Anda di halaman 1dari 90

ht

tp
://
ja
te
ng
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
ja
te
ng
.b
ps
.g
o.
id
PROFIL LANSIA
JAWA TENGAH
2016
ISSN : 2407-3342
Nomor Publikasi : 33520.1710
Katalog : 4104001.33

id
o.
Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm

g
Jumlah Halaman : xii + 76 halaman

s.
bp
Naskah :
g.
en

Bidang Statistik Sosial


t
ja

Gambar Kulit :
://

Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik


tp
ht

Diterbitkan oleh :
© Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

Dicetak oleh :
CV. PELITA

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan,


dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk
tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
ht
tp
://
ja
te
ng
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
://
ja
ten
g.
bp
s.
go.
id
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii

id
DAFTAR GAMBAR ix

o.
g
ABSTRAKSI xi

s.
INFOGRAFIS PROFIL LANSIA JAWA TENGAH
bp 1
AGUSTUS 2016
g.
BAB I PENDAHULUAN 3
en
t

1.1 Latar Belakang 3


ja
://

1.2 Tujuan 6
tp

1.3 Sumber Data 6


ht

1.4 Konsep dan Definisi 7


BAB II STRUKTUR DEMOGRAFI PENDUDUK
13
LANSIA
2.1 Perkembangan Struktur Penduduk Jawa 13
Tengah
2.2 Jumlah Lansia 17
2.3 Komposisi Lansia 19

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 v


BAB III HUBUNGAN KELUARGA PENDUDUK
23
LANSIA
3.1 Status Perkawinan 23
3.2 Hubungan Dengan Kepala Rumah Tangga 25
BAB IV PENDIDIKAN PENDUDUK LANSIA 29
4.1 Pendidikan Yang Ditamatkan 29
4.2 Kemampuan Membaca dan Menulis 32

id
o.
BAB V KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK

g
LANSIA 35

s.
5.1 Angkatan Kerja Lansia bp 35
g.
5.1.1 Lapangan Pekerjaan 39
en

5.1.2 Status Pekerjaan 42


t
ja

5.2 Bukan Angkatan Kerja Lansia 43


://

BAB VI KESEHATAN PENDUDUK LANSIA 45


tp

6.1 Keluhan kesehatan


ht

45
6.2 Cara Pengobatan 48
BAB VII PENUTUP 53
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59

vi Profil Lansia Jawa Tengah 2016


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Penduduk Lansia Jawa Tengah, 2012 – 2016 17

Tabel 2.2 Sex Ratio Penduduk Lansia Menurut Kelompok 20


Umur Jawa Tengah, 2013 – 2016

id
Tabel 3.1 Persentase Penduduk Lansia Menurut Status 24

o.
Perkawinan dan Jenis Kelamin Jawa Tengah,

g
2015 – 2016

s.
Tabel 3.2 Persentase Pendudukbp Lansia Menurut 26
Hubungan Dengan Kepala Rumah Tangga dan
g.
Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2015 – 2016
en

Tabel 4.1 Persentase Penduduk Lansia Menurut 30


t
ja

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan


://

Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2015 – 2016


tp
ht

Tabel 4.2 Persentase Penduduk Lansia Menurut 33


Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf
Latin Jawa Tengah, 2014 – 2016

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Lansia Menurut 34


Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf
Latin dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2016

Tabel 5.1 Persentase Penduduk Lansia Menurut Jenis 36


Kegiatan dan Jenis Kelamin Jawa Tengah,
2015-2016

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 vii


Tabel 5.2 Persentase Penduduk Lansia yang Bekerja 41
Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2015 – 2016

Tabel 5.3 Persentase Penduduk Lansia yang Bekerja 42


Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2015 – 2016

Tabel 6.1 Persentase Penduduk Lansia yang Mengalami 45


Keluhan Kesehatan dan Angka Kesakitan

id
Menurut Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2015 –

o.
2016

g
s.
Tabel 6.2 Persentase Penduduk Lansia yang Menderita
bp 47
Sakit Menurut Lamanya Sakit dan Jenis
g.
Kelamin Jawa Tengah, 2015 – 2016
en

Tabel 6.3 Persentase Penduduk Lansia yang Menderita 49


t
ja

Sakit Menurut Pengobatannya dan Jenis


://

Kelamin Jawa Tengah, 2015 – 2016


tp

Tabel 6.4 Persentase Penduduk Lansia yang Menderita 50


ht

Sakit Menurut Alasan Utama Tidak Berobat


Jalan dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2016

Tabel 6.5 Persentase Penduduk Lansia Menurut 51


Kepemilikan Jaminan Kesehatan dan Jenis
Kelamin Jawa Tengah, 2016

viii Profil Lansia Jawa Tengah 2016


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Piramida Penduduk Jawa Tengah, 1980 14

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Jawa Tengah, 1990 14

id
o.
Gambar 2.3 Piramida Penduduk Jawa Tengah, 2000 15

g
s.
Gambar 2.4 Piramida Penduduk Jawa Tengah, 2010 15
bp
g.
Gambar 2.5 Perkembangan Persentase Lansia Jawa 18
en

Tengah, 2000, 2005, 2010 dan 2016


t
ja

Gambar 3.1 Persentase Penduduk Lansia Menurut Status 23


://

Perkawinan Jawa Tengah, 2016


tp
ht

Gambar 4.1 Persentase Penduduk Lansia Menurut 31


Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan
Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2016

Gambar 5.1 Persentase Penduduk Lansia yang Bekerja 39


Menurut Lapangan Pekerjaan Jawa Tengah,
2016

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 ix


ht
tp
://
ja
ten
g.
bp
s.
go.
id
ABSTRAKSI

Jumlah dan persentase penduduk Lansia (penduduk usia 60


tahun ke atas) di Provinsi Jawa Tengah akan terus bertambah sejalan
dengan meningkatnya usia harapan hidup. Bertambahnya lansia ini
pada tahun mendatang tentu saja akan mendatangkan problematika

id
sosial baru, apabila para lansia tersebut benar-benar menjadi

o.
tanggungan generasi muda mendatang.

g
s.
Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan profil sosial-
bp
demografi lansia di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016.
g.
Pemahaman mengenai profil ini dapat dipakai sebagai salah satu
en

indikator apakah para lansia di Provinsi Jawa Tengah cenderung


t
ja

sebagai aset atau justru sebagai beban pembangunan.


://
tp

Dari hasil data yang ada diketahui bahwa masih banyaknya


ht

lansia yang berperan sebagai pencari nafkah (50,19% bekerja),


cukup banyaknya lansia yang masih berkedudukan sebagai kepala
rumah tangga (61,13%), mengindikasikan bahwa peran lansia dalam
rumah tangga sebenarnya masih besar. Sehingga keberadaan lansia
tidaklah semata-mata sebagai beban bagi keluarganya, karena itu
persepsi yang menyatakan bahwa lansia semata-mata sebagai beban
tidaklah sepenuhnya benar.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 xi


ht
tp
://
ja
ten
g.
bp
s.
go.
id
PROFIL LANSIA
JAWA TENGAH

AGUSTUS 2016
Ortu/Mertua; 16,9 Lainnya;
12,18
11,79 Lainnya Bekerja 1,55
Anak/
11,43 20,45 50,19
11,10 menantu;
10,81 0,16

id
Mengurus RT;

o.
2012 2013 2014 2015 2016 28,78 Menganggur; 0,58
Istri/Suami;
20,26 Kepala RT;

.g
61,13
% Penduduk Lansia thd Lansia berperan Lansia sebagai kepala
total penduduk terus
mengalami peningkatan ps
sebagai pencari nafkah
masih banyak
rumah tangga cukup
banyak (61,13%)
.b
(50,19%)
ng
te
ja
://
tp
ht

TPAK 64,46% TPAK 38,80%

Tdk pernah Tdk pernah


sekolah/Tdk 47,57% sekolah/Tdk 70,50%
tamat SD tamat SD

Status Single Status Single


(belum 17,55% (belum 59,19%
menikah/ menikah/
cerai) cerai)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 1


id
o.
.g
ps
.b
ng
te
ja
://
tp
ht

2 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa otonomi daerah saat ini, data statistik semakin
diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan pembangunan daerah. Dengan kata lain bahwa

id
keberhasilan pembangunan sangat tergantung dari ketersediaan

o.
.g
data statistik, terutama di bidang kependudukan dan ekonomi.
ps
Tidak dipungkiri bahwa penduduk selain sebagai subyek/pelaku
.b
sekaligus juga sebagai obyek dari pembangunan. Oleh karena
ng

itu, keberadaan penduduk, termasuk lansia, perlu mendapatkan


te

perhatian dalam menghadapi era otonomi daerah sekarang ini.


ja
://

Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan


tp

nasional yang telah dilaksanakan selama ini terutama di bidang


ht

kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain adalah


meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk.
Peningkatan angka rata-rata tersebut mencerminkan makin
bertambah panjangnya masa hidup penduduk secara keseluruhan
yang membawa konsekuensi makin bertambahnya jumlah
penduduk lanjut usia (lansia). Menurut Undang-undang Nomor
13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang dimaksud lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 3


Penduduk lansia pada umumnya memiliki fisik maupun
non fisik yang kondisinya telah banyak mengalami penurunan
akibat proses alamiah yang disebut dengan proses menua atau
aging. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain, Kusumoputro (2002) seperti
dikutip Siti Rohana (2011). Kondisi ini mengisyaratkan bahwa

id
peningkatan jumlah penduduk lansia juga membawa konsekuensi

o.
makin meningkatnya kebutuhan pelayanan bagi penduduk lansia,

.g
khususnya pelayanan sosial. ps
.b
Jumlah dan persentase penduduk Lansia (penduduk usia
ng

60 tahun ke atas) di Provinsi Jawa Tengah akan terus bertambah


te

sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup. Bertambahnya


ja
://

lansia ini pada tahun mendatang tentu saja akan mendatangkan


tp

problematika sosial baru, apabila para lansia tersebut benar-benar


ht

menjadi tanggungan generasi muda mendatang.


Melihat hal tersebut alangkah baiknya apabila sejak dini
dipikirkan langkah-langkah antisipasi agar para lansia di masa
yang akan datang tidak semuanya menjadi tanggungan generasi
di bawahnya sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat
dirasakan. Dengan demikian, kelompok lansia di masa yang akan
datang diusahakan untuk tetap menjadi aset yang produktif.
Langkah awal dari pemerintah sudah terlihat, dengan

4 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


ditetapkannya Hari Lansia yaitu tanggal 29 Mei, dibentuknya
Komisi Nasional (Komnas) dan Komisi Daerah (Komda) untuk
Kesejahteraan Lansia. Selain itu pembinaan lansia di Indonesia
khususnya di Jawa Tengah dilaksanakan berdasarkan peraturan
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada
kelompok lansia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan

id
pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di

o.
tingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan

.g
ps
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan
.b
tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
ng

Namun terlepas dari hal tersebut memang tidak dapat


te

dipungkiri bahwa semakin tua usia manusia maka akan semakin


ja
://

menurun daya produktivitasnya. Akan sangat bijaksana apabila


tp

generasi muda sekarang dan seterusnya diharapkan dapat


ht

menyediakan sendiri tabungan untuk hari tuanya di samping


mengumpulkan dana santunan untuk lansia yang sudah tidak
mampu mandiri.
Guna menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka
diperlukan suatu informasi/kajian tentang lansia. Kajian ini
tentunya difokuskan pada karakteristik lansia itu sendiri,
misalnya status dalam keluarga, status ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan lain-lain. Dengan demikian kita dapat menentukan

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 5


langkah-langkah kebijakan berkaitan dengan lansia dengan dasar
informasi yang ada.

1.2 Tujuan
Publikasi Profil Penduduk Lansia bertujuan untuk
menguraikan profil sosial-demografi lansia di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2016. Pemahaman mengenai profil ini dapat
dipakai sebagai salah satu indikator apakah para lansia di

id
o.
Provinsi Jawa Tengah cenderung sebagai aset atau justru sebagai

.g
beban pembangunan. Karakteristik lansia yang hendak diuraikan
ps
dalam profil ini antara lain mengenai jumlah, komposisi umur,
.b
status dalam rumah tangga, pendidikan, kegiatan ekonomi dan
ng

kesehatan.
te
ja

1.3 Sumber Data


://
tp

Data statistik utama yang dipakai sebagai acuan adalah


ht

berdasarkan hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)


2015 dan 2016. Ditunjang dengan data Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) bulan Agustus pada tahun 2015 dan 2016
serta data pendukung lainnya (Angka Proyeksi Penduduk tahun
2012- 2016).

6 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


1.4 Konsep dan Definisi
Penduduk Lanjut Usia
Penduduk lanjut usia adalah penduduk yang berumur 60 tahun ke
atas.
Kawin
Kawin adalah mempunyai isteri (bagi laki-laki) atau suami (bagi
perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun

id
tinggal terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka

o.
.g
yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan
ps
sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh
.b
masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.
ng
te

Cerai Hidup
ja

Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami isteri karena bercerai


://

dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang
tp
ht

mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya


tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih
berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh
isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, mencari pekerjaan,
atau untuk keperluan lain. Perempuan yang mengaku belum
pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil, dianggap sebagai
cerai hidup.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 7


Cerai Mati
Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau isterinya dan
belum kawin lagi.

Dapat Membaca dan Menulis


Dapat membaca dan menulis adalah dapat membaca dan menulis
kata-kata atau kalimat sederhana dalam aksara tertentu.
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

id
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah jenjang pendidikan

o.
.g
tertinggi yang diikuti sampai ujian akhir di kelas tertinggi
(tamat). ps
.b
Tidak/Belum Pernah Sekolah
ng

Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak atau belum pernah


te
ja

terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan, termasuk yang


://

tamat/belum tamat taman kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan


tp

ke sekolah dasar.
ht

Tidak Tamat SD
Tidak tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau
yang sederajat tetapi tidak/belum tamat.

Keluhan Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit,
kecelakaan, kriminal dll.

8 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Sakit
Sakit adalah menderita penyakit baik akut maupun kronis atau
gangguan kesehatan lainnya yang menyebabkan aktifitas kerja
terganggu. Orang yang mempunyai keluhan kesehatan tetapi
kegiatan sehari-harinya tidak terganggu dianggap tidak sakit.

Angka Kesakitan/Morbidity Rate


Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat

id
kesehatan masyarakat lansia secara umum yang dilihat dari

o.
.g
adanya keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit
tertentu, dengan rumus: ps
.b
JPKK
ng

100%
Jumlah Penduduk
te

JPKK = jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan


ja
://

dan terganggunya aktivitas.


tp

Indikator yang digunakan dalam publikasi ini dibatasi hanya


ht

untuk penduduk berumur 60 tahun ke atas.


Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan yang dimiliki adalah jaminan dalam bentuk
kartu atau apapun yang dapat digunakan untuk pembiayaan
kesehatan bila nama yang tertera dalam kartu atau lainnya

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 9


melakukan perawatan kesehatan seperti ke dokter, purkesmas,
rumah sakit dan sebagainya.
Jaminan kesehatan adalah program bantuan sosial untuk
pelayanan kesehatan.
Angkatan Kerja Lansia
Angkatan kerja lansia adalah penduduk 60 tahun ke atas yang
selama seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan,

id
baik bekerja maupun sementara tidak bekerja, atau yang

o.
.g
termasuk pengangguran.
Bukan Angkatan Kerja Lansia ps
.b
Bukan angkatan kerja lansia adalah penduduk berumur 60 tahun
ng

ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan yang masih


te
ja

sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan


://

lainnya selain kegiatan pribadi.


tp
ht

Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)
dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula
kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.

10 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Punya Pekerjaan tetapi Sementara Tidak Bekerja
Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan
dari seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama
seminggu yang lalu sementara tidak bekerja karena berbagai
sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok dan
sebagainya.
Pengangguran

id
Pengangguran meliputi penduduk yang sedang mencari

o.
.g
pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak
ps
mungkin mendapatkan pekerjaan, atau sudah punya pekerjaan
.b
tetapi belum mulai bekerja.
ng
te

Mencari pekerjaan
ja

Mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk


://

memperoleh pekerjaan pada suatu periode waktu.


tp
ht

Mempersiapkan Usaha
Mempersiapkan usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru,
yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/ keuntungan atas
resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan
buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tidak dibayar.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 11


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah ukuran yang
menggambarkan perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja, dengan rumus:
Jumlah Angkatan Kerja
100%
Jumlah Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas.

id
Namun untuk publikasi ini umur terbatas 60 tahun ke atas.

o.
.g
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbukaps adalah ukuran yang
.b
menunjukkan besarnya penduduk usia kerja yang termasuk
ng

dalam kelompok pengangguran. Dihitung dari perbandingan


te

antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja, dan


ja
://

biasanya dinyatakan dalam persen.


tp
ht

Lapangan usaha
Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/
instansi tempat seseorang bekerja atau pernah bekerja.

12 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB II
STRUKTUR DEMOGRAFI PENDUDUK LANSIA

2.1 Perkembangan Struktur Penduduk Jawa Tengah


Teori transisi demografi menyebutkan bahwa pada awal
transisi, mortalitas turun lebih cepat daripada turunnya tingkat
fertilitas. Sedangkan struktur umur penduduk mengarah pada

id
‘penduduk muda’ dengan piramida penduduk yang mempunyai

o.
alas yang relatif lebar. Pada tahap selanjutnya dimana fertilitas

.g
ps
turun pada tingkat yang cukup berarti, maka struktur umur
.b
penduduk berubah arah, yaitu menjadi ‘penduduk tua’ dengan
ng

alas piramida yang makin menyempit atau relatif sama dengan


te

batang-batang piramida yang ada di atasnya.


ja
://

Piramida penduduk Jawa Tengah menurut struktur umur


tp

tahun 1980 seperti yang disajikan pada Gambar 2.1 menunjukkan


ht

bahwa memasuki dekade 1980, penduduk Jawa Tengah mulai


melewati masa awal transisi demografi. Hal ini tercermin dari
alas kaki piramida yang meskipun masih cukup lebar namun
mulai mengalami penyempitan dan lebih pendek atau relatif sama
dengan batang-batang piramida yang terletak di atasnya. Kondisi
ini terlihat secara umum untuk semua penduduk, baik penduduk
laki-laki maupun penduduk perempuan.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 13


Gambar 2.1
Piramida Penduduk Jawa Tengah, 1980

id
o.
.g
ps
.b
Sumber : SP1980
ng
te

Gambar 2.2
ja

Piramida Penduduk Jawa Tengah, 1990


://
tp
ht

Sumber : SP1990

14 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Gambar 2.3
Piramida Penduduk Jawa Tengah, 2000

id
o.
.g
ps
.b
Sumber : SP2000
ng
te
ja

Gambar 2.4
://

Piramida Penduduk Jawa Tengah, 2010


tp
ht

Sumber : SP2010

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 15


Tahap kedua dari proses transisi demografi penduduk
Jawa Tengah yang berupa pergeseran struktur penduduk dari
penduduk muda ke penduduk tua nampak mulai terlihat nyata
selama periode tahun 1990. Piramida penduduk Jawa Tengah
pada tahun 1990 (Gambar 2.2) nampak berbeda dengan piramida
penduduk pada tahun 1980. Pada piramida penduduk tahun 1990
terlihat bahwa batang-batang piramida untuk kelompok umur

id
yang lebih muda nampak makin menyempit, sebaliknya untuk

o.
kelompok umur yang lebih tua nampak makin melebar.

.g
ps
Piramida penduduk Jawa Tengah selama periode 2000 -
.b
2010 (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4) menunjukkan bahwa batang-
ng

batang piramida di bagian bawah piramida untuk kelompok umur


te

muda secara umum telah menyempit. Sebaliknya, batang-batang


ja
://

piramida di bagian atas piramida untuk kelompok umur tua


tp

secara umum makin melebar. Kondisi ini menunjukkan bahwa


ht

struktur umur penduduk Jawa Tengah sudah mengarah pada era


“penduduk berstruktur tua” (aging population), yaitu suatu
wilayah dengan proporsi penduduk lansia yang telah mencapai
sebesar 10 persen atau lebih.
Pada tahun 2010 (SP 2010), Jawa Tengah memiliki
penduduk usia muda (0-14 tahun) sebesar 28,93 persen,
penduduk usia produktif (15-60 tahun) sebesar 63,36 persen, dan
penduduk usia 60 tahun ke atas di Provinsi Jawa Tengah sebesar

16 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


10,34 persen. Angka ini jauh berbeda dengan situasi pada tahun
1990. Dengan kata lain, selama periode tahun 1990 – 2010 telah
terjadi peningkatan komposisi penduduk usia lanjut, dan dikenal
dengan istilah proses penuaan (aging process) atau proses transisi
umur dari penduduk muda ke penduduk tua.

2.2 Jumlah Lansia


Tabel 2.1

id
Penduduk Lansia Jawa Tengah, 2012 – 2016

o.
.g
Jumlah Penduduk Lansia
Tahun Penduduk
(juta)ps Jumlah
(juta)
Persentase
.b
(1) (2) (3) (4)
ng

2012 33,00 3,57 10,81


te
ja

2013 33,26 3,69 11,10


://

2014 33,52 3,83 11,43


tp
ht

2015 33,77 3,98 11,79

2016 34,02 4,14 12,18


Sumber : Proyeksi Penduduk 2012-2016

Proporsi penduduk dewasa, terutama lansia di Jawa


Tengah terus mengalami peningkatan. Tabel 2.1 menunjukkan
bahwa pada tahun 2012 jumlah lansia mencapai 3,57 juta jiwa
atau 10,81 persen dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah
kemudian naik menjadi 3,98 juta jiwa atau sebesar 11,79 persen
pada tahun 2015. Sedangkan berdasarkan hasil Angka Proyeksi
Profil Lansia Jawa Tengah 2016 17
Penduduk tahun 2016, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah
meningkat menjadi 4,14 juta jiwa atau sebesar 12,18 persen.

Gambar 2.5
Perkembangan Persentase Lansia Jawa Tengah,
2000, 2005, 2010 dan 2016

12,18
12,5
12

id
11,5

o.
11 10,34

.g
10,5
% 10 9,27
9,41
ps
.b
9,5
ng

9
8,5
te

8
ja

2000 2005 2010 2016


://
tp

Sumber : SP 2000,2010; Supas 2005; dan Proyeksi Penduduk 2016


ht

Hal yang menarik untuk dibahas dengan terjadinya


peningkatan penduduk lansia ini adalah adanya pandangan
bahwa lansia bergantung kepada bagian penduduk yang lain,
terutama pada pemenuhan kebutuhan hidupnya. Keberadaan
lansia juga dikaitkan dengan perhitungan rasio ketergantungan,
yang merupakan perbandingan antara penduduk usia produktif
dengan penduduk usia non produktif termasuk di dalamnya
adalah lansia. Sehingga jika penduduk lansia tersebut semakin

18 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia produktif akan
semakin besar. Oleh karena itu diperlukan strategi dan program
pemberdayaan SDM lansia untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi.

2.3 Komposisi Lansia


Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah sangat dirasakan oleh masyarakat. Pembangunan di

id
o.
bidang kesehatan misalnya telah dapat meningkatkan kesadaran

.g
masyarakat akan hidup sehat dan pentingnya makanan yang
ps
bergizi. Sedangkan pembangunan di bidang ekonomi telah
.b
mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
ng

Secara umum, keberhasilan pembangunan dapat dilihat


te
ja

dari usia harapan hidup di suatu daerah. Usia harapan hidup


://

Provinsi Jawa Tengah sekitar 61 tahun berdasar hasil Sensus


tp
ht

Penduduk tahun 1990, meningkat menjadi sekitar 66 tahun 2000


berdasarkan hasil SP2000, bahkan pada tahun 2010 menjadi 72,4
tahun.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 19


Tabel 2.2
Sex Ratio Penduduk Lansia Menurut Kelompok Umur
Jawa Tengah, 2013-2016

Kelompok Sex Ratio Sex Ratio Sex Ratio Sex Ratio


Umur 2013 2014 2015 2016
(1) (3) (4) (5) (5)

60 – 64 99,56 100,59 100,18 100,36

65 – 69 87,18 88,03 90,07 91,48

id
70 – 74 82,43 82,73 82,67 82,71

o.
.g
75 + 70,13 70,45 70,74 71,03

(60 +) 85,52 86,26ps 86,80 87,35


.b
Sumber: Angka Proyeksi Penduduk 2013-2016
ng
te

Usia harapan hidup penduduk perempuan lebih tinggi


ja
://

dibanding penduduk laki-laki. Hal ini berakibat pada jumlah


tp

penduduk lansia laki-laki lebih sedikit dibandingkan penduduk


ht

lansia perempuan. Fenomena tersebut tergambar dari besaran


rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk lansia seperti pada Tabel
2.2. Sex ratio pada tahun 2016 sebesar 87,35; yang berarti setiap
100 lansia perempuan terdapat hanya sekitar 87 lansia laki-laki.
Atau dengan kata lain ada 8 penduduk lansia laki – laki
berbanding 10 penduduk lansia perempuan. Oleh karena itu,
permasalahan lanjut usia secara umum di wilayah Jawa Tengah,

20 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


sebenarnya tidak lain adalah permasalahan yang lebih didominasi
oleh perempuan.
Bila dilihat menurut kelompok umur, dari setiap
kelompok umur, penduduk lansia perempuan jumlahnya lebih
banyak bila dibandingkan penduduk lansia laki-laki yang terlihat
dari angka Sex Ratio < 100. Pada tahun 2016, semakin tua
kelompok umur semakin kecil angka Sex Ratio, sedangkan untuk

id
kelompok umur 60-64 tahun angka Sex Ratio sudah mencapai

o.
angka 100, lebih tinggi dibanding kelompok umur lainnya.

.g
ps
Keadaan ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
.b
mengindikasikan lebih banyak lansia perempuan yang ditinggal
ng

mati lebih dulu oleh suaminya sebagai gambaran dari usia


te

harapan hidup perempuan yang lebih panjang dibandingkan laki-


ja
://

laki.
tp
ht

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 21


id
o.
.g
ps
.b
ng
te
ja
://
tp
ht

22 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB III
HUBUNGAN KELUARGA PENDUDUK LANSIA

3.1 Status Perkawinan


Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan,
papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, pekerjaan) dan

id
kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan

o.
religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.

.g
Melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berada di
ps
sekitarnya, terutama oleh anggota keluarganya, membuat para
.b
ng

lansia merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai (Kuntjoro,


te

2002).
ja

Gambar 3.1
://

Persentase Penduduk Lansia


tp

Menurut Status Perkawinan


ht

Jawa Tengah, 2016

Sumber: Susenas 2015 (data olah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 23


Tabel 3.1 menyajikan jumlah penduduk lansia di Provinsi
Jawa Tengah menurut status perkawinan. Kondisi tahun 2016
tercatat bahwa sekitar 60,21 persen lansia masih hidup dengan
pasangannya, terjadi penurunan persentase bila dibanding dengan
kondisi tahun 2015 yang tercatat sebesar 60,27 persen. Pada
tahun 2016 sebanyak 39,19 persen lansia berstatus cerai, dimana
sebanyak 2,05 persen cerai hidup dan 37,14 persen cerai mati.

id
Tabel 3.1

o.
Persentase Penduduk Lansia Menurut Status Perkawinan

.g
dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2015-2016

2015 ps 2016
.b
Status
Laki- Perem- Laki- Perem-
ng

Perkawinan L+P L+P


laki puan laki Puan
te

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Belum
ja

0,50 0,73 0,62 0,37 0,80 0,60


Kawin
://

Kawin 83,77 39,89 60,27 82,45 40,81 60,21


tp
ht

Cerai Hidup 0,97 2,40 1,74 1,09 2,88 2,05

Cerai Mati 14,76 56,98 37,37 16,09 55,51 37,14

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


Sumber: Susenas 2015 dan 2016 (data olah)

Menurut jenis kelamin, pola status perkawinan penduduk


lansia laki-laki berbeda dengan perempuan. Lansia laki-laki lebih
banyak berstatus kawin sedangkan lansia perempuan lebih
banyak berstatus cerai mati. Dari Tabel 3.1 tercatat bahwa pada
tahun 2016 sekitar 82,45 persen lansia laki-laki berstatus kawin

24 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


demikian pula keadaan pada tahun 2015 yang mencapai 83,77
persen. Sedangkan untuk lansia perempuan, pada tahun 2016
sekitar 55,51 persen berstatus cerai mati, berkurang sekitar 1,47
persen dibandingkan dengan keadaan tahun 2015 yang tercatat
sekitar 56,98 persen.
Fenomena ini menunjukkan bahwa lansia perempuan di
Jawa Tengah berpotensi mengalami diskriminasi ganda, baik

id
karena statusnya sebagai perempuan maupun karena statusnya

o.
sebagai penduduk yang usianya sudah lanjut. Sebagai

.g
ps
perempuan, diskriminasi yang disebabkan oleh struktur sosial
.b
dan budaya masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak usia
ng

muda. Perbedaan tersebut juga tercermin dari status perkawinan


te

lansia perempuan yang sebagian besar berstatus cerai mati.


ja
://

Karena usia harapan hidup perempuan yang lebih panjang


tp

dibandingkan laki-laki, maka lebih banyak lansia perempuan


ht

yang ditinggal mati lebih dulu oleh suaminya, dan karena


perbedaan gender menyebabkan perempuan terbiasa mengurus
dirinya sendiri, sehingga lebih siap untuk tinggal sendiri.
Sedangkan lansia laki-laki lebih banyak berstatus kawin.

3.2 Hubungan Dengan Kepala Rumah Tangga


Informasi mengenai hubungan dengan kepala rumah
tangga lansia dapat dilihat pada Tabel 3.2. Pada tabel tersebut
terlihat bahwa sebagian besar lansia adalah sebagai kepala rumah

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 25


tangga, dengan perkataan lain, lansia tersebut masih sebagai
tulang punggung dalam perekonomian keluarga, hal ini terjadi
pada tahun 2015 maupun 2016. Seyogianya mereka yang telah
memasuki usia tua dapat menikmati hari tuanya tanpa beban yang
berat, namun kenyataannya tidaklah demikian.

Tabel 3.2
Persentase Penduduk Lansia Menurut
Hubungan Dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin

id
Jawa Tengah, 2015-2016

o.
.g
2015 2016
Hubungan dgn
Kepala
Rumah Tangga
Laki- Perem-
L+Pps Laki- Perem-
L+P
.b
laki puan laki puan
ng

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kepala RT 90,00 33,08 59,52 91,25 34,85 61,13


te
ja

Istri/Suami 0,65 36,37 19,78 0,33 37,65 20,26


://

Anak/menantu 0,16 0,11 0,13 0,11 0,20 0,16


tp
ht

Ortu/Mertua 8,51 27,84 18,86 7,57 25,04 16,90

Lainnya 0,68 2,60 1,71 0,74 2,26 1,55

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


Sumber: Susenas 2015 dan 2016 (data olah)

Pada tahun 2015 lansia yang menjadi tulang punggung


keluarga sebesar 59,52 persen dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 61,13 persen. Sedangkan lansia sebagai orang
tua/mertua sekitar 18,86 persen pada tahun 2015, berkurang
menjadi 16,90 persen pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan

26 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


masih cukup banyak lansia yang masih menggantungkan
hidupnya kepada anak atau menantunya. Kemungkinan lansia ini
adalah lansia yang untuk mengurus dirinya harus membutuhkan
bantuan orang lain atau lansia yang di masa tuanya tidak ingin
hidup kesepian, namun dugaan ini perlu kajian lebih lanjut.
Jika dilihat menurut jenis kelamin, lansia laki-laki sekitar
91,25 persen sebagai kepala keluarga pada tahun 2016, lebih

id
banyak dari tahun sebelumnya yaitu 90,00 persen. Kondisi yang

o.
berbeda terjadi pada lansia perempuan. Pada tahun 2016 lansia

.g
perempuan ps
lebih banyak berstatus sebagai istri (37,65 %),
.b
kemudian berturut-turut sebagai kepala rumah tangga dan
ng

sebagai orang tua/mertua masing-masing sebesar 34,85 persen


te

dan 25,04 persen. Lansia perempuan sebagai kepala rumah


ja
://

tangga diperkirakan adalah mereka yang berstatus cerai.


tp

Terlepas dari siapa yang menjadi kepala rumah tangga,


ht

merupakan tanggung jawab bersama untuk tetap memikirkan


pemecahannya. Penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan
bervariasi yang cocok bagi lansia perlu dipikirkan dan
ditingkatkan. Yang perlu diingat bahwa aktivitas, peran,
kemampuan, kreativitas dan produktivitas sudah menurun yang
dialami oleh para lansia memerlukan suatu penanganan yang
berbeda dibandingkan dengan penduduk usia muda. Berbagai
fasilitas kesehatan dan fasilitas umum yang “ramah” bagi

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 27


penduduk lansia juga perlu dibangun. Sehingga di hari tua
mereka masih bisa aktif sesuai dengan kondisi fisik mereka tanpa
perlu membebani keluarganya.
Selain itu apapun posisi lansia di dalam keluarga tetap
lebih baik dibandingkan dengan lansia yang hidup sendiri.
Karena masih terbatasnya dukungan institusi terhadap
keberadaan lansia seperti melalui sistem pensiun, asuransi dan

id
sejenisnya, menyebabkan betapa pentingnya peranan dukungan

o.
keluarga terhadap keberadaan lansia (Mundiharno, 1998).

.g
ps
Dengan pemberian dukungan yang bermakna maka para lansia
.b
akan dapat menikmati hari tua mereka dengan tentram dan damai
ng

yang pada akhirnya tentu akan memberikan manfaat bagi semua


te

anggota keluarga yang lain.


ja
://
tp
ht

28 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB IV
PENDIDIKAN PENDUDUK LANSIA

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk manusia


terampil dan produktif yang pada gilirannya secara tidak
langsung dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu pendidikan harus sejak dini

id
ditanamkan pada generasi muda sehingga dapat menjadi bekal

o.
mereka di masa datang.

.g
ps
4.1 Pendidikan Yang Ditamatkan
.b
Gambaran tingkat pendidikan Lansia merupakan cermin
ng

tingkat pendidikan generasi muda pada masa lalu. Dengan tingkat


te
ja

pendidikan yang memadai diharapkan dapat memberikan


://

benteng atau daya tahan lansia terhadap kesendirian mereka di


tp
ht

hari tua.
Tabel 4.1 mencatat bahwa pada tahun 2016 sebagian
besar penduduk lansia adalah tidak pernah sekolah atau tidak
tamat Sekolah Dasar (SD), yaitu sebesar 59,81 persen. Penduduk
lansia yang tamat SD hanya 29,96 persen. Sedangkan yang tamat
SLTP dan SLTA ke atas masing-masing sebesar 2,91 persen dan
7,32 persen. Kondisi ini dapat dimaklumi mengingat masa kanak-
kanak para lansia tersebut sebagian besar berada pada periode
sebelum kemerdekaan (jaman kolonial), dimana kesempatan

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 29


untuk memperoleh pendidikan sangat terbatas. Namun demikian
jika dibandingkan dengan kondisi setahun sebelumnya (kondisi
tahun 2015) terdapat perubahan yang cukup menggembirakan
yaitu dengan berkurangnya persentase lansia yang tidak pernah
sekolah/tidak tamat SD.

Tabel 4.1
Persentase Penduduk Lansia Menurut

id
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2015-2016

o.
.g
Pendidikan 2015 2016
Tertinggi
yang
Ditamatkan
Laki-
laki
Perem
puan
L+P ps Laki-
laki
Perem
puan
L+P
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
ng

Tdk pernah
sekolah/Tdk 51,67 73,62 63,42 47,57 70,50 59,81
te

Tamat SD
ja

SD/Sederajat 28,60 17,30 22,55 38,48 22,53 29,96


://

SLTP /
7,45 3,69 5,44 2,80 3,00 2,91
tp

Sederajat
SLTA/Sede-
ht

12,28 5,39 8,59 11,15 3,97 7,32


rajat ke atas
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas 2015 dan 2016 (data olah)

Menarik untuk diamati adalah tingkat pendidikan dilihat


menurut jenis kelamin. Terlihat bahwa tingkat pendidikan lansia
perempuan lebih rendah bila dibandingkan dengan lansia laki-
laki. Terbukti dari tingginya persentase lansia perempuan yang
berpendidikan kurang dari SD yang mencapai 70,50 persen serta

30 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


rendahnya persentase lansia perempuan yang berpendidikan
SMA+ yaitu hanya mencapai 3,97 persen.

Gambar 4.1
Persentase Penduduk Lansia Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2016

id
o.
.g
ps
.b
ng
te
ja
://

Sumber: Susenas 2016 (data olah)


tp
ht

Ada banyak kemungkinan lansia perempuan tidak


sekolah, namun salah satu alasan utamanya adalah pada zaman
dahulu perempuan umumnya tidak diijinkan untuk sekolah atau
jika boleh sekolah paling cukup sampai SD saja. Umpamanya
masyarakat masih menganggap bahwa percuma saja perempuan
sekolah tinggi, karena akhirnya ke dapur juga. Lansia perempuan
yang sudah bisa mengenyam pendidikan tinggi umumnya berasal
dari keluarga yang sudah tidak berpandangan “kolot” atau anak

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 31


para “pejabat” yang mempunyai akses ke fasilitas pendidikan
(Moch. Affandi, 2009).
Mengingat pentingnya sumber daya manusia (SDM),
pendidikan dan pengetahuan serta ketrampilan generasi muda
perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi kesiapan mereka
menjelang hari tua. Hal ini dikarenakan generasi muda yang
sekarang akan menjadi lansia di masa datang diharapkan mampu

id
berperan dalam memberikan wawasan yang luas kepada generasi

o.
berikutnya.

.g
4.2 Kemampuan Membaca dan Menulis ps
.b
Informasi tentang kemampuan membaca dan menulis
ng

merupakan salah satu indikator untuk melihat seberapa besar


te
ja

kemampuan penduduk dalam mengakses informasi dari berbagai


://

media terutama terhadap perkembangan di dunia luar.


tp
ht

Keterbelakangan akibat minimnya informasi, justru akan dapat


menghambat kemajuan pembangunan. Dengan kemampuan
membaca dan menulis yang baik, diharapkan penduduk
(termasuk lansia) dapat menyerap program-program
pembangunan yang akan dan telah dilaksanakan.

32 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 4.2
Persentase Penduduk Lansia Menurut Kemampuan
Membaca dan Menulis Huruf Latin Jawa Tengah, 2014-2016
Kemampuan Tahun
Membaca dan
2014 2015 2016
Menulis
(1) (2) (3) (4)
Huruf Latin 56,22 68,38 68,32

Tidak Dapat 43,78 31,62 31,68

id
Jumlah 100,00 100,00 100,00

o.
Sumber: Susenas 2014, 2015 dan 2016 (data olah)

.g
Tabel 4.2 memperlihatkan kemampuan penduduk lansia
ps
dalam membaca dan menulis. Persentase penduduk lansia di
.b
ng

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 yang dapat membaca dan
te

menulis huruf latin sebesar 68,32 persen, sedangkan yang buta


ja

huruf latin sekitar 31,68 persen. Angka tersebut menunjukkan


://

bahwa pesan atau informasi pembangunan maupun informasi


tp
ht

lainnya melalui media cetak dapat diakses oleh lebih dari separoh
penduduk lansia. Kondisi ini relatif tidak berbeda dengan kondisi
di tahun 2015, tercatat bahwa lansia setahun yang lalu yang dapat
membaca maupun menulis huruf latin sebesar 68,38 persen
sedangkan yang buta huruf latin sebesar 31,62 persen.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 33


Tabel 4.3
Persentase Penduduk Lansia Menurut Kemampuan Membaca
dan Menulis Huruf Latin dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2016

2016
Kemampuan
Membaca dan
Menulis Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4)

Huruf Latin 81,71 56,64 68,32

id
Tidak Dapat 18,29 43,36 31,68

o.
Jumlah 100,00 100,00 100,00

.g
Sumber: Susenas 2016 (data olah)
ps
.b
Bila diamati menurut jenis kelamin, dari tabel di atas
ng

terlihat selama tahun 2016 lansia laki-laki mayoritas dapat


te

membaca dan menulis huruf latin (81,71%), sedangkan lansia


ja

perempuan yang buta huruf latin persentasenya relatif tidak


://
tp

terlalu jauh dibandingkan dengan persentase yang tidak buta


ht

huruf (43,36% berbanding 56,64%). Hal ini mengindikasikan


pada masa ketika mereka masih muda terdapat diskriminasi
gender di bidang pendidikan.

34 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB V
KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK LANSIA

Setiap tahun sebagian pegawai negeri dan mereka yang


terutama berstatus buruh/karyawan memasuki masa purna tugas
dan mereka memiliki profesionalisme masing-masing sesuai
dengan bidang tugas sebelumnya. Sebagian mereka juga siap
memasuki pasar kerja dengan bekal pengalamannya untuk

id
mengisi masa purna tugasnya dengan bekerja. Dengan berbekal

o.
.g
kemampuan yang ada, sebagian lansia yang ada dapat langsung
ps
menyesuaikan dengan dunia baru mereka atau langsung bekerja,
.b
tetapi ada pula yang harus menyesuaikan diri dan masih mencari
ng

pekerjaan, atau hanya menerima apa adanya dengan menikmati


te
ja

hari-hari senja mereka.


://
tp

5.1 Angkatan Kerja Lansia


ht

Kelompok lansia kadang dianggap tidak lebih dari


sekedar beban kelompok usia produktif. Padahal sebenarnya para
lansia pun masih berpotensi dalam proses produksi. Bahkan
untuk beberapa profesi, meningkatnya usia seseorang akan
memantapkan potensi yang dimiliki dan meningkatkan
profesionalisme. Tidak dipungkiri banyak para lansia sering
dijadikan pengayom atau penasehat dalam berbagai bidang sesuai
dengan keahliannya.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 35


Tabel 5.1
Persentase Penduduk Lansia Menurut Jenis Kegiatan
dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2015-2016

2015 2016
Jenis Kegiatan Laki- Perem Laki- Perem
L+P L+P
laki puan laki puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Bekerja 65,37 38,31 50,89 63,88 38,22 50,19

id
2. Menganggur 0,47 0,11 0,28 0,58 0,58 0,58

o.
3. Mengurus RT 10,72 44,25 28,66 11,77 43,66 28,78

.g
4. Lainnya 23,44 17,33 ps
20,17 23,77 17,54 20,45
.b
Jumlah 100 100 100 100 100 100
ng

TPT 0,71 0,30 0,54 0,89 1,50 1,14


te

TPAK 65,84 38,43 51,17 64,46 38,80 50,77


ja
://

Sumber: Sakernas Agustus 2015 dan Agustus 2016 (data olah)


tp

Pada tahun 2015 lansia yang bekerja sekitar 50,89 persen


ht

dari total penduduk lansia, setahun kemudian berkurang menjadi


50,19 persen. Persentase penduduk lansia laki-laki yang bekerja
jauh lebih banyak dari pada lansia perempuan, yaitu masing-
masing sebesar 65,37 persen dan 38,31 persen pada tahun 2015,
dan setahun kemudian (tahun 2016) menjadi 63,88 persen
berbanding 38,22 persen. Banyaknya lansia yang masih bekerja
di satu pihak dapat menunjukkan bahwa lansia memang aktif di
pasar kerja dan berusaha untuk tidak tergantung pada penduduk

36 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


lainnya, tapi di lain pihak dapat menjadi masalah jika mereka
tidak diperhatikan sebagaimana mestinya. Karena idealnya lansia
yang bekerja harusnya mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan
kondisi fisik dan mental mereka.
Rendahnya TPAK lansia perempuan yaitu sebesar 38,80
persen dibandingkan TPAK lansia laki-laki sebesar 64,46 persen,
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, dua diantaranya

id
mencakup norma-norma sosial dan pendidikan. Norma sosial

o.
yang ada di lingkungan sekitar menyebabkan lebih banyak

.g
ps
perempuan memilih untuk mengurus pekerjaan rumah tangga
.b
sementara laki-laki memainkan peran sebagai pencari nafkah.
ng

Pemisahan peran ini telah terjadi sejak para lansia tersebut masih
te

muda. Sementara pendidikan telah memegang peranan penting


ja
://

dalam memberdayakan lansia perempuan. Seandainya tidak ada


tp

perubahan tingkat pendidikan perempuan usia 35 tahun ke atas,


ht

maka kemungkinan besar generasi masa depan lansia perempuan


akan tertinggal di belakang lansia laki-laki dalam hal kemampuan
secara finansial melalui partisipasi dalam angkatan kerja (Aris
Ananta, 2014).
Banyaknya lansia yang masih bekerja kemungkinan
disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar,
secara fisik dan mental lansia tersebut masih mampu melakukan

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 37


aktivitas sehari-hari, serta aktualisasi diri/emosi
(Wirakartakusumah dalam Moch. Affandi, 2009).
Kebutuhan ekonomi yang relatif besar pada lansia
kemungkinan disebabkan tidak/belum adanya jaminan sosial
ekonomi yang memadai bagi lansia. Di Provinsi Jawa Tengah,
jaminan hari tua seperti uang pensiun masih sangat terbatas untuk
mereka yang bekerja di sektor formal saja, tidak untuk sektor

id
informal. Oleh karena itu, perlu dipikirkan berbagai upaya untuk

o.
menjangkau lansia yang tidak punya pensiun atau jaminan hari

.g
ps
tua, mengingat jumlah mereka lebih banyak dibanding lansia dari
.b
sektor formal. Walaupun sudah dibentuk posyandu lansia yang
ng

dapat meningkatkan kondisi kesehatan lansia, tetapi dari aspek


te

ekonomi belum mampu untuk meningkatkan tingkat


ja
://

kesejahteraan lansia.
tp

Hal yang menarik lainnya adalah masih adanya lansia


ht

yang masuk kelompok pengangguran, yaitu sebesar 0,28 persen


pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 0,58
persen. Kelompok ini adalah kelompok yang tidak punya
pekerjaan tetapi masih aktif berusaha mencari pekerjaan,
mempersiapkan suatu usaha, putus asa karena sudah berusaha
mencari tetapi belum mendapatkan ataupun yang sudah diterima
bekerja tetapi belum mulai bekerja.

38 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Kondisi seperti ini tentunya perlu mendapat perhatian kita
semua, mengingat secara umum kondisi lansia berbeda dengan
kondisi penduduk lainnya. Berbagai upaya pemecahan masalah
sudah harus segera dipikirkan dan dipertimbangkan agar
penduduk lansia tidak menjadi kendala pembangunan, tetapi
tetap dapat dipertahankan sebagai modal pembangunan.
Meskipun dalam hal ini peran mereka mungkin berbeda dengan

id
peran penduduk muda, mengingat kondisi fisik, mental dan sosial

o.
mereka yang sudah banyak mengalami kemunduran.

.g
5.1.1 Lapangan Pekerjaan ps
.b
ng

Gambar 5.1
Persentase Penduduk Lansia yang Bekerja
te

Menurut Lapangan Pekerjaan Jawa Tengah, 2016


ja

Jasa Lainnya
://

Perdagangan 4% 6%
tp

17%
ht

Industri
9% Pertanian
64%
Sumber: Sakernas Agustus 2016 (data olah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 39


Seperti telah diuraikan di atas, masih banyak lansia yang
bekerja, namun di sektor apa mereka kebanyakan bekerja?
Pertanyaan ini akan terjawab dengan melihat Tabel 5.2, yang
menunjukkan jumlah lansia yang bekerja menurut lapangan
pekerjaannya dan secara visual dalam persentase dapat dilihat
pada Gambar 5.1. Terlihat pada Tabel 5.2 bahwa lansia yang
bekerja pada tahun 2016, sebagian besar di sektor Pertanian yaitu

id
sebesar 63,97 persen, diikuti sektor Perdagangan sebesar 16,71

o.
persen.

.g
ps
Bila dibandingkan setahun yang lalu, penyerapan tenaga
.b
kerja di sektor Pertanian terjadi kenaikan, tercatat pada tahun
ng

2015 untuk Pertanian sebesar 60,05 persen diikuti Perdagangan


te

sebesar 18,28 persen. Selama kurun waktu 2015-2016 sektor


ja
://

perdagangan dan industri terlihat mengalami penurunan. Sektor


tp

pertanian masih mendominasi tenaga kerja di Provinsi Jawa


ht

Tengah. Fenomena tersebut dapat dimaklumi mengingat


sebagian besar penduduk Jawa Tengah tinggal di Pedesaan.
Selain itu, sektor pertanian memang tidak memerlukan
keterampilan khusus dan tidak mengenal batasan usia sepanjang
kondisi fisik yang bersangkutan masih mampu. Namun seiring
bergesernya waktu, sektor Pertanian akan semakin bergeser ke
sektor lain mengingat lahan pertanian semakin berkurang dengan
adanya pembangunan fasilitas umum maupun tempat tinggal.

40 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 5.2
Persentase Penduduk Lansia yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2015 - 2016

Lapangan 2015 2016


Pekerjaan Laki- Perem Laki- Perem
Utama L+P L+P
laki puan laki puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pertanian 64,63 53,25 60,05 69,31 56,15 63,97

id
o.
Industri 9,10 12,73 10,56 6,71 12,54 9,08

.g
Perdagangan 12,02 27,58 18,28 11,03 25,02 16,71

Jasa 5,28
ps
5,48 5,36 3,40 4,85 3,99
.b
ng

Lainnya 8,97 0,96 5,75 9,54 1,43 6,25


te

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


ja

Sumber: Sakernas Agustus 2015 dan Agustus 2016 (data olah)


://
tp

Pola pekerja lansia perempuan berbeda dengan pekerja


ht

lansia laki-laki, bisa dilihat pada tabel 5.2 di atas. Pada tahun
2016 lansia laki-laki yang bekerja di sektor Pertanian lebih tinggi
dari lansia perempuan yaitu 69,31 persen berbanding 56,15
persen, sedangkan di sektor Perdagangan persentase lansia laki-
laki lebih rendah dibanding lansia perempuan yaitu 11,03 persen
berbanding 25,02 persen. Kondisi yang sama terjadi juga pada
tahun 2015. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kemampuan
fisik yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 41


5.1.2 Status Pekerjaan
Tabel 5.3
Persentase Penduduk Lansia yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2015-2016

Status 2015 2016


Pekerjaan Laki- Perem Laki- Perem
Utama L+P L+P
laki puan laki puan

id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

o.
Berusaha Sendiri 18,55 28,42 22,52 18,58 28,20 22,38

.g
Berusaha
Dibantu brh tdk
ttp/tdk dibayar
50,48 19,55
ps
38,02 53,43 18,82 39,74
.b
Berusaha
ng

Dibantu brh ttp/ 6,66 3,98 5,58 5,41 2,95 4,44


dibayar
te

Buruh/karyawan 8,57 6,67 7,81 6,80 6,59 6,71


ja

Pekerja bebas
://

6,07 8,45 7,03 5,93 9,00 7,15


pertanian
tp

Pekerja bebas
ht

5,45 1,93 4,03 4,57 2,40 3,71


non pertanian
Pekerja tdk
4,22 31,00 15,01 5,28 32,04 15,86
dibayar
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Sakernas Agustus 2015 dan Agustus 2016 (data olah)

Penduduk lansia yang bekerja pada tahun 2016,


umumnya adalah pekerja non formal mencapai 88,84 persen
(yang meliputi berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak
tetap, pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar) angka ini lebih
tinggi jika dibandingkan setahun yang lalu yaitu 86,61 persen.

42 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Sedangkan pekerja formal (yang meliputi berusaha dengan buruh
tetap dan sebagai buruh/karyawan) mengalami kenaikan dari
13,39 persen pada tahun 2015 menjadi 11,15 persen pada tahun
2016 (Tabel 5.3).
Keadaan tersebut nampaknya konsisten dengan ulasan
sebelumnya, dimana sebagian besar lansia bekerja di sektor
pertanian dan perdagangan. Menurut jenis kelamin, lansia laki-

id
laki pada umumnya bekerja dibantu buruh tidak tetap/tidak

o.
dibayar. sedangkan perempuan umumnya sebagai pekerja tidak

.g
ps
dibayar atau bekerja membantu suami mereka dan berusaha
.b
sendiri.
ng

5.2 Bukan Angkatan Kerja Lansia


te
ja

Penduduk lansia yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi


://

dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja. Lansia yang


tp
ht

termasuk golongan ini adalah mereka yang mengurus rumah


tangga atau melakukan kegiatan lainnya seperti olah raga, kursus,
dan kegiatan sosial, kegiatan keagamaan dsb.
Selama periode tahun 2015-2016, lansia yang termasuk
bukan angkatan kerja secara total sedikit meningkat dari 48,83
persen di tahun 2015 menjadi 49,23 persen tahun 2016. Kenaikan
ini disumbang oleh bertambahnya jumlah lansia yang mengurus
rumah tangga (Tabel 5.1).

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 43


Bila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk lansia
perempuan umumnya banyak melakukan kegiatan mengurus
rumah tangga yakni sebesar 43,66 persen, sedangkan laki-laki
hanya sebesar 11,77 persen. Proporsi kegiatan lainnya antara
lansia laki-laki dan perempuan mempunyai persentase yang
cukup berbeda, yakni sebanyak 23,77 persen berbanding 17,54
persen.

id
o.
.g
ps
.b
ng
te
ja
://
tp
ht

44 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB VI
KESEHATAN PENDUDUK LANSIA

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam


kelangsungan hidup seseorang. Dengan kondisi tubuh yang
sehat, seseorang bisa melakukan segala aktivitasnya. Seiring
bertambahnya usia, semakin banyak mengalami keluhan
terhadap berbagai penyakit yang diakibatkan makin berkurang

id
daya tahan fisik mereka.

o.
.g
6.1 Keluhan Kesehatan
Tabel 6.1 ps
.b
Persentase Penduduk Lansia yang Mengalami Keluhan
ng

Kesehatan dan Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin


Jawa Tengah, 2015-2016
te
ja

2015 2016
://

Uraian Laki- Perem Laki- Perem


tp

L+P L+P
laki puan laki puan
ht

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Mengalami
Keluhan 50,92 50,00 50,43 49,78 50,48 50,15
Kesehatan
- Terganggu
kegiatan
sehari-hari 27,41 25,60 26,44 25,95 25,44 25,68
(Angka
Kesakitan)
- Tidak
23,51 24,40 23,99 23,83 25,04 24,47
terganggu
Sumber: Susenas 2015 dan 2016 (data olah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 45


Tabel 6.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 sebanyak
50,15 persen lansia mengalami keluhan dengan kesehatannya,
persentase ini lebih rendah bila dibandingkan persentase pada
tahun 2015 yang tercatat sebesar 50,43 persen. Kondisi yang sama
juga terlihat pada angka kesakitan lansia dimana pada tahun 2016
sebesar 25,68 lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar
26,44.

id
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan

o.
terganggunya aktivitas sehari-hari, namun terjadinya keluhan

.g
ps
kesehatan dapat menggambarkan tingkat kesehatan secara kasar.
.b
Berkurangnya lansia yang mengalami keluhan kesehatan,
ng

mengindikasikan bahwa semakin banyak lansia dalam kondisi


te

kesehatan yang tergolong cukup baik. Demikian juga dengan


ja
://

persentase lansia yang merasa tidak terganggu kegiatannya


tp

sehari-hari walaupun ada keluhan, mengalami kenaikan dari


ht

23,99 persen di tahun 2015 menjadi 24,47 persen di tahun 2016.


Kondisi seperti ini berdampak pada kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Lansia yang menderita sakit, umumnya mereka tidak
terlalu lama terganggu kegiatan sehari-harinya. Hal ini bisa
dilihat pada Tabel 6.2, sebanyak 39,69 persen lansia yang sakit
selama 3 hari atau kurang, dan sebanyak 35,14 persen sakit
selama 4-7 hari, selebihnya menderita sakit lebih dari seminggu

46 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


sampai sebulan. Bila dibanding setahun sebelumnya, lansia yang
sakit di tahun 2015 lebih lama sembuh dibanding tahun 2016, hal
ini terlihat dari berkurangnya persentase sakit 22-31 hari.
Tabel 6.2
Persentase Penduduk Lansia yang Menderita Sakit Menurut
Lamanya Sakit dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2015 – 2016

2015 2016

Jumlah Hari

id
Laki- Perem Laki- Perem
L+P L+P
laki puan laki puan

o.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

.g
0–3 34,89 39,94 37,51 38,28 40,93 39,69

4–7 36,12
ps
32,57 34,28 34,87 35,37 35,14
.b
ng

8 – 14 8,63 8,68 8,65 8,09 8,13 8,11


te

15 – 21 5,50 4,26 4,86 4,76 3,59 4,14


ja

22 – 31 14,86 14,55 14,70 13,99 11,97 12,92


://

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


tp

Rata-rata Lama
ht

9,18 8,83 9,00 8,76 8,04 8,38


Sakit (hari)
Sumber: Susenas 2015 dan 2016 (data olah)

Indikator lain yang menunjukkan derajat kesehatan


adalah rata-rata lama sakit. Rata-rata lama sakit lansia tahun 2016
tercatat 8,38 hari, angka ini lebih rendah bila dibandingkan tahun
2015 yaitu 9,00 hari. Bila dilihat menurut jenis kelamin, lansia
perempuan mempunyai rata-rata lama sakit lebih sedikit dari
pada laki-laki, kondisi ini terjadi pada tahun 2015 dan 2016.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa lansia laki-laki relatif lebih

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 47


rentan terhadap penyakit daripada lansia perempuan. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa lansia laki-laki
cenderung masih tetap memiliki pekerjaan untuk mencukupi
kebutuhan diri mereka sendiri dan keluarga mereka meskipun
kemampuan fisik mereka sudah melemah. Tingginya prevalensi
penyakit pada lansia laki-laki dibandingkan lansia perempuan
juga ikut mempengaruhi lamanya usia kehidupan yang juga

id
menjelaskan kenapa angka harapan hidup laki-laki lebih rendah

o.
daripada perempuan (Nugroho Abikusno, 2007).

.g
6.2 Cara Pengobatan ps
.b
Setiap orang yang menderita sakit berbeda-beda upaya
ng

penyembuhannya, ada yang diobati sendiri, berobat jalan dan


te
ja

mungkin ada yang tidak diobati sama sekali. Perbedaan upaya


://

penyembuhannya tidak lepas dari berbagai alasan, kemungkinan


tp
ht

karena keterbatasan ekonomi, kebiasaan seseorang, kemudahan


transportasi dan mungkin sebab – sebab lainnya.

48 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 6.3
Persentase Penduduk Lansia yang Menderita Sakit
Menurut Pengobatannya dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2015 - 2016
2015 2016

Uraian Laki- Perem Laki- Perem


L+P L+P
laki puan laki puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Berobat jalan

id
- ya 57,71 59,18 58,49 58,47 58,85 58,67

o.
- tidak 42,29 40,82 41,51 41,53 41,15 41,33

.g
Jumlah 100,00
ps
100,00
Sumber: Susenas 2015 dan 2016 (data olah)
100,00 100,00 100,00 100,00
.b
ng

Tabel 6.3 menunjukkan pada tahun 2016, dari lansia yang


te

mempunyai keluhan kesehatan, terdapat 58,67 persen yang


ja

pernah berobat jalan. Berobat jalan yang dilakukan oleh lansia


://

yang mengalami keluhan kesehatan adalah dengan mendatangi


tp
ht

tempat pengobatan atau mendatangkan orang yang ahli dalam


pengobatan. Persentase ini relative lebih besar bila dibanding
setahun sebelumnya yang tercatat sekitar 58,49 persen.
Tidak semua lansia yang mengalami keluhan kesehatan
berobat jalan, ada sekitar 41,33 persen yang tidak berobat jalan
(Tabel 6.4). Ada beberapa alasan yang menyebabkan lansia
tersebut tidak berobat jalan walaupun mempunyai keluhan
kesehatan. Dari data Tabel 6.4 terlihat bahwa sebagian besar
lansia tidak berobat jalan karena mereka lebih memilih untuk

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 49


mengobati sendiri (58,29 %). Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan obat tradisional, obat modern ataupun penanganan
secara tradisional (kerokan dan lain-lain).
Tabel 6.4
Persentase Penduduk Lansia yang Menderita Sakit
Menrut Alasan Utama Tidak Berobat Jalan dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2016

Laki- Perem
Alasan Utama Tidak Berobat Jalan L+P

id
laki puan

o.
(1) (2) (3) (4)

.g
Tidak punya biaya berobat 1,92 2,00 1,96
ps
.b
Tidak ada biaya transport 0,47 0,78 0,64
ng
te

Waktu tunggu pelayanan lama 0,07 0,22 0,15


ja

Mengobati sendiri 58,25 58,31 58,29


://
tp

Tidak ada yang mendampingi 1,00 1,67 1,36


ht

Merasa tidak perlu 34,09 33,30 33,66

Lainnya 4,20 3,72 3,94

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Sakernas Agustus 2016 (data olah)

Lansia yang tidak berobat jalan karena alasan tidak punya


biaya berobat sebanyak 1,96 persen sedangkan yang tidak ada
biaya transport sebanyak 0,64 persen. Kondisi tersebut dapat

50 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


diartikan bahwa keterbatasan ekonomi masih sangat
mempengaruhi lansia untuk dapat menikmati pelayanan
kesehatan khususnya lansia ekonomi bawah. Sedangkan faktor
lain yang membuat masyarakat tidak ingin berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan yaitu waktu tunggu pelayanan lama
sebanyak 0,15 persen. Walaupun angkanya sangat kecil tetapi
keadaan ini menunjukkan bahwa manajemen pelayanan yang ada

id
di fasilitas kesehatan tersebut masih kurang efektif.

o.
.g
Tabel 6.5
Persentase Penduduk Lansia
ps
Menurut Kepemilikan Jaminan Kesehatan dan Jenis Kelamin
.b
Jawa Tengah, 2016
ng

Perem
te

Uraian Laki-laki L+P


puan
ja

(1) (2) (3) (4)


://

Memiliki Jaminan
tp

Kesehatan
ht

- ya 60,00 61,03 60,55

- tidak 40,00 38,97 39,45

Jumlah 100,00 100,00 100,00


Sumber: Susenas 2016 (data olah)

Meningkatnya populasi penduduk lansia membutuhkan


pelayanan kesehatan yang memadai. Dan dengan fasilitas
kesehatan yang ramah lansia akan semakin memperbesar
kemungkinan para lansia tersebut untuk bisa hidup mandiri.
Karena dengan meningkatkan standar kesehatan untuk para

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 51


lansia, akan memberi kesempatan kepada para lansia untuk
berkontribusi secara positif terhadap kesejahteraan keluarga,
masyarakat dan pembangunan nasional. Dari data Susenas 2016
terlihat bahwa lebih dari separuh lansia di Jawa Tengah memiliki
jaminan kesehatan (60,55%). Walaupun begitu masih ada 39,45
persen lansia yang tidak mempunyai jaminan kesehatan. Keadaan
ini tentu mengkhawatirkan mengingat tidak semua lansia

id
memiliki sumber keuangan yang memadai, yang pada akhirnya

o.
mempengaruhi keputusan lansia tersebut untuk mengakses

.g
fasilitas kesehatan. ps
.b
ng
te
ja
://
tp
ht

52 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


BAB VII
PENUTUP

Persentase penduduk lansia terhadap total penduduk di


Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, yaitu 11,79
persen tahun 2015 menjadi 12,18 persen di tahun 2016. Semakin
bertambahnya penduduk lansia sebenarnya merupakan kabar

id
baik, karena hal itu berarti bahwa harapan hidup dan

o.
kemakmuran meningkat di Jawa Tengah, sebagai dampak

.g
perkembangan sosial ekonomi. Tetapi hanya mencapai usia
ps
lanjut saja tidaklah cukup, harus dipikirkan juga bagaimana
.b
ng

mengisi tahun-tahun tambahan itu.


te

Masih banyaknya lansia yang berperan sebagai pencari


ja

nafkah (50,19% bekerja), cukup banyaknya lansia yang masih


://
tp

berkedudukan sebagai kepala rumah tangga (61,13%),


ht

mengindikasikan bahwa peran lansia dalam rumah tangga


sebenarnya masih besar. Sehingga keberadaan lansia tidaklah
semata-mata sebagai beban bagi keluarganya, karena itu persepsi
yang menyatakan bahwa lansia semata-mata sebagai beban
tidaklah sepenuhnya benar.
Melihat beberapa karakteristik sosial ekonomi lansia
seperti disebutkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa lansia
di Jawa Tengah lebih banyak berfungsi sebagai aset
pembangunan. Kebanyakan diantara mereka mempunyai

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 53


pekerjaan, selain itu kondisi kesehatan lansia tersebut tergolong
cukup baik dengan masih kecilnya angka kesakitan / morbidity
rate (25,68%).
Budaya Jawa yang menghormati orang tua dan senang
berkumpul dengan keluarganya juga membawa dampak yang
positif bagi para lansia. Peran keluarga dalam mendukung
kehidupan lansia amat penting dan perlu dipertahankan

id
mengingat belum luasnya cakupan sistem jaminan sosial yang

o.
ada, terutama karena sebagian besar lansia bekerja di sektor

.g
informal (88,84%). ps
.b
Walaupun begitu masih ada beberapa masalah lansia yang
ng

perlu diperhatikan yaitu jumlah lansia perempuan yang lebih


te

banyak daripada lansia laki-laki (Sex ratio = 87,35), dengan


ja
://

kondisi sebagai berikut:


tp

- rendahnya TPAK lansia perempuan dibanding lansia laki-


ht

laki (38,80% berbanding 64,46%).


- rendahnya tingkat pendidikan lansia perempuan (70,50%
lansia perempuan tidak pernah sekolah/tidak tamat SD).
- tingginya persentase lansia perempuan dengan status single
(belum menikah/cerai) sebanyak 59,19 persen.
Kondisi tersebut menyebabkan lansia perempuan lebih rentan
daripada lansia laki-laki baik dari sisi finansial, sosial maupun
emosional.

54 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


DAFTAR PUSTAKA

______. 2011. Implikasi Gender Terhadap Kesehatan Lansia.


http://ramakrisnahare.blogspot.com/2011/03/implikasi-
gender-terhadap-kesehatan.html. 29 September 2014.

______. 2011. Lonjakan Jumlah Penduduk Bisa Hambat


Pembangunan.
http://www.dw.de/lonjakan-jumlah-penduduk-bisa-hambat-

id
pembangunan/a-15226297. 29 September 2014.

o.
______. 2014. World Population Day focuses on youth. But don't

g
s.
forget they're our future older population.
bp
http://www.helpage.org/global-agewatch/blogs/mark-
gorman-25/world-population-day-focuses-on-youth-but-
g.
dont-forget-theyre-our-future-older-population-729/.
en

29 September 2014.
t
ja

Abikusno, Nugroho. 2007. Older Population in Indonesia: Trends,


://

Issues and Policy Responses. Bangkok: UNFPA Indonesia


tp

and Country Technical Services Team for East and South-East


ht

Asia, 2007.
http://www.gerbanglansia.org/docs/1008/UNFPA%20onage
ing.pdf 27 Januari 2016.

Affandi, Moch. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk


Lanjut Usia.
http://jiae.ub.ac.id/index.php/jiae/article/download/131/100.
24 Agustus 2012.

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 55


Ananta, Aris. 2014. Employment Patterns of Older Women in
Indonesia.
https://mletiko.files.wordpress.com/2014/09/employment-
patterns-of-older-women-in-indonesia1.pdf. 7 Oktober 2014.

Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2004.


Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia


Indonesia 2010. Jakarta.

id
o.
Kuntjoro, Zainuddin Sri. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia.
http://www.e-psikologi.com/artikel/lanjut-usia/dukungan-

g
s.
sosial-pada-lansia. 30 September 2014.
bp
Kuntjoro, Zainuddin Sri. 2002. Lansia dan Pekerjaan. http://www.e-
g.
psikologi.com/artikel/lanjut-usia/lansia-dan-pekerjaan. 30
en

September 2014.
t
ja

Mundiharno. 1998. Penduduk Lansia: Perlunya Perhatian Terhadap


://

Kondisi Lokal dan Peran Keluarga.


tp

http://www.akademika.or.id/arsip/AGE-DSOS.PDF.
ht

23 September 2014.

Mundiharno. 1998. Pengertian, Ruang Lingkup dan Bentuk-Bentuk


Analisis Ekonomi Kependudukan: Dengan Penekanan Pada
Analisis Ekonomi Terhadap Penuaan Penduduk.
http://andriwijanarko.files.wordpress.com/2012/09/pengerti
an-ruang-lingkup-dan-bentuk-bentuk-analisis-ekonomi-
kependudukan-ec-pop1.pdf. 30 September 2014.

56 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Rimbawan, Nyoman Dayuh. 2009. Profil Lansia di Bali dan
Kaitannya Dengan Pembangunan (Deskripsi berdasarkan
hasil Supas 2005 dan Sakernas 2007). ojs.unud.ac.id/
index.php/piramida/article/download/2980/2138. 24 Agustus
2012.

Rohana, Siti. 2011. Senam Vitalisasi Otak Lebih Meningkatkan


Fungsi Kognitif Kelompok Lansia Daripada Senam Lansia di
Balai Perlindungan Sosial Provinsi BANTEN, 2011.
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-680-

id
tesisfinalhjstrohanaoke.pdf. 8 Oktober 2014.

go.
s.
bp
g.
ten
ja
://
tp
ht

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 57


ht
tp
://
ja
ten
g.
bp
s.
go.
id
ht
tp
://
ja
t en
g.
bp
s.
go.
LAMPIRAN id
ht
tp
://
ja
ten
g.
bp
s.
go.
id
Tabel 1
Penduduk Lansia Menurut Kabupaten/Kota Jawa Tengah, 2016

Jumlah Penduduk Lansia


Kabupaten/Kota Penduduk
(ribu) Jumlah (ribu) Persentase

(1) (2) (3) (4)


Kab.Cilacap 1 703,4 209,2 12,28
Kab.Banyumas 1 650,6 216,9 13,14
Kab.Purbalingga 907,5 119,2 13,13
Kab.Banjarnegara 907,4 113,5 12,51
Kab.Kebumen 1 188,6 174,0 14,64

id
Kab.Purworejo 712,7 116,4 16,33
Kab.Wonosobo 780,8 94,6 12,12

o.
Kab.Magelang 1 257,1 166,3 13,23

g
Kab.Boyolali 969,3 144,7 14,93

s.
Kab.Klaten 1 163,2 181,6 15,61
Kab.Sukoharjo 871,4 108,8 12,49
Kab.Wonogiri
Kab.Karanganyar
952,0
864,0
bp 187,1
112,4
19,65
13,01
g.
Kab.Sragen 882,1 132,7 15,04
en

Kab.Grobogan 1 358,4 166,2 12,23


Kab.Blora 855,6 115,1 13,45
t

Kab.Rembang 624,1 69,9 11,20


ja

Kab.Pati 1 240,0 164,4 13,26


://

Kab.Kudus 841,5 76,3 9,07


Kab.Jepara 1 205,8 124,4 10,32
tp

Kab.Demak 1 129,3 102,3 9,06


ht

Kab.Semarang 1 014,2 121,0 11,93


Kab.Temanggung 752,5 93,1 12,37
Kab.Kendal 949,7 101,8 10,72
Kab.Batang 749,7 79,1 10,55
Kab.Pekalongan 880,1 86,4 9,82
Kab.Pemalang 1 292,6 142,1 10,99
Kab.Tegal 1 429,4 150,2 10,51
Kab.Brebes 1 788,9 195,0 10,90
Kota Magelang 121,1 14,8 12,22
Kota Surakarta 514,2 54,6 10,62
Kota Salatiga 186,4 19,8 10,62
Kota Semarang 1 729,1 141,3 8,17
Kota Pekalongan 299,2 23,8 7,95
Kota Tegal 247,2 23,1 9,34
Provinsi Jawa Tengah 34 019,1 4 141,8 12,17

Sumber: Proyeksi Penduduk 2016

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 61


Tabel 2
Sex Ratio Penduduk Lansia Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur
Jawa Tengah, 2016

Kelompok Umur
Kabupaten/Kota
60-64 65-69 70-74 75+ 60+
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab.Cilacap 108,13 97,16 90,78 85,91 96,76
Kab.Banyumas 106,79 101,02 90,78 79,08 95,20
Kab.Purbalingga 107,48 102,28 95,14 78,29 97,08
Kab.Banjarnegara 107,98 103,48 99,00 81,87 99,22
Kab.Kebumen 101,72 97,01 87,67 81,65 92,34

id
Kab.Purworejo 94,48 93,21 88,35 77,11 87,74

o.
Kab.Wonosobo 106,27 107,59 102,23 90,12 101,95
Kab.Magelang 102,23 98,48 93,74 76,70 93,07

g
Kab.Boyolali 94,11 89,38 83,97 71,53 84,46

s.
Kab.Klaten 92,28 90,27 82,44 71,00 83,60
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
101,25
101,76
98,11
93,36
bp 89,09
83,40
76,71
67,52
91,68
85,90
g.
Kab.Karanganyar 100,52 92,56 80,31 68,11 85,94
Kab.Sragen 99,49 90,65 76,76 68,84 84,64
en

Kab.Grobogan 94,99 86,36 80,67 65,80 82,96


t

Kab.Blora 105,71 87,30 77,04 63,87 83,05


ja

Kab.Rembang 107,80 89,42 72,62 58,16 82,97


://

Kab.Pati 92,09 84,14 74,73 63,62 79,71


Kab.Kudus 88,88 79,93 73,78 57,91 77,46
tp

Kab.Jepara 97,67 87,55 79,62 66,52 84,70


ht

Kab.Demak 97,00 84,12 75,09 61,63 82,01


Kab.Semarang 99,55 89,71 81,96 72,93 86,17
Kab.Temanggung 105,31 95,73 92,59 77,92 93,34
Kab.Kendal 98,53 87,67 78,62 72,34 85,66
Kab.Batang 99,84 91,14 80,95 67,96 87,34
Kab.Pekalongan 97,91 85,19 74,87 62,67 82,29
Kab.Pemalang 102,38 89,06 80,76 66,91 86,85
Kab.Tegal 99,66 83,52 72,95 64,80 82,60
Kab.Brebes 100,60 88,38 75,14 65,94 85,08
Kota Magelang 90,83 84,80 78,87 59,67 78,75
Kota Surakarta 97,55 80,98 75,89 61,22 80,42
Kota Salatiga 97,17 85,92 76,28 65,27 80,99
Kota Semarang 102,41 86,86 78,59 63,50 84,75
Kota Pekalongan 98,42 82,57 66,73 54,68 78,77
Kota Tegal 94,24 84,44 69,69 54,82 78,80
Provinsi Jawa Tengah 100,36 91,48 82,71 71,03 87,35

Sumber: Proyeksi Penduduk 2016

62 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 3
Persentase Penduduk Lansia Menurut Kabupaten/Kota dan Status Perkawinan
Jawa Tengah, 2016

Status Perkawinan
Kabupaten/Kota
Belum Cerai Cerai
Kawin Jumlah
Kawin Hidup Mati
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab.Cilacap 0,23 61,02 3,83 34,92 100,00
Kab.Banyumas 0,45 64,28 1,23 34,04 100,00
Kab.Purbalingga 63,92 1,94 34,14 100,00
Kab.Banjarnegara 0,60 67,74 1,49 30,17 100,00
Kab.Kebumen 0,70 66,25 1,50 31,55 100,00

id
Kab.Purworejo 1,68 59,19 2,94 36,19 100,00

o.
Kab.Wonosobo 0,53 62,41 1,61 35,46 100,00
Kab.Magelang 1,89 63,52 1,90 32,69 100,00

g
Kab.Boyolali 0,18 66,26 1,54 32,02 100,00

s.
Kab.Klaten 1,35 60,32 2,27 36,06 100,00
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
1,21
0,48
bp
63,16
66,13
3,17
1,55
32,46
31,85
100,00
100,00
g.
Kab.Karanganyar 0,18 61,81 1,10 36,91 100,00
Kab.Sragen 63,11 1,64 35,24 100,00
en

Kab.Grobogan 0,72 57,38 2,68 39,21 100,00


t

Kab.Blora 58,68 2,31 39,01 100,00


ja

Kab.Rembang 0,22 58,25 2,35 39,18 100,00


://

Kab.Pati 54,54 1,46 44,01 100,00


Kab.Kudus 0,50 50,12 1,19 48,19 100,00
tp

Kab.Jepara 0,22 58,08 2,78 38,93 100,00


ht

Kab.Demak 0,79 56,31 1,56 41,33 100,00


Kab.Semarang 0,30 58,87 2,85 37,98 100,00
Kab.Temanggung 0,92 62,81 2,36 33,90 100,00
Kab.Kendal 0,48 58,95 0,97 39,60 100,00
Kab.Batang 58,85 0,79 40,36 100,00
Kab.Pekalongan 0,90 56,85 1,75 40,50 100,00
Kab.Pemalang 0,10 60,10 2,28 37,52 100,00
Kab.Tegal 0,18 56,47 2,03 41,31 100,00
Kab.Brebes 55,83 2,30 41,87 100,00
Kota Magelang 3,40 52,70 3,11 40,79 100,00
Kota Surakarta 2,40 50,31 2,62 44,67 100,00
Kota Salatiga 1,37 61,30 0,84 36,49 100,00
Kota Semarang 1,70 54,41 2,64 41,25 100,00
Kota Pekalongan 0,39 52,21 2,28 45,12 100,00
Kota Tegal 2,58 48,59 0,77 48,06 100,00
Provinsi Jawa Tengah 0,60 60,21 2,04 37,14 100,00

Sumber: Susenas 2016 (diolah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 63


Tabel 4
Persentase Penduduk Lansia Menurut
Kabupaten/Kota dan Hubungan dengan KRT* Jawa Tengah, 2016

Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga


Kabupaten/Kota
Isteri/ Anak/ Ortu/
KRT* Lainnya Jumlah
Suami Menantu Mertua
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab.Cilacap 62,03 21,98 0,18 13,41 2,39 100,00
Kab.Banyumas 63,20 22,92 0,22 12,76 0,90 100,00
Kab.Purbalingga 58,09 23,25 0,00 18,16 0,51 100,00
Kab.Banjarnegara 57,09 22,42 0,00 18,70 1,79 100,00
Kab.Kebumen 56,72 24,35 0,00 16,98 1,95 100,00

id
Kab.Purworejo 60,44 20,55 0,96 16,12 1,93 100,00

o.
Kab.Wonosobo 61,65 20,18 0,71 16,14 1,32 100,00
Kab.Magelang 59,19 22,08 0,00 16,13 2,60 100,00

g
Kab.Boyolali 61,02 24,35 0,34 12,83 1,47 100,00

s.
Kab.Klaten 66,04 22,83 0,00 9,86 1,27 100,00
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
63,30
58,71
24,81
23,76
bp
0,00
0,45
11,11
15,31
0,78
1,76
100,00
100,00
g.
Kab.Karanganyar 58,56 21,07 0,18 18,84 1,35 100,00
Kab.Sragen 63,17 22,71 0,00 12,73 1,40 100,00
en

Kab.Grobogan 66,15 19,13 0,00 13,14 1,58 100,00


t

Kab.Blora 56,76 20,05 0,00 21,99 1,20 100,00


ja

Kab.Rembang 58,83 18,12 0,26 21,24 1,56 100,00


://

Kab.Pati 62,70 17,18 0,42 18,84 0,86 100,00


Kab.Kudus 55,73 14,05 0,00 26,69 3,54 100,00
tp

Kab.Jepara 68,51 17,41 0,00 13,41 0,67 100,00


ht

Kab.Demak 68,12 17,68 0,00 13,10 1,11 100,00


Kab.Semarang 58,32 19,79 0,00 20,22 1,67 100,00
Kab.Temanggung 52,55 18,47 0,55 27,76 0,67 100,00
Kab.Kendal 60,34 18,18 0,00 21,03 0,45 100,00
Kab.Batang 62,89 16,26 0,00 18,97 1,88 100,00
Kab.Pekalongan 56,18 16,67 0,00 24,98 2,17 100,00
Kab.Pemalang 60,63 19,14 0,00 19,42 0,80 100,00
Kab.Tegal 64,57 16,82 0,00 16,39 2,21 100,00
Kab.Brebes 60,17 16,50 0,46 21,38 1,50 100,00
Kota Magelang 63,53 17,18 0,00 16,56 2,73 100,00
Kota Surakarta 61,75 16,13 0,29 18,73 3,10 100,00
Kota Salatiga 59,84 19,67 0,30 17,86 2,33 100,00
Kota Semarang 60,82 17,91 0,00 19,03 2,24 100,00
Kota Pekalongan 68,97 18,08 0,00 12,35 0,61 100,00
Kota Tegal 64,15 15,25 0,00 17,97 2,63 100,00
Provinsi Jawa Tengah 61,13 20,26 0,16 16,90 1,55 100,00
Sumber: Susenas 2016 (diolah)
* KRT = Kepala Rumah Tangga

64 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 5
Persentase Penduduk Lansia Menurut Kabupaten/Kota
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jawa Tengah, 2016

Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan


Kabupaten/Kota Tdk pernah SLTA/
SD/ SLTP/
sekolah/Tdk Sederajat Jumlah
Sederajat Sederajat
Tamat SD ke atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab.Cilacap 60,92 23,42 6,73 8,93 100,00
Kab.Banyumas 55,17 31,67 4,66 8,50 100,00
Kab.Purbalingga 61,78 28,55 2,38 7,29 100,00
Kab.Banjarnegara 69,96 24,60 1,09 4,35 100,00

id
Kab.Kebumen 49,51 41,32 3,35 5,82 100,00
Kab.Purworejo 45,39 46,38 2,06 6,17 100,00

o.
Kab.Wonosobo 63,02 32,97 0,80 3,21 100,00

g
Kab.Magelang 54,91 33,01 3,14 8,94 100,00

s.
Kab.Boyolali 59,21 28,59 2,90 9,30 100,00
Kab.Klaten
Kab.Sukoharjo
44,60
52,17 bp
33,05
38,33
6,41
0,76
15,93
8,74
100,00
100,00
Kab.Wonogiri 62,86 29,93 2,14 5,07 100,00
g.
Kab.Karanganyar 54,33 35,06 0,70 9,90 100,00
en

Kab.Sragen 70,71 21,77 2,68 4,85 100,00


Kab.Grobogan 55,52 34,60 2,94 6,94 100,00
t
ja

Kab.Blora 78,29 15,86 2,22 3,62 100,00


Kab.Rembang 67,34 26,71 0,38 5,56 100,00
://

Kab.Pati 68,32 20,77 3,94 6,98 100,00


tp

Kab.Kudus 49,98 39,45 4,42 6,15 100,00


Kab.Jepara 58,94 33,56 2,60 4,89 100,00
ht

Kab.Demak 58,79 32,72 3,94 4,55 100,00


Kab.Semarang 63,63 26,23 3,79 6,34 100,00
Kab.Temanggung 65,98 28,48 2,40 3,14 100,00
Kab.Kendal 75,14 23,28 0,82 0,76 100,00
Kab.Batang 70,61 27,27 0,66 1,46 100,00
Kab.Pekalongan 73,05 21,75 2,66 2,54 100,00
Kab.Pemalang 70,77 22,31 2,18 4,74 100,00
Kab.Tegal 72,33 19,78 1,21 6,68 100,00
Kab.Brebes 70,79 20,12 3,19 5,89 100,00
Kota Magelang 27,19 71,88 0,93 100,00
Kota Surakarta 31,03 61,47 1,27 6,24 100,00
Kota Salatiga 25,35 74,15 0,51 100,00
Kota Semarang 34,88 29,12 4,21 31,79 100,00
Kota Pekalongan 43,30 56,70 0,00 100,00
Kota Tegal 49,03 49,96 1,01 100,00
Provinsi Jawa Tengah 59,81 29,96 2,91 7,32 100,00
Sumber: Susenas 2016 (diolah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 65


Tabel 6
Persentase Penduduk Lansia Menurut Kabupaten/Kota dan
Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Latin Jawa Tengah, 2016

Kemampuan Membaca dan Menulis


Kabupaten/Kota
Huruf Latin Tidak Dapat Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Kab.Cilacap 74,69 25,31 100,00
Kab.Banyumas 81,41 18,59 100,00
Kab.Purbalingga 76,08 23,92 100,00
Kab.Banjarnegara 60,23 39,77 100,00
Kab.Kebumen 74,63 25,37 100,00

id
Kab.Purworejo 77,23 22,77 100,00

o.
Kab.Wonosobo 74,05 25,95 100,00

g
Kab.Magelang 73,97 26,03 100,00
Kab.Boyolali 60,33 39,67 100,00

s.
Kab.Klaten 71,88 28,12 100,00
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
67,20
63,41
bp 32,80
36,59
100,00
100,00
g.
Kab.Karanganyar 59,93 40,07 100,00
en

Kab.Sragen 42,78 57,22 100,00


Kab.Grobogan 67,28 32,72 100,00
t

Kab.Blora 53,39 46,61 100,00


ja

Kab.Rembang 61,59 38,41 100,00


://

Kab.Pati 58,79 41,21 100,00


Kab.Kudus 68,40 31,60 100,00
tp

Kab.Jepara 71,94 28,06 100,00


ht

Kab.Demak 69,22 30,78 100,00


Kab.Semarang 75,50 24,50 100,00
Kab.Temanggung 74,29 25,71 100,00
Kab.Kendal 63,72 36,28 100,00
Kab.Batang 65,87 34,13 100,00
Kab.Pekalongan 59,74 40,26 100,00
Kab.Pemalang 69,95 30,05 100,00
Kab.Tegal 61,69 38,31 100,00
Kab.Brebes 58,74 41,26 100,00
Kota Magelang 89,33 10,67 100,00
Kota Surakarta 87,10 12,90 100,00
Kota Salatiga 85,90 14,10 100,00
Kota Semarang 82,25 17,75 100,00
Kota Pekalongan 79,36 20,64 100,00
Kota Tegal 76,10 23,90 100,00
Provinsi Jawa Tengah 68,32 31,68 100,00

Sumber: Susenas 2016 (diolah)

66 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 7
Persentase Penduduk Lansia yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2016

Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota
Laki-Laki Perempuan L+P
(1) (2) (3) (4)
Kab.Cilacap 47,24 52,76 100,00
Kab.Banyumas 49,02 50,98 100,00
Kab.Purbalingga 47,80 52,20 100,00
Kab.Banjarnegara 54,13 45,87 100,00
Kab.Kebumen 50,31 49,69 100,00

id
Kab.Purworejo 43,61 56,39 100,00

o.
Kab.Wonosobo 52,14 47,86 100,00

g
Kab.Magelang 52,08 47,92 100,00
Kab.Boyolali 47,80 52,20 100,00

s.
Kab.Klaten 46,88 53,12 100,00
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
43,19
48,76
bp 56,81
51,24
100,00
100,00
g.
Kab.Karanganyar 39,73 60,27 100,00
en

Kab.Sragen 41,62 58,38 100,00


Kab.Grobogan 45,41 54,59 100,00
t

Kab.Blora 43,01 56,99 100,00


ja

Kab.Rembang 47,64 52,36 100,00


://

Kab.Pati 43,77 56,23 100,00


Kab.Kudus 41,92 58,08 100,00
tp

Kab.Jepara 47,67 52,33 100,00


ht

Kab.Demak 49,52 50,48 100,00


Kab.Semarang 43,94 56,06 100,00
Kab.Temanggung 43,79 56,21 100,00
Kab.Kendal 46,87 53,13 100,00
Kab.Batang 46,77 53,23 100,00
Kab.Pekalongan 47,17 52,83 100,00
Kab.Pemalang 47,44 52,56 100,00
Kab.Tegal 43,74 56,26 100,00
Kab.Brebes 45,51 54,49 100,00
Kota Magelang 46,86 53,14 100,00
Kota Surakarta 34,97 65,03 100,00
Kota Salatiga 43,32 56,68 100,00
Kota Semarang 43,48 56,52 100,00
Kota Pekalongan 41,49 58,51 100,00
Kota Tegal 38,22 61,78 100,00
Provinsi Jawa Tengah 46,25 53,75 100,00

Sumber: Susenas 2016 (diolah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 67


Tabel 8
Angka Kesakitan Penduduk Lansia Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
Jawa Tengah, 2016

Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota
Laki-Laki Perempuan L+P
(1) (2) (3) (4)
Kab.Cilacap 32,10 29,73 30,90
Kab.Banyumas 35,12 34,87 34,99
Kab.Purbalingga 30,76 27,20 28,95
Kab.Banjarnegara 22,28 21,91 22,09
Kab.Kebumen 19,72 17,08 18,34

id
Kab.Purworejo 29,43 34,03 31,88

o.
Kab.Wonosobo 35,16 30,28 32,74

g
Kab.Magelang 21,36 15,61 18,38
Kab.Boyolali 28,66 23,57 25,90

s.
Kab.Klaten 26,63 17,63 21,73
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
21,60
23,90
bp 20,49
17,41
21,02
20,41
g.
Kab.Karanganyar 13,02 21,75 17,72
en

Kab.Sragen 17,64 18,53 18,12


Kab.Grobogan 23,98 25,79 24,97
t

Kab.Blora 19,95 31,53 26,28


ja

Kab.Rembang 24,96 19,10 21,76


://

Kab.Pati 28,89 26,92 27,79


Kab.Kudus 19,15 33,19 27,06
tp

Kab.Jepara 27,96 22,42 24,96


ht

Kab.Demak 30,90 35,51 33,43


Kab.Semarang 26,66 31,23 29,12
Kab.Temanggung 17,69 26,33 22,16
Kab.Kendal 24,10 25,43 24,81
Kab.Batang 26,09 22,28 24,05
Kab.Pekalongan 28,96 30,56 29,84
Kab.Pemalang 39,06 34,03 36,36
Kab.Tegal 27,90 26,59 27,18
Kab.Brebes 32,11 32,72 32,44
Kota Magelang 22,34 20,87 21,52
Kota Surakarta 17,55 19,36 18,55
Kota Salatiga 16,76 30,46 24,33
Kota Semarang 12,84 15,70 14,39
Kota Pekalongan 24,18 24,84 24,55
Kota Tegal 26,79 28,86 27,95
Provinsi Jawa Tengah 25,95 25,44 25,68

Sumber: Susenas 2016 (diolah)

68 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


Tabel 9
Persentase Penduduk Lansia yang Sakit Menurut
Kabupaten/Kota dan Lamanya Sakit Jawa Tengah, 2016

Lamanya Sakit
Kabupaten/Kota
0-3 4-7 8 - 14 15 - 21 22 - 31 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab.Cilacap 48,89 34,03 4,66 2,13 10,29 100,00
Kab.Banyumas 38,38 37,35 10,23 4,56 9,48 100,00
Kab.Purbalingga 32,90 40,34 5,75 4,19 16,82 100,00
Kab.Banjarnegara 42,08 33,16 5,52 9,44 9,81 100,00
Kab.Kebumen 45,84 29,51 8,76 1,05 14,84 100,00

id
Kab.Purworejo 36,52 30,65 7,87 10,96 14,00 100,00

o.
Kab.Wonosobo 37,22 34,68 10,98 7,24 9,88 100,00

g
Kab.Magelang 38,01 31,63 10,81 5,83 13,71 100,00
Kab.Boyolali 42,49 30,16 6,36 2,61 18,38 100,00

s.
Kab.Klaten 34,38 38,25 10,29 0,74 16,34 100,00
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
24,62
35,82
bp
40,27
34,56
6,53
9,90
3,39
6,04
25,19
13,67
100,00
100,00
g.
Kab.Karanganyar 30,86 41,66 4,70 4,33 18,46 100,00
en

Kab.Sragen 36,52 27,93 10,56 3,48 21,52 100,00


Kab.Grobogan 50,29 32,96 5,82 3,29 7,64 100,00
t

Kab.Blora 50,65 23,36 7,87 0,50 17,61 100,00


ja

Kab.Rembang 29,72 31,72 5,72 17,60 15,24 100,00


://

Kab.Pati 39,11 41,86 6,44 1,55 11,05 100,00


Kab.Kudus 44,31 28,88 8,64 7,18 10,99 100,00
tp

Kab.Jepara 37,28 34,09 8,00 7,84 12,79 100,00


ht

Kab.Demak 47,94 33,91 5,31 7,90 4,93 100,00


Kab.Semarang 24,36 35,70 15,21 1,83 22,90 100,00
Kab.Temanggung 20,25 29,50 21,94 2,19 26,12 100,00
Kab.Kendal 37,29 41,39 4,73 1,53 15,06 100,00
Kab.Batang 45,39 40,62 7,15 6,84 100,00
Kab.Pekalongan 32,56 43,36 12,18 6,32 5,58 100,00
Kab.Pemalang 41,05 40,26 6,35 3,38 8,96 100,00
Kab.Tegal 42,80 38,00 7,49 2,41 9,30 100,00
Kab.Brebes 48,54 34,05 7,73 4,65 5,03 100,00
Kota Magelang 33,99 34,04 3,23 28,73 100,00
Kota Surakarta 41,27 28,96 3,18 1,78 24,80 100,00
Kota Salatiga 46,24 28,27 7,64 6,82 11,04 100,00
Kota Semarang 40,46 35,34 5,60 18,60 100,00
Kota Pekalongan 36,02 36,42 3,26 1,30 23,01 100,00
Kota Tegal 35,44 42,07 14,50 7,99 100,00
Provinsi Jawa Tengah 39,69 35,14 8,11 4,14 12,92 100,00
Sumber: Susenas 2016 (diolah)

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 69


Tabel 10
Rata-rata Lama Sakit (Hari) Penduduk Lansia Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Jawa Tengah, 2016

Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota
Laki-Laki Perempuan L+P
(1) (2) (3) (4)
Kab.Cilacap 7,02 7,01 7,02
Kab.Banyumas 8,41 7,60 7,99
Kab.Purbalingga 10,27 8,65 9,50
Kab.Banjarnegara 7,61 7,88 7,74
Kab.Kebumen 10,41 6,39 8,46

id
Kab.Purworejo 7,65 10,61 9,33

o.
Kab.Wonosobo 8,95 7,44 8,26

g
Kab.Magelang 9,81 7,75 8,90
Kab.Boyolali 11,68 7,05 9,39

s.
Kab.Klaten 10,11 7,20 8,82
Kab.Sukoharjo
Kab.Wonogiri
10,68
9,56
bp 12,04
7,90
11,38
8,80
g.
Kab.Karanganyar 9,82 9,79 9,80
en

Kab.Sragen 12,57 8,90 10,54


Kab.Grobogan 5,91 6,78 6,40
t

Kab.Blora 10,73 7,48 8,60


ja

Kab.Rembang 11,16 10,24 10,72


://

Kab.Pati 7,56 7,86 7,72


Kab.Kudus 9,59 7,72 8,30
tp

Kab.Jepara 9,94 7,50 8,75


ht

Kab.Demak 6,96 5,43 6,07


Kab.Semarang 10,71 11,83 11,36
Kab.Temanggung 10,34 13,85 12,50
Kab.Kendal 9,13 7,93 8,47
Kab.Batang 6,22 6,35 6,29
Kab.Pekalongan 7,51 7,75 7,65
Kab.Pemalang 7,18 7,70 7,44
Kab.Tegal 7,94 7,06 7,47
Kab.Brebes 7,03 5,60 6,25
Kota Magelang 11,37 12,24 11,84
Kota Surakarta 11,12 10,55 10,79
Kota Salatiga 4,66 9,50 8,01
Kota Semarang 7,38 10,36 9,15
Kota Pekalongan 11,95 8,87 10,21
Kota Tegal 5,13 8,83 7,27
Provinsi Jawa Tengah 8,76 8,04 8,38

Sumber: Susenas 2016 (diolah)

70 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


id
go.
s.
bp
g.
ten
ja
://
tp
ht

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 71


id
g o.
s.
bp
g.
ent
ja
://
tp
ht

72 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


id
go.
s.
bp
g.
ten
ja
://
tp
ht

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 73


id
g o.
s.
bp
g.
ent
ja
://
tp
ht

74 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


id
go.
s.
bp
g.
ten
ja
://
tp
ht

Profil Lansia Jawa Tengah 2016 75


id
g o.
s.
bp
g.
ent
ja
://
tp
ht

76 Profil Lansia Jawa Tengah 2016


ht
tp
://
ja
te
)
ng
.b
ps
.go
.id

Anda mungkin juga menyukai