Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSU Kartini Jepara
Pembimbing :
Disusun oleh :
30101307057
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSU Kartini Jepara
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
Abstrak
MetodeKami melakukan randomized open trial dari November 2011 sampai Maret
2012 pada 60 anak yang berumur 2-13 tahun dengan demam tifoid tanpa
komplikasi. Subyek secara acak menerima azitromisin (10 mg/kgBB/hari peroral 1x
sehari) atau kloramfenikol ( 100 mg/kgBB/hari peroral dibagi dalam 4 dosis) selama
7 hari. Efektifitas diukur dengan mencatat penurunan gejala dan tanda klinis dan
waktu penyembuhan demam. Data dianalisis denganChi-square dan T-tes.
HasilDari 30 pasien dalam grup azitromisin dan 28 pasien dari 30 pasien dalam grup
kloramfenikol sembuh (P= 0.246). Waktu penyembuhan demam lebih pendek pada
grup azitromisin (mean 37,9 (SD 32,75) jam, 95 % CI 25,67 sampai 50,13)
dibanding grup kloramfenikol (mean 49 (SD 45,83) jam, 95 % CI 31,89 sampai
66,11).
KesimpulanEfektifitas azitromisin mirip dengan choramphenicol dalam
pengobatan demam tifoid tanpa komplikasi pada anak-anak. Azitromisin memiliki
waktu penyembuhan demam lebih pendek dan tingkat kesembuhan yang lebih tinggi
dibandingkan kloramfenikol, meskipun hasil ini tidak signifikan secara statistik.
Metode
Kami melakukan randomized open trial dari November 2011 sampai Maret
2012, di Departemen Kesehatan Anak, Universitas Sam Ratulangi/ Rumah sakit Prof.
Dr. R. D. Kandou, Manado. Penelitian ini disetujuioleh Komite Etik dari Fakultas
kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Rumah sakit Prof. Dr. R. D. Kandou.
Subjek penelitian adalah anak usia 2-13 tahun dengan demam tifoid tanpa
komplikasi. Demam tifoid tanpa komplikasididefinisikan sebagai riwayat demam
selama 7 hari dengan satu gambaran klinis sugestif demam tifoid (perutsakit dan
nyeri, diare atau sembelit, mual atau muntah, lidah kotor dan hepatosplenomegali)
dan tes tubex positif (≥4).). Peneliti meminta persetujuan semua orang tua subjek
sebelum penelitian. Kita mengeklusi anak dengan malnutrisi, riwayat reaksi
hipersensitivitasuntuk azitromisin atau kloramfenikol, riwayat
infeksi S.enteritidis, penyakit lain seperti demam berdarah, malaria, pneumonia,
tuberkulosis atau Infeksi saluran kencing, serta mereka yang telah menerima
azitromisin atau kloramfenikol selama 7 hari tetapi kita tidak mengeklusi anak yang
menerima antibiotik lain.
Pasien diuji setiap hari sampai pasien keluar dari rumah sakit, dengan
referensi khusus untuk gejala klinis, waktu penyembuhan demam , efek sampingobat,
dan komplikasi dari penyakit.Respon terhadap pengobatan dinilai dengan parameter
klinis (resolusi dari tanda dan gejala klinis), waktu penyembuhan demam (waktu
awal pemberian antibiotik sampai suhu tubuh turun menjadi kurang dari 37,5 dan
tetap demikian selama 48 jam) dan pengembangan komplikasi. pasiendianggap
sembuh jika demam menghilang, Semua tandadan gejala demam tifoid teratasi, dan
tidak ada komplikasi atau efek samping yang parah hingga hari terakhir
pengobatan. Kegagalan pengobatan klinis didefinisikan sebagai demam dan gejala
yang menetap setelah menyelesaikan pengobatan atau berkembang menjadi
komplikasi berat (perdarahan gastrointestinal yang parah, perforasi usus, syok, atau
koma) selama pengobatan, membutuhkan perubahan dalam terapi .pasien yang gagal
diterapi ulang dengan ceftriaxon 80 mg/kgBB/hari selama 7 hari.
Dari november 2011 sampai maret 2012, 65 anak-anak dengan demam tifoid
tanpa komplikasi berusia 2-13 tahun direkrut ke dalam penelitian kami. Tiga anak
dari kelompok azitromisin dan dua anak-anak dari kelompok kloramfenikol keluar
dari penelitian. Enam puluh Anak menyelesaikan studi, dengan 30 anak-anak di
setiap kelompok Gambar 1
Tabel 1 menunjukkan epidemiologi, klinis, dan fitur laboratorium antar
kelompok penelitian.
Waktu penyembuhan demam lebih pendek pada Kelompok azitromisin (rata-rata 37,9
jam) dibandingkan dengan kelompok kloramfenikol (rata-rata 49 jam) tetapi hasilnya
tidak signifikan secara statistik (p = 0,285). Semua pasien yang diobati dengan
azitromisin dan semua kecuali dua dari pasien yang diobati dengan kloramfenikol
sembuh. Dua pasien dengan kegagalan klinis pada kelompok kloramfenikol yang
dianggap tidak sembuh sebagai hasil dari resolusi demamyang lambat tanpa gejala
lainnya. Kedua subyek penelitian menerima ceftriaxone untuk tambahan 7 hari
setelah 7 hari pemberian kloramfenikol. Keduanya kemudian mendapatkan
penyembuhan tanpa konsekuensi yang signifikan.
Efek samping terjadi pada dua pasien yang diobati dengan azitromisin, dengan
perkembangan ketidaknyamanan perut dan batuk, tapi tidak satu pun dari pasien yang
diobati dengan kloramfenikol. Efek samping yang tidak parah dan tidak
menimbulkan perubahan dalam pengobatan.
Diskusi
Dalam penelitian kami, tingkat kesembuhan klinis 100% untuk subyek yang
menerima azitromisin dibandingkan dengan temuan dari percobaan azitromisin masa
lalu untuk pengobatan demam tifoid. Waktu penyembuhan demam rata-rata 1,5-2,0
hari setelah awal pengobatan dalam dua kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien merespon segera terapi yang diberikan. Hasil ini baik
dibandingkan dengan agen antimikroba lainnya yang diuji untuk demam tifoid,
termasuk ceftriaxone, sefiksim, dan fluoroquinolones, serta menegaskan temuan uji
coba di Mesir, India dan Vietnam azitromisin dianggap efektif melawan infeksi yang
disebabkan oleh S. typhi.
Efek samping, termasuk gejala gastrointestinal dan batuk, dilaporkan oleh dua
pasien yang diobati dengan azitromisin dalam penelitian kami, tapi peristiwa ini
tidak serius dan tidak memerlukan penghentian terapi. Peristiwa ini terutama terjadi
dalam 1-2 hari pertama pengobatan dan tidak membutuhkan terapi atau perubahan
rejimen pengobatan.Meskipuntidak dapat dibuktikan, banyak peristiwa
gastrointestinal kemungkinan besar terkait dengan penyakit yang mendasari dan tidak
dengan pengobatan.