KEPANITERAAN KLINIK
SMF ANAK
RSUD TARAKAN
NIM : 11.2016.210
IDENTITAS PASIEN
PASIEN
Agama : Islam
Pendidikan : SD
ORANG TUA / WALI
Ayah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp 3.000.000
Ibu
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Penghasilan :-
KELUHAN TAMBAHAN:
Sesak nafas, Mual dan Muntah, diare, perut membuncit, dan badan terasa pegal-pegal.
5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), pasien mengalami demam. Demam
dirasakan timbul mendadak dan terus menerus. Demam terkadang disertai menggigil. Pasien
berkeringat ketika demam dan setelah demam namun tidak sampai membasahi baju. Menurut
ibu pasien demam yang dialami pasien cukup tinggi, namun suhunya tidak diukur. Keluhan
demam disertai dengan rasa pegal-pegal pada tungkai dan sakit kepala. Riwayat batuk dan
pilek disangkal. Sudah minum obat penurun panas sebelumnya dan demam turun namun
kemudian demam timbul lagi. Karena keluhan demamnya pasien kemudian di bawa ke
Puskesmas taman sari oleh keluarganya. Selain demam pasien juga mengeluhkan sesak nafas,
mual dan muntah. pasien muntah-muntah sebanyak 3x, jumlah ± 3 sendok makan s/d ¼ gelas
per kali, berisi cairan dan makanan, muntah tidak menyemprot.
Pasien juga mengeluh nyeri terutama di ulu hati dan perut bagian kanan atas, perut
pasien tampak membuncit. kaki dan tangan teraba dingin sejak 3 jam sebelum masuk RS.
Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu pasien diare sejak kemarin, hari ini pasien sudah
diare 4 kali berupa cairan dan ampas warna feces kuning tidak ada darah dan ridak ada lendir.
bibir pasien juga kering dan berdarah. Pasien juga sementara haid sudah 5 hari frekwensi haid
lebih banyak dari biasanya. Dalam sehari pasien bisah mengganti pembalut lebih dari 4 kali.
Riwayat perdarahan dari hidung, gusi, saluran cerna, disangkal. Oleh dokter jaga di
puskesmas diberi obat penurun panas dan antibiotik. Kemudian pasien di rujuk ke RS
Tarakan dengan alasan pasien perlu dirawat inap. Pasien tidak memiliki riwayat ke luar kota
sebelumnya dan tidak ada riwayat kejang sebelumnya.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat DBD
sebelumnya.
Pada keluarga maupun tetangga sekitar rumah tidak ada yang mengalami penyakit yang
serupa seperti pada pasien. Namun, di lingkungan sekolah, terdapat beberapa teman pasien
yang menderita DBD dan sempat dirawat di rumah sakit.
POHON KELUARGA
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
RIWAYAT SOSIAL
Pasien kesehariannya dirawat oleh kedua orang tua. pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara.
Setiap harinya pasien berkontak dengan kedua orang tua dan saudara-saudarinya dengan baik.
Pasien aktivitas seperti biasa yaitu sekolah., teman-teman pasien di sekolah ada yang sakit
seperti dirasakan pasien. Pasien berobat menggunakan BPJS.
Kehamilan
Pasien dikandung cukup bulan dan ibunya sering memeriksa diri kebidan selama masa
kehamilan, ibunya tidak pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan.
Kelahiran
Kesimpulan : neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, spontan (NCB - SMK)
Pasien Rutin Memeriksakan diri ke Posyandu untuk mengukur berat badan (BB) dan panjang
/ tinggi bada
RIWAYAT IMUNISASI
RIWAYAT NUTRISI
Usia Makanan
0 – 12 bulan ASI langsung ad labitum dan mengkonsumsi makanan dan
minuman pendamping asi.
12 – 16 bulan Bubur / Nasi lembek dan lauk pauk + Susu Formula
>16 bulan Makan biasa (nasi dan lauk pauk) + Susu Formula
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 09 April 2018 Jam : 13.00 WIB Lokasi : RS Tarakan. Ruangan Melati.
Pemeriksaan umum
Saturasi Oksigen : 96 %
Antropometri
Pemeriksaan sistematis
Kepala
Dada
Inspeksi : retraksi dinding dada (-) bentuk simetris, pectus ekskavatum/karinatum (-),
barrel chest (-)
Palpasi : tidak ada dinding dada yang tertinggal, simetris, fremitus normal, massa (-)
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Abdomen : distensi (+) bising usus (+), nyeri tekan Epigastrium (+) shifting dulness (+)
Kekuatan : Baik
Edema : - -
- -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 54,2 %
Kimia klinik
Elektrolit
Gula Darah
GDS : 172 mg / dL
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 46,4 %
Fungsi Liver
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 49,9 %
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 48,9 %
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 40,7 %
Imunoserologi
Dengue
Fungsi Liver
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 42,8 %
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 43,8 %
Laboratorium
Darah rutin
Hematokrit : 33,8 %
Hemostasis
Kimia Klinik
Anak S usia 10 tahun dengan berat badan 35 kg datang ke RS Tarakan dengan keluhan utama
demam tinggi sejak lima hari SMRS. Demam dirasakan timbul mendadak dan terus menerus.
Menggigil (+), Mencret (+) sudah 2 hari SMRS, sesak (+), Mual (+), muntah (+). Sakit
kepala (+), sakit perut (+), pegal (+). Kejang (-), batuk dan pilek (-). Bibir tampak kering dan
berdarah. Pasien sedang haid hari ke 5 haid dirasakan lebih banyak dari biasanya. Riwayat
perdarahan dari hidung, gusi, saluran cerna, disangkal. Kaki dan tangan dingin (+), Buang air
kecil pasien masih seperti biasanya. Riwayat ke luar kota sebelumnya (-). Dari anamnesis
diketahui teman sekolah pasien juga dirawat karena DBD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pasien tampak sakit sedang, pada mulut terlihat kering dan berdarah, abdomen tampak
membuncit, hepatosplenomegali (+), nyeri tekan epigastrium (+), shifting dulness (+). tanda
vital didapatkan Tekanan darah 90/60 mmHg, Frekuensi nadi 80x/menit, regular, isi kurang,
teraba lemah, Frekuensi nafas 26x/menit, Suhu tubuh 38,0 C, SpO2 96%. Status gizi baik.
Riwayat imunisasi lengkap. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan Hb, Ht,
terdapat trombositopenia, IgM dan IgG positif.
DIAGNOSIS BANDING
1. Malaria
2. Idiopatic Trombositopenia Purpura
DIAGNOISIS KERJA
ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Rontgen Thorax
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap setiap 6-8 jam.
3. Monitor tanda vital setiap 3 jam
4. Awasi tanda syok berulang
5. Pemeriksaan Malaria Kuantitatif (Hapus darah tebal dan tipis)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- O2 2L/menit, nasal
- Loading IVFD RL 20 cc/kgBB dalam ½ jam
- Cek TTV post loading, jika jelek lanjut loading yang ke 2 RL 20 cc/kgBB dalam ½
jam.
- Jika TTV masih jelek lanjut loading hes 20cc/kgBB dalam ½ jam (back up dengan
dopamin 5mg/kgBB/menit)
- Jika setelah loading RL yang pertama TTV baik, lanjut dengan loading hes
20cc/kgBB dalam ½ jam.
- Maintenance RL diturunkan secara bertahap.
10cc/kgBB dalam 1 jam
7cc/kgBB dalam 1 jam
5cc/kgBB dalam 1 jam
3cc/kgBB dalam 1 jam
1cc/kgBB dalam 1 jam
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Ranitidine 2 x 50 mg IV
- Cefotaxime 3x1 gr IV
Non Medikamentosa
PROGNOSIS
S : demam (+) naik turun, BAB cair 1x, kaki dan tangan masih terasa dingin, mual (+)
Muntah (+) 1x berisi cairan dan makanan. Batuk (+) dahak berwarna putih, sesak nafas (+),
nyeri perut (+), Badan sudah tidak pegal (-) nafsu makan menurun tetapi pasien masih mau
minum. Bak dalam batas normal
O : Keadaan umum tampak sakit sedang Kesadaran kompos mentis, GCS 15, TD : 100/70
mmHg, nadi 101x/menit, suhu 36,8C RR 24, SpO2 98% Mata: Pupil isokor, RCL/RCTL :
+/+, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Jantung : Si S2 reguler, irama teratur,
bising (-) Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen : distensi(+), Bising usus (+)
normal, Hepar teraba 3 jari BACD dan 3 jari BPx, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi
tajam, NT (+), NT epigastrium (+), shufting dulness (+). Ekstrimitas : akral dingin, perfusi
baik, CRT 2 detik, Petekie (-).
