Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK REFRIGERASI 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ikan adalah salah satu diantara bahan makanan protein yang paling mudah
mengalami pembusukan. Pembusukan ikan terjadi setelah ikan ditangkap atau
mati, dimana pembusukan dapat menyebabkan perubahan dalam bau dan rasa
yang berakibat menurunnya mutu ikan. Oleh karena itu, sangat diperlukan
tindakan yang tepat didalam pencegahan pembusukan tersebut, dimana mulai dari
saat penangkapan sampai tiba ditangan konsumen. Tindakan tersebut bisa berupa
pengolahan atau pengawetan salah satunya yaitu pembekuan (Hasan, 2009).
Menurut Arismunandar (2002), pembekuan ikan berarti mengubah
kandungan cairan tubuh ikan menjadi es. Ikan mulai membeku pada suhu antara
-0,6oC sampai -2ͦ C atau rata-rata -1oC . Yang mula-mula membeku adalah air
bebas, kemudian disusul oleh air terikat. Air terikat sangat sulit untuk membeku
seluruhnya disebut titik beku, terletak diantara -55oC dan -65oC.
Mesin refrigerasi yang paling banyak digunakan adalah dari jenis siklus
kompresi uap, karena memiliki fleksibilitas dalam penggunaannya dengan ukuran
yang cukup kompak,sehingga tidak memerlukan ruang yang besar (Indartono,
2006).
Sistem refrigerasi mekanik menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan
alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem
refrigerasi mekanik di antaranya adalah Siklus Kompresi Uap (SKU),Refrigerasi
siklus udara, Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah dan Siklus sterling
(Sumanto, 2001)
Prinsip dasar dari refrigerasi mekanik adalah proses penyerapan panas dari
dalam suatu ruangan berinsulasi tertutup kedap lalu memindahkan serta
mengenyahkan panas keluar dari ruangan tersebut. Proses merefrigerasi ruangan
tersebut perlu tenaga atau energi. Energi yang paling cocok untuk refrigerasi
adalah tenaga listrik yaitu untuk menggerakkan kompresor pada unit
refrigerasi (kusnandar,2009 )

1
TEKNIK REFRIGERASI 2014

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apa itu refrigerasi?
2. Apa saja macam-macam refrigerasi?
3. Bagaimana siklus refrigerasi mekanik dalam proses pembekuan ikan?
4. Apa saja komponen-komponen dalam sistem refrigerasi mekanik?
5. Apa itu coefficient of performance?
6. Apa itu refrigerant?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu
membahas :
1. Mengetahui definisi refrigerasi
2. Untuk mengetahui macam-macam refrigerasi
3. Untuk mengetahui bagaimana siklus refrigerasi mekanik dalam proses
pembekuan ikan
4. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam sistem refrigerasi mekanik
5. Mengetahui apa itu coefficient of performance
6. Mengetahui apa itu refrigerant

