PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab katarak
yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain: trauma toksin, penyakit sistemik,
merokok, dan herediter (Vaughan, 2015). Katarak dapat terjadi akibat pengaruh
kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan
retinitis pigmentosa (Setiohadji, 2006).
1
Penulis akan membahas lebih lanjut mengenai kasus pada pasien laki-laki
berusia 66 tahun. Hal yang perlu diperhatikan pada penyusunan laporan ini yaitu cara
menegakkan diagnosis, penatalaksanaan, dan edukasi yang diberikan kepada pasien
agar tingkat kesembuhan yang didapatkan lebih optimal dan dapat mencegah
terjadinya rekurensi ataupun komplikasi yang dapat mengurangi kualitas hidup.
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah khasanah medis dalam
ilmu oftalmologi serta menjadi pedoman klinis, khususnya pada penyedia layanan
kesehatan primer.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. 2,3
Lensa terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya
dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan
memfokuskan cahaya ke retina.1,3
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di antara
iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan 3,5 mm – 5
mm.3 Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari
kapsul lensa.4 Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana
permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. 3,4 Kedua
permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks
refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya
usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan
menurun.2
a. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen
tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan bentuk
3
lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona
preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um). 4,5
b. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel
kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Pada
bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru. 3,4
c. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur adalah
serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat
3,5
yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.
4
2.1.3.1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan
kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai penyedia nutrisi dan
sebagai tempat pembuangan produknya. 5,6 Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena
aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur
komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction
antar sel.3
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah
fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan bayangan yang
terbentuk tepat jatuh di retina. 3,4 Akomodasi terjadi akubat perubahan lensa oleh badan silluar
terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi
sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat.
Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan,
kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada
nukelus.4,5
2.2. Katarak
5
2.2.1. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal
dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran
area berawan atau putih. 2,3
2.2.2. Epidemiologi
Angka kejadian katarak di dunia baik di dunia maju maupun berkembang cukup
besar yang sebagian besar merupakan katarak senilis, yaitu sebesar 90%, dimana 20-40%
merupakan usia 60 tahun ke atas yang mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat
kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. 4,6
Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran.
Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang
mengalami kebutaan akibat katarak.5,6
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa
mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. 3,4
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan
trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. 3
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau
penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan
metabolic lainnya seperti diabetes mellitus. 2,4
2.2.4. Patofisiologi
6
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina.5,6 Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks ir
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia
dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. 4,7
2.2.5. Klasifikasi
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
7
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok
2.3.2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α dan
β adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga
lensa tetap jernih.2,5 Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk
menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan
lensa.3,7
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam
amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. 5,7 Hal ini menyebabkan
lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein. Sehingga akan
menyebabkan kekeruhan pada lensa. Pada katarak senilis terjadi derajat maturasi sebagai
berikut:2,6
1. Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang jernih
diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat
dimulai dari sentral (kupuliform). Kekeruhan ini menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refaksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu lama.
2. Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume lensa dapat
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang degeneratif, dan dapat
terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion Ca dapat
menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat
menyebabkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
8
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan keluar dari
kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut. Kelanjutan dari katarak hipermatur
adalah katarak morgagni, dimana nukleus lensa menggenang bebas di dalam kantung kapsul.
Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi
longgar.
Tabel 2.1. Derajat kekerasan nukleus yang dapat dilihat pada slit lamp
9
2.3.4. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan.5,7 Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.5,7
10
Adapun diagnosis banding katarak senilis matur, yaitu sebagai berikut:
a. Katarak Traumatik
Pada katarak traumatic, lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aquous dan kadang-kadang
vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraokular yang memengaruhi
fisiologi lensa. Penyakit-penyakit intaokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik, rekuren, glukoma, retinitis pigmentosa,
dan ablation retina. Katarak ini biasanya bersifat unilateral.
Akibat pemberian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama, baik secara sistemik
mapun dalam bentuk obat tetes.
2.3.6. Tatalaksana
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, SICS, dan
phacoemulsifikasi.
11
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi
katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang
dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.2,5
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan
bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata
sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina,
mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.2,6
Salah satu teknik operasi katarak yang pada umumnya digunakan di Negara
berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan hasil visus yang bagus dan sangat
berguna untuk operasi katarak dengan volume yang tinggi. Teknik ini dilakukan
dengan cara insisi 6 mm pada sclera (jarak 2 mm dari limbus), kemudian dibuat
sklera tunnel sampai di bilik mata depan. Dilakukan CCC, hidrodiseksi, hidridelinasi,
dan nucleus dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi kemudian dipasang IOL. 2,3
12
4. Phacoemulsification
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Pandangan mata kanan Kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh anaknya ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah pada tanggal 3
Mei 2017 pukul 11.00 WITA dengan keluhan pandangan kabur pada mata kanan.
Pandangan kabur dialami sejak 1 tahun yang lalu sebelum ke Poliklinik Mata. Kabur
pandangan dikatakan seperti ada awan yang menghalangi penglihatan pasien. Hal
tersebut dikatakan berlangsung secara bertahap, awalnya sedikit namun semakin lama
pandangan pasien semakin kabur. Keluhan tersebut dirasakan sepanjang hari, tidak
ada faktor yang memperberat maupun yang memperingan keluhan. Keluhan lain yang
dirasakan pasien adalah sering merasa silau jika terkena sinar. Riwayat trauma pada
mata disangkal oleh pasien. Riwayat penglihatan double juga disangkal oleh pasien.
14
Riwayat Penyakit Dahulu, Alergi, dan Pengobatan
Pasien mengatakan ini merupakan keluhan pertama untuk mata kanan pasien. Pasien
mengatakan pernah mengalami hal serupa pada mata kiri pasien 5 tahun yang lalu dan
sudah dilakukan operasi katarak. Pasien sempat meneteskan mata kanan dengan tetes
mata Rohto sejak 2 bulan terakhir jarang-jarang, namun tidak ada perubahan. Riwayat
menggukaan kacamata disangkal oleh pasien. Riwayat penggunaan obat-obatan
jangka panjang disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit sistemik lainnya seperti
Diabetes Mellitus, Hipertensi maupun penyakit jantung disangkal oleh pasien.
Riwayat Sosial
Pasien memiliki riwayat pekerjaan sebagai seorang petani, namun saat ini pasien
sehari-hari sudah tidak bekerja. Saat ini pasien masih dapat melakukan aktivitas
dirumah seperti biasa. Pasien menyangkal bahwa di lingkungan pasien ada yang
memiliki keluhan serupa dengan pasien. Rwayat merorok maupun mengkonsumsi
alcohol disangkal oleh pasien.
15
Status General
Mata : dijelaskan pada status Oftalmologi
THT : kesan tenang
Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-)
Thoraks : simetris (+)
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
16
Gambat 3.1 Mata ocular dextra
2. Katarak Traumatika
17
3.6 Pemeriksaan Penunjang
a. USG OD
b. Biometri
c. Cek Darah lengkap, BT, CT, GDS
3.7 Penatalaksanaan
a. OD Pro SICS + IOL dengan anesthesia lokal
KIE
1. Menjelaskan tentang kondisi pasien dan penanganannya
2. Istirahat, makan dan minum yang bergizi untuk menambah daya tahan tubuh.
3. Menjelaskan kepada pasien tentang proses operasi yang akan dilakukan,
resiko tindakan, dan prognosisnya.
3.8 Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsionam : dubius ad bonam
Ad sanationam : dubius ad bonam
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 66 tahun yang datang dengan keluhan
utama pandangan kabur. Pandangan kabur dialami pada mata kanan sejak 1 tahun
lalu. Kabur dikatakan seperti berawan yang berlangsung perlahan. Keluhan dirasakan
sepanjang hari tanpa adanya faktor yang memperburuk maupun memperingan.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah silau bila melihat sinar. Riwayat trauma
mata dan penggunaan obat-obatan jangka panjang disangkal pasien. Mata kiri pasien
pernah mengalami keluhan yang sama 5 tahun lalu dan didiagnosis dengan katarak
yang saat ini sudah dilakukan operasi. Riwayat penyakit sistemik, merokok, maupun
mengonsusmsi alkohol pada pasien disangkal. Riwayat keluhan serupa pada keluarga
maupun penyakit sistemik pada keluarga disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus mata kanan light perception good
projection. Palpebra, konjungtiva, kornea, dan bilik mata depan kedua mata dalam
batas normal. Iris mata kanan bulat, regular, dan tidak ada iris shadow. Pupil mata
kanan pupil mid dilatasi, refleks pupil negatif, dan RAPD negatif sedangkan mata kiri
normal. Pada pemeriksaan lensa pada mata kanan didapatkan kekeruhan lensa dan
mata kiri terdapat IOL (intraocular lens). Pemeriksaan refleks fundus pada mata
19
kanan negatif sedangkan mata kiri positif. Tekanan intraokular kedua mata dalam
batas normal.
BAB V
20
SIMPULAN
Laporan kasus kali ini didapatkan pasien laki-laki berusia 66 tahun, yang mengeluh
pandangan mata kanannya kabur, sejak 1 tahun yang lalu, yang didahului oleh
penglihatan pasien seperti dihalang oleh awan, bertahap-tahap sehingga pasien hilang
kelihatannya. Pasien mengalami kabur mata kanan ini sepanjang hari, dan diikuti
silau jika terkena sinaran matahari. Ini merupakan keluhan pertama bagi mata kanan
pasien, tetapi pasien pernah mengalami keluhan katarak di mata kirinya 5 tahun yang
lalu, dan telah dilakukan pembedahan untuk mengekstrak dan memasang IOL. Pasien
telah menggunakan tetes mata rohto sejak 2 bulan yang lalu, tanpa mengalami
perubahan terhadap keluhannya. Pasien pernah bekerja sebagai petani, tetapi sudah
berhenti dan tidak bekerja sejak kebelakangan ini, dan sekarang melakukan aktivitas
di rumah seperti biasa. Tidak ada faktor yang memperberatkan atau meringankan
keluhan pasien. Pasien menyangkal riwayat trauma, penggunaan obat – obatan jangka
panjang, menggunakan kaca mata, mengalami penyakit sistemik, alergi obat, ahli
keluarga yang mempunyai keluhan sama, dan lingkungan pasien yang mempunyai
keluhan sama. Tanda vital pasien ini adalah dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan oftalmologi, pasien dijumpa mengalami kekeruhan pada lensa, pupil mid
dilatasi dengan reflex pupil negative, refleks fundus negatif, penurunan visus yang
berkisar antara 6/9 hingga light perception serta shadow test negatif. Hasil
pemeriksaan oftalmologi yang lain sekitar batas normal. Hal ini sesuai dengan
gambaran katarak senilis matur. Penanganan bagi katarak sinilis matur adalah
pembedahan, di mana ekstraksi lensa dilakukan, iaitu ICCE. Edukasi untuk pasien
dan keluarganya adalah penjelasan tentang kondisi pasien dan penanganannya,
istirahat, makan dan minum yang bergizi untuk menambah daya tahan tubuh, dan
menjelaskan kepada pasien tentang process operasi yang akan dilakukan, resiko
tindakan dan prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Eva, P.R., dan Whitcher, J.P. 2015. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi
17. Jakarta: EGC.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-
Hill; 2007
3. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders
Company ; 2006.
4. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
5. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
6. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J
Ophthalmol. 2011.
7. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 3
Mei 2017
8. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar
Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
9. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of
Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
22