Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

OLEH :

ANDI SUCI SETYAWATI

PEMBIMBING :

Dr.THEODORUS SINGARA, Sp.KJ(K)

(Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Andi Suci Setyawati

NIM : 10542058114

Judul : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik Bagian Ilmu Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, April 2018

Pembimbing

(dr.Theodorus Singara.Sp.KJ(K))
LAPORAN KASUS PSIKIATRI

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

I. DATA IDENTIFIKASI
No. Rekam Medik : 00146761
Masuk RS : UGD RSKD Dadi
Nama : Tn. Amiruddin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan/Pendidikan : SMP
Alamat : Lingkungan Rangas Barat Ds. Totoli Kec. Banggae Majene

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
 Keluhan dan Gejala :
Seorang laki-laki dibawa oleh keluarganya untuk kedua kalinya ke UGD
RSKD dengan keluhan mengamuk. Pasien gelisah, buang kotoran sembarangan,
merusak barang dan sering bicara sendiri. Pasien bisa makan dan minum sendiri,
tidur kurang, mandi sesekali, dan tidak mau memakai baju.
Awal perubahan perilaku pada tahun 2005, pasien suka bicara dan tertawa
sendiri, pasien gelisah, sering mondar-mandir. Pasien pernah dibawa ke UGD
RSKD pada tahun 2017 dengan keluhan yang sama. Pasien sudah tidak minum
obat kurang lebih 3 bulan. Pasien sempat dibawa ke puskesmas dan diberi obat
tapi tidak ada perubahan pada awal Januari 2018. Sebelum sakit, pasien adalah
orang yang mudah bergaul dan ramah.
 Hendaya/disfungsi:
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya Waktu senggang (+)
 Faktor stressor psikososial
Belum jelas.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat penyakit dulu
o Infeksi (-)
o Trauma (-)
o Kejang (-)
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
o Obat-obatan (-)
o Alkohol (-)
o Merokok (+) kadang menghabiskan 3 bungkus rokok dalam sehari
D. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya
(+) sebelumnya pernah dirawat 1 kali
E. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan (9 bulan), lahir dibantu oleh dukun di kampong. ASI
eksklusif. Pertumbuhan dan perkembangan baik.
2. Riwayat masa kanak Awal-Pertengahan
a. Usia 1 – 3 tahun
Pasien mendapatkan ASI dan memiliki pertumbuhan serta perkembangan baik,
dirawat oleh ibu kandungnya, berjalan dan berbicara sesuai umur.
b. Usia 3 – 5 tahun
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sering bermain bersama teman seusianya,
interaksi dengan keluarga baik.
c. Usia 6 – 11 tahun
Mengikuti kegiatan sekolah dengan baik, sering bermain dengan tetangga dan
teman sekolah.
3. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Hubungan dengan keluarga serta teman baik.
4. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat pendidikan : SMP
b. Riwayat Pekerjaan : Tidak bekerja
c. Riwayat Pernikahan : Belum menikah
d. Riwayat Keagamaan : Islam
e. Riwayat aktivitas sosial : Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul.
f. Riwayat keluarga
- Merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara(♀,♂,♂,♂,♂,♀,♂).
- Hubungan dengan keluarga yang lainnya baik
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
g. Situasi hidup sekarang : Pasien tinggal bersama orang tua dan saudaranya
h. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya:
Pasien merasa ingin diperhatikan, karena keluarga pasien tidak pernah menjenguk
selama dirawat.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki memakai baju bola, celana panjang, perawatan cukup,
perawakan sesuai umur.
2. Kesadaran:
Kualitas : Berubah
Kuantitas : E4M6V5 (Compos Mentis)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor:
Psikomotor tenang, pembicaraan spontan, lancar, intonasi sesuai.
4. Sikap terhadap pemeriksa :
Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Appropriate
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual (kognitif)


