Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Teknologi Kontrasepsi

Dosen : Prof. Dr. dr. M. Tahir Abdullah, M.Sc., MSPH


Tugas Kelompok

MARIA ULFA K012171022


HILDAYANTI SAMSUL K012171097
DEWI RAHMAWATI K012171126

KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI


PRODI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program
pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No. 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, namun dalam perkembangannya telah disempurnakan
dengan terbitnya Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
kependudukan dan Pembangunan Keluarga, begitupula pada pengertian
Keluarga Berencana sudah ditetapkan (Rismawati, 2013). Pemerintah
Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah
kependudukan yang ada, salah satu progamnya adalah dengan Keluarga
Berencana Nasional sebagai integral dari pembangunan nasional yang
mempunyai tujuan ganda yaitu mewujud- kan pembangunan yang berwawasan
kepen- dudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Keadaan ini
dapat dicapai dengan menganjurkan wanita usia subur (PUS) untuk mengikuti
Progam Keluarga Berencana (BKKBN, 2011). Kesadaran akan pentingnya
kontrasepsi di Indonesia, masih perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya
ledakan penduduk di Indonesia.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merumuskan
tujuan dari Program Keluarga Berencana secara makro adalah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran,
sedangkan secara mikro yaitu untuk mewujudkan ketahanan keluarga dan
kesejahteraan masyarakat. Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas telah menjadi tuntutan masyarakat dan juga merupakan kewajiban
pemerintah dan pemberi pelayanan untuk masyarakat. Tuntutan pelayanan
yang berkualitas ini dipengaruhi dengan semakin meningkatnya pengetahuan
masyarakat terhadap kesehatan, termasuk Keluarga Berencana dan kesehatan
reproduksi (Saifuddin, 2006 dalam Sumarni,2015).
Menurut World Health Organization (WHO) keefektifan Metode
Amenorea Laktasi 98 % bagi ibu yang menyusui secara eksklusif selama 6
bulan pertama pasca persalinan dan sebelum menstruasi setelah melahirkan.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan dan minuman apapun lainnya (Prawirohardjo, 2006 dalam
Sumarni,2015). Alat kontrasepsi sederhana yaitu dengan memanfaatkan masa
menyusui yang disebut dengan metode Amenorea Laktasi. Menyusui Eksklusif
merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama
klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca
persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%.
Metode Amenorea Laktasi efektif bila menyusui lebih dari delapan kali
sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi. Untuk menggunakan
Metode Amenorea Laktasi ini diperlukan pengeluaran ASI yang dipengaruhi
hormon oksitosin haruslah lancar, yang menurut penelitian yang dilakukan oleh
Patricio Valdes Garcia dan Camila Mella sebesar 75% lancarnya pengeluaran
ASI dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu itu sendiri.
Metode Amenorea Laktasi kemungkinan digunakan di beberapa negara
berkembang jauh sebelum penelitian mengkonfrmasi bahwa kehamilan jarang
terjadi selama 6 bulan pertama setelah melahirkan sesuai dengan penelitian
Okoli Uchena diantara wanita menyusui dan wanita yang memberi ASI
ditambah susu botol. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar prolaktin yang tinggi.
Ringkasan 13 penelitian dari 8 negara telah memunculkan kesimpulan yang
dikenal sebagai “Pernyataan Konsensus Bellagio”, bahwa pemberian ASI
mencegah kehamilan > 98% selama 6 bulan pertama setelah melahirkan bila
ibu menyusui atau memberi ASI dan belum pernah mengalami perdarahan
pervaginam setelah hari ke-56 pascapartum (Astuti, 2017).
Metode Amenorea Laktasi di Indonesia pencapaiannya masih rendah. Hal
ini diukur dari tingkat pencapaian pemberian ASI Eksklusif yang masih
rendah. Pemberian ASI eksklusif di Indonesia telah ditetapkan dalam undang-
undang oleh pemerintah tetapi menurut hasil Survei Demograf dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi 0-6 bulan
sebesar 32 % dan menunjukkan kenaikan menjadi 42 % pada tahun 2012.
Selain MAL banyak metode kontrasepsi pasca persalinan yang dapat
digunakan oleh ibu yaitu ada Diafragma dengan tingkat kegagalan 6-16
kehamilan per 100 perempuan, spermisida dengan kegagalan 18-29 kehamilan
per 100 perempuan, mini pil dengan efektifitas 98%, suntik progestin dengan
efektifitas 96%, IUD dengan tingkat kegagalan 1 dari 125- 170 kehamilan, dan
kondom dengan tingkat kegagalan 2-12 kehamilan per 100 perempuan per
tahun.
Pada tahun 1980-an, dimana dunia dilanda epidemik penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS, dinajurkan untuk meningkatkan minat
menggunakan kondom latex, yang merupakan metode efektif untuk mencegah
penularan penyakit melalui hubungan seksual (Lubis, 2008).
Pemakaian kondom sangat efektif apabila dipakai dengan benar pada saat
bersenggama. Angka kegagalan teoritis 3% dan praktisnya 5-20%. Tetapi
akhir-akhir ini, angka kegagalan pemakaian kondom menurun menjadi 14-
15%, ini artinya 14-15 dari 100 pasangan wanita pemakai kondom akan hamil
selama pemakaian kondom di tahun pertama. Bahan spermicidal meningkatkan
efektifitas menjadi lebih dari 95% jika dipakai dengan benar dan konsisten
(Afriani, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Metode Amenore Laktasi ?
2. Bagaimana kah kriteria Metode Amenore Laktasi ?
3. Bagaimanakah cara kerja Cara kerja Metode Amenorea Laktasi ?
4. Apakah Keuntungan dan Kerugian Metode Amenorea Laktasi ?
5. Bagaimanakah Keterbatasan Metode Amenorea Laktasi ?
6. Bagaimanakah syarat agar Metode Amenorea Laktasi efektif sebagai
kontrasepsi ?
7. Apa difinisi kondom?
8. Bagaimana klasifikasi kondom?
9. Apa kelebihan pemakaian kondom?
10. Apa kekurangan pemakaian kondom?
11. Kapan waktu pemasangan kondom?
12. Bagaimana cara penggunaan kondom?
13. Bagaimana cara penanganan efek samping kondom?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Metode Amenore Laktasi
2. Untuk mengetahui kriteria Metode Amenore Laktasi
3. Untuk mengetahu Cara kerja Metode Amenorea Laktasi
4. Untuk mengetahui Keuntungan dan Kerugian Metode Amenorea Laktasi
5. Untuk mengetahui Keterbatasan Metode Amenorea Laktasi
6. Untuk mengetahui syarat agar Metode Amenorea Laktasi efektif sebagai
kontrasepsi
7. Untuk mengetahui difinisi kondom?
8. Untuk mengetahui klasifikasi kondom?
9. Untuk mengetahui kelebihan pemakaian kondom?
10. Untuk mengetahui kekurangan pemakaian kondom?
11. Untuk mengetahui kapan waktu pemasangan kondom?
12. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan kondom?
13. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan efek samping kondom?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Metode Amenore Laktasi


A. Defenisi
Metode Amenore Laktsi adalah metode kontrasepsi pada ibu yang
menyusui secara ekslusif selama 6 bulan pertama postpartum. Pengaturan
jarak ke-lahiran dengan menggunakan kontrasepsi postpartum merupakan
faktor penting bagi kesehatan ibu dan bayi. Sebagai metode kontrasepsi
awal bagi ibu menyusui, me- tode amenore laktasi tidak mengganggu
laktasi atau ber- pengaruh negatif terhadap kehamilan selama enam bulan
postpartum. Efektivitas yang tinggi dan pemanfaatan jangka panjang
menjadikan metode kontrasepsi ini aman bagi ibu menyusui.
B. Kriteria Metode Amenore Laktasi
 Ibu belum menstruasi sejak melahirkan
 Ibu memberikan ASI kepada bayinya secara penuh (hanya ASI saja
tanpa makanan tambahan ataupun minuman apapun serta pemberian
obat seperti vitamin K atau vitamin A, vaksin polio)
 Bayi berusia 6 bulan
C. Cara kerja Metode Amenorea Laktasi
Konsentrasi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus
pengisapan berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi
yang cukup,kadar prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang
merangsang produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH yang
diperlukan untuk memelihara dan melangsungkan siklusmenstruasi.
Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi
kurandg sensitif terhadap perangsangan gonadotropin yang memang sudah
rendah, dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang
rendah dan an-ovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih
kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang singkat
dan fertilitas menurun. Jadi, intinya cara kerja Metode Amenore Laktasi (
MAL ) ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi.
D. Keuntungan dan Kerugian Metode Amenorea Laktasi
Keuntungan Kontrasepsi
Metode Amenorea Laktasi memiliki keuntungan efektifitas tinggi
(keberhasilan 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan), segera
efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara
sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan
tanpa biaya (Anggraini & Martini, 2011 dalam Sartika,Putri.2013).
Keuntungan dan Kerugian Nonkontrasepsi
Keuntungan untuk kesehatan bayi adalah mendapat antibody perlindungan
lewat ASI (kekebalan pasif), sumber asupan gizi terbaik, sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal, dan tidak terpapar dengan air, susu
formula, atau alat minum yang dipakai.Keuntungan bagi ibu adalah
mengurangi pendarahan post partum, mengurangi resiko anemia,
meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi. Kerugian metode
amenore laktasi adalah perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, tidak melindungi
terhadap infeksi menular seksual, dan efektifitas tinggi hanya sampai
kembalinya haid (Prawirohardjo, 2006 dalam Sartika,Putri.2013).
E. Keterbatasan Metode Amenorea Laktasi
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan.
2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan.
4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS.
F. Yang boleh menggunakan Metode Amenorea Laktasi
1) Ibu yang menyusui secara eksklusif.
2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3) Belum mendapat haid setelah melahirkan
F. Yang seharusnya tidak memakai MAL
1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2) Tidak menyusui secara eksklusif.
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
G. Syarat agar MAL efektif sebagai kontrasepsi yaitu :
1) Ibu harus menyusui secara penuh.
2) Perdarahan pasca persalinan sebelum 56 hari belum dianggap haid
3) Bayi menghisap payudara ib secara langsung.
4) Inisiasi menyusui dini (IMD) segera setelah bayi lahir ½ sampai 1 jam.
5) Kolostrum (susu jolong : susu ibu yang keluar pada tiga hari pertama)
diberikan pada bayi.
6) Ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi dan dari kedua payudara.
7) Bayi disusui sesering mungkin selama 24 jam, termasuk malam hari.
8) Hindari jarak menyusui lebih dari empat jam.
2. Metode Kondom
a. Definisi Kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan
muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan
pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya
penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual
(Saifuddin, 2003).
Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak
beberapa abad yang lalu. Kondom berfungsi sebagai barrier yang
membungkus penis untuk melindungi dari penyakit yang telah digunakan
sejak 1350 sebelum masehi dan digunakan untuk mencegah kehamilan
sekitar abad ke-16 (Lubis, 2008).
Kondom merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan. Cara kerja kondom, mencegah sperma bertemu dengan sel telur
yang menyebabkan tidak terjadinya pembuahan. Alat kontrasepsi ini lebih
efektif digunakan tetapi jika penggunaannya secara tepat dan benar.
b. Klasifikasi
Klasifikasi kondom berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi
2 bagian, yaitu kondom pria dan kondom wanita
1. Kondom Pria
Kondom pria merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang
pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria
pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya
ada dua macam, yaitu polos dan berputing. Bentuk berputing ada
kelebihannya yaitu untuk menampung sperma setelah ejakulasi. Cara
kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau
mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita.
Jenis/tipe kondom pria adalah :
a. Kondom lateks
Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan
berbentuk silinder bulat, umumnya memiliki panjang 15-20 cm,
tebal 0,03-0,08 mm, garis tengah sekitar 3,0-3,5 cm, dengan satu
ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang terbuka
bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia dalam ukuran
yang lebih besar atau lebih kecil dari standar.
b. Kondom berpelumas
Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah
diperkenalkan variasi kondom yang berpelumas, mengandung
spermatiside, berwarna, memiliki rasa, dan beraroma.
c. Kondom anti alergi
Kondom anti alergi terbuat dari karet lateks dengan rendah residu
dan tidak dipralubrikasi.
d. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan terutama
untuk hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk
memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan HIV/AIDS
2. Kondom Wanita
Kondom untuk wanita adalah suatu sarung polyurethane dengan
panjang 15 cm dan garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat
ke suatu cincin polyurethane lentur. Cincin polyurethane ini berfungsi
sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom di vagina.
Kondom wanita mengandung pelumas berbahan dasar silikon dan tidak
memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai. Efektivitas
dari penggunaan kondom ini menunjukkan sama dengan efektivitas dari
penggunaan diafragma (USU, 2009).
Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi
dibandingkan kondom lateks. Bahan tersebut juga kuat dan jarang
robek (40% lebih kuat dari kondom lateks) tetapi tipis sehingga sensasi
yang ditimbulkan tetap dapat dipertahankan. Kondom wanita ini dapat
mencegah kehamilan dan penularan penyakit seksual termasuk HIV
apabila digunakan dengan benar (Lubis, 2008).
Fungsi kondom sebenarnya bukan sekadar sebagai alat KB atau
pengaman saja. Kondom juga bisa digunakan sebagai bagian dari
foreplay agar suasana bercinta menjadi berbeda. Apalagi saat ini
kondom tersedia dalam beragam tekstur dan aroma. Berikut jenis-jenis
kondom yang banyak beredar di pasaran (Yuniico, 2009) :
a. Kondom dengan aroma dan rasa.
Aroma favorit yang bisa dipilih seperti cokelat, stroberi, durian,
pisang dan mint.
b. Kondom berulir (Ribbed Condom)
Jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan di bentuknya yang
berulir untuk menambah kenikmatan pada saat bersenggama.
c. Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom)
Tipe satu ini berbahan karet dengan ukuran yang sangat tipis. Pada
saat melakukan senggama, pasangan seakan-akan senggama tanpa
menggunakan kondom.
d. Kondom bintik (Dotted Condom.
Tipe ini disertai dengan bintik-bintik di sekitarnya yang bisa
menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita.
e. Kondom ekstra pengaman (Extra Safe Condom)
Jenis ini memiliki tambahan lubrikan, serta mengandung
perlindungan ekstra untuk mencegah kehamilan.
f. Kondom wanita (Female Condom)
Kondom berbahan lateks atau polyurethan, sehingga bersifat elastis
dan fleksibel, kondom ini lebih menimbulkan sensasi atau
rangsangan. Terutama bagi pria yang kurang suka memakai
kondom.
g. Kondom twist.
Tipe ini didesain secara khusus untuk menstimulasi area sensitif
pada saat bersenggama.
h. Kondom getar (Vibrating Condom).
Kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian ujungnya
Kondom yang menggunakan baterai khusus untuk menggerakkan
cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit.
i. Kondom baggy.
Tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung serta memiliki
ulir di bagian badannya, untuk memaksimalkan gerakan saat
bersenggama.
j. Kondom dengan tambahan obat kuat (Condoms with extra strong
medicine)
Jenis kondom yang satu ini dilengkapi dengan lubrikan yang
mengandung obat kuat.
c. Kelebihan Pemakaian Kondom
Kelebihan kondom secara kontrasepsi antara lain:
1. Efektif bila pemakaian benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara
Kelebihan kondom secara non kontrasepsi antara lain:
1. Peran serta suami untuk ber-KB.
2. Mencegah penularan PMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
5. Adanya interaksi sesama pasangan.
Kelebihan kondom berdasarkan klasifikasinya.
1) Pria :
a. Murah dan dapat dibeli secara umum.
b. Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
c. Tidak memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan
d. Mudah cara pemakaiannya.
e. Tingkat proteksi yang cukup tinggi terhadap infeksi menular seksual
(PMS)
f. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten.
g. Tidak mengganggu produksi.
h. Tidak memerlukan pengawasan.
2) Wanita :
a. Memberikan perlindungan yang tinggi terhadap infeksi menular
seksual (IMS).
b. Tidak mengganggu produksi.
c. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten.
d. Bagi pasangan pria, penurunan kenikmatan seks lebih kecil
dibandingkan kondom laki-laki.
e. Tidak memerlukan pengawasan.
d. Kekurangan Kondom
Kerugian menggunakan kondom antara lain:
1. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
2. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
3. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
4. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah.
5. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks
guna memasang kondom.
6. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus-menerus setiap
senggama (kurang praktis).
Kekurangan pemakaian kondom berdasakan klasifikasinya.
Pria : Penurunan kenikmatan seks lebih besar daripada kondom wanita
Wanita :
1. Kenikmatan bisa terganggu karena timbul suara gemerisik saat
berhubungan intim.
2. Penampilan kurang menarik.
3. Pada awal menggunakan alat ini, proses pemasangannya agak sulit.
4. Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya ke dalam vagina.
5. Harganya masih mahal.
e. Waktu Pemasangan Kondom
1. Bila hubungan seksual dilakukan pada saat istri sedang dalam masa
subur.
2. Bila istri tidak cocok dengan semua jenis alat/metode kontrasepsi.
3. Setelah vasektomi kondom perlu dipakai sampai enam minggu.
4. Sementara menunggu penggunaan metode/alat kontrasepsi lainnya.
5. Bagi calon peserta Pil KB yang sedang menunggu haid.
6. Apabila lupa minum pil KB dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.
7. Apabila salah satu dari pasangan suami istri menderita Penyakit
Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.
8. Dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang
dipakai pasangan suami istri
9. Sementara menunggu pencabutan implant/susuk KB/alat ontrasepsi
bawah kulit, bila batas pemakaian implant telah habis.
f. Cara Penggunaan Kondom
Pemasangan kondom pada pria :
1. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermicidal ke dalam
kondom.
3. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting
atau benda tajam lainnya, pada saat membuka kemasan.
4. Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya
pada glan penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan
tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.
5. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian
ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6. Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga
kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom
diluar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar
vagina.
8. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
9. Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan
ditempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom
menjadi rusak atau robek saat digunakan.
10. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
11. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari
bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.
Pemasangan kondom pada wanita :
Ujung yang tertutup di bentuk lonjong pipih atau bisa juga angka
delapan dengan salah satu jari-jari tangan. Tangan lain membuka bibir
vagina dan yang lain memegang ujung kondom yang tertutup masukkan
kedalam lubang kemaluan. Setelah cincin masuk ke dalam vagina, tangan
yang satu memasukkan jari ke dalam kondom untuk mendorong agar
kondom bisa masuk seluruhnya. Usahakan cincin yang di dalam
menghadap langsung kearah mulut rahim. Rapikan cincin bagian luar yang
terbuka dibibir vagina. Kondom siap dipakai unutk berhubungan badan
suami isteri.
g. Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian
alat kontrasepsi kondom.
Efek Samping Atau Masalah Penanganan
Kondom rusak atau bocor sebelum Buang dan pakai kondom yang baru
atau gunakan spermisida
pemakaian
Kondom bocor saat berhubungan Pertimbangkan pemberian Morning
After Pil
Adanya reaksi alergi Berikan kondom jenis alami atau ganti
metode kontrasepsi lain

Mengurangi kenikmatan berhubungan Gunakan kondom yang lebih tipis atau


seksual
ganti metode kontrasepsi lain
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, kita dapat menyimpulkan
bahwa tujuan akhir dari keluarga berencana bukan hanya mengurangi
jumlah penduduk, serta memperbaiki ekonomi saja. Namun, demi
menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia. Oleh karena itu, kita
sebagai petugas kesehatan harus bisa menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya program KB, dengan menggunakan KB sederhana dengan alat
ini akan cenderung ke arah keberhasilan dalam menjalankan program KB
yang salah satunya dengan metode MAL dan kondom.
2) Kontrasepsi yang cukup efektif apabila dilakukan dengan benar yaitu
dengan pemakaian kondom. Kondom merupakan cara kontrasepsi metode
tradisional dan cara kerjanya yaitu dengan menggunakan barrier atau
pelindung.
3) Metode Amenore Laktasi (MAL ) bekerja dengan cara menekan atau
menunda terjadinya proses ovulasi,yaitu dengan peningkatan hormon
prolaktin sebagai akibat responsterhadap stimulus pengisapan berulang
pada saat menyusui. Penggunaan MAL bagi ibu pospartum sebagai
metode kontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami
ovulasi. Semakinlama ibu memulai untuk menyusui bayinya,menstruasi
akan semakin cenderung terjadi kembali selama masa meyusui
tersebut,dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului menstruasi
pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering mengisap ASI, maka
semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi ibu.
B. Saran
Dalam menjalankan program KB, kita harus menyadari juga bahwa
keluarga berencana harus didukung oleh peningkatan kesehatan, sosial
ekonomi, serta pendidikan tentang alat kontrasepsi misalnya dengan
mengadakan penyuluhan tentang program KB.
Sebaiknya metode kontrasepsi amenore laktasi ( MAL ) menjadi pilihan KB
bagi pasangan suami istri yang ingin menunda kehamilan karena tidak perlu
obat atau alat dan pengawasan medis serta tanpa mengeluarkan biaya. Dan
untuk pemakaian kondom hindarilah pemakaian kondom secara illegal, jangan
melakukan seks bebas tanpa ikatan pernikahan, gunakanlah kondom sesuai
peraturan dan tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Metode Amenore Laktasi Dalam Program Kb Dan Kesehatan


Reproduksi. Nad.Bkkbn.Go.Id/Data/Documents/Mal.Pdf.Diakses 12
Febru ari 2018.
Anonim.Http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/137/Jtptunimus-Gdlm
Izzatulmus-6814-3-C.Babi-L.Pdf
Astuti, Sri.2017 . Gambaran Metode Amenorea Laktasi Dan Cara
Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor
Jurnal..Unpad.Ac.Id/Jsk_Ikm/Article/Download/13959/6706.
Diakses 12 Februari 2018.
FK, UPD, Bagian Obstetri & Ginekologi. 1980. Teknik Keluarga
Berencana (Perawatan Kesuburan). Bandung: ELSTAR OFFSET.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Lubis, Ramona Dumasari. 2008. “Penggunaan Kondom”,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3422/1/08E00890.pd
f. (Diakses tanggal 12 Februari 2018 ).
Rismawati, S. 2013. Unmet Need : Tantangan Program Keluarga
Berencana Dalam Menghadapi Ledakan Penduduk Tahun 2030.
Http://Pustaka.Unpad.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2014/10/Artikel-
Unmet-Need.Pdf. (Diakses 12 Februari 2018).
Ropitasari. 2012. Konseling Pospartum Dan Penerapan Metode
Kontrasepsi Amenori
Laktasi.Article.Http://Download.Portalgaruda.Org/ArticlePhp?Articl
e=269670&Val=7113&Title=Konseling%20postpartum%20dan%20
penerapan%20metode%20kontrasepsi%20amenore%20laktasis. (Dia
kses 12 Februari 2018)
Sartika,Putri.2013. Simtakp.Uui.Ac.Id/Dockti/Dewi_Putri_Sartika-Kti.Pdf
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 17- MK 21).
Sumarni. 2015. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Keberhasilan
Metode Mal.Di Kelurahan Ringin Putih Karangdowo Klaten. Jurnal.
Ejournal.Stikesmukla.Ac.Id/Index.Php/Involusi/Article/Download/19
5/19. Diakses 12 Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai