enumerator
tidak bisa melakukan proses wawancara di karenakan tempat cluster
cukup jauh.
2. Faktor Pendukung di Cluster/ketika Wawancara
Beberapa faktor pendukung selama enumerator melakukan proses
wawancara yaitu antara lain :
a) Dukungan dari pihak BKKBN perwakilan Barito Utara, yaitu dari
PLKB yang telah bersedia mengantarkan dan memperkenalkan
dengan perangkat desa di Cluster Desa Ipu.
d. Dukungan dari pihak perangkat Desa Ipu yang bersedia menerima
enumerator dan menyediakan tempat tinggal serta kebutuhan
enumerator selama proses pengumpulan data.
c. Masyarakat desa Ipu yang bersedia membantu enumerator dalam
proses pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
wilayah cluster Desa Ipu.
VII. Kamawen
1. Kendala yang dihadapi
Beberapa kendala yang di hadapi, yang pertama terkait
transportasi akses menuju desa Kamawen. Ada dua jalur menuju desa
Kamawen yang pertama melalui jalur darat melewati jalan
perusahaan, yang apabila turun hujan ada beberapa titik akses
yang sangat sulit untuk di lalui. Yang kedua melalui jalur air
melewati desa Tumpung Laung, tranportasi yang di gunakan adalah
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 29
speed boat atau perahu motor yang terbatas jumlahnya dan hanya
ada pada jam-jam tertentu. Jika kendaraan air penuh maka terpaksa
harus menunggu untuk beberapa hari.
Kendala yang kedua adalah adanya beberapa responden yang bekerja
sebagai pegawai di perusahaan dan pulang baru pulang sekitar
seminggu sekali, maka enumerator harus menunggu responden
tersebut.

2. Faktor Pendukung di Cluster/ketika Wawancara


Beberapa faktor pendukung selama enumerator melakukan proses
wawancara yaitu antara lain :
a. Dukungan dari pihak BKKBN perwakilan Barito Utara, yaitu dari
PLKB yang telah bersedia mengantarkan dan memperkenalkan
dengan perangkat desa di Cluster Desa Kamawen.
b. Dukungan dari pihak perangkat Desa Kamawen yang bersedia
menerima enumerator dan menyediakan tempat tinggal serta
kebutuhan enumerator selama proses pengumpulan data.
c. Masyarakat desa Kamawen yang bersedia membantu enumerator
dalam proses pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
wilayah cluster Desa Kamawen.

VIII. Balawa
1. Kendala yang dihadapi
Beberapa kendala yang di hadapi selama di cluster yaitu :
a. Akses jalan yang rusak, berbatu dan licin sehingga menghambat
kelancaran enumerator dalam melakukan proses wawancara.
b. Beberapa responden bekerja sebagai petani karet atau berladang
di tempat jauh sehingga harus menunggu waktu malam untuk bisa
di lakukan wawancara.
c. Sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan perusahaan
sehingga ketika ditemui tidak ada di rumah dan harus membuat
janji untuk bertemu responden karena mengikuti jam kerja
responden.
d. Beberapa responden kadang menginap di mess perusahaan sehingga
harus menunggu responden pulang ke rumah baru dapat dilakukan
wawancara.
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 30
2. Faktor Pendukung di Cluster/ketika Wawancara
Beberapa faktor pendukung selama enumerator melakukan proses
wawancara yaitu antara lain :
a. Dukungan dari pihak perangkat Desa yaitu ketua RT 01, 02 dan
03desa balawa yang bersedia menunjukan rumah responden sehingga
memudahkan enumerator dalam melakukan wawancara.
b. Masyarakat desa balawa yang bersedia membantu enumerator dalam
proses pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
wilayah cluster desa balawa.

IX. Ampah Kota


1. Faktor penghambat
a. Faktor penghambat yang terdapat ketika proses wawancara yaitu
warga memiliki aktivitas yang sangat sibuk sehingga sulit untuk
ditemukan.
b. Kebanyakan warga jarang dikunjungi oleh PLKB untuk penyuluhan
tentang KB.
c. Sebagian warga beranggapan bahwa kegiatan RPJMN ini akan
memberikan bantuan berupa uang.
d. Sebagian warga menganggap enumerator itu adala sales yang
menawarkan berbagai produk.
e. Karena adanya pendataan tahun lalu serta adanya pendataan dari
Sensus Ekonomi jadi warga tidak mau didata kembali untuk
menanyakan hal-hal yang bersifat rahasia rumah tangga.
f. Pada alat kontrasepsi wanita usia subur kebanyakan menggunakan
Pil yang dibeli di toko dan yang punya toko tidak pernah
memberitahu efek samping dari Pil tersebut.
g. Sebagian remajanya tidak ingin diwawancarai dikarenakan malu
2. Faktor Pendukung
a. Faktor pendukung yang dialami enumerator ketika proses
pengumpulan data yaitu enumerator ditemani oleh Bapak
RTmensurvei warga yang terpilih untuk diwawancarai sehingga
warga percaya dengan adanya kegiatan RPJMN ini.
X. Bambulung
1. Kendala yang dihadapi
Beberapa kendala yang di hadapi selama di cluster yaitu :
TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 31
a. Beberapa responden bekerja sebagai petani karet atau berladang
di tempat jauh sehingga harus menunggu waktu malam untuk bisa
di lakukan wawancara.
b. Sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan perusahaan
sehingga ketika ditemui tidak ada di rumah dan harus membuat
janji untuk bertemu responden karena mengikuti jam kerja
responden.

2. Faktor Pendukung di Cluster/ketika Wawancara


Beberapa faktor pendukung selama enumerator melakukan proses
wawancara yaitu antara lain :
a. Dukungan dari pihak perangkat Desa Bambulung yang bersedia
menunjukan rumah responden sehingga memudahkan enumerator dalam
melakukan wawancara.
b. Masyarakat desa bambulung yang bersedia membantu enumerator
dalam proses pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
wilayah cluster desa bambulung.
XI. Puri
1. Kendala yang digadapi:

a. Instansi / pelaporan : pada saat enumerator melakukan laporan


di Desa ini kurang mendapatkan sambutan dan perhatian yang
cukup baik dari aparat desa.
b. Transportasi : -
c. Tempat tinggal : -
d. Kendala Dari Responden: Kebanyakan penduduk disini bekerja
sebagai petani sehingga pada pagi sampai sore hari tidak berada
di rumah dan kebanyakan Ruta hanya dapat di wawancarai pada
malam hari , terkecuali hari sedang hujan.
e. Kendala dari cuaca, hp , Dll : -
2. Faktor pendukung
a. Masyarakat desa bambulung yang bersedia membantu enumerator dalam
proses pengumpulan data dan memberikan informasi.

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 32


3.13 Ancaman Yang dihadapi dalam Klaster.
3.14 Peluang Yang ada dilapangan.
3.15 Kelebihan dan Kekurangan Enumerator.

BAB IV
KESIMPULAN DAN EVALUASI

4.1 Kesimpulan

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 33


Dari hasil laporan pengumpul data maka dapat disimpulkan bahwa
program pengumpulan data RPJMN telah selesai di Kabupaten Murung
Raya, Barito Utara, dan Barito Timur. Dengan gambaran klaster
seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Setiap klaster
telah memenuhi 35 Rumah Tangga.
Dari 11 klaster di 3 kabupaten, terdapat 5 klaster yang susah
sinyal telepon dan sinyal data. Bahkan ada yang tidak ada sama
sekali. Oleh karena itu untuk pengiriman data seringkali
dilakukan di Kabupaten.

4.2 Evaluasi

Setelah diselesaikannya kegiatan RPJMN 2017 maka dapat


dievaluasi bahwa dalam praktek dilapangan sangat berbeda dengan
apa yang diharapkan. Dimana masih ada beberapa tempat yang belum
sesuai dengan harapan (Program Kependudukan Keluarga Berencana
Pembangunan Keluarga), terutama dalam tingkat kesejahteraan
keluarga, masih banyak masyarakat pelosok yang berada ditingkat
Pra KS, selain itu juga dalam Keluarga Berencana masih sebagian
yang belum memahami secara betul, karena beberpa keluarga
didapati bahwa begitu banyak anak namun tidak terpenuhinya
kebutuhan pokok.
Sedangkan evaluasi kegiatan RPJMN 2017 dapat dikatakan baik
karena tidak terlalu banyak mengulang. Hanya 1 klaster dengan 7
kuesioner yang mengulang karena waktu yang ditentukan tidak
sesuai dengan ketentuan, dan juga bertepatan musim panen(Kalapeh
Baru, Ipu, Kamawen, Puri, Ampah Kota dan Bambulung) sehingga
sulit ditemukannya responden.
Dan beberapa klater penyang dan konut mayoritas masyarakat
pekerja perusahaan sawit dan Tambang emas yang tempat bekerjanya
di luar daerah ada yang mencari emas di atas bukit sehingga batas
waktu kunjungan tidak memadahi dan juga tidak adanya responden
ditempat.
Dokumentasi Kegiatan

TIM BETHA /RPJMN KKBPK KALIMANTAN TENGAH 2017 34

Anda mungkin juga menyukai