Anda di halaman 1dari 5

Periodontitis merupakan penyakit inflamasi yang menyerang struktur

jaringan lunak dan jaringan keras pendukung gigi yang disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme spesifik (Newman et al., 2015). Periodontitis dapat disebabkan

oleh bakteri anerob gram negatif seperti Porphyromonas gingivalis (P.G),

Provetella intermedia (P.I),Actinomyces viscosus (A.V), Treponema denticola

(T.D) dan Tanerella forsythia (T.F) (Sheridan et al., 2015; Sriyono dan Andriani,

2013; Rustam et al., 2016)

Periodontitis dapat menimbulkan kerusakan progresif dari ligamen

periodontal dan tulang alveolar ditandai dengan pembentukan poket, resesi,

resorpsi tulang dan kerusakan jaringan lunak yang dapat mengurangi dukungan di

sekeliling akar gigi sehingga menimbulkan mobilitas dan menyebabkan gigi

terlepas dari soket (Sheridan et al., 2015; Fadhilah et al., 2016; Newman et al.,

2015; Tanna et al., 2013).

Studi epidemiologi menunjukkan penyakit periodontal lebih banyak terjadi

pada kelompok usia lebih tua daripada kelompok muda. Hal ini merupakan akibat

dari kerusakan jaringan kumulatif seumur hidup yang mempengaruhi kerentanan

periodontal. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala Situmorang tentang profil

penyakit periodontal di Kota Medan pada kelompok umur 15- 65 tahun

menunjukkan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada seluruh kelompok

umur cukup tinggi yaitu 96,58%, bahkan pada kelompok umur 45-65 tahun

prevalensinya mencapai 100%. Menurut tingkatan kondisi jaringan periodontal

menunjukkan hanya 3,42% yang mempunyai jaringan periodontal sehat, 66,95%

responden mempunyai karang gigi, 18,23% mempunyai pocket sedalam 4 – 5


mm, dan 6,84% mempunyai pocket 6 mm. Survei nasional di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa penyakit periodontal lebih menonjol pada laki-laki daripada

perempuan, diduga karena perbedaan perilaku, seperti merokok maupun higiene

individu. Dilaporkan bahwa di Amerika, lakilaki memiliki kesehatan mulut dan

kalkulus lebih buruk dibanding perempuan (Kriswiharsi, 2011).

Periodontitis terbagi menjadi 3 tahap, yaitu early periodontitis, moderate

periodontitis dan advance periodontitis. Early periodontitis dapat ditandai dengan

goyangnya gigi bahkan tanggal, napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut yang

menetap, akar gigi terbuka dan sensitif terhadap panas dan dingin, poket antara

gigi dan gingiva telah mencapai kedalaman 6 mm. Moderate periodontitis dapat

ditandai dengan abses pada gingiva mulai terbentuk, gigi terlihat lebih panjang

akibat gingiva yang mulai mengalami resesi, gigi depan mulai bergeser dan

terbentuk diastema, napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut dan poket antara

gigi dan gingiva kira-kira sedalam 4-6 mm. Advance periodontitis ditandai

dengan gigi goyang bahkan tanggal, napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut

yang menetap, akar gigi terbuka dan sensitif terhadap panas dan dingin, dan Poket

antara gigi dan gingiva telah mencapai kedalaman 6 mm (Herawati, 2011)

Perawatan periodontitis terbagi menjadi 3 fase yaitu: Fase 1 (terapi insial)

merupakan fase dengan cara menghilangkan faktor etiologi tanpa tindakan bedah

atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Prosedur yang dilakukan pada

fase 1: memberikan pendidikan tentang kontrol plak, scalling dan root planning

perawatan karies dan lesi endodontik, menghilangkan restorasi gigi yang over

kontur dan over hanging, penyesuaian oklusi , spilinting temporer pada gigi yang
goyang dan reavaluasi status periodontal setelah perawatan diatas. Fase II (Terapi

Korektif) yaitu koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal,

kehilangan gigi. Prosedur yang dilakukan: Bedah periodontal, penyesuaian

oklusi, pembuatan restorasi tetap dan alat protestik yang ideal untuk kehilangan

gigi. Fase III (Terapi pemeliharaan) untuk mencegah terjadinya kekambuhan

pada penyakit periodontal. Prosedur yang dilakukan pada fase ini: Riwayat medis

dan riwayat gigi pasien, reevaluasi kesehatan periodontal setiap 6 bulan sekali

dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dasn

mobilitas gigi, melakukan radigrafi untuk mengetahui perkembangan periodontal

dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali dan scalling dan polishing tiap 6

bulan sekali (Quamilla, 2016; Wangsarahardja, 2005).


DAFTAR PUSTAKA

1. Newman, Takei, Klokkevold, & Carranza. (2015). Clinical

Periodontology. Canada: Julie Eddy.

2. Sheridan, R. A., Wang, H. L., Eber, R., & Oh, T. J. (2015). Sistemic

Antibiotic Commonly Used Adjunctively in Periodontal Disease. 17(4):,

123-134.

3. Sriyono, R. A., & Andriani, I. (2013). Daya Antibakteri Ekstrak Etanol

Kulit Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) Terhadap Bakteri

Porphyromonas Gingivalis. 2(2):, 76-82.

4. Rustam, A., Tatengkeng, F., Fahruddin, A. M., & Djas, A. I. (2017).

Kombinasi Perancah Silk-Fibroin dari Kepompong Ulat Sutera (Bombyx

Mori) dan Konsentrat Platelet Sebagai Inovasi Terapi Regenerasi Tulang

Alveolar. 6(3), 107-115.

5. Seymour GJ, Ford PJ, Cullinan MP, Leishman S, Yamazaki K. Relation

between periodontal infections and systemic disease. Journal compilation

European Society of Clinical Microbiology and Infectious Disease.

2007;13:3-10.

6. Tanna, N. K., Marjorie, K., & Jeffcoat. (2013). Actonel (Risedronate)

Therapy for the Maintenance of Alveolar Bone in Adult Chronic

Periodontitis. 5(7):, 12-17.


7. Fadhilah, N., Irhamni, & Jalil, Z. (2016). Sintesis Hidroksiapatit yang

Berasal dari Tulang Sapi Aceh. 5(2):, 19-21.

8. Herawati. Terapi kombinasi root debridement dan antibiotik terhadap

periodontitis agresif. MAJ KED GI. 2011. 18(2): 200-204.

9. Wangsarahardja, Kartika. Penyakit Periodontal Sebagai Faktor Resiko

Penyakit Jantung Koroner. 2005. 25 (3). Jakarta.

10. Quamilla. Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). J Syiah

Kuala Dent Soc, 2016. 1(2): 161-168.

Anda mungkin juga menyukai