1. Taraf pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikannya (SMP)
2. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
3. Daya ingat
- Jangka panjang : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
 Halusinasi : Auditorik (+) mendengar bisikan untuk tidak mendengar
omongan setan dan orang lain. Visual (+) melihat orang turun dari pohon atau
langit.
 Ilusi : Tidak ditemukan
 Depersonalisasi : Tidak ditemukan
 Derealisasai : Tidak ditemukan
E. Pikiran
1. Arus pikiran : Cukup relevan
2. Isi pikiran : Waham persekutorik (+) pasien meyakini ada yang ingin
menyakiti pasien. Delusion of control (+) pasien merasa
saat berbicara tidak dikendalikan olehnya sendiri.
3. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
F. Pengendalian impuls :
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik (Tidak Terganggu)

G. Daya nilai dan tilikan


1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Terganggu
4. Tilikan : Derajat 2
(Pasien sedikit menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh
bantuan namun dalam waktu yang bersamaan juga
menyangkal bahwa ia sakit)

H. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


Status Internus
TD : 120/70 mmHg
N : 82x/m
P : 29x/m
S : 37,2 0C
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normocephal
- Konjungtiva : Konjungtivitis (-), Anemia (-)

Status Neurologis :

GCS E4M6V5 (Compos mentis)


V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki dibawa oleh keluarganya untuk kedua kalinya ke UGD RSKD
dengan keluhan mengamuk. Pasien gelisah, buang kotoran sembarangan, merusak
barang dan sering bicara sendiri. Pasien bisa makan dan minum sendiri, tidur kurang,
mandi sesekali, dan tidak mau memakai baju.
Awal perubahan perilaku pada tahun 2005, pasien suka bicara dan tertawa sendiri,
pasien gelisah, sering mondar-mandir. Pasien pernah dibawa ke UGD RSKD pada
tahun 2017 dengan keluhan yang sama. Pasien sudah tidak minum obat kurang lebih
3 bulan. Pasien sempat dibawa ke puskesmas dan diberi obat tapi tidak ada
perubahan pada awal Januari 2018. Sebelum sakit, pasien adalah orang yang mudah
bergaul dan ramah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan status mental, pasien laki-laki 31 tahun,
perawakan sesuai umur, memakai baju bola dan celana panjang. Pasien kooperatif
dan tenang, kesadaran berubah, pembicaraan spontan, lancar, intonasi sesuai.
Keadaan afektif mood eutimia, afek appropriate, empati tidak dapat dirabarasakan.
Fungsi intelektual dalam orientasi baik, daya ingat baik, konsentrasi dan perhatian
baik, pikiran abstrak baik, terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual, serta depersonalisasi. Terdapat waham persekutorik. Penilaian realitas
terganggu.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (BERDASARKAN PPDGJ III)


a. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya

gejala klinis yang bermakna berupa perubahan pola tingkah laku yaitu mengamuk,

melempar barang, buang kotoran sembarangan, dan berbicara sendiri. Keadaan ini

menyebabkan pasien merasa terganggu (distress) sehingga sulit melakukan aktivitas

seperti biasa (disability). Oleh karena itu dapat digolongkan sebagai Gangguan

Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat dalam

menilai realita berupa waham persekutorik, depersonalisasi, halusinasi auditorik dan

halusinasi visual sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya

kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat menimbulkan

gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan dan pasien dapat

didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya beberapa gejala yaitu

halusinasi auditorik, halusinasi visual, depersonalisasi, dan waham persekutorik

dengan perlangsungan lebih dari 1 bulan sehingga berdasarkan PPDGJ-III pasien

didiagnosis sebagai Gangguan Skizofrenia. Pada pasien ini gejala halusinasi dan

waham lebih menonjol sehingga berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis

gangguan jiwa (PPDGJ-III) diagnosis diarahkan pada Gangguan Skizofrenia

Paranoid (F20.0).

b. Aksis II : Ciri kepribadian tidak jelas.


c. Aksis III : Tidak ditemukan
d. Aksis IV : Stressor tidak ada
e. Aksis V : GAF Score 50-41 berupa gejala berat, disabilitas berat

VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam.

Faktor Pendukung

1. Tidak adanya kelainan organik dan neurologik


2. Tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami gejala-gejala yang sama
Faktor Penghambat

1. Stressor tidak ada


2. Perlangsungan penyakit yang sudah lama (kurang lebih 1 tahun)

Berdasarkan faktor – faktor diatas dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien adalah Dubia
ad Bonam.

