Anda di halaman 1dari 5

Makalah PEMBANGUNAN DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MUNA

POSTED ON 3 APRIL 2015


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang, “Pembangunan Dan
Perekonomian Kabupaten Muna” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Karya ilmiah ini memuat tentang “Pembangunan Dan Perekonomian Kabupaten Muna” yang
sangat berbahaya bagi linkungan dan kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin
kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membimbing
penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

1. Masalah Dalam Proses Pembangunan Kabupaten Muna


2. Masalah perekonomian Kabupaten muna

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu
keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan
lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat
mempengaruhi perkembangan aspek mental, fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan
kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target
pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang
dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Salah satu misi yang diusung oleh Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional adalah
membangun harmonisasi antara berbagai kutub perencanaan yang ada, yaitu perencanaan
teknokratis, perencanaan politis, perencanaan partisipatif. Muara akhir dari upaya tersebut
adalah terakomodirnya aspirasi dan kebutuhan berbagai stakeholders dalam penyusunan
perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Realitas yang ada menunjukkan bahwa kutub perencanaan teknokratis dan perencanaan
politis masih mendominasi alokasi anggaran pembangunan daerah. Sementara di lain pihak,
hasil-hasil perencanaan partisipatif yang merupakan representasi aspirasi masyarakat masih
kurang mendapat tempat dalam pembagian alokasi anggaran pembangunan. Ketimpangan
tersebut tidak hanya memunculkan persoalan manajerial perencanaan saja, tetapi lebih jauh
dari itu, telah muncul anggapan bahwa pengalokasian anggaran pembangunan daerah
kurang mampu mengakomodir kepentingan dan aspirasi masyarakat. Permasalahan yang
mengakibatkan munculnya ketimpangan berbagai kutub perencanaan tersebut adalah
rendahnya mutu proses dan mutu hasil perencanaan partisipatif. Disamping itu, hasil-hasil
perencanaan partisipatif belum mampu dikanalisasi untuk mewarnai hasil perencanaan
teknokratis dan perencanaan politis. Berangkat dari kenyataan tersebut diatas, maka upaya
memperkuat proses perencanaan partisipatif dipandang sebagai langkah strategis dalam
mewujudkan harmonisasi perencanaan dan penganggaran pembangunan. Perbaikan
tersebut meliputi aspek metodologi, kualitas proses dan dukungan pendampingan yang
memadai. Panduan Pelaksanaan Musrenbang Desa ini diharapkan dapat membantu
terwujudnya proses Musrenbang Desa yang lebih berkualitas.
Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat
di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran
pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama,
peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur
pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa;
keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima,
pengembangan sarana dan prasarana pedesaan;

1. Rumusan masalah
2. Bagaiman masalah dalam proses pembangunan di Kabupaten Muna
3. Bagaimana masalah perekonomian di Kabupaten Muna
4. Tujuan
5. Dapat mengetahui masalah dalam proses pembangunan di Kabupaten Muna
6. Untuk mengetahui masalah perekonomian kabupaten Muna

BAB II
PEMBAHASAN

1. Masalah Dalam Proses Pembangunan Kabupaten Muna

Kabupaten Muna adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara,
dengan Ibu kota di Raha. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.887 km² dan berpenduduk
sebanyak 300 ribu jiwa lebih. Secara geografis, Kabupaten Muna sulit untuk berkembang. di
lihat pembangunan di kabupaten muna sangat minim.
Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3
sifat penting, yaitu :

1. proses terjadinya perubahan secara terus menerus,


2. adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat
3. kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada
akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan
manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang
berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali
keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas
komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi. Todaro (1998) menambahkan bahwa
pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam kontenks pertumbuhan
ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang. Sebagian kualitas aparat
pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi masyarakat,
menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun, memanfaatkan,
memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan. Sangat terbatasnya sarana
dan prasarana pemerintahan desa Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan
sumber pendapatan. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Bertolak dari
permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk memberdayakan,
memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara lain: a.
Pemantapan kerangka aturan b. Penataan kewenangan dan standar pelayanan minimal
Desa; c. Pemantapan kelembagaan; d. Pemantapan administrasi dan keuangan Desa; e.
Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan f. Peningkatan
kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa. Untuk melaksanakan kebijakan
sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah meliputi: a. Pemantapan kerangka aturan: Lingkup kegiatannya yaitu;
mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa yang sesuai dengan
prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat. b. Penataan organisasi dan kewenangan: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan
organisasi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga
Kemasyarakatan Desa beserta kewenangan yang harus dimilikinya; c. Pemantapan sumber
pendapatan dan kekayaan desa: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen
perimbangan keuangan antara Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi
dana desa, upaya peningkatan pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari
pemerintah dan pemerintah provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa
serta peningkatan dayaguna dan hasil guna aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh
desa. d. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yang mudah,
cepat, dan murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar.

1. Masalah perekonomian Kabupaten muna

Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Berbagai
sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan di kabupaten
muna. ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu: 1. Pembangunan pedesaan
dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada potensi yang dimiliki dan
kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari
luar sehingga perubahan yang diharapkan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang.
2. isi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar
potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat
pemabangunan pedesaan. program-program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan
kesejahteraan masih rendah. Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya
pendekataan pembangunan pedesaan mulai diarahkan secara integral dengan
mempertimbangkan kekhasan daerah baik dilihat dari sisi kondisi, potensi dan prospek dari
masing-masing daerah. Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan
secara umum dapat dilihat dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu : a. Kebijakan
secara tidak langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin kelangsungan
setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, seperti
penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan, kesehatan, jalan, dan lain
sebagainya), penguatan kelembagaan, dan perlindungan terhadap aktivitas sosial ekonomi
masyarakat melalui undang- undang. b. Kebijakan yang langsung diarahkan pada
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan. c. Kebijakan khusus menjangkau
masyarakat melalui upaya khusus, seperti penjaminan hukum melalui perundang-undangan
dan penjaminan terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan harus dilaksanakan melalui pendekatan
sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan
pernyataan yang mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik
beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baru
kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di masing-masing daerah. Di dalam
kenyataan, pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka totalitas, melainkan
hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti daerah terbelakang, daerah perbatasan, atau
daerah yang diharapkan mempunyai posisi trategis dalam arti ekonomi-politis.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan ketentuan-


ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage)
pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan
Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan
pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih
bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat
mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan)
dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target
pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang
dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Pengertian pembangunan itu sangat luas
bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan
ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan- kegiatan yang dilakukan negara untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

1. Saran

Makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian
Berencana.
Orba Shakti. Bandung Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and
Non-Farm Employment in Java. Resource system Institute.
East-West Center. Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development.
The United nations Centre for Regional Development.
Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk
Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta
Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit : PT
Gramedia, Jakarta.
Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit : PT Ghalia
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai