Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

NAMA : YOHANIS A.KARING

NIM : 12520080

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2014
TUGAS 1

KLASIFIKASI KEMAMPUAN TANAH

Klasifikasi Kemampuan Tanah adalah penilaian tanah secara sistimatik dan


pengelompokannya dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan
penghambat bagi penggunaannya. Klasifikasi ini selanjutnya menetapkan jenis usaha tani
yang sesuai dan macam perlakuan yang diperlukan agar dapat dipergunakan untuk
berproduksi dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Tanah dapat digarap adalah sebidang tanah yang sesuai untuk diusahakan bagi
usaha tani tanaman semusim, sedangkan tanah tidak dapat digarap diartikan sebagai
sebidang tanah yang tidak sesuai untuk dipergunakan bagi usaha tani tanaman semusim
tetapi sesuai untuk usaha tani tanaman tahunan atau pohonan.

Metode klasifikasi
Klasifikasi Kemampuan Tanah yang dipakai dalam tulisan ini berdasarkan sistim
Klasifikasi yang dikemukakan oleh Hockensmith and Steele (1943) dan Stallings (1957).
Menurut sistim ini tanah digolongkan atas tiga kategori, yaitu Kelas, Sub-Kelas dan
Satuan Pengelolaan. Penggolongan dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor-faktor
penghambat yang permanen atau sulit dirubah/berubah. Penggolongan dalam Sub-Kelas
didasarkan atas jenis faktor-faktor penghambat tersebut. Penggolongan dalam satuan
pengelolaan merupakan paket usaha dan perlakuan yang diperlukan atau disarankan.
Dalam penggolongan satuan pengelolaan perlakuan pengawetan tanah khususnya dan
jumlah pupuk yang diperlukan, dikemukakan.

Kriteria Klasifikasi
Faktor-faktor klasifikasi pada kategori kelas adalah faktor-faktor penghambat yang
bersifat permanen atau sulit dapat dirubah seperti tekstur tanah, lereng permukaan,
drainase, kedalaman efektif tanah. Tingkat erosi yang telah terjadi, liat masam (cat olay)
dan faktor-faktor lain yang sulit untuk dirubah, seperti batuan diatas permukaan tanah,
ancaman banjir atau genangan air yang tetap, dan iklim. Faktor-faktor tersebut
digolongkan berdasarkan besarnya (intensitas)
1. Tekstur tanah (t). Dua belas kelas tekstur tanah seperti tertera pada gambar 19,
dekelompokkan dalam lima kelompok sebagai berikut:
t1 = halus : liat, liat berdebu.
t2 = agak halus : liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung
liat berpasir.
t3 = sedang : debu, lempung berdebu, lempung.
t4 = agak kasar : lempung berpasir.
t5 = Kasar : pasir berlempung, pasir.

2. Permeabilitas (p). Permeabilitas dikelompokkan sebagai berikut :


p1 = lambat : 0,5 cm/jam
p2 = agak lambat : 0,5 – 2,0 cm/jam
p3 = sedang : 2,0 – 6,25 cm/jam
p4 = agak cepat : 6,25 – 12,5 cm/jam
p5 = cepat : 12,5 cm/jam.

3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k). Kedalaman efektif dikelompokkan


sebagai berikut :
k0 = dalam : > 90 cm
k1 = sedang : 90 – 50 cm
k2 = dangkal : 50 – 25 cm
k3 = sangat dangkal : < 25 cm.

4. Lereng permukaan (l). Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut :


l0 (A) = 0 – 3 % : datar
l1 (B) = 3 – 8 % : landai/berombak
l2 (C) = 8 – 15 % : agak miring/bergelombang
l3 (D) = 15 – 30 % : miring/berbukit
l4 (E) = 30 – 45 % : agak curam
l5 (F) = 45 – 65 % : curam
l6 (G) = > 65 % : sangat curam

5. Drainase tanah (d). Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut :


d0 = baik : tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai
lapisan bawah berwarna terang yang uniform dan tidak terdapat becak-becak.
d1 = agak baik : tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat becak-becak berwarna
kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.
d2 = agak buruk : lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik; tidak terdapat becak-
becak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Becak-becak terdapat pada seluruh bagian
lapisan bawah.
d3 = buruk : bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau becak-becak
berwarna kelabu, coklat atau kekuningan.
d4 = sangat buruk : seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah
berwarna kelabu atau terdapat becak-becak kelabu, coklat atau kekuningan.

