Anda di halaman 1dari 8

Pembahasan

Pada praktikum kimia anorganik yang berjudul kekuatan medan ligan, praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air,
dan untuk mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi maksimum serta
mengenal variabel yang dapat mempengaruhi panjang gelombang maksimum dari kekutan
medan ligan.

Untuk mempelajari perbedaan kekeuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air
disediakan 3 sampel larutan dengan masing-masing variasi ammonia (NH3) yang berbeda-
beda. Selanjutnya ketiga sampel ini akan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 450-850 nm. Ketika sudah diperoleh data absorbansi masing-
masing sampel dan diperoleh grafik panjang gelombang vs absorbansi serta panjang
gelombang maksimum dengan absorbansi maksimum. Hasil analisis dari panjang gelombang
maksimum yang didapatkan dapat dihitung kekuatan medan ligannya dengan mengunakan
rumus sebagai berikut:

1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = ×
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 𝑐𝑚−1
 Percobaan I
Langkah pertama yang dilakukkan pada percobaan kekuatan medan ligan adalah
dengan dengan membuat larutan sampel pertama yakni dengan memasukkan larutan Cu2+
0,1 M yang berwarna biru muda ke dalam labu ukur 10 mL. Kemudian larutan diencerkan
dengan aqudes hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen. Dari pencampuran ini
dihasilkan larutan yang berwarna biru, kemudian larutan dipindahkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah diberi label tabung reaksi I.

Pada tabung reaksi I yang berisi larutan Cu2+ yang berwarna biru ini, terbentuk
kompleks [Cu(H2O)6]2+ atau ion heksaquo tembaga (II), dengan atom pusatnya adalah ion
Cu2+ dan ligannya adalah air. Bilangan koordinasi dari ion Cu2+ adalah 6 sesuai dengan
banyaknya ligan (air) yang diikatnya. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Cu2+ (aq) + 6H2O (l)  [Cu(H2O)6]2+ (aq)

Konfigurasi elektron Cu dan Cu2+:

29Cu = [18Ar] 3d10 4s1

2+
29Cu = [18Ar] 3d9 4S0
Apabila terdapat ligan H2O sejumlah 6, maka akan menjadi:

Hibridisasinya adalah sp3d bentuk oktahedral. Diperoleh panjang gelombang


maksimum sebesar 803,00 nm dan absorbansi maksimum 0,179. Dari hasil perhitungan
didapatkan energi 10Dq sebesar 3,561 kkal/mol.

 Percobaan II
Langkah selanjutnya adalah membuat larutan sampel kedua, dengan cara
memasukkan 2 mL larutan Cu2+ 0,1 M berwarna biru muda kedalam labu ukur 10 mL.
Setelah itu larutan Cu2+ diencerkan dengan 5 mL larutan ammonia 1M yang tidak berwarna
sehingga dihasilkan larutan berwarna biru tua (++) kemudian setelah ditambahkan larutan
ammonia, larutan ditambahkan aquades hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen.
Hasil pencampuran menghasilkan larutan yang berwarna biru (+++). Kemudian larutan
dipidah dari labu ukur ke dalam gelas kimia dan diberi label tabung reaksi II.
Pada tabung reaksi II, terbentuk senyawa kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ atau
tetraamindiaquo tembaga (II), dimana dalam larutan ini terdapat dua jenis ligan yaitu 3 ligan
H2O dan 3 ligan ammonia (NH3). Reaksi yang terjadi dalam tabung reaksi II adalah:

CuSO4 (aq) + 6H2O(l)  [Cu(H2O)6]2+(aq)

[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4NH3 (aq)  [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ (aq)

Orbital yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Dari percobaan ini diketahui hibridisasinya adalah sp3d dengan bentuk geometri
oktahedral, dengan panjang gelombang maksimum yang didapatkan dalam larutan ini
adalah sebesar 602,50 nm, dan absorbansi maksimumnya adalah 0,711. Dari perhitungan
dapat diperoleh nilai energi 10Dq sebesar 4,745 kkal/mol. Hasil panjang gelombang yang
didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan A, maka energi yang diserap akan lebih
besar sehingga energi 10Dq yang dieproleh juga lebih besar.

 Percobaan III
Pada percobaan ketiga, aalah membuat larutan sampel yang ketiga dengan
memasukkan 2 mL larutan Cu2+ 0,1 M berwarna biru muda ke dalam labu ukur 10 mL.
Setelah itu diencerkan dengan 2,5 mL larutan ammonia 1M yang tidak berwarna dan
dihasilkan larutan berwarna biru (++). Kemudian diencerkan lagi dengan menggunakan
aquades hingga tepat pada tanda batas dan dikocok hingga homogen, dihasilkan larutan
berwarna biru (+). Fungsi dari larutan NH3 (ammonia) dan Cu2+ dalam percobaan ini
adalah sebagai bahan utama karena kedua larutan ini akan membentuk kompleks. Pada
percobaan ini, terbentuk senyawa kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ atau
triamintriaquotembaga (II). Reaksinya adalah sebagai berikut:

CuSO4 (aq) + 6H2O(l)  [Cu(H2O)6]2+(aq)

[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 4NH3 (aq)  [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ (aq)

Dalam larutan ini terdapat dua jenis ligan yaitu 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3, sehingga
orbital yang tergambar sebagai berikut:

3d 4s 4p 4d
Sehingga hibridisasi dari larutan tersebut adalah sp3d dengan bentuk geometri
oktahedral. Panjang gelombang maksimum yang didapatkan dalam larutan ini adalah
sebesar 605,0 nm, dan absorbansi maksimumnya adalah 0.625. Dan dari perhitungan
diperoleh nilai energi 10Dq sebesar 4,726 kkal/mol.

Panjang gelombang yang didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan A, maka
energi yang diserap akan lebih besar sehingga energi 10Dq yang diperoleh juga lebih besar.
Penambahan kadar ammonia yang berlebih ini mengakibatkan meningkatnya absorbansi
maksimum. Dalam hal ini semakin besar penambahan ammonia maka spliting semakin
besar pula. Semakin besar split maka energi yang diserap semakin kecil dan panjang
gelombangnya besar sehingga absorbansi yang dihasilkan kecil.
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ammonia merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan air (10 Dq NH3 > 10Dq air).
2. Berdasar data yang diperoleh dibuat grafik λ vs A dan diperoleh panjang gelombang
maksimum yang menghasilkan absorbansi maksimum. Kekuatan medan ligan dari
yang terkuat yaitu larutan 2 > 3 >1
 Pada larutan pertama diperoleh panjang gelombang maksimum 803,00 nm
 Pada larutan kedua diperoleh panjang gelombang maksimum 602,50 nm
 Pada larutan ketiga diperoleh panjang gelombang maksimum 605,00 nm
3. Variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum adalah adanya ligan
dalam larutan tersebut, baik dilihat pada jenisnya serta komposisi ligan dalam larutan.

Pre Laboratorium :
1. Tuliskan urutan/deret spektrokimia!
Jawaban :
I- < Br - < Cl - < F - < OH - < C2O4 2- < H2O < - NCS - < py < NH3 < en < bipy < o-
phen < NO2- < CN -
2. Tuliskan reaksi kimia larutan tembaga (II) yang dilarutkan dengan air dan
ammonia!
Jawaban :
𝐶𝑢𝑆𝑂4 + 6𝐻2 𝑂 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)6 ]2+ + 4𝑁𝐻3 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)4 (𝑁𝐻3 )2 ]2+
3. Apakah yang menyebabkan larutan Cu (II) berwarna ?
Jawaban :
Larutan Cu (II) berwarna karena terdapat ion kompleks koordinasi – [Cu(H2O)6]2+
yang menyebabkan logam Cu (II) berwarna biru, dan logam Cu memiliki rentang
panjang gelombang maksimum antara 570-590, warna radiasi elektromagnetik yang
diserap adalah warna kuning sedangkkan warna radiasi elektromagnetik yang
diteruskan (komplemen) adalah warna biru sehingga, warna biru itulah yang tampak
pada mata manusia.
Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dengan air!
Jawaban:
H2O merupakan ligan yang bersifat sebagai ligan lemah. Ligan lemah dalam
kompleks menyebabkan electron memiliki spin tinggi (high spin) pada tingkat
energy eg, karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih mudah ditempatkan pada
arah energi orbital yang lebih tinggi sebagai electron sunyi (tidak berpasangan)
daripada ditempatkan pada kamar orbital yang sama, namun sebagai electron
berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak antara
dua electron jika akan berpasangan. Oleh karena energy untuk tolak menolak (P)
lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energy atas dengan
energy bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek sehingga energi
10Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percoaan tersebut!
Jawaban:
Larutan 1
𝐶𝑢𝑆𝑂4 + 6𝐻2 𝑂 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)6 ]2+
Larutan 2
𝐶𝑢𝑆𝑂4 + 6𝐻2 𝑂 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)6 ]2+ + 4𝑁𝐻3 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)3 (𝑁𝐻3 )3 ]2+
Larutan 3
𝐶𝑢𝑆𝑂4 + 6𝐻2 𝑂 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)6 ]2+ + 4𝑁𝐻3 ⟶ [𝐶𝑢(𝐻2 𝑂)4 (𝑁𝐻3 )2 ]2+

3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi?


Jawaban:
Perbedaan warna pada logam transisi menjadikan salah satu ciri khusus dari logam-
logam ini. Hal ini dapat dapat dijelaskan dengan teori medan kristal. Jika orbital d
dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok, maka ketika molekul tersebut
menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam
orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-
d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaan atom yang tereksitasi.
Perbedaan energy antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada
dalam keadaan tereksitasi sama dengan energy foton yang diserap dan berbanding
terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ)
tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energy sama dengan
energy eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna
komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap). Seperti yang dijelaskan di
atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya
berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk
sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang
Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang
dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan
menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan
ν.
4. Gambarlah grafik panjang gelombang terhadap absorbansi dari masing-masing
pengamatan anda!
Jawaban:

Tabung
Panjang Gelombang max (nm) Absorbansi max
reaksi
I 803,00 0,179
II 602,50 0,711
III 605,00 0,625

Grafik Panjang Gelombang terhadap


Absorbansi
0.8
0.7
0.6
Absorbansi max

0.5
0.4
0.3
0.2 y = -0.003x + 3.209
R² = 0.999
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Panjang gelombang (nm)
5. Hitunglah besar energy 10 Dq ketiga larutan tersebut!
Jawaban:
Larutan 1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = ×
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= −7
×
803,00 × 10 𝑐𝑚 349,75 𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
=
280849,25 × 10−7
= 3,561 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

Larutan 2
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = ×
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= ×
602,50 × 10−7 𝑐𝑚 349,75 𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
=
210724,375 × 10−7
= 4,745𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

Larutan 3
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = ×
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 𝑐𝑚−1
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
= ×
605,00 × 10−7 𝑐𝑚 349,75 𝑐𝑚−1
1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
=
211598,75 × 10−7
= 4,726 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
6. Dari hasil percobaan apa yang dapat anda simpulkan?
Jawaban:
a. Urutan kekuatan medan ligan larutan 2 > 3 > 1
b. Semakin pekat warna larutan maka semakin besar absorbansi dan semakin
kecil panjang gelombang
c. Semakin besar absorbansi maka semakin besar nilai 10Dq dan semakin kuat
medan ligan
d. Semakin banyak ligan NH3 yang terikat pada atom pusat maka semakin kuat
medan ligan
e. Kekuatan ligan H2O < NH3

Anda mungkin juga menyukai