Anda di halaman 1dari 2

PROSEDUR KLINIS PERTUSIS

No. Dokumen : SOP-230/UKP-BPU/PANCORAN

SOP No. Revisi : 00


Tanggal terbit : 16 Agustus 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
KECAMATAN drg. Melvin Sijabat
KEPALA PUSKESMAS : NIP : 196408141998031004
PANCORAN

1. Pengertian 1. Pertusis adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang sangat menular ditandai
dengan suatu sindrom yang berupa batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi karena penderita berupaya keras untuk menarik nafas
sehingga pada akhir batuk sering disertai bunyi yang khas (whoop).
2. Faktor Resiko
2.1. Siapa saja dapat terkena pertusis
2.2. Orang yang tinggal di rumah yang sama dengan penderita pertusis
2.3. Imunisasi amat mengurangi risiko terinfeksi, tetapi infeksi kembali dapat terjadi
3. Diagnosis :
3.1 Anamnesa
3.1.1 Stadium Kataralis (stadium prodormal)
Lamanya 1-2 minggu. Gejalanya berupa : infeksi saluran pernafasan atas
ringan, panas ringan, malaise, batuk, lacrimasi, tidak nafsu makan dan
kongesti nasalis.
3.1.2 Stadium Akut paroksismal (stadium spasmodik)
Lamanya 2-4 minggu atau lebih. Gejalanya berupa : batuk sering 5-10 kali,
selama batuk pada anak tidak dapat bernafas dan pada akhir serangan
batuk pasien menarik nafas dengan cepat dan dalam sehingga terdengar
yang berbunyi melengking (whoop), dan diakhiri dengan muntah.
3.1.3 Stadium konvalesen
Ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah. Batuk biasanya menetap
untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar 2-3 minggu. Batuk
lama ( dahak / tidak berdahak ) selama 2 – 3 minggu.
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.2.1 Batuk berat yang berlangsung lama
3.2.2 Batuk disertai bunyi “whoop”
3.2.3 Muntah
3.2.4 Sianosis
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.3.1 Pemeriksaan apusan darah tepi, ditemukan leukositosis dan limfositosis
relatif
3.3.2 Kultur
4 Komplikasi
4.1 Pneumonia
4.2 Enchepalitis
4.3 Malnutrisi
5 Penatalaksanaan

Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan Pancoran
5.1 Pemberian makanan yang mudah ditelan, bila pemberian muntah sebaiknya
berikan cairan elektrolit secara parenteral
5.2 Pemberian Oksigen via nasal kanul
5.3 Pemberian Antibiotik: Eritromisin 30 – 50 mg/kgBB 4 x sehari atau Kotrimoksasol 6
– 8 m g / kgBB / hari dibagi menjadi 2 dosis / hari
5.4 Pemberian Antitusif: ambroksol 0,5 mg / kgBB/ kali, dll
5.5 Pemberian bronkodilator: Salbutamol dengan dosis 0,3-0,5 mg / kg BB/hari dibagi
menjadi 3 dosis ( Bila sesak )
5.6 Edukasi diberikan kepada individu dan keluarga mengenai pencegahan rekurensi
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam penatalaksanaan Pertusis di Puskesmas Kecamatan
Pancoran.
3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 180 Tahun 2016 tentang Jenis-Jenis
Pelayanan yang ada di Puskesmas Kecamatan Pancoran
2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 347 Tahun 2016 tentang Penyusunan
Rencana Layanan Medis
3. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 262 Tahun 2016 tentang Hak dan
Kewajiban Pengguna
4. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 365 Tahun 2016 tentang Layanan Klinis
yang menjamin Kesinambungan Layanan
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Pelayanan Primer
5. Langkah-langkah 1. Perawat melakukan pengukuran tekanan darah, dan suhu badan pasien.
2. Dokter melakukan anamnesa terarah, pemeriksaan fisik.
3. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang : Laboratorium dan Rontgen Thorax PA
( untuk menyingkirkan diagnosis banding ).
4. Dokter mendiagnosa Pertusis.
5. Dokter memberikan tata laksana / resep sesuai dengan diagnosis.
6. Dokter memberikan edukasi mengenai penyakit Pertusis dan menjelaskan tentang
rencana pengobatan.
7. Dokter melakukan rujukan jika sudah terjadi komplikasi dan keadaannya semakin berat.
8. Petugas melakukan dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
6. Unit Terkait Poli Sehati, Poli TB, Poli Balita Sakit, Pelayanan 24 jam, Poli Handayani, Poli DM

2/2

Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan Pancoran

Anda mungkin juga menyukai