Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT KOMUNIKASI

JUDUL:

TEMA POKOK DALAM ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
Christina Natalia 16081105037

Elsha Kumayas 16081105055

Yeri Murib 16081105093

Hana Olivia 16081105042

Asriyani Udin 16081105040

Steven Nayoan 16081105086

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SEMESTER 4

2018
Kata Pengantar

Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang dengan izin
dan kekuasaannya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang meski dengan
banyak kekurangan namun tidak mengurangi makna yang terkandung dalam
makalah kami ini.

Setelah mencoba berdiskusi dan melihat serta membaca referensi yang ada
akhirnya terciptalah makalah tentang “Tema Pokok dalam Etika dan Filsafat
Komunikasi” ini. Kami berharap makalah ini dapat membuat para pembaca
mengerti dan memahami.

Semoga makalah ini dapat memberikan sedikit informasi untuk para


pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Manado, 1 Maret 2018

Kelompok 5

2
Daftar Isi

Kata pengantar..................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Faktor yang Menjadi Terbentuknya Masyarakat Informasi .................................2


B. Hambatan dalam Komunikasi ............................................................................12

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi lebih merupakan deret ukur yang


memperlihatkan lompatan lompatan. Maka tidak heran bila akhir-akhir ini
berbagai perkembangan yang terjadi memang cukup menakjubkan, khususnya
dalam bidang teknologi. Semula dengan ditemukannya berbagai perangkat
sederhana, mulai dari telepon, yang berbasis analog, maju dan berkembang terus
hingga muncul berbagai perangkat elektronik lainnya.

Disisi lain, akibat perkembangan dari kemampuan teknologi terjadi juga


perubahan yang dramatis yang menghasilkan pelayanan pelayanan baru termasuk
dalam hal pemanfaatan jaringan dunia tanpa batas.

B. Rumusan Masalah

1. faktor apa saja yang menjadi terbentuknya masyarakat informasi?

2. Apa saja hambatan dalam Komunikasi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi

Pemahaman komunikasi dengan segala praksisnya merupakan proses


keseharian manusia. Dapat dikatakan bahwa proses komunikasi merupakan proses
kehidupan itu sendiri. Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari seluruh proses
kehidupan konkret manusiawi. Aktivitas komunikasi merupakan aktivitas
manusiawi.

Dalam setiap kehidupan, manusia memerlukan pemahaman yang lebih


mendalam atas segala hal yang dilakukannya, termasuk didalamnya proses
komunikasi.

Proses komunikasi adalah aktivitas yang diperlukan untuk mengadakan dan


melakukan tindakan komunikatif, baik yang dilakukan oleh komunikator,
komunikan atau aktivitas penyampaian pesan, noise yang bisa saja terjadi dalam
setiap tindakan komunikatif dan lainnya.

Posisi manusia dalam komunikasi dapat dilihat pada rumusan komunikasi dari
Laswell dan Aristoteles. Pola komunikasi menurut Laswell mengikuti rumusan
“Who say what to whom in what channel with what effect”. Sedangkan dalam
model komunikasi Aristoteles, kedudukan manusia sebagai pelaku komunikasi
meliputi pembicara dan pendengar. Rumusan komunikasi menurut Aristoteles
sendiri terdiri dari empat unsur yakni pembicara, argumen, pidato, dan pendengar.

Sehingga dengan demikian posisi menusia berada pada “who dan whom” pada
rumusan Laswell serta pembicara dan pendengar pada pola komunikasi
Aristoteles. Maka, menjadi mutlak untuk memahami manusia secara filosofis agar
komunikasi kita menjadi efektif.

1. Defenisi Manusia

Sudah menjadi kodrat bahwa manusia adalah mahluk yang berakal


budi (homo rationale). Manurut Aristoteles (384-322 SM)

2
sebagaimana dijelaskan Prof. Onong (2003), manusia punya tiga anima
(jiwa), yakni :

 Anima avegativa/roh vegetatif ”tumbuh-tumbuhan” fungsinya


makan, tumbuh, dan berkembang biak.

