Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN

MULUT TERHADAP DERAJAT KESEHATAN GIGI PADA KOMUNITAS


TUKANG BECAK DI KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH

Oleh :

Devita Putri Diarasari

1831111320017

PRAKTIK KERJA LAPANGAN II

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
PENDAHULUAN

– Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dari setiap makhluk hidup, salah satu caranya
adalah dengan menjaga perilaku kesehatan.
contoh = menjaga kebersihan,
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik dll.

– Studi ekonomi kesehatan dan kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat


dengan status ekonomi yang kurang atau miskin sangat rentan terhadap kebutuhan
kesehatan.
– Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS, 2016) tahun 2013 di kota Surakarta
persentase kemiskinan sebesar 11,74%.
– Beberapa warga miskin di Surakarta berprofesi sebagai tukang becak
Koreksi Pendahuluan

– Terlalu tajam membahas social ekonomi sedangkan pada judul tidak terdapat
variable social ekonomi.
– Sosial ekonomi memang konteks yang melekat pada profesi tukang becak
namun cukup dibahas secara singkat
PENDAHULUAN

Kapas merupakan salah satu serat alam yang masyarakat yang belum sadar akan
pentingnya menjaga kesehatan menyebabkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah
penyakit gigi dan mulut.

Koreksi = saya sebagai pembaca tidak memahami apa hubungan kapas dengan Kesehatan gigi
dan mulut secara teori setelah dilakukan penelusuran. Tidak dijelaskan secara detail perilaku
masyarakat yang seperti apa menggunakan kapas untuk Kesehatan gigi dan mulutnya.
Perilaku ini tidak saya dapatkan di hasil penelitian dan tidak ada dipembahasan.
Perilaku Kesehatan Gigi

Perilaku yang dapat menyebabkan penyakit gigi dan mulut antara lain..
1. Jarang menyikat gigi,
2. Merokok
3. Pola makan yang tidak teratur
4. Banyak mengkonsumsi makanan manis
5. Kurang asupan nutrisi
6. Jarang berkunjung ke dokter gigi
Merokok

Merokok menjadi perilaku yang tidak dipisahkan dari tukang becak, merokok menjadi hal
yang lumrah sambil menunggu penumpang.

Fakta menunjukkan sebagian besar orang yang merokok lebih banyak deposit plak
dipermukaan gigi dan gingiva karena permukaan gigi yang kasar karena asap rokok.
Tingginya skor plak membuat suasana rongga mulut menjadi lebih asam dan menjadi salah
satu penyebab karies gigi.
Kunjungan Ke Dokter Gigi

– Faktor lain yang menyebabkan masyarakat mempunyai kondisi kesehatan gigi yang
buruk adalah jarangnya masyarakat miskin berkunjung ke dokter gigi akibat biaya, dan
dikarenakan pemikiran masyarakat yang masih berorientasi pada pengobatan penyakit
bukan pada pencegahan penyakit.
– Masyarakat akan memilih pergi ke dokter gigi jika mereka telah merasakan rasa sakit dan
apabila sakit tidak kunjung sembuh setelah dilakukan pengobatan sendiri.
Perilaku Sehat

– Perilaku menjaga kesehatan yang kurang baik dalam masyarakat tidak diimbangi
dengan perilaku pencarian kesehatan yang baik pula.
– Perilaku tersebut dikarenakan persepsi masyarakat miskin yang kurang tepat
saat sakit, biasanya mereka lebih suka mengobati sakitnya sendiri dan jika tidak
kunjung sembuh barulah di bawa ke puskesmas atau praktek dokter.
– Perilaku masyarakat yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya membuat
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat yg demikian
terhadap derajat kesehatan gigi.
METODE PENELITIAN

– Jenis penelitian bersifat korelasional analitik dengan cross sectional study design.
– Subjek = Tukang becak Kota Surakarta
– Jumlah sample = 100 orang
– Teknik pengambilan sample = Purposive sampling method
– Metode analisis = Uji statistik chi-square dan Multiple Logistic Regretion
– Data penelitian = Nominal
Koreksi Metode Penelitian

– Tidak rinci karena Tidak memasukkan jumlah populasi tukang becak di


Surakarta sehingga data hasil kurang akurat karena tidak jelasnya data populasi.
– Tidak disebutkan bagaimana menentukan minimal jumlah sample yang diambil
dari populasi dengan menggunakan rumus yang digunakan.
.
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pada diagram menunjukkan


bahwa sebagain besar responden memiliki derajat
kesehatan gigi yang sangat buruk.
Hasil tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
dimana salah satu faktornya adalah perilaku merokok.
Merokok menyebabkan suasana rongga mulut yang
menjadi asam karena akumulasi plak pada gigi akan
memudahkan trjadi karies
HASIL PENELITIAN

Perilaku merokok juga terbukti berhubungan dengan derajat kesehatan gigi, karena faktanya pada
seorang perokok banyak ditemukan antara lain, radang gusi, penyakit periodontal, karies, alveolar bone
loss, tooth loss, serta berhubungan dengan munculnya lesi-lesi khas pada jaringan lunak rongga mulut.
Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian ini, dimana status perokok
seseorang tidak berdampak signifikan terhadap derajat kesehatan gigi (p value = 0,66660).
HASIL PENELITIAN

Status perokok aktif saja tidak cukup untuk mempengaruhi derajat kesehatan
gigi. Status sebagai perokok aktif akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan
gigi jika responden memiliki aktivitas merokok dengan frekuensi tinggi serta sudah
lama melakukan aktivitas tersebut.

Koreksi = Seharusnya di letakkan di pembahasan bukan dihasil penelitian. Guna


memudahkan pembaca, hasil penelitian tampilkan dalam bentuk diagram batang,
tabel dan gambar. Dengan ditambah penjelasan atau deskripsi singkat.
Koreksi Hasil Penelitian

– Hanya menyertakan hasil variable terikat saja yaitu DMF-T, tidak menyertakan
hasil penelitian yang berhubungan dengan semua variable bebas pada judul.
– Diagram hasil yang hanya menyertakan hasil variable terikat saja menjadikan
jurnal kurang informatif.
– Tidak singkron dengan pembahasan, yang dibahas dipembahasan adalah semua
data hasil penelitian sedangkan di hasil penelitian hanya ada 1 variable saja yg
disertakan sedangkan di pembahasan semua variable dibahas. Kira2 datanya dr
mana ya?
PEMBAHASAN

Perilaku merokok yang tidak lepas dari profesi tukang becak dan tidak diimbangi perilaku
pencarian pengobatan yang baik.
Puskesmas menjadi pilihan yang paling banyak diambil tukang becak untuk memperoleh
bantuan kesehatan ketika sakit, namun tidak sedikit pula dari mereka yang melakukan
pengobatan sendiri ketika sakit.
Alasan masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri lebih dikarenakan masalah
ekonomi dan minimnya promosi kesehatan tentang perilaku mencari pengobatan yang tepat.
PEMBAHASAN

Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap perilaku pencarian pengobatan.


Orang yang dekat dengan apotek pastinya akan lebih suka membeli obat di apotek.
Efek terapi yang memuaskan tentunya akan membuat kembali membeli obat di
apotek ketika sakit.

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana tukang becak
cenderung memilih ke apotek untuk membeli obat (N = 61%), serta alasan mereka
untuk membeli obat di apotek karena efek terapinya yang memuaskan (N = 40%).
Koreksi = Variabel lingkungan tidak ada dijudul jurnal
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, tukang becak di Surakarta cenderung kurang


memperhatikan kebersihan mulut. Dari perilaku menyikat giginya, kebanyakan
menyikat gigi minimal 2x sehari (N=75%), namun tidak pada waktu yang tepat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tukang becak yang sikat gigi saat
mandi (OR=6,552) lebih beresiko untuk mendapat skor DMF-T sangat tinggi
dibandingkan tukang becak yang sikat gigi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur (OR=0,102).
PEMBAHASAN

Menyikat gigi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dapat mempengaruhi
berat ringannya karies, orang yang tidak menyikat gigi pagi setelah sarapan
memiliki resiko 1,044 kali untuk terjadi karies dibanding dengan orang yang
menyikat gigi setelah sarapan, sedangkan orang yang tidak menyikat gigi sebelum
tidur memiliki resiko 1,00 kali lebih untuk terjadi karies gigi karena sisa makanan di
dalam mulut yang tidak segera dibersihkan terbukti akan membuat gigi terkena
karies.
PEMBAHASAN

Sikat gigi yang efektif akan berdampak maksimal apabila diikuti dengan obat
kumur. Obat kumur terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri utama
penyebab karies. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian, perilaku menggunakan
obat kumur memiliki hubungan dengan derajat kesehatan gigi (p value = 0,0221).
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tukang becak yang sesekali saja
menggunakan obat kumur lebih beresiko (OR=0,234) untuk memiliki skor DMF-T
sangat tinggi dibandingkan dengan yang sering menggunkana obat kumur (OR=0,167).
PEMBAHASAN

Penelitian ini mengungkapkan bahwa perilaku pencarian pengobatan saat sakit gigi,
hanya perilaku berobat ke dokter gigi saat sakit saja yang memiliki hubungan dengan derajat
kesehatan gigi (p value = 0,002).
Responden yang pergi ke dokter gigi saat sakit sudah parah memiliki resiko lebih tiggi
untuk mendapat DMF-T sangat tinggi dibandingkan dengan responden yang pergi ke dokter
gigi saat mulai timbul rasa sakit, karena pergi ke dokter gigi saat sudah parah tergolong
terlambat untuk gigi tersebut dapat diselamatkan, sehingga banyak dari pasien yang ke
dokter gigi saat parah akan kehilangan giginya..
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan gigi
dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini mengungkap bahwa hubungan derajat
kesehatan gigi tidak bisa dilihat dengan salah satu variabel saja, melainkan harus
dilihat hubungannya dengan semua variabel karena semua variabel pada penelitian
ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Koreksi Pembahasan

– Secara keseluruhan bagus Dalam menjelaskan, penulis juga merujuk dari satu
variabel dengan variabel lain dan memiliki hubungan atau korelasi atau tidak.
– Dalam penyampaiannya mungkin akan sama dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh orang lain atau merujuk pada suatu teori. Namun bisa juga
memiliki hasil yang berbeda dengan peneliti lain.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku sehat dan perilaku


kesehatan gigi dan mulut terhadap derajat kesehatan gigi pada komunitas tukang
becak di Kota Surakarta, dapat diambil kesimpulan bahwa derajat kesehatan gigi
dipengaruhi oleh perilaku merokok yang meliputi durasi merokok (0,0018) dan
frekuensi merokok (0,0003), perilaku menjaga kesehatan gigi yang meliputi
rutinitas menyikat gigi (0,0043) dan penggunaan obat kumur (0,02), ditambah
dengan perilaku mencari kesehatan gigi karena perlunya mengunjungi dokter gigi
saat sakit gigi (0,002).
Koreksi Kesimpulan

Kurang dapat menjelaskan secara tepat pembuktian hipotesis yang dibahas dalam
pendahuluan dengan temuan dalam hasil pembahasan, kurang singkat dan padat
karena menyertakan nilai data rujukan yg sudah di bahas di pembahasan dan
hasil.

Data dipembahasan
“derajat kesehatan gigi dipengaruhi oleh perilaku merokok yang meliputi durasi
merokok (0,0018) dan frekuensi merokok (0,0003), perilaku menjaga kesehatan
gigi yang meliputi rutinitas menyikat gigi (0,0043)” tidak terdapat dihasil dan
pembahasan tiba2 ada di kesimpulan ( kurang singkron).
Daftar Pustaka

Sari, Morita dan Deny Teguh Setyaji. 2019. Hubungan Perilaku Sehat Dan
Perilaku Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Derajat Kesehatan Gigi Pada
Komunitas Tukang Becak Di Kota Surakarta Jawa Tengah. Jikg (Jurnal Ilmu
Kedokteran Gigi).Vol. 2(1).

Anda mungkin juga menyukai