VIII. RENCANA TERAPI


1. Psikofarmaka :
- R/ Haloperidol 5 mg (3 x 1)
- R/ Clozapine 25 mg (0-0-1)

2. Psikoterapi
Supportif dengan dukungan keluarga agar lebih memperhatikan dan memberikan
dukungan kepada pasien serta lebih memperhatikan keteraturan pasien dalam meminum
obat.

3. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang
gangguan yang dialami pasien, sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan
yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan
kunjungan berkala.

IX. DISKUSI
Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan. Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia
biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Gejala skizofrenia yang paling
menonjol adalah waham dan halusinasi. Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype
berdasarkan variabel kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi,
skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks,
depresi pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak tergolongkan.1,2
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Didapatkan dua gejala atau lebih di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama
kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
- Waham
- Halusinasi
- Inkoherensia
- Tingkah laku katatonik
- Gejala-gejala negative seerti emosi, dan lain-lain.
b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan mengganggu fungsi level
satu atau dua lebih area seperti pekerjaan, hubungan dengan relasi atau diri sendiri.
c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan
d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak sering
e. Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yan mendasar dan khas,
dan adanya efek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ-III) membagi symptom skizofrenia
dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk
diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menurut PPDGJ III antara lain;3
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):3
a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya
berbeda;
Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity”, yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)
khusus; persepsi delusional;
c. Halusinasi suara (auditorik) yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar
serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau
politik, atau kekuatan dan kemampuan “manusia super” (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas dalam kurun
waktu satu bulan atau lebih;
a. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas apabila disertai baik oleh waham
yang mengembang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus-menerus;
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativism, mutisme dan stupor;
d. Gejala-gejala negative seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang
terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnyakinerja sosial,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika;
e. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi
yang lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama
kali sebagai gangguan psikosis fungsional.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status
mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan diagnosis
Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah tipe paling stabil dan paling sering.
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan:
1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang mengancam
pasien atau member perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa.
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
3. Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau
“passivity” dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang
paling khas.

Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak
sesuai dengan wahamnya.3

Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan-keluhan dan


mencegah kambuhnya pola perilaku maladaptive atau gangguan psikologik. Psikoterapi
dapat diberikan secara individual, kelompok, atau pasangan sesuaidengan gangguan
psikologis yang dialaminya. Efek obat anti-psikosis secara relative berlangsung lama,
sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis, sehingga tidak
langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian
baru gejala sindrom psikosis kambuh kembali.4

Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom psikosis anti-psikosis


tipikal dan atipikal. Tipikal mencakup golongan phenothiazine, butyrophenon, diphenyl
butyl piperidine dan atipikal mencakup golongan benzamide, dibenzodiazepine,
benzisoxazole. Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade dopamine
pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbic dan sistem
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif
sedangkan anti-psikosis atipikal untuk gejala positif dan negatif.4

Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat anti-psikosis
tipikal yaitu Haloperidol merupakan obat golongan butyrophenon yang menurunkan
ambang rangsang konvulsi, memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta dan
sama-sama memiliki efek sedatif. Haloperidol selain menghambat efek dopamine juga
bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal syndrome yang insidensnya cukup tinggi. Clozapine yang merupakan
antipsikotik atipikal golongan benzodiazepine memiliki efek samping sedative yag tinggi
sehingga digunakan utnuk menenangkan pasien.5

Pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk yang tidak diketahui penyebabnya,
pasien sering mendengar suara-suara yang mengganggunya sehingga pemberian obat ini
dapat menenagkan pasien agar suara-suara yang didengar berkurang atau hilang dan
pasien dapat tenang beristirahat.4,5

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, dinilai dari faktor pendukung ke
prognosis buruk yaitu onset kronik dan sering kambuh, pasien usia muda, dan pernah
putus obat sebelumnya. Faktor pendukung ke prognosis baik yaitu tidak ada kelainan
organik dan riwayat yang sama dalam keluarga tidak ada.
AUTOANAMNESIS

Dokter Muda (DM), Pasien (P)

DM : Assalamualaikum pak.