2
TEKNIK REFRIGERASI 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Refrigerasi


Refrigerasi adalah metode pengkondisian temperatur ruangan agar tetap
berada di bawah temperatur lingkungan. Karena temperatur mangan yang
terkondisi tersebut selalu berada di bawah temperatur lingkungan, maka ruangan
akan menjadi dingin, sehingga refrigerasi dapat juga disebut dengan metode
pendinginan. Metode pendinginan (refrigerasi) ini akan berhasil dengan
menggunakan bantuan zat refrigerant. Refrigerant akan bertindak sebagai media
penyerap dan pemindah panas dengan cara merubahfasanya. Refrigerant adalah
suatu zat yang mudah berubah fasanya dari cair menjadi uap dan sebaliknya
apabila kondisi tekanan dan temperaturnya diubah (Dalimunthe, 2004).
Menurut Tampubolon dan Robert (2005), Refrigerasi adalah proses
pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang untuk menurunkan
temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi, sehingga mengambil
kalor suatu benda ekuivalen dengan mengambil sebagian energi dari molekul-
molekulnya. Pada aplikasi tata udara (air conditioning), kalor yang diambil berasal
dari udara. Untuk mengambil kalor dari udara, maka udara harus bersentuhan
dengan suatu bahan atau material yang memiliki temperatur yang lebih rendah.
Suatu mesin refrigerasi akan memiliki tiga sistem terpisah yakni:
1. Sistem refrigerasi
2. Sumberdaya untuk menggerakkan kompresor, yang berupa motor listrik
3. Sistem kontrol untuk menjaga suhu benda atau ruangan seperti di inginkan.
Refrigerasi adalah produksi atau pengusahaan dan pemeliharaan tingkat
suhu dari suatu bahan atau ruangan pada tingkat yang lebih rendah dari pada
suhu lingkungan atau atmosfir sekitarnya dengan cara penarikan atau penyerapan
panas dari bahan atau ruangan tersebut. Refrigrasi dapat dikatakan juga sebagai
sebagai proses pemindahan panas dari suatu bahan atau ruangan ke bahan atau
ruangan lainnya (Ilyas, 1993).Pada prinsipnya mesin refrigerasi mekanik terdiri
dari 4 fungsi yaitu: Evaporasi, kompresi, Kondensasi dan ekspansi. Sesuai
dengan fungsinya maka komponen sistem refrigerasi mekanik terdiri dari :
Evaporator, Kompresor, Kondensor dan Katub ekspansi (katub pengontrol
refrigerant). Disamping itu, agar keempat fungsi tersebut dapat beroperasi sesuai
keinginan maka diperlukan sistem pengaturan (kontrol) baik secara elektrik,

3
TEKNIK REFRIGERASI 2014

elektronik atau pneumatik. Komponen utama mesin refrigerasi adalah kompresor,


kondensor, refrigerantflowcontrol dan evaporator (coolingcoil). Disamping itu
terdapat komponen bantu yang jenisnya tergantung dari aplikasi dan kapasitas
mesinnya, antara lain pipa penghubung pada sisi tekanan rendah dan tekanan
tinggi, strainer, dryer, heatexchanger, fan, pompa, katub, regulator dan protector
dan coolingtower (Hasan dan Sapto,2008).
Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat
mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem
refrigerasi mekanik di antaranya adalah:
a Siklus kompresi uap (sku)
b Refrigerasi siklus udara
c Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah
d Siklus sterling

2.2 Macam-macam Refrigerasi


Menurut Dossa (200), refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalor
dari suatu benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan
tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Kinerja mesin refrigerasi
kompresi uap ditentukan oleh beberapa parameter, diantaranya adalah kapasitas
pendinginan kapasitas pemanasan,daya kompresi, koefisien kinerja dan faktor
kinerja.Sesuai dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan
tetapi dapat dipindahkan.Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses-
proses aliran panas dan perpindahan panas.
Menurut Hartatnto (2002), pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Sistem refrigerasi mekanik
Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat
mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem
refrigerasi mekanik di antaranya adalah:
a. Siklus Kompresi Uap (SKU)
b. Refrigerasi siklus udara
c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah
d. Siklus sterling

2. Sistem refrigerasi non mekanik

4
TEKNIK REFRIGERASI 2014

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan


mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang
termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik di antaranya:
a. Refrigerasi termoelektrik
b. Refrigerasi siklus absorbsi
c. Refrigerasi steam jet
d. Refrigerasi magnetic dan Heat pipe
Dewasa ini, penerapan siklus-siklus refrigerasi hampir meliputi seluruh
aspek kehidupan kita sehari-hari.Industri refrigerasi dan tata udara telah
berkembang sangat pesat dan sangat variatif, demi memenuhi kebutuhan pasar
yang sangat bervariasi.
Pada sistem refrigrasi mekanik kompresi uap terdapat rangkaian dari empat
komponen utama, yaitu: evaporator, kompresor, kondenser, dan alat pengontrol
aliran refrigeran. Masing-masing komponen mempunyai ciri dan fungsi sendiri-
sendiri yang berbeda, tetapi secara terintegrasi dan dioperasikan bersama-sama
akan dapat memindahkan energi termal. Dampak dari pengoperasian sebuah
sistem refrigerasi pada sebuah obyek adalah, bila terambil sebagian energi yang
terkandung di dalamnya, suhu obyek tersebut akan menurun. Sebaliknya, karena
operasi sistem refrigerasi itu kemudian sejumlah energi termal terpindahkan ke
lingkungan, maka lingkungan tersebut dapat menjadi lebih hangat (Stoker dan
Jeron, 2012).

2.3 Siklus Refrigerasi


Menurut Arif (2012) Siklus refrigerasi kompresi mengambil keuntungan dari
kenyataan bahwa fluida yang bertekanan tinggi pada suhu tertentu cenderung
menjadi lebih dingin jika dibiarkan mengembang. Jika perubahan tekanan cukup
tinggi, maka gas yang ditekan akan menjadi lebih panas dari pada sumber dingin
di luar (contoh udara di luar) dan gas yang mengembang akan menjadi lebih dingin
dari pada suhu dingin yang dikehendaki. Dalam kasus ini, fluida digunakan untuk
mendinginkan lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan
yang bersuhu tinggi. Untuk Sistem refrigerasi kompresi uap di tunjukan pada
Menurut Sunanto (2012). Ejektor yang ditempatkan sebagai piranti ekspansi
dalam peningkatan efisiensi sistem refrigerasi. Pemanfaatan ejektor ini diharapkan
dapat mengurangi beban kerja kompresor, meningkatkan efek pendinginan pada
unit evaporator sehingga secara langsung akan meningkatkan efisiensi sistem.

5
TEKNIK REFRIGERASI 2014

Pengujian akan dilakukan dengan membandingkan secara langsung antara sistem


refrigerasi modifikasi yang memanfaatkan ejektor dua-fase terhadap sistem
refrigerasi konvensional pada sebuah mesin AC dengan menghitung COP ideal
masing-masing sistem dan saving energi yang dihasilkan dengan melakukan
memvariasikan beban pada evopaorator yaitu pada pembebanan 30 0C, 35 0C, 40
0
C, dan 45 0C. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
COP sebesar 1,14. Kerja kompresor sendiri mengalami penurunan sebesar 0,1
kW, penghematan energi setiap bulannya sebesar 0,087 kW, serta rata-rata
efisiensi 8,5% dari sistem refrigerasi pada mesin AC yang menggunakan piranti
ejektor sebagai pengganti ekspansi. Jadi secara keseluruhan dengan penggunaan
piranti ejektor sebagai pengganti ekspansi lebih menguntungkan.
Dalam siklus refrigerasi absorbsi, dipergunakan penyerap untuk menyerap
refrigeran yang diuapkan di dalam evaporator sehingga menjadi suatu larutan
absorbsi. Kemudian, larutan absorbsi tersebut dimasukan ke dalam sebuah
generator untuk memisahkan refrigeran dari larutan absorbsi tersebut dengan cara
memanasi, yang sekaligus akan menaikan tekanannya sampai mencapai tingkat
keadaan mudah diembunkan (Azis.2002)
Menurut Azis (2001) Pada siklus refrigerasi ini, udara bertindak sebagai
refrigeran, yang menyerap panas pada tekanan konstan P, di dalam refrigerator.
Udara panas keluar refrigerator, dikompresi untuk dibuang panasnya ke
lingkungan melalui cooler pada tekanan konstan P2 (P2 > P1). Udara keluar cooler

dikembalikan ke keadaan awal oleh mesin ekspansi untuk dapat melakukan


langkah awal pada siklus berikutnya

2.4 Komponen Sistem Refrigerasi


Menurut Sinaga (2012) Refrigerasi adalah proses pemindahan panas dari
temperatur rendah ke temperatur tinggi dengan menjaga temperatur tetap berada
di bawah temperatur lingkungan. Sistem refrigerasi mekanik menggunakan mesin-
mesin penggerak atau dan alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang
termasuk dalam sistem refrigerasi mekanik di antaranya adalah:
a. Siklus kompresi uap (sku)
b. Refrigerasi siklus udara
c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah
d. Siklus sterling

6
TEKNIK REFRIGERASI 2014

Yang termasuk dalam sistem refrigerasi mekanik di antaranya adalah Siklus


Kompresi Uap (SKU) Mesin refrigerasi siklus kompresi uap memiliki fleksibilitas
penggunaan, yakni bisa berfungsi sebagai mesin pendingin (AC) ataupun
pemanas/pompa kalor (heatpump) dengan mengubah arah aliran refrigerannya.
Mesin refrigerasi kompresi uap terdiri atas empat komponen utama, yakni
kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Kondensor dan
evaporator sesungguhnya merupakan penukar kalor (heatexchanger) yang
berfungsi mempertukarkan kalor diantara dua fluida, yakni antara refrigerant
dengan fluida luar bisa berupa air ataupun udara (Ratiko, 2006).
Sesuai dengan fungsinya maka komponen sistem refrigerasi mekanik terdiri
dari : Evaporator, Kompresor, Kondensor dan Katub ekspansi (katub pengontrol
refrigerant). Disamping itu, agar keempat fungsi tersebut dapat beroperasi sesuai
keinginan maka diperlukan sistem pengaturan (kontrol) baik secara elektrik,
elektronik atau pneumatik. Komponen utama mesin refrigerasi adalah kompresor,
kondensor, refrigerant flow control dan evaporator (Hasan dan Sapto,2008).
Disamping itu terdapat komponen bantu yang jenisnya tergantung dari
aplikasi dan kapasitas mesinnya, antara lain pipa penghubung pada sisi tekanan
rendah dan tekanan tinggi, strainer, dryer, heatexchanger, fan, pompa, katub,
regulator dan protector dan coolingtower. Ditambahkan oleh Bagian kontrol mesin
refrigerasi terdiri dari berbagai komponen yang bekerja secara elektrik, pnumatik
dan elektronik, antara lain : motor penggerak kompresor dan fan, kontaktor, relai,
motor starter, overloadprotection, capasitor, pressureswitch, thermostat,
humidistat, timer serta berbagai alat bantu lain yang berupa regulator dan protector
(Priowirjanto,2003).

2.5 Coefficient of Performance


Menurut Kusnandar, et.al., (2009), Suatu pengukuran keefektifan dari
sebuah refrigerator adalah koefisien prestasi (COP – Coeficient of Performance)
didefenisikan sebagai energi yang dibuang dari sumber dibagi dengan kerja yang
diperlukan untuk membuang sejumlah energi, yang diekspresikan pada
persamaan berikut :
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
COP =𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜

7
TEKNIK REFRIGERASI 2014

” Coefficient of Performance” ini serupa dengan ”efisiensi” pada mesin panas


Carnot, sehingga terkadang dapat digunakan sebagai rasio dari ”efek yang
diinginkan” dalam Btu per pound dengan energy neto yang disuplai dalam Btu per
pound. Bagian terpenting dalam suatu refrigerasi adalah evaporatornya sehingga
COP dapat dihitung menggunakan panas yang diserap oleh evaporator,
yaitu :
𝑄 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑄𝐿
COPevaporator = =
𝑊 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟 𝑊 𝑖𝑛

Menurut (Kusnandar, et.al.,2003), Kegunaan suatu system refrigerasi


kompresi mekanis adalah memidahkan panas dari lingkungan yang bersuhu
rendah ke lingkungan yang bersuhu tinggi. Biasanya, jumlah panas yang dapat
diserap oleh refrigeran di evaporator lebih besar (H2-H1) dibandingkan dengan
jumlah panas yang dapat diberikan oleh kompresor (H3-H2). Istilah yang dipakai
untuk menilai unjuk kerja suatu system refrigerasi ini adalah "coefficient of
performance" atau COP, yaitu perbandingan antara panas yang diserap oleh
refrigerant pada saat melewati evaporator dengan panas yang dipasok oleh
kompresor.
𝐻2−𝐻1
COP =
𝐻3−𝐻2

2.6 Refrigerant
Refrigerant adalah fluida kerja utama pada suatu siklus refrigerasi yang
bertugas menyerap panas pada temperatur dan tekanan rendah dan membuang
panas pada temperatur dan tekanan tinggi. mumnya refrigerant mengalami
perubahan fasa dalam satusiklus. Media pendingin (cooling media) adalah media
yang digunakan untuk engantarkan efek refrigerasi ke tempat yang membutuhkan.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Sistem pendingin udara pada unit yang
besar, seperti bangunan komersial, menempatkan sikluspendingin terpusat pada
suatu tempat. Dan ruangan yang menggunakan efek refrigerasi relatif jauh dari
unit ini, untuk keperluan ini adalah lebih baik menggunakan medium lain daripada
harus mensirkulasikan refrigerant ke tiap ruangan. Medium yang lain inilah yang
disebut medium pendingin atau sering juga diistilahkan refrigerant sekunder
(Fitriandi, 2007).
Menurut ACRIB (2001), Refrigerant dikategorikan tipe A jika pekerja tidak
mengalami gejala keracunan meskipun bekerja lebih dari 8 jam/hari (40
jam/minggu) di lingkungan yang mengandung konsentrasi refrigerant sama atau

8
TEKNIK REFRIGERASI 2014

kurang dari 400 ppm (part per million by mass). Sementara kategori B adalah
sebaliknya. Berdasarkan flammability, refrigerant dibagi atas 3 kelas, kelas 1,
kelas 2, dan kelas 3. Yang disebut kelas 1 jika tidak terbakar jika diuji pada tekanan
1 atm (101 kPa) temperature 18,30C. Kelas 2 jika menunjukkan keterbakaran yang
rendah saat konsentrasinya lebih dari 0,1 kg/m3 pada 1 atm 21.10C atau kalor
pembakarannya kurang dari 19 MJ/kg. Kelas 3 sangat mudah terbakar. Refrigerant
ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang dari 0,1 kg kg/m3 atau kalor
pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg. Berdasarkan defenisiini, sesuai standard 34-
1997, refrigerants diklassifikasikan menjadi 6 kategori, yaitu:
a. A1: Sifat racun rendah dan tidak terbakar
b. A2: Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah
c. A3: Sifat racun rendah dan mudah terbakar
d. B1: Sifat racun lebih tinggi dan tidak terbakar
e. B2: Sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah
f. B3: Sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar
Refrigerant dirancang untuk ditempatkan didalam siklus tertutup atau tidak
bercampur dengan udara luar. Tetapi, jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang
tidak diinginkan, maka refrigerant akan keluar dari system dan bisa saja terhirup
manusia. Untuk Menghindari hal -hal yang tidak diinginkan maka refrigerant harus
dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor yang Digunakan untuk
mengklassifikasikan refrigerant berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun
(toxicity) dan bersifat mudah terbakar (flammability). Berdasarkan toxicity,
refrigerants dapat dibagi dua kelas, yaitu kelas A bersifat tidak beracun pada
konsentrasi yang ditetapkan dan kelas B jika bersifat racun. Batas yang digunakan
untuk mendefinisikan sifat racun atau tidak adalah sebagai berikut (Arismunandar,
2005).
Refrigeran hidrokarbon dapat terbakar jika bercampur dengan udara pada
komposisi yang tepat dan titik nyalanya tercapai. Komposisi yang harus dihindari
ini adalah jika hidrokarbon berada pada posisi 2% - 10% volume. Kedua kondisi
ini, komposisi dan titik nyalanya, tidak boleh terjadi secara serentak baik didalam
system refrigerasi maupun diluar sistem (BKI, 2001).

9
TEKNIK REFRIGERASI 2014

BAB III
PEMBAHASAN

PT. Inti Luhur Fuja Abadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur


Dari Praktikum Teknik Refrigerasi yang telah kita lakukan di pabrik
pembekuan ikan PT. Inti Luhur Fuja Abadi yang berlokasi di Cangkringmalang,
Pasuruan, Jawa Timur. Di pabrik tersebut menggunakan sistem refrigerasi
kompresi. Mesin-mesin pada refrigerasi sistem kompresi tersebut adalah
kompresor, oil separator, kondensor, tangki penampungan (receiver), katup
ekspansi, evaporator, akumulator dan liquid separator. Kompresor berfungsi untuk
mengisap uap dari refrigerant. Oil separator berfungsi sebagai tempat perantara
uap refrigerant dari kompresor menuju kondensor, disini uap refrigerant dicampur
dengan minyak pelumas (oli) namun minyak pelumas ini ditahan di mesin oli
separator dan hanya uap refrigerant yang mengalir ke kondensor. Kondensor
berfungsi untuk menghilangkan panas dari uap refrigerant, disinilah uap refrigerant
diubah menjadi refrigerant cair untuk selanjutnya dialirkan ke tangki penampungan
(receiver). Receiver berfungsi sebagai tangki penampungan agar diperoleh
refrigerant cair dengan volume operasional sebelum akhirnya dialirkan ke
evaporator. Katup ekspansi berfungsi mengubah refrigerant cair menjadi kabut
sehingga akan lebih mudah menguap. Evaporator berfungsi untuk menghasilkan
udara dingin (misalnya pada Air Blast Freezer dan Cool Storage) dan mengubah
sifat refrigerant menjadi gas. Akumulator berfungsi mengisap uap refrigerant dari
evaporator kemudian dialirkan ke kompresor dan bersiklus begitu seterusnya.
Liquid separator merupakan fungsinya sama dengan oil separator, cairan setelah
dicampurkan akan tetap tertahan di mesin ini sedangkan uap refrigerant akan
terisap oleh kompresor.
Mesin pembekuan yang digunakan di PT. Inti Luhur Fuja Abadi adalah air
blast freezer (ABF). ABF dengan suhu -40°C yang berfungsi sebagai ruang untuk
proses pembekuan ikan dengan kapasitas 5-10 ton. Pada ABF transfer panas
berlangsung secara konveksi sehingga produk yang dibekukan tidak terjadi
freezing burn (gosong akibat pembekuan). Dan jenis refrigeran yang digunakan
adalah Freon (R22) CHClF = (Chlorodiflouromethane).

PT. HATNI, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

10
TEKNIK REFRIGERASI 2014

Pada proses pembekuan ikan Kuniran di PT. HATNI kabupaten Lamongan


Jawa Timur, mesin pembekuan yang digunakan adalah air blast freezer (ABF).
ABF dengan suhu -35°C sampai dengan -40°C yang berfungsi sebagai ruang
untuk proses pembekuan ikan dengan lama waktu 6-8 jam. PT. HATNI memiliki 4
unit ABF dengan kapasitas 8 ton per unit.
Prinsip kerja ABF adalah menggunakan penghembusan udara yang dingin
kedalam ruang pembekuan ikan. Ruang pembeku berbentuk suatu kamar yang
dilengkapi dengan pipa-pipa pendingin. Udara dihembuskan melalui pipa-pipa
pendingin ke ruang tersebut dengan kecepatan yang tinggi. Suhu udara dapat
diatur dengan menggunakan media amonia yang dialirkan melalui pipa-pipa
pendingin. Pipa pendingin diletakkan dipinggir dan ditengah ruangan.
Penghembusan udara dingin bertujuan untuk membuat aliran udara sehingga
pembekuan akan berlangsung cepat. Kecepataan aliran udara diatur dengan kipas
angin.
Adapun cara kerja ABF, yaitu pada evaporator, panas dari produk diambil
oleh bahan pendingin untuk merubah sifat bahan pendingin dari cair menjadi gas.
Kemudian kompresor menghisap bahan pendingin berbentuk gas pada evaporator
agar dapat berpindah ke kondensor. Pada kondensor panas bahan akan dibuang,
sehingga bahan pendingin akan kehilangan panas dan merubah sifatnya dari gas
menjadi cair kembali. Kemudian hasil pengembunan kondensor ini ditampung
dalam tangki penyimpanan bahan pendingin(receiver) dan ketika bahan pendingin
akan mengambil panas dari bahan, sifatnya akan dirubah oleh klep ekspansi dari
cairan menjadi kabut sehingga akan lebih mudah menguap, kemudian dikeluarkan
melalui pipa-pipa pendingin.
Pada prinsipnya mesin refrigerasi mekanik terdiri dari 4 fungsi yaitu:
Evaporasi, kompresi, Kondensasi dan ekspansi. Sesuai dengan fungsinya maka
komponen sistem refrigerasi mekanik terdiri dari : Evaporator, Kompresor,
Kondensor dan Katub ekspansi (katub pengontrol refrigerant). Disamping itu, agar
keempat fungsi tersebut dapat beroperasi sesuai keinginan maka diperlukan
sistem pengaturan (kontrol) baik secara elektrik, elektronik atau pneumatik
(Widodo dan Syamsuri, 2008).

11
TEKNIK REFRIGERASI 2014

Menurut Basri (2009), jenis jenis refrigerasi mekanik antara lain :


a. Kompresor
Salah satu jenis kompresor positif yang banyak digunakan untuk unit
kapasitas rendah adalah kompresor hermetic.sehingga kapasitas refrigerasi dapat
ditentukan dengan persamaan : Qe= m (h1– h4)
b. Kondensor
Kondensor merupakan salah satu alat penukar kalor yang berfungsi sebagai
tempat kondensasi. keseimbangan kalor pada kondensor dapat ditentukan
dengan persamaan : Qc= UAΔT = ma.Cp.(To– Ti)
c. Katup ekspansi
Katup ekspansi berfungsi untuk mengekspansikan secara adiabatis cairan
refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai
temperatur dan tekanan rendah, serta mengatur pemasukan refrigeran yang
disesuaikan dengan beban pendinginan yang akan dilayani oleh evaporator.
d. Evaporator
Evaporator merupakan alat penukar kalor yang memegang peranan penting
didalam siklus yaitu mendinginkan media sekitar.

12
TEKNIK REFRIGERASI 2014

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut :
 Refrigerasi merupakan suatu metode pengukuran suhu untuk menjaga suhu
tetap rendah
 Ada 2 macam refrigerasi yaitu refrigerasi mekanik yang termasuk
didalamnya yaitu kondensor, kompresor, dll, sedangkan refrigerasi non
mekanik tidak memerlukan alat tersbut untuk penggerakannya
 Secara umum refrigerasi dimulai dari proses kompresi, kondensasi,
pengurangan tekanan dan evaporasi
 Komponen refrigerasi terdiri dari kompresor, kondensor katup ekspansi dan
evaporator
 Coefficient of Performance merupakan keefektifan kerja mesin refrigerasi
 Refrigerant merupakan bahan yang digunakan untuk mendinginkan
contohnya seperti Freon (R12), NH3, dll.

4.2 Saran
Diharapkan dalam teknologi pendinginan untuk kedepannya dapat
menciptakan bahan pendingin dan teknologinya yang ramah lingkungan sehingga
dapat mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan juga dapat menjaga lingkungan
kita dari polusi pabrik

13
TEKNIK REFRIGERASI 2014

DAFTAR PUSTAKA

ACRIB. Air Conditioning and Refrigeration Industry Board (2001), “Guidelines for
the use of Hydrocarbon Refrigerants in Static Refrigeration and Air
Conditioning Systems”, United Kingdom.

Arif, Achmad Efendi. 2012. Perhitungan Beban Pendinginan , Pemilihan dan


Pemasangan Air Conditioning di Ruang Autocad. Universitas diponegoro.
Semarang.

Arismunandar, W., Saito. 2002. Penyegaran Udara. Edisi Ke-enam, PT. Pradnyaa
Paramita, Jakarta.

2005. Penyegaran Udara. Pradnya Paramita,


Jakarta.

Azis, Azridjal. 2001. Desain Evaporator Jenis Shell and Tube pada Mesin
Refrigerasi Siklus Kompresi Uap Hibrida. FT. UNRI, Pekanbaru.

2002. Refrigeran Hidrokarbon sebagai Alternatif Pengganti Refrigeran


Halokarbon. Jurnal Sains dan Teknologi. FT. UNRI. Pekanbaru.

Basri, Muhammad Hasan. 2009. Pengaruh Temperatur Kondensor Terhadap


Kinerja Mesin Refrigerasi Focus 808. Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
Palu.

Biro Klasifikasi Indonesia. 2001. Rules for Refrigerating Instalation. Jakarta.

Dalimunthe, Indra S. 2004. Pengantar Teknik Refrigerasi. Program studi Teknik


Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dossat, RJ. 2000. Principle of Refrigeration.


Fitriandi A. 2007. Karakteristik Bahan dan Aspek Lingkungan Refrigeran
Hidrokarbon. Bandung.

Hartanto, B. 2002. Teknik Mesin Pendingin. BKPI. Tegal.

Hasan, Sandi dan Saptowidodo. 2008. Sistem Refrigerasi dan Tata Udara jilid 2.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional

Hasan Basri,Muhammad. 2009. Pengaruh Temperatur Kondensor Terhadap


Kinerja Mesin Refrigerasi Focus 808 . Jurnal Smartek, Vol. 7, No. 1, Pebruari
2009: 62 – 68.

Indartono. 2006. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Edisi kedua. PT. Erlangga,
Jakarta.

Kusnandar,F.,Hariyadi, dan Syamsir,E. 2003. Sistem Pendinginan. Buku


Pengolahan Hasil Perikanan. Kanisius : Yogyakarta.

. 2009.Sistem Pendinginan. IPB. Bogor.

14
TEKNIK REFRIGERASI 2014

Permana, Budi Widya. 2010. Pola Aliran Bahan Baku Pada Proses Pembekuan
Ikan Kuniran (Nemipterus sp.) di PT. HATNI Kabupaten Lamongan Jawa
Timur. Laporan Praktikum Kerja Lapang Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan. FPIK UB. Malang.

Sinaga, Lobenymarkushezekiel . 2012. Kajian Aplikasi Pemanfaatan Efek Dingin


Tanah (Groundcooling) Untuk Pengkondisian Udara pada Sebuah Ruangan
dengan Luas Bangunan 68,31 m2 .Skripsi. Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara : Medan.

Stoecker, W.F. dan Jerold, J.W. 1994. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara
Edisi kedua. PT. Erlangga, Jakarta

Sumanto. 2001. Dasar - dasar Mesin Pendingin. Andi, Yogjakarta.

Sunanto, St. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Penggunaan Ejektor Dua Fase
Terhadap Unjuk Kerja Siklus Refrigerasi pada Mesin AC. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Tampubolon, Darwis dan Robert samosir. 2005. Pemahaman tentang Sistem


Refrigerasi. Jurnal Teknik Simetrika vol.4 no.1 April 2005: 312-316.
Politeknik Negeri Medan. Medan.

Widodo, Sapto dan Syamsuri Hasan. 2008. Sistem Refrigerasi Dan Tata Udara
Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai