ilustrasi-penghindaran-pajak-nih2_20171120_211220.jpg
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Berdasarkan laporan yang dibuat bersama antara Ernesto Crivelly, penyidik
dari IMF tahun 2016, berdasarkan survei, lalu di analisa kembali oleh Universitas PBB menggunakan
database International Center for Policy and Research (ICTD), dan International Center for Taxation and
Development (ICTD) muncullah data penghindaran pajak perusahaan 30 negara.
Indonesia masuk ke peringkat 11 terbesar dengan nilai diperkirakan 6,48 miliar dolar AS, pajak
perusahaan tidak dibayarkan perusahaan yang ada di Indonesia ke Dinas Pajak Indonesia.
Sedangkan Jepang termasuk ketiga terbesar dengan nilai penghindaran pajak senilai 46,7 miliar dolar AS.
Peringkat pertama, paling banyak penghindaran pajak dilakukan perusahaan yang ada di Amerika Serikat
senilai 188,8 miliar dolar AS.
Lalu peringkat kedua adalah China senilai 66,8 miliar dolar AS.
Peringkat keempat adalah India (41,1 miliar dolar AS), kelima adalah Malaysia senilai 23,3 miliar dolar
AS, keenam Argentina (21,4 miliar dolar AS), ketujuh adalah Perancus dengan nilai 19,7 miliar dolar AS,
Jerman dengan nilai 15 miliar dolar AS, lalu Dominika senilai 11,7 miliar dolar AS dan ke-10 adalah
Pakistan dengan nilai 10,4 miliar dolar AS.
OJK dan PPATK Telusuri Kasus Penghindaran Pajak yang Diduga Terkait Militer RI
JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan berkoordinasi dengan Pusat pelaporan dan
Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menindaklanjuti kasus transfer dana sekitar Rp 18,9 triliun atau 1,4
miliar dollar AS oleh Standard Chartered Plc (Stanchart).
Kasus transfer dana dari Guernsey, Wilayah Inggris ke Singapura ini diduga untuk menghindari pajak.
Kasus yang sedang ditangani otoritas Eropa dan Asia ini melibatkan nasabah Indonesia ini diduga terkait
dengan militer Indonesia.
Kepala Departemen Sekretariat Dewan Komisioner, Hubungan Masyarakat dan Internasional OJK Anto
Prabowo mengatakan bakal terus berkoordinasi dengan pihak terkait dan PPATK.
"Kami akan terus lakukan koordinasi dengan PPATK, kami ingin mencari info lebih dalam," kata Anto
Minggu (8/10/2017).
Terkait kasus ini, OJK bilang sebenarnya regulator telah mempunyai mekanisme pengawasan. Menurut
OJK, jika ada masalah terkait sistem keuangan maka regulator terkait akan melakukan pengelusuran.
Sumber Kontan bilang kasus ini efeknya luas. Hal ini karena, dengan tidak berfungsinya sistem anti
pencucian uang maka lembaga keuangan terkait bisa dikenai sanksi yang cukup berat.
Sementara itu, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Kiagus Ahmad
Badaruddin, mengatakan pihaknya sudah merespon dugaan transfer fantastis ini.
"Kami sudah menerima informasi adanya pergerakan dana yang dimiliki WNI tersebut pada beberapa
bulan yang lalu", ujar Badaruddin.
Dia juga menambahkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan instansi yang berkompeten agar meneliti
lebih lanjut kasus ini. Sayang, beliau tidak memberikan informasi perihal instansi tersebut.
"Kami tidak bisa menyebutkan instansi berwenang tersebut, yang jelas kami sudah serahkan datanya",
tambah Badaruddin. PPATK sudah menyelidiki data tentang mutasi dana terduga WNI itu dan juga sudah
memberikan datanya.
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa sejumlah klien dari Indonesia, yang sebagian di antaranya
terkait dengan institusi militer, melakukan transfer senilai total 1,4 miliar dollar AS dari Guernsey ke
Singapura di akhir 2015, atau sebulan sebelum Guernsey mengadopsi peraturan pertukaran data
perpajakan global atau Common Reporting Standard.
Dalam hal ini, pendapatan resmi tahunan para nasabah Standard Chartered tersebut hanya puluhan ribu
dollar AS. Namun dalam rekening simpanannya, mereka memiliki jutaan dollar AS.
Berita ini diambil dari kontan.co.id dengan judul: Kasus Stanchart, OJK: Kami koordinasi dengan PPATK
dan Ini jawaban PPATK soal kasus aliran dana Stanchart
TAG:
pajak
Standard Chartered
TERKAIT
- tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab
komentator seperti diatur dalam UU ITE
Pontas Silaen
berani? ojk dan ppatk membogkar? pastilah mereka ciut, dpr pasti menekan ojk dan ppatk, demikian
juga ormas akan terus menekan, ini namanya rampokan berjamaah...rakyat indonesia harus berani
berteriak agar hartanya selamat.
Supriadinata Rusli
Senin, 09 Oktober 2017 | 18:48
evert maringka
kalau memang benar adanya. harap pemerintah umumkan nama2 oknum militer yg terlibat. rakyat juga
perlu tau.
Mike Bless
yth: bapak @jokowi perintahkan pihak terkait untuk meng ekspos scr besar2an siapa org2 yg
menghindari pajak tp menjd kaya krn berusaha dan mencari hidup di nkri. biar rakyat tahu pak. yg pasti
biar karyawannya tahu pak. yg penting karyawannya tahu! bahwa bos nya penggelap pajak! bongkar!
Shaggy Doo
wah2 triliunan... serem amat... duit siapa? proyek apa? bisa dapat triliunan? jangan2 duit soeharto apa
soekarno da di cairin
gw yakin itu money laundry...buka aja institusi dan orangnya..pemerintah gak usah takut
Koster Pangaribuan
siapa yang selama ini berkoar koar lalau dengan kejadian ini akan terdiam...maka itulah orangnya yang
terlibat. yang sudah sudah sih seperti itu.
Hasan Basri
selama belum tegaknya sistem peradilan, hukum mudah diintervensi politik, mudah diperjualbelikan,
tebang pilih, personil nya tdk berintegritas...jangan harap negara ini akan baik sebagus apapun
pemerintahnya.
Senopati R Anwar
tidak heran ...banyak s3kali kejahatan pajak dugaan tppu dan melibatkan institusi tertentu..tapi mana
gebrakannya ???nanti nol besar hasilnya klo ternyata pelakunya jg melibatkan oknum birokrasi yg di
maksud....paling2 jg di goreng2 dulu ..he5x
(1) (0) Tanggapi Laporkan
Edu Galih
siapa militer yg terkait,,harus diungkap,,,jangan takut,,,yg selama ini ada kong kalikong pengadaan militer
Selanjutnya
TERKINI
Susi Siapkan Papua Barat untuk Ekspor Produk Perikanan dan Kelautan
Harga Belum Turun, Darmin Minta Stok Beras Impor Segera Digelontorkan
Berita Populer: Satpam Kuliahkan Adiknya Berkat Saham hingga Markas Kejahatan Perbankan
Load More
BACK TO TOP
News Ekonomi Bola Tekno Entertainment Otomotif Health Female Properti Travel Edukasi Foto
Video TV VIK
Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan terjadi penurunan
aktivitas penghindaran pajak atau tax evasion saat ini. Hal tersebut karena penerapan pertukaran data
atau informasi untuk kepentingan pajak secara otomatis (Automatic Exchange of Information/AEoI) pada
2017 dan 2018.
Sri Mulyani menyampaikan, akhir-akhir ini persoalan perpajakan mengemuka secara global. Kondisi ini
berbeda dengan 10 tahun lalu, di mana tidak ada pembahasan tax evasion.
Sekarang kita ada kebijakan AEoI, Common Reporting Standard (CRS), dan hasilnya adalah penurunan
penghindaran pajak," kata Sri Mulyani, dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat
(13/10/2017).
Upaya implementasi AEoI dan CRS merupakan bagian dari reformasi perpajakan yang sedang dilakukan
pemerintah. Termasuk wacana menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan di Indonesia yang saat
ini 25 persen.
"Dalam pertemuan G20 beberapa waktu lalu, kami berupaya menurunkan tarif pajak supaya bisa
menarik lebih banyak investor. Tarif pajak di Indonesia kini 25 persen, tapi lihat bagaimana tarif pajak
Singapura yang jauh lebih kecil 17 persen. Kita harus menetapkan apa kebijakan fiskal yang dikehendaki,
dari sisi penerimaan dan pengeluaran," ucap Sri Mulyani.
Memperbaiki instrumen fiskal, diakuinya, dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif. Lebih jauh, Sri
Mulyani bilang, ada kekhawatiran tidak semua orang bisa menikmati dan berbagi dalam kemajuan
global. "Ini belum cukup inklusif," dia menambahkan.
Pemerintah, kata Sri Mulyani, harus menciptakan kesempatan yang sama bagi semua orang supaya ada
kemajuan. Hal ini tidak mudah karena berarti harus ada kebijakan berani untuk sektor pendidikan,
kesehatan, dan layanan-layanan dasar yang fleksibel, sehingga mudah dijalankan.
Direktur Pelaksana International Moneter Fund (IMF) Christine Lagarde mengatakan, tidak seperti tahun
lalu ketika pasar negara berkembang mendorong kenaikan, kenaikan saat ini lebih seimbang. "Ini lebih
luas, lebih solid dan seharusnya lebih baik. Tapi itu perlu berkelanjutan dan menguntungkan semuanya,"
terangnya.
Lagarde juga sempat memuji Sri Mulyani terkait isu korupsi dan pajak. "Saya akan menyampaikan hal ini
secara terang-terangan karena mungkin Sri Mulyani tidak mau mengatakannya. Indonesia menghadapi
isu korupsi dan pengelakan pajak yang cukup rumit. Sri Mulyani berhasil mendorong upaya untuk
mengatasi kedua permasalahan itu," tegas Sri Mulyani.