P : Waalaikumsalam dok.

DM : Permisi, pak saya dokter muda yang bertugas disini, nama saya Andi Suci. Siapa nama

ta pak?

P : Amiruddin dok.

DM : Pak kita tauji sekarang lagi ada dimana?

P : Tau dok, di rumah sakit jiwa dok.

DM : Kenapa bisa kita dibawa kesini pak?

P : Untuk berobat dok.

DM : Berarti kita tau sakit apa ki pak?

P : iya dok sakit jiwa ka.

DM : Kenapa bisa kita sakit jiwa pak?

P : Karena saya sering onani di kamar dok. Setiap lihat film porno dengan temanku, saya

tidak tau apa yang harus saya lakukan. Saya sakit jiwa toh, terus habis obatku jadi saya

kesini untuk berobat, putus-putus ka berobat di rumah tapi jangka 1 bulan ji.

DM : Tidak pernah ji kita mengamuk Pak?

P : Saya pernah melempar barang di polsek di lingkungan Rangas Barat, saya pura-pura ji

biar bisa dipahami keberadaanku di polsek.

DM : Kenapa bisa kita mengamuk kah Pak?

P : Rumahku kan bersampingan dengan polsek, terus melempar ka di polsek biar bisa ditau

keberadaanku. Terus di sana dikasih bicara-bicara mi supaya bisa sa sehat kembali.


DM : Pak pernah kita dengar suara bisik-bisik di telinga ta yang orang lain tidak dengar?

P : Iya, setiap saat, dia bilang jangan dengarkan omongan setan, omongannya orang lain,

supaya bisa punya pendirian.

DM : Lalu pernah tidak kita lihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat Pak?

P : Iya, saya biasa lihat orang turun dari pohon, dari langit, tapi saya lupa bagaimana

pakaiannya.

DM : Pernah kita rasa badan ta bergerak sendiri yang bukan kita yang kendalikan?

P : Iya, kayak sekarang ini saya bicara bukan saya yang kendalikan

DM : Siapa yang kendalikan kalo begitu Pak?

P : Allah yang kendalikan

DM : Pak, ada kita rasa orang yang kejar-kejar atau buntuti kita?

P : Iye, ada organisasi sistem teknologi canggih dari Jepang yang kejar-kejar ka

DM : Kenapa bisa kita dikejar-kejar sama organisasi itu?

P : Karena dia musuhan sama saya, mungkin dia tidak suka saya atau mau bunuh saya

DM : Bagaimana perasaan ta hari ini Pak?

P : Saya sebenarnya lagi sedih

DM : Sedih kenapa Pak?

P : Saya sedih karena saya ingin pulang tapi belum ada penjemputku. Saya mau pulangmi,

sudah 1 bulan di sini.

DM : Bagaimana hubungan ta sama keluarga ta Pak?

P : Baikji dok

DM : Kalau hubungan ta sama temannya kita bagaimana?

P : Baik-baikji
DM : Pak makan apa ki tadi pagi? Coba sebutkan

P : Nasi, sama tahu, dengan pisang, ayam juga

DM : Pendidikan terakhir ta apa Pak?

P : SMP kelas 1, tidak sampai selesai

DM : Kita tinggal di rumah sama siapa saja Pak?

P : Ada 5 orang, saya, orang tuaku, kakakku sama adekku

DM : Pak kalau misalnya toh kita lagi berada di tengah jalan, terus lihatki paku di tengah jalan

dan banyak orang yang mau lewat di jalan itu, apa yyang akan kita lakukan Pak?

P : Saya ambil, lalu disimpan di tempat yang aman

DM : Tauki apa artinya tenda biru Pak?

P : Iye, pengantin

DM : Kalau artinya panjang tangan apa Pak?

P : Panjang tangan artinya pencuri

DM : Oh iye terima kasih pak infonya


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
2. Elvira S, Hadisukanto G. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
4. Maslim, R. (2014). Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik, edisi 3. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
5. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. (2011). Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai