OLEH:
Annisa Zakiroh
1111103000033
PEMBIMBING:
dr. Fritz Sumantri Usman, Sp.S, FINS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-lai
Umur : 52 tahun 4 bulan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Sirsak RT. 008 RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri di pinggang menjalar ke bokong hingga paha sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri (Skor VAS: 7) di panggul kanan menjalar ke bokong kanan dan kiri, hingga
ke paha kanan dan kiri, hingga ke kaki kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu
memberat sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri di panggul hingga kaki disertai rasa
kebas dan terdapat sensasi seperti menyetrum. Nyeri muncul setiap saat,
memberat saat duduk lama atau mengendarai motor, ringan jika minum obat anti
nyeri yang diberikan Puskesmas. Saat nyeri berat muncul, pasien sangat kesakitan
hingga harus jalan tertunduk dan kaki kanan sulit menapak. Terdapat gangguan
buang air besar, BAB jadi keras dan keinginan untuk BAB menurun, frekuensi
buang air besar jadi 2 hari sekali. Buang air kecil normal seperti biasa. Terdapat
gangguan berhubungan seksual. Setelah 3 hari dirawat di RSUP Fatmawati,
terdapat perbaikan nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami nyeri serupa sebelumnya.Terdapat riwayat nyeri
pinggang karena batu ginjal yang kemudian keluar saat pasien buang air kecil,
nyeri menghilang setelah batu keluar. Terdapat riwayat asam urat tinggi, pasien
tidak konsumsi obat asam urat rutin. Riwayat hipertensi, Diabetes Mellitus,
kolesterol tinggi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa di keluarga disangkal. Riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, asam urat, kolesterol tinggi di keluarga disangkal.
Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien merokok sejak remaja setengah bungkus per hari, namun telah berhenti
semenjak 1 bulan yang lalu. Riwayat konsumsi alkohol disangkal. Riwayat
pekerjaan yang mengharuskan untuk duduk lama disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : BB= 65 kg; TB= 155 cm; BMI= 27,05%
Tanda Vital :
TD : 150/90 mmHg (kanan dan kiri)
Nadi : 72x/menit
Suhu : 36,4oC
Pernafasan : 20x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut warna putih menyebar merata, rambut
tidak mudah dicabut, alopesia (-), benjolan (-), nyeri tekan (-).
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil RCL +/+, RCTL
+/+, ᴓ 3mm/3mm
THT :
• Telinga: normotia, hiperemis -/-, nyeri tekan tragus -/-, liang telinga lapang
+/+, sekret -/- hematoma retroaurikuler -/-
• Hidung: Deviasi septum -/-, cavum nasal lapang, sekret -/-, concha nasal
inferior hiperemis -/-, eutrofi/eutrofi, concha nasal media hiperemis -/-,
eutrofi/eutrofi
• Tenggorokan: mukosa bukal normal, atrofi papil lidah (-), tonsil T1/T1,
dinding arkus posterior hiperemis (-), granul (-)
Gigi dan Mulut : bibir edema (-), lidah kotor (-), perdarahan (-)
Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Paru
• I: massa (-), pelebaran sela iga (-), gerakan dada simetris saat statis maupun
dinamis
• P: nyeri tekan (-), emfisema subkutis (-), ekspansi dada normal, vokal
fremitus simetris pada kedua lapang paru
• P: sonor di kedua lapang paru
• A: vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
• I: Ictus cordis tidak terlihat.
• P: Teraba ictus cordis pada ICS V, 2 jari lateral midklavikula sinistra
• P: Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal dextra, batas jantung kiri
pada ICS V, 2 jari lateral midklavikula sinistra, pinggang jantung di ICS III
line parasternal sinistra
• A: BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• I: datar, tidak buncit, spider navy (-), striae (-)
• P: supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba
• P: timpani di seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
• A: bising usus (+) normal
Pemeriksaan ekstremitas:
Superior : Akral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-
Inferior : Akral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-
Status Neurologis
GCS : E4M62
Kaku kuduk :-
Lasegue : <70/>70
Kernig : <135/>135
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
Saraf Kranialis
No. Nervus Kranialis Hasil Pemeriksaan
1 N.I Normosmia/normosmia
2 N. II Acies visus: 6/60 / 6/60
Visus campus: normal/normal
Lihat warna: normal/normal
Funduskopi: Tidak dilakukan
3 N. III, IV dan VI Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / +
Pergerakkan bola mata : normal ke segala arah
Nasal : +/+
Temporal : +/+
Nasal atas : +/+
Temporal atas : +/+
Nasal bawah : +/+
Temporal bawah : +/+
Exopthalmus : - / -
Nystagmus : - / -
Pupil
Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung : +/+
Reflek cahaya tidak langsung : +/+
Reflek akomodasi : +/+
4 N. V Cabang Motorik : normal / normal
Cabang Sensorik
Ophtalmikus: normal/normal
Maksilaris: normal/normal
Mandibularis: normal/normal
5 N. VII Motorik orbitofrontalis: normal / normal
Motorik orbikularis: normal/ normal
Motorik buccinator: normal / normal
Motorik frontalis: normal / normal
Pengecapan lidah: tidak dilakukan
6 N. VIII Vestibular: Vertigo : -
Nistagmus: - / -
Koklearis: Tes rinne : +/+
Weber: tidak terdapat lateralisasi
Scwabach: sama dengan pemeriksan
7 N. IX dan X Motorik : arcus faring simetris, uvula di tengah
Sensorik : normal/normal
8 N. XI Mengangkat bahu : normal/normal
Menoleh : normal/normal
9 N. XII Pergerakkan lidah : dalam batas normal
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
Sistem motorik:
5555 5555
555- 5555
Gerakan Involunter
Tremor :-/-
Chorea :-/-
Atetose :-/-
Mioklonik :-/-
Tics :-/-
Trofi : eutrofi + / +
Tonus : normotonus + / +
Refleks-refleks Fisiologis
Bisep : +2/+2
Trisep : +2/+2
Radius : +2/+2
Patella : +3/+2
Achilles : +2/+2
Refleks-refleks Patologis
Hoffman Tromer : - / -
Babinsky :-/-
Chaddok :-/-
Oppenhiem :-/-
Gordon :-/-
Gonda :-/-
Schaefer :-/-
Klonus lutut :-/-
Klonus tumit :-/-
Sistem sensorik : normoestesia
Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Ataxia : normal
Tes Rhomberg : normal
Disdiadokinesia : normal
Jari-Jari : normal
Jari-Hidung : normal
Tumit-Lutut : normal
Fungsi Luhur
Asterognosia : normal
Apraxia : normal
Afasia : normal
Keadaan Psikis
Intelegensia : normal
Tanda regresi : normal
Demensia : normal
Fungsi Otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi Keringat : Baik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 14,1 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 40% 33-45
Leukosit 15,0 ribu/ul 5,0-10,0
Trombosit 244 ribu/ul 150-440
Eritrosit 4,66 juta/ul 3,80-5,20
VER/HER/KHER/RDW
VER 86,5 fl 80,0-100,0
HER 30,3 pg 260-34,0
KHER 35,0 g/dl 32,0-36,0
RDW 14,3% 11,5-14,5
Fungsi Ginjal
Ureum darah 58 mg/dl 20-40
Kreatinin darah 1,0 mg/dl 0,6-1,5
Elektrolit Darah
Natrium 141 mmol/l 135-147
Kalium 3,77 3,10-5,10
Klorida 104 95-108
Kimia Klinik
Fungsi ginjal
Asam urat darah 5,6 mg/dl <7
Diabetes
Glukosa darah puasa 116 mg/dl 80-100
Glukosa darah 2 jam PP 152 mg/dl 80-145
Lemak
Trigliserida 137 mg/dl <150
Kolesterol total 195 mg/dl <200
Kolesterol HDL 57 mg/dl 28-63
Kolesterol LDL Direk 132 mg/dl <130
D. RESUME
Tn. M, 52 tahun, nyeri di panggul kanan menjalar ke bokong, paha, dan kaki
kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu memberat 1 bulan yang lalu. Kebas, sensasi
menyetrum, gangguan BAK (-), gangguan BAB (+), gangguan seksual (+).
Riwayat bantu ginjal (+), asam urat tinggi (+). Riwayat merokok (-).
Hasil PF: Lasegue dex: <70, Kernig dex: <135. Patrick +/-, Kontrapatrick -/+
E. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Ischialgia dextra
Hipertensi grade I
Diagnosis Etiologi
Susp. HNP
Diagnosis Topis
Radiks L5-S1
Diagnosis Kerja
Low back pain susp. HNP
F. TATALAKSANA
Nonmedikamentosa
1. Tirah baring pada alas yang datar dan keras
2. Informasi dan edukasi kebiasaan hidup
3. Pemakaian korset lumbosakral
Medikamentosa
1. NaCl 0,9% 2 x 500 ml
2. Tramadol 2 x 1 amp i.v.
3. Ranitidine 2 x 1 amp i.v.
4. Ketorolac 2 x 1 amp i.v.
5. Amlodipin 1 x 0 mg p.o.
6. Gabapentin 1 x 300 mg p.o.
G. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam: Dubia ad bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. ANATOMI RADIKS
Radiks adalah serabut saraf yang berasal dari medulla spinalis. Setiap
segmen medula spinalis mempunyai serabut eferen (radiks ventralis) dan serabut
aferen (radiks dorsalis). Kedua serabut tersebut bergabung dalam satu berkas yang
dinamakan saraf spinal. Setiap saraf spinal mempersarafi otot dan kulit tertentu,
sehingga didapatkan penataan dalam bentuk segmen-segmen. Hubungan yang
dibentuk oleh saraf spinal dinamakan pleksus. Pleksus yang terdapat pada tingkat
serviko-torakal dinamakan pleksus brakialis karena saraf perifer yang berasal dari
pleksus tersebut mempersarafi bagian lengan. Sedangkan pleksus yang terdapat
pada tingkat lumbo-sakral dinamakan pleksus lumbosakralis yang mempersarafi
tungkai.
Pleksus lumbosakralis terdiri dari pleksus lumbalis dan pleksus sakralis.
Bagian pertama disusun oleh cabang anterior saraf spinal L1, L2, L3 dan sebagian
dari L4. Saraf perifer yang berasal dari pleksus lumbalis adalah n. kutaneus
femoralis lateralis, n. femoralis, n. genitofemoralis, dan n. obturatorius.
Sedangkan pleksus sakralis disusun oleh cabang anterior saraf spinal L4 sampai
dengan S3. Pleksus tersebut terletak di atas m. piriformis pada permukaan dalam
tulang pelvis. Saraf perifer yang berasal dari pleksus sakralis adalah n. gluteus
superior dan inferior, n. kutaneus femoralis posterior, dan n. ischiadicus.
C. ANATOMI NERVUS ISCHIADICUS
Nervus ischiadicus adalah seberkas saraf sensorik dan motorik yang
meninggalkan pleksus lumbosakralis menuju ke foramen infrapiriforme dan
keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan lipat bokong. Nervus
ischiadicus pada fosa poplitea bercabang menjadi dua, cabang pertama adalah n.
tibialis dan cabang kedua adalah n. peroneus komunis. Nervus tibialis bercabang
menjadi n. kutaneus surae medialis, n. plantaris, dan n. plantaris medialis.
Sedangkan n. peroneus komunis becabang menjadi n. kutaneus surae lateralis, n.
peroneus profundus dan superfisialis, n. kutaneus dorsalis pedis intermedius, dan
n. kutaneus dorsalis pedis medialis.
Pelvic Tilts
Berbaring telentang dengan
lutut ditekuk, tumit diatas
lantai, dan berat badan
bertumpu pada tumit. Tekan
punggung kecil menghadap
lantai, kerutkan bokong (angkat
sekitar setengah inci dari lantai),
dan kerutkan otot perut. tahan
posisi ini untuk hitungan 10.
ulangi 20 kali
Abdominal Curls
Berbaring telentang dengan
lutut ditekuk dan kaki diatas
lantai. Letakkan tangan
melintani dada. Mengkerutkan
otot perut, secara perlahan
mengangkat bahu 10 inci dari
lantai sambil menjaga kepala
belakang (dagu seharusnya tidak
menyentuh dada). Kemudian
mepaskan otot perut, secara
perlahan merendahkan bahu.
lakukan 3 kali 10
Knee-to-Chest Stretch
Berbaring pada punggung
dengan lutut ditekuk dan kedua
tumit pada lantai. Ketika
menjaga lutut ditekuki, letakkan
kedua tangan dibelakang salah
satu lutut dan arahkan ke dada.
Tahan untuk hitungan ke 10.
secara perlahan rendahkan
kanki dan ulangi dengan kaki
yang lain. Lakukan latihan ini 10
kali.
Sitting Leg Stretch
Duduk diatas lantai dengan lutut
lurus tetapi sedikit dilenturkan
(tidak dikunci) dan kaki berpisah
sejauh mungkin. Letakkan kedua
tangan diatas lutut yang sama.
Secara perlahan-lahan dorong
kedua tangan kearah
pergelangan kaki. Hentikan jika
nyeri terasa dan berjalan tidah
lebih jauh dari posisi yang bisa
ditahan dengan nyaman untuk
10 detik. Secara perlahan-lahan
kembali ke posisi duduk. Ulangi
dengan kaki yang lain. Lakukan
olahraga ini 10 kali untuk setiap
kaki.
1.3. ISCHIALGIA
A. DEFINISI
Ischialgia adalah nyeri radikular yang menjalar sepanjang perjalanan n.
ischiadicus dan selanjutnya ke perifer yang dirasakan sepanjang tungkai. Suatu
kondisi dimana saraf ischiadicus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki
terjepit.
Gambar Ischialgia
B. ETIOLOGI
Lesi iritatif dapat berupa nukleus pulposus yang menonjol ke dalam kanalis
vertebralis (HNP), osteofit pada spondilosis servikal, herpes zoster ganglion
spinale L4 atau L5 maupun S1, tumor dalam kanalis vertebralis, dan sebagainya.
Hasil anamnesis yang ditemukan adalah sakit pinggang bawah, kegiatan yang
menimbulkan peningkatan tekanan di dalam ruang arahnoidal seperti batuk,
bersin, dan mengejan, dapat memprovokasi ischialgia.
C. PATOFISIOLOGI
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal
dari radiks posterior L4 sampai S3. Hal ini dapat terjadi pada setiap bagian n.
ischiadicus sebelum muncul pada permukaan belakang tungkai. Pada tingkat
diskus intervertebralis antara L4 sampai S1 dapat terjadi hernia nukleus pulposus,
sehingga radiks posterior L5, S1, dan S2 dapat terangsang. Ischialgia timbul
akibat lesi iritatif tersebut.
Gambar Perbedaan radiks saraf normal dan penekanan radiks karena herniasi
diskus
B. EPIDEMIOLOGI
Hernia nukleus pulposus sering terjadi pada pria dan wanita dewasa dengan
insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak terjadi pada
individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP
pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun dan lebih
banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia
20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian
pada wanita dan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal.
Sebagian besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP
servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP. Selain pada daerah servikal dan
lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat jarang
ditemukan. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih
kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah
posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.
C. PATOFISIOLOGI
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel-sel kartilago
yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bisa bergerak jika
ada tekanan (trauma), akibatnya cairan menjadi padat, melebar, dan dapat
menggelembungkan annulus fibrosus. Annulus fibrosus dapat robek jika terjadi
trauma sedang yang berulang kali mengenai diskus intervertebrais.
Ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif
yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah
trauma seperti jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang (seperti mengangkat
beban) kartilago dapat cedera.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien heriasi diskus adalah tirah baring singkat di
atas kasur yang keras dan datar, pemberian obat-obat analgetika, anti inflamasi,
trankuilizer/relaksan otot, dan pemakaian korset. Tindakan operasi diindikasikan
segera apabila ditemukan tanda-tanda kompresi serabut saraf. Jika tidak maka
harus dilakukan metode atau terapi yang lebih konservatif. Gagalnya tindakan
konservatif, yang tidak terkait dengan nyeri, ada kelanjutan tanda-tanda kompresi
serabut saraf atau kelemahan otot yang berat merupakan indikasi operasi.
DAFTAR PUSTAKA