Pemeriksaaan laboratorium pukul 09:45 Leukosit 3,237 /µL, Eritrosit 5.00 /µL, Trombosit
30.220 /µL, Hb 14,1 g/dL, Ht 39,5 % Pemeriksaaan laboratorium pukul 13:06 Leukosit
13.300 /µL, Eritrosit 5.980 /µL, Trombosit 64.000 /µL, Hb 16,5 g/dl, Ht 40,7 % Dengue IgG
dan Dengue IgM Positif, SGOT 187 U/L, SGPT 120 U/L.
P: - Transfusi TC 420cc-431cc
- IVFD AS 3cc/kgBB/jam
- PCT 3x500mg
- Injeksi Ranitidin 2 x 40 mg
- Cefotaxime 3x1gr
S : sakit perut berkurang, demam (-), kaki dan tangan tidak terasa dingin, sudah tidak BAK
cair dari tadi malam, batuk (+) dahak berwarnah putih, sesak sudah berkurang, mual dan
muntah (-).
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, Kesadaran kompos mentis, GCS 15, TD : 110/70
mmHg, nadi : 88 x/menit, RR : 24x/menit, suhu 36,4 C SpO2 98%, Mata: Pupil isokor, bulat,
RCL/RCTL : +/+, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Jantung : Si S2 reguler,
irama teratur, bising (-) Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen : distensi(-),
Bising usus (+) normal, Hepar teraba 3 jari BACD dan 3 jari BPx, konsistensi kenyal,
permukaan rata, tepi tajam, NT (+), NT epigastrium (+), Shilfting dulness (+), Ekstrimitas :
akral hangat, perfusi baik, CRT <2 detik, Petekie (-).
Pemeriksaaan laboratorium pukul 09:25. Leukosit 4,077 /µL, Eritrosit 5.15 /µL, Trombosit
28,480 /µL, Hb 14,1 g/dl, Ht 42,8 %
P : - IVFD AS 3cc/kgBB/jam
- Injeksi Ranitidin 2 x 40 mg
- Cefotaxime 3x1gr
- PCT 3x500mg
- terapi di lanjutkan.
12 april 2018
S: Sakit perut (-) , demam (-), nafsu makan sudah mulai meningkat, BAB belum dari
kemarin, kaki dan tangan terasa hangat, muntah (-), BAK lancar dan banyak, batuk sudah
jarang, pasien sudah tidak sesak
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, Kesadaran kompos mentis, GCS 15, TD : 110/70
mmHg, HR : 92x/menit, RR : 24x/menit, suhu 36 ,4 C, SpO2 98%,
Mata: Pupil isokor, bulat, RCL/RCTL : +/+, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : Si S2 reguler, irama teratur, bising (-) Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, Hepar teraba 3 jari BACD dan 3 jari BPx,
konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tajam, NT (+), NT epigastrium (-), Shilfting dulness
(+), Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik, Petekie (-).
Pemeriksaaan laboratorium pukul 10:06. Leukosit 5,657 /µL, Eritrosit 5.28 /µL, Trombosit
50,870 /µL, Hb 14,4 g/dl, Ht 43,8 %
- Injeksi Ranitidin 2 x 40 mg
- Cefotaxime 3x1gr
- AFF O2
13 april 2018
S: Sakit perut (-) , demam (-), BAB belum sudah 3 hari, pasien sudah tidak lemas. kaki dan
tangan terasa hangat, muntah (-), BAK lancar, batuk jarang. Sesak (-), Pasien direncanakan
pulang besok.
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, Kesadaran kompos mentis, GCS 15, TD : 110/80
mmHg, HR : 96x/menit, RR : 20x/menit, suhu 36 ,4 C, SpO2 98%,
Mata: Pupil isokor, bulat, RCL/RCTL : +/+, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : Si S2 reguler, irama teratur, bising (-) Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, Hepar teraba 3 jari BACD dan 3 jari BPx,
konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tajam, NT (+), NT epigastrium (-), Shilfting dulness
(-), Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik, Petekie (-).
- Injeksi Ranitidin 2 x 40 mg
- Cefotaxime 3x1gr
14 april 2018
Pasien pulang.
ANALISA KASUS
Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa pada sindrom syok dengue,
setelah demam berlangsung selama beberapa hari keadaan umum pasien dapat tiba-tiba
memburuk, yang biasannya terjadi pada saat atau setelah demam menurun, yakni antara hari
sakit ke 3 – 7. Pada sebagian besar kasus ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi, kulit
teraba lembab dan dingin, serta nadi menjadi cepat dan halus.3,4 Pasien seringkali akan
mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok. Pada pemeriksaan laboratorium
biasanya akan ditemukan adanya hemokonsentrasi (peningkatan kadar hematokrit ≥20%) dan
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3). Terjadinya peningkatan kadar Hb merupakan
bukti terjadinya kebocoran plasma. Trombositopenia sedang sampai berat yuang disertai
dengan hemokonsentrasi adalah temuan laboratorium yang khusus untuk DBD. Patofisiologi
yang menunjukkan derajat keparahan DBD dan membedakannya dari Demam Dengue adalah
keluarnya plasma yang bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi),
efusi serosa, atau hipoproteinemia.4
Gambar 1. Pola demam pada DBD yang menyerupai Pelana kuda
Beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnostik klinik pada
penderita DSS menurut Wong adalah sebagai berikut:
1. Clouding of sensorium
3. Nyeri perut.
4. Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis, hematemesis,
melena, hematuri dan hemoptisis.
5. Trombositopenia berat.
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan simtomatik. Terapi
suportif yang diberikan adalah pemberian O2 melalui nasal kanul 2 liter permenit. Pemberian
oksigen harus selalu dilakukan pada semua pasien syok. Saturasi oksigen pada pasien harus
dipertahankan > 92%, oleh karena itu untuk pemantauan diperlukan pemasangan pulse
oximetry untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah. Selain itu juga dilakukan
pemasangan infus cairan intravena berupa ringer laktat (RL) 840 mL dalam 30 menit pertama
.Ringer laktat adalah salah satu larutan kristaloid yang direkomendasikan WHO pada terapi
DBD. Pengobatan awal cairan intravena pada keadaan syok adalah dengan larutan kristaloid
20 ml/kg berat badan dalam 30 menit. Pada pasien ini berat badannya adalah 42 kg sehingga
didapatkan jumlah cairan yang diberikan adalah 840 ml dalam 30 menit dengan tetesan infus
sebesar 560 tetes per menit makro {(840/30) x 20}. Apabila syok belum teratasi dan atau
keadaan klinis memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal, cairan diganti dengan
koloid (dekstran 40 atau plasma) 10-20 ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30
ml/kgBB/jam. Segera setelah terjadi perbaikan, segera cairan ditukar kembali dengan
kristaloid dengan tetesan 20 ml/kgBB. Pada pasien kondisi membaik setelah dilakukan
pemberian cairan awal sehingga jumlah cairan yang diberikan dikurangi menjadi 420 ml
dalam 1 jam (10 ml/kgBB/jam). Jika kondisi tetap stabil dan membaik maka cairan
diturunkan menjadi 210 ml/jam (5 ml/kgBB/jam) atau Jika dalam 24 jam kondisi membaik
dan stabil maka cairan diturunkan lagi menjadi 126 ml/jam (3 ml/kgBB/jam) atau 42 tpm
makro dan dalam 48 jam setelah syok teratasi pemberian terapi cairan dapat dihentikan.4.6
Oleh karena perembesan plasma tidak konstan (perembesan plasma terjadi lebih cepat
pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan
dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit. Penggantian
volume yang berlebihan dan terus menerus setelah plasma terhenti perlu mendapat perhatian.
Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi
cairan ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak
dikurangi, akan menyebabkan edema paru dan distres pernafasan
Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan parasetamol untuk mengatasi
demam dengan dosis sebanyak 3 x 500 mg PO (apabila suhu > 38 C). Karena pasien ini
mengeluhkan adanya nyeri perut terutama di ulu hati maka juga diberikan ranitidine dengan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali sehari. Diberikan antibiotik dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang mungkin terjadi akibat manipulasi
yang dilakukan terhadap pasien seperti pemasangan jalur infus untuk pemberian cairan,
pemasangan Douwer Catheter dan pengambilan sampel darah yang secara rutin dilakukan.
Kesemuanya itu mempunyai resiko untuk terjadinya infeksi pada pasien ini. Selain itu
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 11 September 2011 didapatkan
kecenderungan terjadinya peningkatan leukosit meskipun hanya meningkat sedikit (dari
11.700 /µL menjadi 13.600/µL). Selain medikamentosa tidak lupa juga diberikan terapi non
medikamentosa, yaitu minum air yang banyak, mengedukasi keluarga pasien untuk
melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M menutup, menguras, mengubur barang-
barang yang dapat menampung air; menganjurkan agar pasien memakai repellan untuk
mencegah gigitan nyamuk, khususnya saat berada di lingkungan sekolah; dan menjaga
asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun kuantitasnya.6,7
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik,
nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, tiga hari setelah
syok teratasi, jumlah trombosit > 50.000/mm3 dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai
adanya distress pernafasan. Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena
penyakit pada pasien saat ini tidak mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam bonam,
karena organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat adanya
manisfestasi perdarahan. Untuk quo ad sanactionam bonam karena kekambuhan pada DBD
hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus dengue. Dengan edukasi yang tepat,
maka dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus dengue.
KESIMPULAN
Telah dirawat pasien an. S, 10 tahun masuk dengan keluhan utama demam 5 hari
SMRS dan didiagnosis sebagai dengue shock syndrome berdasarkan kriteria klinis dan
laboratories dari WHO. Tatalaksana pada pasien ini berupa suportif dan simptomatik yang
berupa pemberian terapi cairan yang disesuaikan dengan bagan pemberian terapi cairan pada
DSS (sesuai dengan literatur). Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan
parasetamol untuk mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3 x 500 mg PO (apabila suhu >
38 C). Karena pasien ini mengeluhkan adanya nyeri perut terutama di ulu hati maka juga
diberikan ranitidine dengan dosis 50 mg untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali sehari.
Diberikan antibiotik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang mungkin
terjadi akibat manipulasi yang dilakukan terhadap pasien. Pasien pulang dalam kondisi
kesehatan yang membaik. Dengan demikian penegakan diagnosis dan tatalaksana kasus pada
pasien ini telah sesuai dengan tinjauan literature mengenai penanganan pada dengue shock
syndrome. Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling
memadai saat ini. Maka, diberikan penjelasan dan mengedukasi keluarga pasien untuk
melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M menutup, menguras, mengubur barang-
barang yang dapat menampung air; menganjurkan agar pasien memakai repellan untuk
mencegah gigitan nyamuk.3,6,7
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2006
3. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2005
4. Dengue Haemorrhagic Fever : Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Edition
II. Geneva : World Health Organization. 2002. Available from
htttp://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication Accessed
December 1, 2009.
5. Dengue Virus Infection. Centers for Disease Control and Prevention. Division of
Vector Borne and Infectious Diseases. Atlanta : 2009
6. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T, editor. Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan; 2004.
7. Anonymous. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue haemorrhagic fever in
small hospital. World Health Organization Regional Office for SouthEast Asia. New
Delhi: WHO; 1999.
PRESENTASI KASUS
Dengue Syok Sindrom, Asites
Disusun Oleh:
Nolanda Susana Unwawirka
(11.2016.210)
Pembimbing:
dr. Edi Pasaribu, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU KESEHATAN ANAK RSUD TARAKAN JAKARTA
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
2018