6. Erosi (e). Kerusakan oleh erosi dikelompokkan sebagai berikut :


e0 = tidak ada erosi
e1 = ringan : < 25 % lapisan atas hilang
e2 = sedang : 25 – 75 % lapisan atas hilang
e3 = berat : > 75 % lapisan atas hilang - < 25 % lapisan bawah hilang
e4 = sangat berat : sampai lebih dari 25 % lapisan bawah hilang

7. Faktor-faktor khusus.
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah batu-batuan dan
bahaya banjir.
7.1 Batu-batuan :
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah.
Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau dibagi atas tanah yang berukuran
lebih besar dari 2 mm dibedakan sebagai berikut :

Krikil : adalah bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 2 mm sampai 7,5 cm
jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng. Kerikil di
dalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut :
b0 = tidak ada tau sedikit : 0 – 15 % volume tanah
b1 = sedang : 15 – 50 % volume tanah
b2 = banyak : 50 – 90 % volume tanah
b3 = sangat banyak : > 90 % volume tanah.
Batuan Kecil : adalah bahan kasar atau batuan berdiameter 7,5 cm sampai 25 cm
jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm sampai 40 cm jika
berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut :
b0 = tidak ada atau sedikit : 0 – 15 % volume tanah
b1 = sedang : 15 – 50 % volume tanah : pengelolaan tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan
tanaman agak terganggu.
b2 = banyak : 50 – 90 % volume tanah : pengelolaan tanah sangat sulit dan pertumbuhan
tanaman terganggu
b3 = sangat banyak : > 90 % volume tanah : pengelolaaan tanah tidak mungkin dilakukan dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
Menurut sistem ini tanah diklasifikasikan dalam delapan kelas yang ditandai
dengan huruf Romawi I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII, yang didefinisikan sebagai
berikut :
Kelas I (dengan warna hijau). Tanah kelas satu sesuai untuk segala jenis
penggunaan pertanian tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus.
Tanahnya datar, dalam, bertekstur halus dan sedang, mudah diolah dan responsif terhadap
pemupukan. Tanah kelas I tidak mempunyai penghambat atau ancaman kerusakan dan
oleh karenanya dapat digarap untuk usaha tani tanaman semusim dengan aman. Tindakan
pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur yang baik diperlukan untuk menjaga
kesuburannya dan mempertinggi produktivitas.
Kelas II (dengan warna kuning). Tanah kelas II sesuai untuk segala jenis
penggunaan pertanian dengan sedikit hambatan dan ancaman kerusakan. Tanahnya
berlereng landai, kedalamannya dalam atau bertekstur halus sampai agak halus. Jika
digarap untuk usaha pertanian semusim diperlukan tindakan pengawetan tanah yang
ringan seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup
tanah atau pupuk hijau, atau guludan, di samping tindakan-tindakan pemupukan seperti
pada kelas I.
Kelas III (dengan warna merah). Tanah kelas III sesuai untuk segala jenis
penggunaan pertanian dengan hambatan dan ancaman kerusakan yang lebih besar dari
tanah kelas II sehingga memerlukan tindakan pengawetan khusus. Tanah kelas III terletak
pada lereng agak miring, atau berdrainase buruk, kedalamannya sedang, atau
permeabilitasnya agak cepat. Tindakan pengawetan tanah khusus seperti penanaman
dalam strip, pembuatan teras, pergiliran dengan tanaman penutup tanah di mana waktu
untuk tanaman tersebut lebih lama, disamping tindakan-tindakan untuk memelihara atau
meningkatkan kesuburan tanah.
Kelas IV (dengan warna biru). Tanah kelas IV sesuai untuk segala jenis
penggunaan pertanian dengan hambatan dan ancaman kerusakan yang lebih besar dari
tanah kelas III, sehingga memerlukan tindakan khusus pengawetan tanah yang lebih berat
dan lebih terbatas waktu penggunaannya untuk tanaman semusim. Tanah kelas IV terletak
pada lereng yang miring (15-30 %) atau berdrainase buruk atau kedalamannya dangkal.
Jika dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan pembuatan terras atau pembuatan
drainase atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah/makanan ternak/pupuk hijau
selama 3 – 5 tahun.
Kelas V (dengan warna hijau tua). Tanah kelas V tidak sesuai untuk digarap bagi
tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk ditanami tanaman makanan ternak secara
permanen atau dihutankan. Tanah kelas V terletak pada tempat yang datar atau agak
cekung sehingga selalu tergenang air atau terlalu banyak batu diatas permukaannya atau
terdapat liat masam (cat clay) di dekat atau pada daerah perakarannya.
Tanah kelas VI (dengan warna oranye). Tanah kelas VI tidak sesuai untuk digarap
bagi usaha tani tanaman semusim, disebabkan karena terletak pada lereng yang agak
curam (30 – 45 %) sehingga mudah tererosi, atau kedalamannya yang sangat dangkal atau
telah mengalami erosi berat. Tanah ini lebih sesuai untuk padang rumput atau dihutankan.
Jika digarap untuk usaha tanai tanaman semusim diperlukan pembuatan terras
tangga/bangku. Penggunaannya untuk padang rumput harus dijaga agar rumputnya selalu
menutup dengan baik. Penebangan kayu, jika dihutankan harus selektip.
Kelas VII (dengan warna coklat). Tanah kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk
digarap bagi usaha tani tanaman semusim, tetapi lebih baik untuk ditanami vegetasi
permanen. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan maka pengambilan rumput
atau pengembalaan atau penebangan harus dilakukan dengan hati-hati. Tanah kelas VII
terletak pada lereng yang curam (45 – 65 %) dan tanahnya dangkal, atau telah mengalami
erosi yang sangat berat.
Kelas VIII (dengan warna putih). Tanah kelas VIII tidak sesuai untuk usaha
produksi pertanian, dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam.
Tanah ini dapat dipergunakan untuk cagar alam, daerah rekreasi atau hutan lindung.
Tanah kelas VIII adalah tanah-tanah yang belereng sangat curam atau lebih dari 90 %
permukaan tanah ditutupi batuan lepas atau batuan ungkapan, atau tanah yang bertekstur
kasar.
Jenis faktor penghambat menentukan sub-kelas yang ditulis di belakang angka
kelas sebagai berikut : III1, IIIk2, atau IIId3 yang masing-masing menyatakan tanah kelas
II disebabkan oleh faktor lereng (12), tanah kelas III yang disebabkan oleh kedalaman
yang sedang (k2) atau kelas III disebabkan oleh drainase yang agak buruk (d3).
TUGAS 11
SIKLUS HIDROLOGI
1.Mahasiswa mengetahui pengertianruang lingkup dan peranan Ilmu hidrologi
,2 Mahasiswa mampu menjelaskan Siklus Hidrologi dan Hidrologi di Indonesia

A. Pengertian
ruang lingkup dan peranan Ilmu hidrologi
Hidrologi adalah cabang ilmu dari ilmu kebumian. Hidrologi merupakan ilmu yang
penting dalam asesmen, pengembangan, utilisasi dana manajemen summberdaya air
yang dewasa ini semakin meningkat realisasinya di berbagai level.
Indonesia secara umum
juga mengalami berbagai permasalahan sumberdaya air yang membutuhkan
analisis hidrologi yang semakin rumit dalam mengatasinya. Hal ini mendorong para
peneliti bidang Hidrologi untuk semakin intensif dalam mengumpulkan data dan
informasi dari level global s
ampai pada tingkat prilaku air di sub-sub daerah aliran sungai.
Pemahaman ilmu hidrologi akan membantu kita dalam menyelesaikan problem
berupa kekeringan, banjir, perencanaan sumberdaya air seperti dalam disain
irigasi/bendungan, pengelolaan daerah aliran
sungai, degradasi lahan, sedimentasi dan problem lain yang terkait dengan kasus keairan.
B. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses
di atmosfir, tanah dan badan badan air yang tidak terputus melalui proses kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air, es atau kabut. Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda:
1.Siklus Hidrologi (T=transpirasi, E=evaporasi, P=hujan, R=aliran permukaan, G=aliran
airtanah dan I=infiltrasi). Sumber: Viessman et.al., 1989)
1.Evaporasi / transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan
turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
2.Infiltrasi
Perkolasi ke dalam tanah
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju
muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara
vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
3.Air Permukaan
Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada
daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai
utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju
laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, wadu
k, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air
di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
Gambar 2. Kesetimbangan dan pergerakan air secara hidrologis. (Sumber: Viessman
et.al., 1989)
.
TUGAS 111

1 hubungan vegatasi terhadap erosi

erosi memiliki keterkaitan dengan kerapatan vegetasi. Tujuan penelitian adalah


mengetahui tingkat kerapatan tutupan vegetasi, mengetahui tingkat erosi, dan mengetahui
hubungan antara tingkat kerapatan tutupan kanopi vegetasi dan vegetasi penutup tanah
dengan tingkat erosi.Transformasi NDVI citra satelit ALOS AVNIR-2 digunakan untuk
memperoleh informasi obyek vegetasi. 40 sampel diamati berdasarkan metode acak
berstrata dari satuan lahan dan indeks vegetasi. Kerapatan vegetasi, lereng, dan tingkat erosi
diidentifikasi dalam bentuk data ordinal. Analisis tabulasi silang antara tingkat erosi dan

faktor-faktor pengontrol dominan menggunakan indeks kappa.� Estimasi kerapatan

tutupan kanopi diperoleh dengan persamaan regresi polinomial. Klasifikasi tingkat


kerapatan kanopi DAS Secang didominasi oleh tingkat sedang. Jenis vegetasi meliputi
akasia, sengon, kakao, durian, manggis, dan kaliandra dengan kerapatan tutupan tanah
didominasi oleh kerapatan buruk rerumputan dan seresah. Pedestal, singkapan akar, dan
erosi alur menunjukkan tingkat erosi ringan. Tingkat erosi memiliki hubungan lebih besar
dengan kerapatan tutupan tanah dalam menghambat erosi.

2.klafikasi hujan

a. Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:

1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm;


2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya
berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca
panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang
temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih
7 mm.
b. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
1) Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh
pertemuan dua massaudara yang berbedatemperaturnya.panas/lembab bertemu dengan
massa udara dingin/padatsehingga berkondensasi dan terjadilah hujan

2) Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis


Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya
pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o
LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi
menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat
pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun
hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial
atau hujan konveksi.
3) Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin
mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga
terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan
yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis,
sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan
disebut daerah bayangan hujan. Lihat gambar 11.
Gambar 11. Hujan Orografis.
Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena
adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan
yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.
a. Menurut morfologinya (bentuknya)
Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal
(bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat
menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah
awan yang rendah dan luas.
3) Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat,
berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak
dapat menimbulkan hujan.
b. Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena tingginya selalu
terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
b) Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.
3) Awan rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpalgumpal.
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.
c) Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah
merupakan hujan.
4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500
m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya
rata.
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas dan
sebagian telah merupakan hujan,
sering terjadi angin ribut.
KLASIFIKASI IKLIM DAN
POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA
Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan mempunyai
kompetensi:
1. mengklasifikasi berbagai tipe iklim; dan
2. menyajikan informasi tentang persebaran hujan di Indonesia.
TUGAS IV

Pencemaran Air, Udara dan Tanah

Pencemaran air, udara dan tanah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang tidak
bisa dihindari Kota Surabaya sebagai dampak berbagai aktivitas kota metropolitan yang
semakin meningkat. Pencemaran air meliputi pencemaran air sungai dan air bersih (air
sumur). Kondisi air sungai di Surabaya ternyata belum memenuhi baku mutu air sesuai
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 maupun Perda Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (hasil pemantauan
Badan Lingkungan Hidup, 2009). Sedangkan penentuan kualitas air bersih (air sumur)
berdasarkan parameter dari Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air.
Kualitas air bersih Kota Surabaya selama 3 tahun terakhir (2007-2009) digambarkan pada
bar-chart di atas. Dari hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup, air bersih Kota
Surabaya yang masih memenuhi baku mutu pada tahun 2007 mencapai 93,6% dan tahun
2008 mencapai 97,5%. Sedangkan pada tahun 2009 air bersih yang masih memenuhi baku
mutu hanya mencapai 58,2% (dari 428 sampel yang diambil dan diuji, 249 sampel masih
memenuhi baku mutu kualitas air bersih dan 179 sampel sudah tidak memenuhi baku mutu).
Diperoleh fakta bahwa kualitas air bersih Kota Surabaya antara tahun 2008 ke tahun 2009
mengalami penurunan kualitas yang sangat drastis.
Dalam upaya meningkatkan kualitas air di perairan Kota Surabaya perlu diketahui
gambaran awal beban pencemaran yang ditimbulkan akibat aktifitas kegiatan usaha yang
berpotensi menghasilkan air limbah di saluran drainase kota yang akhirnya akan bermuara
di badan air sungai. Beban pencemaran air limbah dari suatu kegiatan usaha dapat diukur
dari konsentrasi kadar BOD, COD dan TSS.
Untuk menurunkan beban pencemaran perairan diharapkan semua kegiatan usaha yang
berpotensi menghasilkan air limbah melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran drainase kota. Melalui kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak
lingkungan, kegiatan usaha yang menghasilkan air limbah di kota Surabaya sampai akhir
tahun 2009, prosentase penurunan beban BOD per tahun telah menurun sampai 41,63 %,
prosentase penurunan beban COD per tahun menurun sampai 59,90 % dan prosentase
penurunan beban TSS per tahun menurun sampai 46,57 %.
Selain penurunan kualitas air, kualitas udara di Kota Surabaya dari tahun ke tahun juga
mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dari hasil monitoring udara ambient oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Surabaya.

Dari tabel diketahui bahwa jumlah hari dengan kualitas udara baik di Kota Surabaya tiap
tahun keadaannya naik turun, yaitu 26 hari pada tahun 2006, naik menjadi 60 hari tahun
2007, kemudian naik lagi menjadi 86 hari tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah
hari dengan kualitas udara baik menurun sangat drastis, hanya 24 hari (menurun 28% dari
tahun sebelumnya). Sebaliknya, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat hampir
stagnan mulai tahun 2006-2008 (masing-masing 5 hari, 5 hari, dan 8 hari). Sedangkan pada
tahun 2009, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat melonjak menjadi 30 hari. Jadi
terjadi lompatan kondisi udara yang buruk antara tahun 2008 dan 2009 yang sangat
mengkhawatirkan. Bagan penurunan kualitas udara ambient Kota Surabaya 4 tahun terakhir
(2006-2009) digambarkan pada gambar 3.2. berikut ini.

Dari hasil pemantauan kualitas udara selama tahun 2006-2009, telah terjadi kecenderungan
penurunan parameter dominan pada PM10 dan CO, sedangkan O3 dan SO2 cenderung naik.
Hal ini dipicu oleh tingginya suhu udara. Dengan bantuan sinar ultraviolet, NOX (Oksida
Nitrogen) bereaksi dengan HC (Hidrokarbon) dari emisi gas buang kendaraan bermotor
yang akan memicu pelepasan radikal bebas atom O (reaksi photochemical) yang selanjutnya
berikatan dengan O2 membentuk O3.
Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran udara adalah dengan:
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan swasta untuk ikut berperan aktif dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
Memperbaiki managemen lalu lintas menuju transportasi berkelanjutan yang bverwawasan
lingkungan.
Memperketat pelaksanaan uji emisi gas buang kendaraan bermotor.
Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau terutama tanaman penyerap polutan.
Mendorong pemerintah pusat untuk menyediakan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Langkah lain untuk mengurangi pencemaran udara adalah dengan mengurangi emisi
cerobong yang berasal dari sumber tidak bergerak yang berasal dari kegiatan
usaha/industry. Dalam melakukan pengendalian pencemaran udara yang berasal dari
sumber tidak bergerak terlebih dahulu dilakukan inventarisasi kegiatan usaha yang
menghasilkan sumber emisi yang berpotensi menyebabkan pencemaran udara. Pemantauan
yang terus menerus dalam rangka kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak
lingkungan terhadap kegiatan usaha yang berpotensi menghasilkan emisi cerobong dapat
menggambarkan tingkat ketaatan usaha terhadap ketentuan peraturan dalam pengendalian
pencemaran udara. Hasil pemantauan sampai akhir tahun 2009, prosentase kegiatan industri
yang memenuhi ketentuan persyaratan baru mencapai 29,4 % dari jumlah kegiatan usaha
yang berpotensi mencemari udara.
Selain pencemaran air dan udara, satu lagi pencemaran yang mengancam kelangsungan
kehidupan Kota Surabaya adalah pencemaran tanah. Pencemaran tanah selain disebabkan
karena kondisi air tanah yang sudah tercemar, juga disebabkan oleh aktivitas manusia, yaitu
rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan terutama masalah
sanitasi.
Saat ini pengolahan limbah manusia di Kota Surabaya masih mengandalkan septictank yang
sulit diawasi persyaratannya. Secara umum, efisiensi pengolahan dengan metode septictank
hanya 60-70%. Sehingga hasil pengolahan yang dialirkan ke lingkungan melalui tanah
belum 100% aman dari zat-zat dan kuman yang membahayakan. Dengan jumlah penduduk
kota yang hampir mencapai 3 juta jiwa, dan penduduk siang yang jumlahnya lebih tinggi
lagi, maka dapat dibayangkan jumlah zat pencemar yang dibuang ke air dan tanah tiap
harinya terus makin banyak. Jumlah zat pencemar akan lebih besar jika ditambah dari
limbah industri yang belum diolah dengan baik yang tidak diperhatikan. Berdasarkan hasil
uji laboratorium terhadap sampel tanah pada tahun 2009, kondisi tanah di Kota Surabaya
yang masih memenuhi baku mutu sekitar 80%.
TUGAS V

BAGAIMANA MENENTUKAN TERAS

1.Kekuatan teras

Saat Anda memutuskan menambahkan tiang di bagian teras, Anda sudah harus
memperhitungkan kekuatan tiang yang dibangun. Pasalnya tiang-tiang ini nantinya harus
menyangga beban dari bangunan teras tersebut. Semakin kokok tiang yang dibangun pada
rumah minimalis, tentu semakin rinci pula perhitungan yang harus dibuat.

2. Desain tiang teras

Untuk memperkuat desain rumah Anda, pilihlah desain tiang teras rumah minimalis yang
mampu menunjang keindahannya. Umumnya, desain teras berbentuk segiempat akan
semakin memperkuat kesan minimalis dari luar ruangan rumah Anda. Tentunya desain
tiang ini juga harus senada dengan warna yang akan Anda tuangkan dalam rumah Anda.

3. Material teras

Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan adalah material teras rumah sendiri. Konsep
rumah minimalis umumnya menggunakan bahan semen untuk membangun tiang rumah.
Tapi jangan khawatir, Anda pun bisa berkreasi dengan bahan kayu ataupun besi. Satu hal
yang pasti, Anda tetap harus memperhitungkan konsep rumah secara keseluruhan untuk
memutuskan hal ini.

4. Pemilihan keramik

Sedikit berbeda dari bagian di dalam rumah, pada dasarnya teras adalah bagian depan yang
bersentuhan langsung dengan cuaca. Oleh karena itu, usahakan untuk memilih keramik
yang tidak begitu licin. Sehingga ketika hujan turun, lantai tetap tidak licin ketika dipijak.
Pilih pulalah material lantai yang tidak rusak bila harus berpaparan dengan sinar matahari
secara langsung. Pasalnya lantai akan terkena sinar matahari setiap hari. Pilih pulalah
desain keramik yang tidak begitu ramai sehingga tak mengganggu pemandangan.
TUGAS VI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha
yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila
tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk
irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin
berkurang.Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan kimiawi.
Penerapan teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip rumput dan
lain–lain, penerapan sipil teknis berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras,
saluran pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan kiri tebing
sungai dan lain–lain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa, bitumen zat kimia.

Pada kenyataannya semakin banyak terjadi degradasi lahan dan air yag disebabkan oleh banyak
faktor yang dapat menyebabkan rusaknya atau berkurangnya kualitas dan kuantitas suatu tanah dan air
yang dapat berdampak buruk pada lingkungan kita bahkan dapat menyebabkan suatu bencan alam seperti
longsor yang merupakan bentuk dari erosi.Salah satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat
erosi yang tinggi adalah penerapan teknik konservasi tanah dan air disamping kegiatan reboisasi,
penghijauan, pemeliharan dan pengayaan tanaman. Konservasi tanah dan air merupakan upaya untuk
penggunaan lahan sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Konservasi tanah dan air mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan
dan kerusakannya.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa, agar
kelak selesai dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Yogyakarta dapat menerapkan tentang teknik
konservasi lahan didaerah asal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONSERVASI

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare
(keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what
you have), yang digunakan secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt
(1902) orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.

Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada
saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari
segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi
sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

2.2KONSERVASI TANAH

Konservasi tanah merupakan cara penggunaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan
berupaya menghindari terjadi kerusakan tanah, agar tanah dapat berfungsi secara lestari (Arsjad, 2000).
Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan pada sebidang tanah akan
mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu
tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih
besar dari erosi yang dapat ditoleransikan bisa menjadi masalah yang bila tidak ditanggulangi akan
menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah
merupakan cara untuk melestarikan sumberdaya alam.

Ciri alam yang penting di daerah tropis seperti Indonesia adalah adanya intensitas penyinaran
matahari dan curah hujan yang tinggi dan hampir merata sepanjang tahun. Faktor geologi dan tanah
dibentuk oleh kondisi tersebut dan menghasilkan suatu proses yang cepat dari pembentukan tanah baik
dari pelapukan serasah maupun bahan induk. Sebagai hasil dari proses tersebut, sebagian besar hara
tanah tersimpan dalam biomassa vegetasi, dan hanya sedikit yang tersimpan dalam lapisan olah tanah.
Hal yang berbeda dengan kondisi di daerah iklim sedang dimana proses pertumbuhan vegetasi lambat
dan sebagian besar hara tersimpan dalam lapisan olah tanah. Oleh karena itu pengangkutan vegetasi
ataupun sisa panen tanaman keluar lahan pertanian akan membuat tanah mengalami proses pemiskinan.
Jadi jelas, tanah di luar Jawa sebagian besar merupakan tanah lanjut yang miskin, dan sumber utama
kesuburan tanah adalah bahan organik yang berasal dari pelapukan sisa-sisa tanaman hutan. Karena
keterbatasan pengetahuan, tuntutan keuntungan bisnis, dan batasan waktu, dalam membuka lahan,
biasanya persayaratan yang tertentu untuk usaha pertanian tidak dipahami. Sehingga untuk mempercepat
pekerjaan, digunakanlah mesin-mesin besar dalam memotong pohon, mengangkutnya dan meratakan
tanah. Hasilnya, dalam bentuk permukaan tanah menjadi rata, tetapi ditinjau dari kualitas tanah telah
menjadi rusak, karena bahan organik tanah yang juga merupakan bahan semen agregat, telah teraduk dan
hilang. Jika kemudian turun hujan, maka dengan mudah tanah dihancurkan untuk kemudian hara
terangkut oleh air limpasan permukaan.

2.3PERLADANGAN BERPINDAH

Perladangan berpindah (shifting cultivation) merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan
pengalaman petani dalam mengolah lahan dan tanah yang dipraktekan secara turun temurun. Dalam
perladangan berpindah, para petani biasa menggunakan tahapan pemberaan (fallow), di mana tanah
digunakan dalam waktu periode yang pendek, sehingga erosi dan sedimentasi di sungai rendah,
sedangkan kandungan bahan organik disimpan selama pemberaan. Selain itu digunakan pula praktek
pembakaran, namun hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya nutrient dari dalam tanah, tetapi
pembakaran dapat meningkatkan pH tanah sehinggga cocok untuk pertumbuhan tanaman. Dalam sistem
dengan periode pemberaan stabil tidak menyebabkan peningkatan CO2 pada atmosfir karena penghutanan
kembali. Rendahnya produktivitas dapat dipecahkan jika institusi penelitian agrikultural mengambil
peranan yang lebih baik dalam mengalokasikan sumberdaya dalam peningkatan agronomik pada sistem
perladangan berpindah. Oleh sebab itu, sistem perladangan berpindah dapat dijadikan alternatif sistem
agrikultur yang permanen di wilayah tropis basah.

2.4BENTUK PERTANIAN KONSERVASI

Sistem perladangan berpindah bagi sebagian ahli dianggap sebagai pemborosan dari sumberdaya
alam, atau sangat primitif (FAO Staff 1957), dan dikenal secara relatif mempunyai ouput yang rendah per
unit areanya. Hal ini kalau ditinjau dari segi ekonomi, tetapi mungkin karena perhatian terhadap sistem
inilah yang masih sangat kurang, yang sebenarnya membutuhkan tindakan yang lebih spesifik untuk
menjadi sistem yang dapat diterima, untuk menjadi alternatif sistem pertanian konservasi.Perladangan
berpindah tidak menyebabkan efek yang berbahaya terhadap lingkungan, bahkan mampu menyediakan
alternatif yang aman dibandingkan dengan sistem pertanian lainnya di hutan tropis basah. Adapun
kurangnya peningkatan produktivitas adalah merupakan konsekuensi dari pengabaian dari sistem ini di
dalam kebanyakan penelitian pertanian. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian Lahajir, yang menemukan
bahwa hasil perladangan berpindah tidak sanggup lagi mencukupi kebutuhan subsisten mereka.

2.5METODE KONSERVASI
Metode yang kerap diterapkan petani pada konservasi pertanian antara lain metode vegetatif dan
metode sipil teknis.Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi dengan menanam berbagai jenis tanaman
seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta
penggunaan pupuk organik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin
keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :

1 memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar


granulasi tanah,

2 penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi,

3 disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan


peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya
erosi.

Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai
ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan petani.Metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi
dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi dengan metoda sipil teknis ini yaitu membuat
bangunan-bangunan konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan guludan, teras,
dan saluran air. Pada metode konservasi sipil teknis dilakukan Pembuatan teras pada lahan dengan lereng
yang curam.

1. Konservasi lahan kering

Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering,
mencegah bahaya banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah
menyimpan sebanyak-banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim
kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di lahan kering,
tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani.

2. Konservasi lahan kritis

Berbagai cara untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui program
reboisasi dan penghijauan. Fakultas Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik
reboisasi selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal ini mungkin
disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan, atau kondisi lahan belum dipelajari dengan
cermat, atau karena teknologi tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan
efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan lahan kritis dengan perbaikan
produktivitas mungkin lebih baik daripada membuka hutan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2000),
dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah tidaklah berarti penundaan atau pelarangan
pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan kemampuan tanah dan
memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi
secara lestari. Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air.
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan
tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain
untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur
tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan
mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk
memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan
aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Metode kimia Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam
usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap
tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pada penulis
sendiri. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
penyusunan tugas-tugas berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://forester-untad.blogspot.com/2013/06/macam-macam-metode-konservasi.html
http://goodwisdoms.blogspot.com/2010/12/pengertian-konservasi.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/metode-konservasi-tanah-dan-air.html
http://liantislantose.blogspot.com/2012/12/konservasi-tanah-disusun-lianti-s.html
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9604949

Anda mungkin juga menyukai