Anda di halaman 1dari 23

EKONOMI MAKRO

INVESTASI
Dosen Pengampu: Mahdar Ernita, M.Ed.

Nama kelompok:
Dzykri Shadik Mandawian
Halimatu Sa’diah
Julyannissa Pratiwi
Mega Aditya Warni
Nurhakiki Lestari
Raudatul Hasanah
Wellya Fitrah
Yusinta

Jurusan Pendidikan Ekonomi


Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru
2017
BAB I
LANDASAN TEORI
A. INVESTASI
1. Definisi Investasi dan Penentu-penentunya

Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan


istilah investasi. Suatu perusahaan asuransi, misalnya, membeli saham-
saham perusahaan dipasaran saham. Tindakan ini tidak dapat
dipandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang menggunakan
tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu
dikatakan sebagai “melakukan investasi” dalam analisis makroekonomi
tindakan individu atau perusahaan ansuransi tersebut membeli saham
tidak dipandang sebagai investasi. Untuk menghindari kekeliruan ini,
sebagi langkah pertama dalam membahas hal-hal yang berhubungan
dengan investasi perusahaan, terlebih dahulu akan diterangkan arti dari
pengertian tersebut.

2. Arti Investasi

Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal


atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang
menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi dapat diartikan
sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian1.
Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian
tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan
datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan

1
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 121
barang-barang modal yang lama yang telah haus dan perlu
didepresiasikan.

Dalam praktiknya usaha untuk mencatat nilai penanaman modal


yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai
investasi atau pembentukan modal atau penanaman modal meliputi
pengeluaran berikut:

 Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin


dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai
jenis industri dan perusahaan.
 Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan
lainnya.
 Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual,
bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi
pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan


investasi bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah
kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang
modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi
oleh nilai investasi depresiasi maka akan didapat investasi neto.

Menurut pandangan lama, investasi terutama ditentukan oleh


tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga2. Jadi, tingkat bunga
sebagai “harga” untuk modal uang dianggap faktor yang paling
menentukan investasi.

Dewasa ini tingkat bunga hanya dipandang sebagai salah satu


faktor yang memang ikut dipertimbangkan juga oleh para pengusaha,

2
Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta, Kanisius, 99
tetapi bukanlah faktor yang paling menentukan. Pada dasarnya
investasi merupakan hal yang dinamis, yang tergantung dari faktor-
faktor dinamis pula, seperti:

 Perkembangan teknik, yang membuka kemungkinan cara-


cara produksi baru, dengan alat-alat, mesin-mesin dan
teknologi yang baru.
 Kenaikan pendapatan masyarakat, yang berarti kenaikan
permintaan efektif masyarakat.
 Pertambahan penduduk, yang menyebabkan pasar
(potensial) bertambah besar.
 Pandangan para pengusaha tentang perkembangan pasar atau
permintaan masyarakat, perkembangan harga-harga dan laba
yang akan dapat diperoleh (=”expectations”).
 Hal yang ternyata berpengaruh besar adalah “iklim usaha”,
yang tergantung dari dan diwarnai oleh situasi politik,
keamanan dalam negri, kestabilan harga, ada tidaknya
kepastian hukum, desas-desus tentang akan adanya devaluasi
atau tindakan moneter dan faktor sosio-budaya lainnya.
 Tersediannya kredit dari perbankan dan pasar modal.
 Untuk pemerintah, rencana pembangunan yang telah disusun
dan prioritas yang telah ditetapkan oleh
pemerintah/Bappenas/DPR.
 Untuk investor dari luar negri, daya tarik karena harapan
akan laba (asal dan selama kestabilan politik dan keamanan
modalnya terjamin).

Investasi dapat dibedakan “otonom” artinya yang bagaimanapun


juga akan dilaksanakan atas dasar rencana atau perhitungan para
pengusaha, tidak tergantung dari tingkat pendapatan nasional. Sebagian
investasi lain disebut “induced” artinya :besar kecilnya tergantung dari
(ikut ditentukan atau dipengaruhi oleh)tingkat perkembangan
pendapatan dan produksi nasional. Maksudnya ialah kalau tingkat
pendapatan masyarakat dan produksi nasional bertambah, maka tingkat
investasi akan ikut naik pula.

3. Konsep dasar investasi dan rumus


Konsep dasar investasi perusahaan dilihat dari tiga jenis
investasi yaitu investasi tetap perusahaan, perubahan persediaan,
investasi perumahan.3

4. Kriteria Investasi
a. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi
yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin
pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun
demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period
ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka
panjang (> 5 tahun).
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang
dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang
dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan
dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak
proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C.
Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti
output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

c. Net Present Value (NPV).


Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan,
sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat

3
Suparmono, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta; UPP AMP YKPN. Hlm 85
hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan
dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung
menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan
total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu
proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang
dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya
total.
d. Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian
investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan
menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil
perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang
diinginkan (r).
4

4
http;//microsoft.com/fwlink/p/
5. Fungsi Investasi

Kurva yang menunjukkan perkaitan dianatar tingkat investasi dan


tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi5. Bentuk fungsi
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) ia sejajar dengan sumbu
datar, atau (b) bentuknya naik keatas ke sebelah kanan (yang berarti
makin tinggi) pendapatan nasional makin tinggi investasi). Fungsi atau
kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi
otonomi dan fungsi.

6. Sumber Pembiayaan Investasi

Jelas kiranya bahwa investasi memerlukan biaya. Dari manakah


dunia usaha mendapatkan dana untuk membiayai investasi itu?

a. Sumber Intern yang terpenting adalah


 Dana penyusutan yang memang harus diperhitungkan
sebagai biaya produksi (bukan Laba) dan kemudian
disisihkan untuk mengganti perlengkapan produksi yang tua
atau aus atau rusak6.
 Cadangan sisa hasil usaha yang tidak dibagikan melainkan
ditahan dalam perusahaan untuk membiayai perluasan
(ekspansi) atau pembaharuan peralatan produksi perusahaan.
b. Sumber Ekstern yang terpenting meliputi
 Kredit Bank yang dari tabungan masyarakat disalurkan ke
RTP melalui dunia perbankan
 Pasar Modal yang juga menyalurkan tabungan masyarakat
dalam bentuk saham atau obligasi
 Pemerintah terutama dari anggaran pembangunan (APBN)
untuk proyek-proyek pembangunan

5
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 126
6
Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta, Kanisius, 100
 Luar Negri terutama dalam bentuk
joint/PMA/bantuan/kredit

7. Penentuan-penentuan Tingkat Investasi

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga)


yang membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka untuk
membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam
modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka
tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya
keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.
Disamping ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh
untung, beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan
tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-
faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

 Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh


 Suku bunga
 Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan
 Kemajuan teknologi
 Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
 Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

8. Investasi, Keuntungan, dan Suku Bunga

Walapun faktor-faktor penting yang menentukan jumlah investasi


para pengusaha meliputi beberapa faktor, dua diantaranya mempunyai
kesanggupan untuk menerangkan sebab-sebabnya perubahan tingkat
investasi yang lebih penting dari faktor-faktor lainnya. Faktor tersebut
adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.

Ramalan mengenai keuntungan masa depan (a) akan memberikan


gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang
mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan, dan (b) besarnya
investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-
barang modal yang diperlukan7. Sedangkan suku bunga menentukan
jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan
melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat
pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu persentasi
keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang
dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis
ekonomimakro, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada
menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi
dan akibat perubahan suku bunga keatas investasi dan pendapatan
nasional.

Walaupun seorang pengusaha memiliki tabungan yang cukup, dan


oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan
untuk membiayai investasi yang ingin dilaksanakan, hal itu belumlah
merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi.
Pengusaha tersebut mempunyai dua pilihan dalam menggunakan
tabungannya, yaitu: (a) meminjamkan atau membungakan uang tersebut
atau (b) menggunakannya untuk investasi. Didalam keadaan dimana
persentasi pengembalian modal yang akan diperolehnya adalah lebih
kecil dari suku bunga, adalah lebih baik bagi pengusaha tersebut untuk
membungakan uangnya dan membatalkan maksudnya untuk melakukan
investasi. Kalau ia harus meminjam uang dari suatu lembaga keuangan,
pengusaha itu harus bertindak dengan lebih berhati-hati lagi. Investasi
yang direncanakannya, biaya akan dilaksanakan apabila tingkat
keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga
yang harus dibayarnya. Hanya dalam keadaan seperti itu pengusaha
tersebut akan memperoleh keuntungan dari usahanya.

7
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 122
9. Tingkat Pengembalian Modal

Pendapatan yang diterima dari sesuatu kegiatan menanam modal


biasanya akan diterima dalam beberapa tahun8. Mungkin dalam dua
tahun pertama keuntungan belum diperoleh, dan baru semenjak tahun
ketiga hasil penjualan melebihi pengeluaran. Seterusnya, walaupun
keuntungan dalam tahun ketiga adalah sama dengan tahun keenam
(misalnya jumlahnya adalah seratus juta rupiah), dari segi pandangan
perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda. Keuntungan
ditahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan ditahun keenam,
oleh jarena nilai sekarang dari keuntungan tersebut berbeda.

10. Investasi Persediaan yang Diantisipasi dan yang Tidak diantisipasi

Aspek yang menarik mengenai investasi persediaan terletak pada


perbedaan antara investasi yang diantisipasi (yang diinginkan) dan yang
tidak diantisipasi (tidak diinginkan). Investasi persediaan dapat menjadi
tinggi dalam dua keadaan9. Pertama, jika penjualan ternyata rendah dan
tidak diharapkan, perusahaan mempunyai persediaan yang tidak terjual
menumpuk digudang mereka, dan ini merupakan investasi persediaan
yang tidak dapat diperkirakan. Kedua, investasi persediaan dapat
menjadi tinggi karena perusahaan merencanakan untuk mengisi kembali
persediaan yang telah kosong atau habis. Kedua keadaan ini dengan jelas
mempunyai implikasi yang sangat berbeda untuk perilaku permintaan
agregat. Investasi persediaan yang tidak diantisipasi merupakan hasil dari
permintaan agregat yang tidak diduga ternyata rendah. Dipihak lain,
investasi persediaan yang direncanakan dapat merupakan tanggapan
terhadap permintaan agregat yang tinggi yang baru terjadi dan, tidak
diduga. Artinya, penimbunan persediaan cepat dapat sejalan dengan
permintaan agregat yang menurun dengan cepat ataupun permintaan
agregat yang meningkat dengan cepat.

8
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 123
9
Stanley Fischer, Makro Ekonomi, Jakarta, Erlanggaa, 270
11. Investasi Tetap Perusahaan Pendekatan Neoklasik

Mesin, perlengkapan, dan bangunan yang digunakan dalam produksi


barang dan jasa, merupakan stok modal tetap10. Analisis kita mengenai
investasi tetap perusahaan dalam bagian ini dikembangkan dalam dua
tahap. Pertama, kita selidiki berapa besarnya modal yang akan digunakan
oleh perusahaan-perusahaan, jika diketahui biaya dan hasil
pengembalian atas pengunaan modal dan tingkat output yang mereka
harapkan untuk diproduksi. Dengan kata lain, kita selidiki apa yang
menentukan stok modal yang diinginkan. Stok modal yang diinginkan
adalah jumlah modal yang ingin dimiliki oleh perusahaan dalam jangka
panjang, jika kita tidak memperhitungkan penundaan yang mereka
hadapi dalam menyesuaikan penggunaan modal mereka. Akan tetapi,
karena diperlukan waktu untuk memesan mesin yang baru, untuk
membangun pabrik, dan untuk memasang mesin-mesin, perusahaan-
perusahaan tidak dapat dengan seketika menyesuaikan stok modal
mereka yang ada terhadap tingkat yang diinginkan dengan berjalannya
waktu. Laju penyesuaian menentukan berapa besar yang dikeluarkan
perusahaan untuk menambah jumlah modal dalam setiap periode, artinya
menetukan tingkat investasi.

Contoh soal:

Jika suatu perusahaan memiliki pendapatan sebesar 1.500M dan


pengeluaran untuk/ konsumsi sebesar 800M, maka berapakah investasi
yang dilakukan perusahaan tersebut?

Diketahui: Y= 1.500M

C= 800M

Penyelesaian:

I= Y-C

10
Stanley Fischer, Makro Ekonomi, Jakarta, Erlanggaa, 273
I=1.500-800

I=700M

investasi
1500

800

Y
Soal dan Jawaban

1) Dzykri Shadik Mandawian


Perusahaan E memiliki pendapatan sebesar 100.000.0000 dengan konsumsi
35.000.000. Berapakah investasi perusahaan E?
Jawaban:
I=Y-C
vI=100.000.000-35.000.000
I=65.000.000

100 jt

35jt

0 Y
2) Halimatu Sa’diah
Jika perusahan memiliki pendapatan sebesar 10.000.000 dan pengeluaran untuk
konsumsi 4.000.000. Maka berapakah investasi yang dilakukan perusahaan tersebut?
Y= 10.000.000 C= 4.000.000

Jawaban:
I= Y-C
I= 10.000.000-4.000.000
I= 6.000.000

10 jt 4 jt

6 jt

Y
3) Julyannissa Pratiwi
Jika pendapatan perusahaan Rp. 600.000.000 dan pengeluaran untuk konsumsi Rp.
200.000.000, maka berapakah investasi yang dilakukan perusahaan tersebut?
Jawab: I = Y-C

= 600.000.000-200.000.000

=400.000.000

400 Jt

600 jt

200 jt

0 Y
4) Mega Aditya Warni
PT Sekar Ayu menghasilkan pendapatan sebesar 450.000.000 dan membayar
untuk konsumsi sebesar 150.000.000. Berapakah besar investasi PT Sekar Ayu ?

Diketahui: Y=450.000.000 C=150.000.000

Jawaban: I=Y-C
I= 450.000.000-150.000.000
I= 300.000.000

300 jt
450 jt

0 Y
5) Nurhakiki Lestari
PT Tasya memiliki pendapatan sebesar 2.500 Triliun dan pengeluaran untuk
konsumsi sebesar 1.700 Triliun. Maka berapakah investasi yang dilakukan
perusahaan tersebut?
Dik: Y = 2.500 C = 700

Dit: I =....?
I = Y-C
= 2.500-1.700
= 800 Triliun

2500 T 800 T

1700 T
6) Raudatul Hasanah
Jika suatu perusahaan memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.500 dan pengeluaran
untuk konsumsi sebesar Rp. 800, maka berapakah investasi yang dilakukan
perusahan tersebut.

Jawab :

Dik : Y = 1.500

C = 800

Penyelesaian :

C=Y+I

I = Y- C

I = 1.500 – 800

I = 700

Jadi investasi perusahaan tersebut Rp. 700

I= Y-C, 1.500-800= 700


Y= 1.500

C= 800

Y
7) Wellya Fitrah
PT XYZ memiliki pendapatan sebesar Rp. 500.000.000 dan pengeluaran untuk
konsumsi sebesar Rp. 90.000.000, maka berapakan investasi yang dilakukan PT
XYZ tersebut?
Dik: Y= 500.000.000
C= 90.000.000
Penyelesaian:
I= Y-C
I = 500.000.000- 90.000.000
I = 410.000.000

500 JT

410 jt

90 jt

0 Y
8) Yusinta
Perusahaan Sinta menghasilkan pendapatan sebesar Rp 500.000.000 dan penyerahan
untuk konsumsi adalah sebesar Rp 180.000.000 . Maka berapakah investasi yang
dilakukan perusahaan Sinta?
Diketahui: Y= Rp 500.000.000
C= Rp 180.000.000

Jawaban: I= Y-C
= 500.000.000-180.000.000
=320.000.000

320 jt

500jt

180 jt

0 Y
ABSTRAK

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-


penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah: Tingkat


keuntungan yang diramalkan akan diperoleh, Suku bunga, Ramalan mengenai
keadaan ekonomi dimasa depan, Kemajuan teknologi, Tingkat pendapatan nasional
dan perubahan-perubahannya, Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

Dalam tugas ini membahas investasi dan cara menghitung sekaligus kurva .
Daftar Pustaka

Gilarso, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta, Kanisius

Sadono Sukirno, 2012, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta, PT RajaGrafindo


Persada
Stanley Fischer, Makro Ekonomi, Jakarta, Erlanggaa

Suparmono, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta; UPP AMP YKPN

http;//microsoft.com/fwlink/p/ ?linked=255141

Anda mungkin juga menyukai