Anda di halaman 1dari 5

8 Bukti Teori Relativitas Einstein dalam

Kehidupan Nyata
Sains

By Elin Yunita Kristanti

Link : http://news.liputan6.com/read/2142148/8-bukti-teori-relativitas-einstein-dalam-
kehidupan-nyata

on 03 Des 2014 at 15:45 WIB

18Shares

Albert Einsten

Liputan6.com, Jakarta - Relativitas adalah salah satu teori ilmiah paling terkenal dari Abad ke-
20. Namun, hanya sedikit dari kita yang memahami dan menyadari bahwa penjelasannya
terpampang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Teori Relativitas adalah buah pikiran manusia cerdas, ilmuwan Fisika teoretis jenius, Albert
Einstein pada tahun 1905. Pada prinsipnya merupakan gagasan bahwa hukum fisika adalah sama
di mana pun.
Hukum fisika yang berlaku di Bumi, berlaku juga di seluruh jagat raya.

Teori tersebut juga menjelaskan perilaku objek dalam ruang dan waktu, yang juga bisa
digunakan untuk memprediksi banyak hal -- dari eksistensi lubang hitam (black hole),
melengkungnya cahaya oleh pengaruh gravitasi, hingga sifat Planet Merkurius pada orbitnya.

Teori tersebut bisa dipahami secara sederhana. Meski sejatinya sangat rumit dan bikin mumet.
Pemahaman pertama, bahwa tidak ada kerangka acuan 'mutlak'. Setiap saat ketika kita mengukur
kecepatan, momentum, atau pengalaman terhadap waktu sebuah objek, itu selalu dalam
kaitannya dengan sesuatu yang lain.

Kedua, cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua
pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat. Yang ketiga, bahwa
tak ada yang melampaui kecepatan cahaya.

Implikasi dari teori tersebut sangat besar. Jika kecepatan cahaya selalu sama, 300.000.000
m/detik, itu berarti pesawat yang membawa astronot bergerak sangat cepat relatif terhadap Bumi.
Dari sudut pandang pengamat di Bumi, waktu astronot melambat. Sebuah fenomena yang
disebut 'dilatasi waktu'.

Juga akan terjadi 'kontraksi panjang' di mana pesawat yang membawa para penjelajah angkasa
terlihat seperti memanjang bagi para pengamat di Bumi. Sementara, bagi astronot yang ada di
dalamnya, semua berjalan normal. Tak ada yang berbeda.

Tak perlu jauh-jauh ke luar orbit Bumi atau membuat pesawat yang bisa melaju dengan
kecepatan nyaris menyamai kecepatan cahaya untukl melihat efek relativitas. Nyatanya sejumlah
instrumen yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari membuktikan teori Einstein benar
adanya.

1. Global Positioning System (GPS)

Agar navigasi GPS dalam mobil berfungsi secara akurat, satelit -- yang menjadi pusat
informasinya -- harus menggunakan relativitas dalam kerjanya.

Sebab, meski tak bergerak secepat kecepatan cahaya, namun satelit bergerak sangat cepat. Satelit
juga mengirimkan sinyal ke stasiun Bumi. Stasiun-stasiun tersebut -- juga GPS dalam mobil
Anda -- mengalami percepatan yang lebih tinggi akibat pengaruh gravitasi dari satelit di orbit.

Agar akurat, satelit menggunakan jam dengan akurasi hingga beberapa miliar detik (nanodetik).
Karena satelit mengorbit pada ketinggian 12.600 mil atau 20.300 km di atas Bumi dan bergerak
dengan kecepatan 6.000 mil/jam atau 10 ribu km/jam maka akan terjadi dilatasi waktu relatif
sekitar 4 mikrodetik per hari. Ditambah efek gravitasi, dilatasi bisa bertambah sekitar 7
mikrodetik atau 7000 nanodetik.

Meski terlihat sepele, perbedaannya sangat nyata. Seandainya tak ada efek relativistik, informasi
GPS yang menyebut jarak ke SPBU atau tempat pengisian BBM adalah 0,8 km. Pada hari
berikutnya, di titik yang sama, GPS akan menyebut jaraknya menjadi 5 mil atau 8 km!

2. Elektromagnet

Magnet adalah efek relativistik. Dan kerja generator yang menghasilkan listrik adalah bukti
nyata dari Teori Relativitas.

Kumparan kawat yang bergerak pada medan magnet bisa menghasilkan arus listrik. Partikel
bermuatan dalam kawat dipengaruhi perubahan medan magnet -- yang memaksanya bergerak
dan menghasilkan arus listrik.

Namun, saat kawat diam pada medan magnet, ternyata arus listrik masih timbul, bukan
sebaliknya. Itu membuktikan tak ada kerangka acuan yang 'mutlak'.

Thomas Moore, dosen Fisika dari Pomona College di Claremont, California menggunakan
prinsip relativitas untuk mendemonstrasikan Hukum Faraday, yang menyebut bahwa medan
magnet yang berubah menimbulkan arus listrik, adalah benar.

"Karena itu adalah prinsip dasar trafo dan generator listrik, siapapun yang menggunakan listrik
akan mengalami efek relativitas," kata dia.

3. Warna Kuning Emas

Kebanyakan logam mengkilap karena elektron-elektron pada atomnya melompat dari tingkat
energi atau 'orbital' yang berbeda.

Sejumlah partikel cahaya atau foton yang mengenai logam akan terserap dan dipancarkan
kembali dengan gelombang yang lebih panjang.

Emas memiliki atom yang berat. Jadi, elektronnya bergerak cukup cepat dan membuat
peningkatan massa relativistik yang signifikan. Sehingga, elektron berputar di sekitar inti atom
atau nukleus dengan jalur yang lebih pendek, namun dengan momentum yang lebih besar.

Elektron dalam orbital membawa energi yang lebih dekat dengan energi elektron terluar, dan
panjang gelombang yang bisa diserap dan dipantulkan lebih panjang.

Panjang gelombang cahaya yang lebih panjang berarti, sejumlah cahaya yang terlihat --yang
biasanya hanya terefleksi -- juga terserap di ujung spektrum biru.

Cahaya putih adalah percampuran semua warna pembentuk pelangi. Namun, dalam kasus emas,
saat cahaya terserap dan terpancar kembali dengan gelombang cahaya yang biasanya lebih
panjang. Itu berarti percampuran cahaya yang kita lihat memiliki warna biru dan ungu yang
kurang.
Itu yang membuat emas berwarna kuning sebab kuning, oranye, dan merah memiliki gelombang
lebih panjang dari biru.

4. Emas tak gampang berkarat

Efek relativistik pada elektron emas adalah salah satu alasan mengapa logam itu tak berkarat dan
tidak gampang bereaksi terhadap segala sesuatu.

Emas hanya memiliki 1 elektron di kulit terluarnya, namun tak sereaktif kalsium atau lithium.
Sebaliknya, elektron pada emas lebih 'berat' dari yang seharusnya dan lebih dekat dengan inti
atomnya.

5. Merkuri atau raksa berbentuk cair

Meski berstatus sebagai 'logam', merkuri atau raksa berbentuk cairan. Unsur kimia yang
memiliki simbol Hg itu juga punya atom yang berat -- seperti halnya emas, dengan elektron yang
berada dekat inti atau nucleus karena penambahan kecepatan dan massa.

Pada merkuri, ikatan antar atomnya sangat lemah, sehingga zat tersebut gampang meleleh pada
temperatur yang lebih rendah. Kita biasanya melihatnya sebagai cairan.

6. TV jadul

Beberapa tahun lalu, kebanyakan televisi dan monitor memiliki layar tabung sinar katoda -- yang
bekerja dengan cara menempakkan elektron pada permukaan fosfor dengan magnet besar.

Masing-masing elektron menyalakan pixel saat mengenai belakang layar dan memunculkan
gambar bergerak hingga 30 persen kecepatan cahaya. Dalam kasus tersebut, efek relativistik
terlihat jelas adanya.

7. Cahaya

Jika teori Isaac Newton benar, maka niscaya penjelasan tentang cahaya yang kita miliki akan
berbeda sama sekali.

"Tak hanya magnetik, cahaya pun tak akan ada. Sementara relativitas mengharuskan adanya
perubahan medan elektromagnetis pada kecepatan yang terbatas, bukan seketika," kata Moore.

Jika persyaratan itu tak ada, perubahan pada medan listrik akan terjadi seketika, bukan melalui
gelombang elektromagnetik -- di mana manetik dan cahaya tak akan diperlukan.

8. Pembangkit Tenaga Nuklir dan Supernova

Relativitas adalah salah satu alasan di mana massa dan energi bisa dikonversi menjadi satu sama
lain -- yang menjelaskan bagaimana pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) beroperasi, juga
mengapa Matahari menyinari siang. Efek lain yang tak kalah penting adalah ledakan supernova:
sinyal kematian sebuah bintang.

"Supernova ada karena efek relativistik melampaui efek kuantum dalam inti bintang yang besar,
yang memungkinkan bintang itu meledak secara tiba-tiba dan menjadi bintang neutron yang jauh
lebih kecil dan lebih keras," kata Moore.

Saat supernova, lapisan luar bintang merangsek masuk ke inti dan memicu ledakan raksasa yang
menciptakan elemen yang lebih berat dari besi.

Jika tak ada relativitas, bintang-bintang raksasa yang menua tak akan meledak dan menjadi katai
putih (white dwarf).

Katai putih dianggap sebagai titik akhir dari evolusi suatu bintang dan merupakan inti bintang di
mana reaksi fusi berlangsung. Atau dengan kata lain, bentuk akhir bintang setelah terbakar habis
alias mati. (Ein/Riz)

Anda mungkin juga menyukai