Anda di halaman 1dari 4

2.

5 Pemeriksaan Laboratorium untuk Narkoba

Untuk menentukan pemakaian narkoba pada seorang individu, pemeriksaan narkoba seringkali
dilakukan menggunakan berbagai spesimen biologis seperti darah, urin, cairan oral, keringat ataupun
rambut.

A. Pemeriksaan Urin, Skrining dan Konfirmatori

Urin merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan narkoba rutin karena
ketersediaannya dalam jumlah besar dan memiliki kadar obat dalam jumlah besar sehingga lebih
mudah mendeteksi obat dibandingkan pada spesimen lain. Teknologi yang digunakan pada
pemeriksaan narkoba pada urin sudah berkembang baik. Kelebihan lain spesimen urin adalah
pengambilannya yang tidak invasif dan dapat dilakukan oleh petugas yang bukan medis. Urin
merupakan matriks yang stabil dan dapat disimpan beku tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan
dalam urin biasanya dapat dideteksi sesudah 1-3hari. Kelemahan pemeriksaan urin adalah mudahnya
dilakukan pemalsuan dengan cara substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan sehingga
mengacaukan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan konfirmatori. Pemeriksaan
skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada golongan yang besar atau metobolitnya dengan
hasil presumptif positif atau negatif. Secara umum pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang
cepat, sensitif, tidak mahal dengan tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun
kurang spesifik dan dapat menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang dengan
substansi lain dengan struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan skrining, metode yang sering
digunakan adalah immunoassay dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi
secara kompetisi. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan di luar laboratorium dengan metode onsite
strip test maupun di dalam laboratorium dengan metode ELISA (enzyme linked immunosorbent assay).

Prinsip utama dari metode immunoassay ini adalah ikatan antibodi kompetetif. Kandungan obat
amphetamin yang mungkin terdapat dalam sampel urin akan berkompetisi dengan konjugat obat
masing-masing untuk berikatan dengan tempat pengikatan pada antibodi

Teknik immunoassay adalah teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis obat
terlarang dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan “anti-drug antibody” untuk
mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika di dalam matrik
terdapat obat dan metabolitnya (antigentarget) maka dia akan berikatan dengan “antidrug
antibody”, namun jika tidak ada antigentarget maka “anti-drug antibody” akan berikatan dengan
“antigen-penanda”. Terdapat berbagai metode atau teknik untuk mendeteksi beberapa ikatan
antigen-antibodi ini, seperti “enzyme linked immunoassay” (ELISA), enzyme multiplied
immunoassay technique (EMIT), fluorescence polarization immunoassay (FPIA), cloned
enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio immunoassay (RIA).

Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada pemeriksaan skrining.
Pemeriksaan konfirmasi menggunakan metode yang sangat spesifik untuk menghindari terjadinya hasil
positif palsu. Metoda konfirmasi yang sering digunakan adalah gas chromatography / mass
spectrometry (GC/MS) atau liquid chromatography/mass spectrometry (LC/MS) yang dapat
mengidentifikasi jenis obat secara spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain.
Kekurangan metode konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang lama, membutuhkan ketrampilan
tinggi serta biaya pemeriksaan yang tinggi.

Panel pemeriksaan narkoba tergantung jenis narkoba yang banyak digunakan, tetapi biasanya meliputi 5
macam obat yaitu amfetamin, kanabinoid, kokain opiat dan PCP. Obat lain yang sering disalahgunakan
seperti benzodiazepin sering pula diperiksakan. Pada pemeriksaan narkoba baik untuk skrining maupun
konfirmasi, telah ditetapkan standar cutoff oleh NIDA untuk dapat menentukan batasan positif pada
hasil pemeriksaan. Pada tabel berikut disampaikan kadar cutoff pemeriksaan narkoba untuk skrining
maupun konfirmasi.

Rapid Test (Skrining)

Dalam pemeriksaan narkoba ada beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Rapid Test. Rapid
Test ini menggunakan Strip/Stick Test dan Card Test.

a. Strip/Stick Test

Dalam pemeriksaan Strip/Stick Test tersebut ada yang menggunakan 3 parameter yaitu Amphetamine
(AMP), Marijuana (THC), Morphine (MOP), dan ada yang menggunakan 6 parameter yaitu Amphetamine
(AMP), Methamphetamine (METH), Cocaine (COC), Morphine (MOP), Marijuana (THC), dan
Benzidiazephine (BZO).

Strip/Stick Test ini telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dibuat dalam bentuk
imunokromatografi kompetitif kualitif yang praktis, tidak memerlukan tenaga terampil dan cepat (hasil
dapat diperoleh dalam 3-10 menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki sensitivitas sesuai dengan
standard Nasional Institute on Drug Abuse (NIDA, sekarang SAMHSA), dan dengan spesifisitas 99,7%.

Jika pada pemeriksaan Strip/Stick Test ini menggunakan metode imunokromatografi kompetitif
kualitif yang ditandai hasil positif dengan terbentuk hanya 1 garis yaitu pada area control, dan hasil
negative dengan terbentuk 2 garis yaitu pada area control dan test, dan invalid apabila terbentuk
garis pada test atau garis tidak terbentuk sama sekali.

Perlu diingat untuk pemeriksaan ini, pembacaan hasil harus dilakukan saat 5 menit dan tidak boleh
melebihi 10 menit karena akan terbentuk hasil yang positif palsu.
b. Card Test

Card Test ini sama dilakukan seperti Strip/Stick Test yang sudah dijelaskan sebelumnya. Yang
membedakan, jika Strip/Stick Test ini dicelupkan pada wadah yang sudah diisi dengan urin, sedangkan
pada Card Test ini urin yang diteteskan pada zona sample sekitar 3-4 tetes urin.

Secara umum, terdapat tiga jenis manipulasi pada urin yang akan dilakukan pemeriksaan narkoba:

1. Menurunkan konsentrasi obat dengan cara mengkonsumsi obat untuk detoksifikasi ataupun
meminum air dalam jumlah besar

2. Menurunkan kadar obat dalam urin dengan cara menambahkan air pada urin yang telah
ditampung

3. Merusak obat atau mengubah pH sehingga mengganggu pemeriksaan dengan cara menambahkan
berbagai substansi seperti bahan kimia maupun produk detoksifikasi

Berikut beberapa prosedur yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan pemalsun pada
skrining narkoba pada urin.

1. Melepaskan pakaian luar yang tidak begitu berguna (jaket, syal dll)

2. Memindahkan benda/ substansi pada area pengambilan sampel yang dapat digunakan untuk
memalsukan urin (air, sabun cuci tangan)

3. Menaruh disinfektan berwarna biru pada air pembilas yang terdapat dalam area pengambilan
sampel

4. Meminta untuk mengeluarkan dan menyimpan barang-barang yang terdapat di saku pasien

5. Menyimpan barang-barang pribadi dengan pakaian luar (tas, ransel)

6. Menginstruksikan pasien untuk mencuci tangan dan mengeringkannya (lebih baik dengan sabun
cuci tangan cair) dengan pengawasan dan tidak mencuci tangan sampai pasien menyerahkan specimen

Kondisi urin berikut ini merupakan keadaan normal, dan keadaan urin di luar kondisi berikut patut
dicurigai terjadinya manipulasi maupun substitusi urin:

1. Suhu urin harus dicatat dalam waktu 4 menit sesudah pengambilan sampel dengan suhu di antara
32-380C dan tetap di atas 330C dalam waktu 15 menit.

2. pH urin normal berkisar antara 4,5-8

3. Berat jenis urin berkisar antara 1,002-1,020

4. Konsentrasi kreatinin lebih dari 20mg/dL

5. Tampilan urin normal (tidak berbusa, keruh, berwarna gelap atau sangat jernih dan kuning muda)
C. Tes Darah

Selain dilakukan pemeriksaan urin dan rapid test seperti Strip/Stick dan Card Test, dapat dilakukan tes
darah. Pada pengguna narkoba, akan didapat hasil SGOT dan SGPT yang meningkat karena biasanya
pemakaian narkoba dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya hepatomegali.

D. Sampel Rambut

Cara ini dinilai lebih mantap dibandingkan tes urin untuk memastikan seseorang pecandu narkoba atau
tidak. Ada beberapa kelebihan dari analisis rambut bila dibandingkan dengan tes urin. Salah satunya
adalah narkoba dan metabolism narkoba akan berada dalam rambut secara abadi dan mengikuti
pertumbuhan rambut yang berlangsung sekitar 1 inchi per 60 hari. Sedangkan, kandungan narkoba
dalam urin segera berkurang dan menghilang dalam waktu singkat.

Immunoassay adalah suatu uji untuk mengidentifikasi keberadaan suatu obat


maupun metabolitnya dalam sampel biologis. Tujuannya untuk memonitor
penyalahgunaan obat maupun terapu suatu obat pada pasien (Kenny. 2011).

Immunoassay lebih sering menggunakan sampel urin karena dibutuhkan


sampel bebas protein. Pada sampel lain yang masih mengandung protein pelrlu
dilakukan pemisahan terlebih dahulu karena protein dapat mengganggu pembacaan
absorbansi.

Immunoassay mudah dilakukan, relatif murah untuk pengujian tiap sampel,


dan dapat mengidentifikasi suatu golongan obat. Namun perlu diperhatikan adanya
senyawa yang mirip dengan target dapat mengganggu pebgukuran atau hasil positif
yang salah (Kenny. 2011)

Anda mungkin juga menyukai