Oleh:
Ricky Kurniawan Pratama
00000000872
Pembimbing:
dr. Imam Suhada, SpS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ibu. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl.Damai 1 RT 7/ RW 5
Tanggal Masuk RS : 8 April 2017
Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2017
Tanggal Pulang : 11 April 2017
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 April 2017 di Rumah Sakit
Marinir Cilandak
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan muntah berulang sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit
B. STATUS NEUROLOGIK
GCS : E4 V5 M6
RCTL + +
Nistagmus - -
Nervus V
Motorik
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Normotonus Normotonus
Membuka mulut Normal Normal
Gerakan rahang Normal Normal
Sensorik
Sensibilitas V1 Normal Normal
Sensibilitas V2 Normal Normal
Sensibilitas V3 Normal Normal
Reflex Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus VII
Sikap mulut istirahat Sudut bibir kanan tertinggal Normal
Angkat alis, kerut dahi,
tutup mata dengan kuat Normal Normal
Kembung pipi Normal Normal
Nervus VIII
Nervus cochlearis
Suara gesekan jari Normal Normal
Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Webber Tidak diperiksa Tidak diperiksa
tungkai
Mata Tertutup
Mata Terbuka
Berdiri dengan dua Tidak diperiksa Tidak diperiksa
tungkai
Mata Tertutup
Mata Terbuka
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Berjalan tandem
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fukuda stepping test
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Past pointing test
Nervus IX, X
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Normal Normal
Disfoni - -
Disfagi - -
Nervus XI
M.Sternocleidomastoid Normal Normal
M. Trapezius Normal Normal
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi Deviasi arah kiri Deviasi arah kiri
Atrofi - -
Fasikulasi - -
Tremor - -
MOTORIK
Inspeksi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Fasikulasi :-/-
Palpasi : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
3333 5555
Gerakan Involunter : - / -
REFLEKS
Refleks Fisiologis :
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Brachioradialis ++ ++
Patellar ++ ++
Achilles ++ ++
Refleks Patologis :
Kanan Kiri
Babinski + -
Chaddock + -
Oppenheim - -
Gordon - -
Hoffman - -
Trommer
Schaffer + -
SENSORIK
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Raba (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Posisi Sendi (+) (+)
Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
Getar tidak dilakukan tidak dilakukan
Ekstremitas Bawah
Raba (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Posisi Sendi (+) (+)
Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
Getar tidak dilakukan tidak dilakukan
KOORDINASI
Tes Tunjuk – Hidung : Tidak diperiksa
Tes Tumit – Lutut : Tidak diperiksa
Disdiadokokinesis : Tidak diperiksa
OTONOM
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. HASIL LABORATORIUM TANGGAL 8 APRIL 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 9.50 12 – 16 g/dl
Ht 29.50 37 - 54 %
Leukosit 16.63 5 - 10 rb/ul
Thrombosit 313 150 – 400 rb/ul
Glukosa darah (POCT) 207 < 200 mg/dl
ESR 25 0-10 mm/jam
Na 145 < 200 mg/dl
K 4.1 45 – 65 mg/dl
Cl 106 <130 mg/dl
Ureum 31 20 – 50 mg/dl
Creatinin 0.29 0.8 – 1.1 mg/dl
B. HASIL CT-SCAN TAHUN 2012
Pada pemeriksaan fisik status generalis ditemukan adanya pterigium pada mata
kiri dan nyeri tekan epigastrik positif. Pada pemeriksaan fisik status neurologis
ditemukan parese nervus VII dan XII sentral dekstra. Kekuatan motorik lengan dekstra
3333 dan tungkai dekstra 3333. Refleks patologis Babinski,Chaddock, Scaffer dekstra
positif. Pada pemeriksaan penunjang, hasil lab menunjukkan anemia, hyperuremia dan
hypercreatinin. Pada CT scan tahun 2012 terdapat lesi hiperdens dibasal ganglia
sinistra.
6. DIAGNOSIS
A. Klinis : Hemiparese N.VII dan N.XII sentral dekstra
Hemiparese dekstra
B. Topis : Basal ganglia sinistra
C. Etiologis : Ruptur vaskular
D. Diagnosis kerja :
Sequela of Haemorrhagic Stroke with Controlled Hypertension
Dyspepsia Syndrome
Anemia ec Chronic Kidney Disease
E. Diagnosis banding :
Sequela of Subarachnoid Haemorrhage with Controlled Hypertesion
7.SARAN TERAPI
Tujuan : pencegahan sekunder stroke berulang
A. Non medikamentosa
Lifestyle modification
1. Kurangi makanan yang berlemak
2. Kurangi asupan garam
3. Rehabilitasi/ Fisioterapi
B. Medikamentosa
Pengendalian hipertensi
1.Telmisartan 80 mg 1x1 PO
2. Amlodipin 5 mg 1x1 PO
Penanganan dyspepsia
1. Omeperazole 40mg 1x1 PO
2. Sucrafate 3x CII PO
3. Antasida 3x1 PO
Penanganan Chronic Kidney Disease
1. Prorenal 3x2 PO
8. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
9. ANALISA KASUS
Diagnosis neurologi pada pasien ini adalah Sequela of Haemorrhagic Stroke with
Controlled Hypertension atas dasar :
1. Anamnesis
Pasien mempunyai riwayat stroke sejak tahun 2012
Tidak terjadi kelemahan yang baru atau memburuk
Tidak ada gejala peningkatan tekanan intrakranial
Hipertensi terkontrol
2. Pemeriksaan fisik
TD 130/90
Kekuatan motorik lengan dekstra 3 tungkai dekstra 3
3. Pemeriksaan penunjang
Pada CT-scan 2012 terdapat lesi hiperdens di daerah basal ganglia sinistra yang
mendukung gejala hemiparese dekstra pada pasien.
10. FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2017
Waktu Pemeriksaan : 07.30
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Flamboyan atas
S Muntah (+) 1x, mual (+), sakit kepala (-)
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 130/90 mmHg. HR: 98x/menit, regular. RR: 20x/menit. Suhu: 360C
Status generalis: mata kiri pterigium (+), nyeri tekan epigastrik (+)
Status neurologis:
GCS: E4 V5 M6
Syaraf Kranial:
CN III, IV, VI: Pupil isokhor 3 mm +/+, RCL +/+, RCTL +/+. Kesan:
normal
CN VII : Sikap mulut istirahat asimetris, nasolabial fold kanan
tertinggal. Saat menyeringai/tersenyum bibir kanan tertinggal. Saat
kembung pipi, mengangkat alis, mengerutkan dahi, menutup mata
dengan kuat simetris kanan dan kiri. Kesan: paresis N VII sentral
dekstra.
CN IX, X: Disfagia (-), arkus faring simetris, uvula intak di tengah.
Kesan: normal.
CN XII : Sikap lidah dalam mulut deviasi ke kiri, atrofi (-), fasikulasi (-),
tremor (-). Saat menjulurkan lidah terdapat deviasi ke kanan. Kesan:
paresis CN XII sentral dekstra.
Motorik:
Inspeksi: Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Fasikulasi: -/-
Normotonus Normotonus
Palpasi:
Normotonus Normotonus
Kekuatan motorik:
3333 5555
3333 5555
Eutrofi Eutrofi
Fasikulasi: -/-
Normotonus Normotonus
3333 5555
Eutrofi Eutrofi
Fasikulasi: -/-
Normotonus Normotonus
Palpasi:
Normotonus Normotonus
Kekuatan motorik:
3333 5555
3333 5555
A. DEFINISI
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fokal
atau global dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Sequela merupakan suatu gejala sisa yang muncul akibat akibat suatu penyakit,
pengobatan, atau cedera.
B. EPIDEMIOLOGI
Pada negara maju, insiden kejadian stroke menunjukkan penurunan akibat
pengendalian tekanan darah yang baik. Sebaliknya, pada negara berkembang
termasuk Indonesia insiden kejadian stroke menunjukkan peningkatan baik dalam
jumlah kejadian,kecacatan maupun kematian.
Menurut studi epidemiologi sistematis, insiden kejadian stroke sebesar 51.8/
100.000 di negara asia. Risiko stroke meningkat sesuai bertambahnya usia, dengan
insidensi stroke yang tinggi pada orang-orang usia diatas 65 tahun, laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan.
Stroke meliputi tiga penyakit serebrovaskular utama, yaitu stroke iskemik,
perdarahan intraserebral, dan perdarahan subaraknoid. Stroke iskemik atau serebral
infark adalah yang paling sering, yaitu 70-80% dari semua kejadian stroke dan sisanya
merupakan stroke perdarahan 10- 20% baik intraserebral maupun subaraknoid.
C. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor risiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Usia tua
b. Laki-laki
c. Keturunan / genetik
2. Faktor risiko yang dapat dirubah
a. Behavioral risk factors
1. Merokok
2. Diet lemak dan garam yang berlebihan
3. Konsumsi alkohol yang berlebihan
4. Obat-obatan seperti narkoba (kokain), antikoagulansia, anti platelet, obat kontrasepsi
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1. Stroke iskemik
a. Trombosis serebri
b. Emboli serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subaraknoid
E. PATOFISILOGI
1. Stoke iskemik disebabkan oleh oklusi arteri di otak yang dapat disebakan oleh
thrombosis atau emboli. Trombosis merupakan obstruksi aliran darah akibat
penyempitan lumen pembuluh darah atau sumbatan. Penyebab paling sering ialah
aterosklerosis. Gejala biasanya memberat secara bertahap. Emboli disebabkan oleh
sumbatan pembuluh darah dari tempat yang lebih proksimal. Emboli biasanya
bersumber dari jantung atau pembuluh besar seperti aorta,arteri karotis atau arteri
vertebralis. Gejalanya biasanya langsung memberat atau hanya sesaat untuk kemudian
menghilang lagi seketika saat emboli terlepas kearah distal seperti pada TIA
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Defisit neurologis fokal seperti hemiparesis, hemihipestesia, afasia, disfagia,
gangguan kesadaran dan sebagainya.
b. Pada stroke hemoragik, ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
seperti sakit kepala dan penurunan kesadaran
c. Pada stroke iskemik,jarang ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial,
kecuali terjadi oklusi pada arteri besar atau edema
Tanda dan gejala stroke iskemik berdasarkan lokasi struktur otak yang terkena antara
lain:
Struktur otak yang terkena Tanda dan gejala
Arteri karotis interna (sirkulasi Dapat terjadi kebutaan satu mata
anterior: gejala biasanya unilateral). Lokasi (episodik dan disebut amaurosis
tersering lesi adalah bifurkasio arteri fugaks) di sisi arteri karotis yang
karotis komunis ke dalam arteri karotis terkena, akibat insufisiensi arteri
interna dan eksterna. Cabang-cabang retinalis.
arteri karotis interna adalah arteri Gejala sensorik dan motorik di
oftalmika, arteri komunikan posterior, arteri ekstremitas kontralateral karena
koroidalis anterior, arteri serebri anterior, insufisiensi arteri serebri media.
dan arteri serebri media Lesi dapat terjadi di daerah antara
arteri serebri anterior atau ateri
serebri media. Gejala mula mula
timbul di ekstremitas atas dan
mungkin mengenai wajah. Apabila
lesi di hemisfer dominan, maka
terjadi afasia ekspresif karena
keterlibatan daerah bicara motorik
Broca
Arteri Serebri media (tersering) Hemiparesis atau monoparesis
kontralateral
Kadang-kadang hemianopsia
(kebutaan) kontralteral
Afasia global (apabila hemisfer
dominan terkena); gangguan
semua fungsi yang berkaitan
dengan bicara dan komunikasi.
Sistem vertrebrobasilar (sirkulasi posterior; Kelumpuhan di satu sampai empat
manifestasi biasanya bilateral) ekstremitas
Meningkatnya refleks tendon
Ataksia
Tanda-tanda babinski bilateral
Gejala-gejala serebelum seperti
tremor intention, vertigo
Disfagia
Disartria
Sinkop, stupor, koma, pusing,
gangguan daya ingat, disorientasi
Gangguan penglihatan (diplopia,
nigtagmus, ptosis, paralisis satu
gerakan mata, hemianopsia
homonium)
Tinitus, gangguan pendengaran
Rasa baal di wajah, mulut, dan
lidah
Arteri serebri posterior (di lobus otak Koma
tengah atau talamus) Hemiparesis kontralateral
Afasia visual atau buta kata
(aleksia)
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga:
hemianopsia, koreoatetosis
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Gejala yang mendadak,lamanya awitan dan aktivitas saat serangan
b. Dekripsi gejala yang muncul serta progresifitas
c. Gejala penyerta seperti penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual, muntah, rasa
berputar, kejang, gangguan penglihatan, atau gangguan fungsi kognitif
d. Ada tidaknya faktor risiko seperti hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes, merokok dan
pengunaan alkohol dan obat-obat terlarang
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan generalis
c. Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan kesadaran,nervus kranialis, kaku
kuduk,motorik, refleks, sensorik
d. Pemeriksaan kognitif sederhana
3. Pemeriksaan penunjang
a. Elektrokardiografi
b. Laboratorium meliputi kimia darah, fungsi ginjal, gula darah, urinalisis,analisa gas
darah dan elektrolit
c. Foto thoraks untuk mencari gambaran kardiomegali penanda hipertensi kronsis
sebagai faktor risiko stroke
d. CT scan/ MRI untuk mencari lesi sumbatan/ perdarahan
e. Transcranial Doppler untuk melihat adanya sumbatan
f. Analisis cairan serebrospinal apabila diperlukan
H. TATALAKSANA STROKE
1. Tatalaksana awal stroke di IGD
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pemantauan status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan saturasi
oksigen dalam 72 jam
Pemasangan pipa orofaring pada pasien tidak sadar dan pemasangan ETT pada
pasien hipoksia (pO2 <60 mmHg atau pCO2 >50 mmHg), atau syok
Jika ETT di pasang >2 minggu maka di anjurkan untuk di lakukan trakeostomi
b. Stabilisasi Hemodinamik
Cairan kristaloid atau koloid IV hindari yang bersifat hipotonik
Optimalisasi tekanan darah (akan di bahas lebih lanjut di bagian tatalaksana
tekanan darah pada stroke akut)
Berikan vasopressor (dopamin, norepinefrin atau epinefrin)secara titrasi jika TD
sistolik 120 mmHg dengan target sistolik 140 mmHg
Pemantauan jantung selama 24 jam pertama
Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
c. Pengendalian peninggian TIK
Monitor TIK pada pasien GCS <9
Target terapi TIK < 20 mmHg dan CPP >70 mmHg
Tinggikan posisi kepala 20-30o
Hindari penekanan vena jugular
Hindari pemberian cairan hipotonik / glukosa
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi:
Manitol 0.25 – 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit setiap 4 – 6 jam dengan target
<310 mOsm/L , diperiksa 2x sehari selama pemberian osmoterapi
Intubasi untuk menjaga normoventilasi, pCO2 35 – 40 mmHg
d. Pengendalian kejang
Jika kejang, berikan diazepam IV bolus lambat 5 – 20 mg + fenitoin loading dose
15 – 20 mg/kg bolus dengan kecepatan maks 50 mg/menit
ICU jika tidak teratasi
b. Stroke Hemorrhagik
Jika pendarahan intraserebral TDS >200 mmHg atau MAP >150 mmHg dapat di
turunkan dengan target MAP 110 mmHg atau TD 160/90 mmHg
Jika pendarahan subaraknoid TD di turunkan hingga TDS 140 – 160 mmHg atau
160 – 180 untuk mencegah resiko terjadinya vasospasme
Obat IV yang di gunakan sama dengan stroke iskemik
Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai berikut:
1. Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang ditimbulkan
akibat tirah baring (bedrest ) lama, seperti :
Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat yang selalu
mendapat tekanan saat tidur)
Mencegah penumpukan sputum (dahak) untuk mencegah infeksi saluran
pernapasan
Mencegah kekakuan sendi
Mencegah atrofi otot (pengecilan massa otot)
Mencegah hipotensi ortostatik, osteoporosis dll.
7. Torpy JM, Burke AE, Glass RM. Haemorrhagic stroke. JAMA. 2010
11. Gebel JM, Broderick JP. Intracerebral hemorrhage. Neurol Clin. 2000
13. AHA/ASA Guideline. Guideline for the Prevention of Stroke in Patien with Stroke or
Tansient Ischemic Attack. Stroke 2011
14. The European Stroke Organization (ESO) : Guidelines for Management Ischaemic
Stroke and Tansient Ischaemic Attack 2008
15. Kamal AK, Naqvi I, Husain MR, Khealani BA. Cilostazol versus aspirin for
secondary prevention of vasculars events after stroke of arterial origin. Stroke. 2011
16. Duncan PW, Zorowitz,R, Bates,B, et al. Management of Adut Stroke Rehabilitation
Care; A Clinical Practice Guideline Stroke, 2005
17. Arnott,B,Abbott,R,et al. Clinical Guidelines for Stroke Rehabilitation and Recovery.
National Stroke Foundation. National Health and Medical Research Council, Australian
Goverment, 2005.