Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan
dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya
aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem
aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran
ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat
menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah
(seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis)
; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan,
alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena
perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah
menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera
kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran
dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang
menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik
(alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau
pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri
(unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang
lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik
(alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon
(unresponsiveness).
Apatis. Pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
Delirium. Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur-bangun yang
terganggu. Pasien tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta
Somnolen (letargie). Keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tapi bila
rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali.
Sopor (Stupor). Keadaan mengantuk yang dalam. Bisa dibangunkan dengan rangsang kuat
(rangsang nyeri), tapi pasien tidak bangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawabab
verbal dengan baik.
Semi Koma. Penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap rangsang verbal,
dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tapi reflex (kornea, pupil) masih baik. Respon nyeri
tidak adekuat.
Koma. Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak daa
respon terhadap rangsang nyeri.
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat
kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma. Teknik penilaian
dengan ini terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah
diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon motorik terbaik, dan respon verbal.
Setiap penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15.
Interpretasi atau hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam
simbol E…V…M…
Hay guys semangatkan? nguap, oke lanjut kita bahas jenis-jenis atau macam-macam
pernafasan pada manusia, simak nih!
1. Pernapasan Dada
2. Pernapasan perut
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih
• Suara nafas normal :
a) Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara
yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
b) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
1. Crackles
Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali jalan napas yang
menutup. Terdengar selama : inspirasi.
Krekels kasar
Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong.
Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah
ketika klien batuk.
2. Wheezing (mengi)
Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama :
inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat
dihilangkan dengan batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan
dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik).
Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan
iritan terhadap bronkus.
3. Ronchi
Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi.
Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi :
sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor.
Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi
disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada
asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat
juga terdengar waktu inspirasi.
Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli
atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat
disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki
kasar misalnya pada bronkiekstatis.
Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang
rendah, sonor. Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.
Adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga permukaan
pleura menjadi kasar.
Karakter suara : kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama : akhir inspirasi dan
permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada
permukaan anterior lateral bawah toraks.
Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga, jelas terdengar pada akhir
inspirasi dan permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura. Bunyi ini
dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan
tuberculosis
http://www.lenterabiru.com/2010/01/suara-paru-normal-dan-abnormal.htm
MASALAH KESEIMBANGAN ASAM-BASA
1. Asidosis Respiratori
• Asidosis Respiratori ini terjadi karena kegagalan sistem pernafasan dalam membuang CO2
dari cairan tubuh. Hal ini menimbulkan kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2 arteri
diatas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35
• Penyebab : Penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat
pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll)
2. Alkalosis Respiratori
• Alkalosis Respiratori ini terjadi karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang
lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO2 arteri <35 mmHg,
pH >7,45.
• Penyebab : Hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin,
pneumonia dan emboli paru.
3. Asidosis Metabolik
• Asidosis Metabolik ini terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.
pH arteri < 7,35, HCO3 menurun dibawah 22 mEq/L
• Gejala : pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
4. Alkalosis Metabolik
• Alkalosis Metabolik ini terjadi karena kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada
cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/L dan pH arteri >7,45
• Penyebab : mencerna sebagian besar basa (misalnya BaHCO3, antasida, soda kue) untuk
mengatasi ulkus peptikum atau rasa kembung.
• Gejala : apatis, lemah, gangguan mental, kram dan pusing.
http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/masalah-keseimbangan-asam-basa/