 Anima sensitiva “binatang punya perasaan, naluri, dan nafsu”


mampu mengamati, bergerak dan bertindak.

 Anima intelektiva “roh intelek yang dimiliki manusia” berpikir dan


berkehendak.

2. Kritik Eksistensialisme Terhadap Materialisme

Aliran eksistensialisme menentang aliran metarialisme yang


berpendapat bahwa manusia hanyalah benda saja. Yang ditentang oleh
kaum eksistensialisme ialah pendapat kaum materialism tentang cara
manusia berada didunia (Prof. Onong Uchjana Effendi, 2003:343).

Menurut ajaran eksistensialisme, manusia bukan saja berada


didunia, tetapi juga menghadapi dunia dan menghadapi benda lain
didunia. Dan dalam rangka menghadapi barang itu, ia mengerti arti
barang yang dihadapinya itu. Dan ia mengerti pula apa itu hidup. Ia
mengerti arti dan gunanya api dan kayu. Ia mengerti apa arti dan apa
gunanya bercocok tanam, begitu seterusnya.

Kesemuanya itu berarti bahwa manusia adalah subjek. Subjek


artinya sadar, sadar akan dirinya sendiri dan sadar akan objek-objek
yang dihadapinya.

3. Kritik Eksistensialisme Terhadap Idealisme

Menurut aliran eksistensialisme, kesalahan idealism ialah bahwa


idealism memandang manusia hanya sebagai subjek, dan akhirnya
sebagai kesadaran semata-mata. Idealisme lupa bahwa manusia hanya
berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan realitas sekitarnya.
Sebaliknya materialisme hanya mau melihat manusia sebagai objek.

3
Materialisme lupa bahwa benda didunia ini hanyalah menjadi objek,
karena ada subjek.

Jadi, menurut paham eksistensialisme manusia bukanlah hanya


objek sebagaimana menjadi pandangan ajaran materialisme, tetapi juga
bukan hanya subjek atau kesadaran, seperti menjadi kaum idealism.
Manusia adalah eksistensi.

Eksistensi bukan hanya berarti “ada” atau “berada” seperti “ada”


atau “beradanya” barang lain, akan tetapi eksistensi sebagai pengertian
khusus hanya untuk manusia, yakni berada secara khusus manusia.
Manusia yang dalam keberadaannya itu sadar akan dirinya sedang
berada, berada didunia dan menghadapi dunia, sebagai subjek yang
menghadapi objek, bersatu dengan realitas sekitarnya.

4. Ethos, Pathos, dan Logos

Sejak zaman retorika Yunani Kuno hingga sekarang, komunikator


haruslah melengkapi diri dengan ethos, pathos, dan logos.

 Ethos adalah sumber kepercayaan yang ditunjukkan oleh seorang


komunikator bahwa ia memang pakar dalam bidangnya, sehingga
oleh karena ia seorang ahli, maka ia dapat dipercaya. Factor ethos
lainnya adalah track record, yakni rekam jejak seseorang terhadap
bidang.

 Pathos adalah tampilan emosi, komunikator harus pas


memunculkan semangat dan gairah berkomunikasi.

 Logos adalah argumentasi komunikasi harus masuk akal.


Argumentasi disusun sedemikian rupa sehingga pesan yang
disampaikan memiliki kekuatan argument, yang pada gilirannya
bias meyakinkan audiens yang dituju oleh suatu pesan.

5. Komunikator Humanistis

Menurut Prof. Onong Uchyana Effendi, MA (2003:357),


komunikator yang baik adalah komunikator yang humanistic.

4
Menurutnya, komunikator humanistic adalah diri seseorang yang unik
dan otonom, dengan proses mental mencari informasi secara aktif,
yang sadar akan dirinya dan keterlibatannya dengan masyarakat,
memiliki kebebasan memilih, dan bertanggung jawab terhadap
perilaku yang diakibatkan.

Teori humanistic bertujuan menggambarkan teori perilaku manusia


yang sederhana dan berdiri sendiri. Dalil yang muncul dari upaya
tersebut adalah stimulus respons atau rangsangan dan tanggapan yang
menyatakan bahwa objek hanya memberikan respons terhadap
stimulus dari luar dan respons tersebut tergolong dalam jenis perilaku
tertentu yang disebut norma. Apabila kita dapat mengendalikan
stimulus dan mengukur respons, maka kita akan dapat mengetahui
perilaku normatif seseorang. Seorang komunikator humanistic
memiliki empat ciri, yakni:

a. Berpribadi

b. Unik

c. Aktif

d. Sadar diri dan keterlibatan sosial

B. Teknologi Komunikasi

1. Ambivalensi Teknologi Komunikasi

Penyiaran pada hakikatnya adalah salah satu keterampilan dasar


manusia ketika berada pada posisi mampu untuk menciptakan dan
menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi. Dalam teori
teknologi media dan masyarakat massa , dikatakan bahwa teknologi media
memiliki sejumlah asumsi untuk membentuk masyarakat.

Teknologi media massa memiliki efek berbahaya sekaligus


menular bagi masyarakat. Untuk meminimalisir efek ini di Eropa pada

5
masa 1920-an, penyiaran dikendalikan oleh pemerintah. Teknolgi media
massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir rata rata
audeiensnya. Bahkan dalam teori ini dikatakan bahwa ketika pola pikir
seseorang sudah terpengaruh oleh media, maka semakin lama pengaruh
tersebut semakin besar.

Penggunaan teknologi media sebagai wahana komunikasi sudah


dilakukan oleh manusia sejak tahun 2000 SM dalam bentuk pahatan
dinding gua atau asap api sebagai simbol komunikasi. Revolusi teknologi
media semakin pesat ketika pada tahun 1500 M, Johannes Gutenberg
memperkenalkan mesin cetak.

2. Apakah teknologi itu netral?

Jika kita melihat teknologi sebagai hukum hukum fisika dan ilmu
pengetahuan yang direkayasa, maka pada dasarnya kita melihat teknologi
sebagai sebuah sistem yang tertutup, atau dengan kata lain kita melihay
teknologi sebagai suatu kebendaan. Maka demikian teknologi adalah
netral.

Sedangkan jika kita melihat teknologi sebagai tataran sosial-politik


yang melingkupinya, maka teknologi tidak lagi hanya benda mati. Tapi
teknologi merupakan sistem terbuka yang sensitif terhadap perubahan.
Terkait dengan ambivalensi teknologi komunikasi, Marshal McLuhan
menyebut 2 kemungkinan pengaruh perkembangan teknologi komunikasi,
yakni :

a. Global Village

Teknologi Komunikasi yang menciptakan manfaat positif.

b. Global Pillage

Teknologi Komunikasi yang menciptakan manfaat negatif.

3. Aspek Teknologi

6
3 aspek teknologi menurut Arnold Pacey :

- Technical aspect (aspek teknis) : Aspek ini meliputi knowledge, skill ,


technique, tools, chemicals, products.
- Cultural Aspect (aspek kultural) : Aspek ini meliputi goals, values, belief,
creativity, dan lain lain.
- Organizational Aspect ( aspek organisasi) : Aspek ini meliputi economic
and industrial activity (aktivitas ekonomi dan industri), professional
activities (aktivitas profesi), users and customers (pengguna dan
konsumen) trade union (persatuan dagang).

4. Teknologi Komunikasi dan Masyarakat Informasi


Sebelum terbentuknya masyarakat informasi, secara sosiologis masyarakat
terlebih dahulu mengalami fase masyarakat pre-agriculture, masyarakat
agriculture, masyarakat industri, baru masyarakat informasi.
Ada sejumlah faktor terbentuknya masyarakat informasi, yakni :

a. konvergensi teknologi : konvergensi teknologi adalah penyatuan


sejumlah teknologi sehingga membentuk suatu media komunikasi
yang baru.

b. Berkembangnya internet : Sifat internet yang real time dengan audiens


yang tak terbatas menjadikannya sebagai garda terdepan pembentukan
masyarakat informasi.

c. Digitalisasi : Digitalisasi adalah konversi segala data sehingga bisa


dibaca oleh komputer.

d. Konvergensi media : Konvergensi media tidak lepas dari konvergensi


teknologi, namun konvergensi media lebih menitikberatkan pada
kontennya.

e. Merger Industri : Merger Industri di dunia komunikasi massa tidak


dapat dielakkan lagi, mengingat perkembangan dan perputaran kapital
dalam industri media massa sangat menjanjikan.

5. Ekses Teknologi Komunikasi

7
Perkembangan teknologi ibarat pisau bermata dua. Satu sisi membawa
manfaat, namun di sisi lain membawa bahaya. Ekses (Pengaruh negatif)
dari perkembangan teknologi antara lain berupa :

a. Perubahan gaya hidup

Teknologi membawa perubahan gaya hidup, yakni perubahan apa yang


di butuhkan (need) menjadi apa yang di inginkan (want), begitu juga
sebaliknya. Sehingga orang tidak lagi sadar bahwa yang ia inginkan
sejatinya merupakan kebutuhan, atau apa yang ia butuh kan sejatinya
adalah keinginan.

b. Tantangan karier

Perkembangan teknologi menuntut seseorang untuk menguasai


perkembangan tersebut, sekaligus menguasai update dari teknologi.
Hal ini mengakibatkan siapa saja yang tidak mengikuti perkembangan
teknologi akan ditinggalkan oleh kompetitor.

c. Perubahan regulasi

Regulator dituntut untuk merevisi berbagai aturan yang tidak lagi


sesuai dengan perkembangan teknologi. Padahal sejatinya regulator
haruslah memiliki independensi.

d. Pergeseran kekuatan

Kekuatan sejatinya berada pada pihak penguasa teknologi komunikasi.


Namun industri komunikasi di Indonesia ternyata di kuasai oleh
Singapura dalam bentuk saham di Telkomsel dan Indosat. Dengan
demikian kekuatan kita ditentukan oleh Singapura.

6. Berbagai paradigma dalam teknologi Komunikasi


a. Determinisme Teknologi
Determinisme Teknologi berasumsi bahwa teknologi adalah kekuatan
kunci dalam mengatur masyarakat.

8
b. Fenomenologi Teknologi
Fenomenologi yaitu memahami teknologi dalam kaitannya demgan
fenomena sosial yang melingkupi teknologi.
c. Otoriterianisme
Otoriterisme merupakan paradigma paling tua. Teknologi media
otoriter menempatkan media sebagai alat propaganda pemerintah.
Teknologi media era orde baru merupakan contoh penerapan
paradigma otoriterisme dalam teknologi media.
d. Liberalisme
Dalam sistem liberal kontrol terhadap media teknologi ada di tangan
pemilik modal.
e. Tanggung jawab sosial
Paradigma tanggung jawab sosial merupakan pengembangan sekaligus
kritik terhadap paradigma liberal.

C. Komunikasi Efektif dan Strategi Komunikasi

Wilbur Schramm menybut sebagai “ the condition of success in communication”,


yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita ingin agar pesan yang kita sampaikan
menghasilkan tanggapan yang kita inginkan.
The Condition of Success Communication tersebut meliputi:

 Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga


dapat menarik perhatian komunikan.

 Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang


sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.

 Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan


sekaligus menyediakan alternatif mencapai kebutuhan tersebut.

 Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan


berada.

1. Komunikasi Efektif Menurut Stephen Covey

9
Menurut Stephen R. Covey, komunikasi merupakan ketrampilan
yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar
jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi.

Covey menekankan konsep interdependency untuk menjelaskan


hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi
bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakana, tetapi pada
karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima
pesan. Berusaha benar-benar mengerti orang lain, ini adalah dasar dari apa
yang kita sebut emphatic communication (komunikasi empati). Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya “berkomunikasi” dalam
salah satu dari empat tingkat. Dan bentuk komunikasi tertinggi adalah
komunikasi empati, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu
mengerti orang lain memahami karakter dan maksud tujuan atau peran
orang lain.

Covey, dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People”,


memberi panduan bagi kita bagaimana menjadi komunikator yang baik
melalui penguasaan kebiasaan perilaku untuk menjadi manusia yang
efektif, yakni:

1) Proaktiv
Menurut Covey, kehidupan kita tidak akan berjalan sendirinya.
Sebaliknya kitalah yang menentukan apa dan bagaimana hidup kita
berjalan. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan pilihan. Kemampuan
menentukan perilaku yang secara bebas dimiliki oleh manusia
proaktiv.

2) Rencanakan sesuatu dengan tuntas dalam pikiran


Yakni kemampuan manusia untuk melihat apa yang belum terjadi,
seperti merancangkan dahulu baru membuat bentuk fisiknya.

3) Membuat Prioritas. Hal ini penting, karena tanpa prioritas kita tidak
dapat mempunyai focus, baik dalam tujuan, nilai, peran, dan prioritas.

10
Apa yang harus didahulukan?, hal yang utama adalah yang memiliki
harga paling tinggi.

4) Berpikir menang-menang. Wajar apabila dalam kehidupan kita hidup


berkompetisi, bukan dilakukan untuk orang lain tapi didasarkan pada
kerjasama dan berinteraksi dengan orang lain, dan yang terpenting
saling menguntungkan.

5) Memahami, bukan Dipahami. Berusaha untuk memahami orang lain,


bukan sebaliknya menuntut orang lain memahami kita. Kunci untuk
memahami orang lain adalah mendengarkan apa yang orang lain
katakana. Pada sisi lain, seseorang biasanya mendengarkan adalah
untuk memberi tanggapan, bukan untuk memahami.

6) Sinergi. Dilakukan untuk mendapatkan kerjasama yang baik,


dibandingkan dengan hasil individual.

7) Manfaat asset yang dimiliki. Aset yang dimaksud adalah fisik, social,
emosional, mental, dan spiritual. Aset harus terus-menerus diasah
sehingga mendatangkan hal-hal positif secara maksimal.

2. “Reach” sebagai Hukum Komunikasi Efektif

Terdapat banyak jenis strategi komunikasi efektif. Rumusan “Reach”


adalah salah satunya. Menurut Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel
dalam hokum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective
Communication) bisa dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan
esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu “Reach”. Reach sendiri
kepanjangan dari Respect, Empathc, Audible, Clarity, dan Humble.

a. Respect

11
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hokum pertama
dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Bahkan
jiki kita ingin memarahi seseorang , lakukanlah dengan penuh
respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang.

b. Empathic
Rasa empati akan menampukkan kita untuk dapat menyampaikan
pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima
pesan menerimanya. jadi sebelum kita membangun komunikasi
atau mengirim pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan
calon penerima pesan kita.

c. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengar atau dimengerti
dengan baik. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan media maupun perlengkapan atau alat bantu
audiovisual yang akan membantu kita agar pesan dapat diterima
dengan baik.

d. Clarity
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi, karena
dalam komunikasi tanpa adanya keterbukaan akan menghasilkan
kecurigaan dan menurunkan rasa kepercayaan.

e. Humble
Sikap rendah hati antara lain: sikap yang penuh melayani, sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong
dan memandang rendah orang lain. Sangat diperlukan dalam
berkomunikasi untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

12
3. “Know Your Audience”
Faktor berikutnya yang merupakan penunjang efektifitas komunikasi
adalah mengetahui audiens, terutama aspek yang ada, seperti:

 Timing(waktu) yang tepat untuk suatu pesan.


Faktor waktu sangat menentukan keberhasilan komunikasi, tidak
hanya dalam konteks komunikasi interpersonal, tapi juga dalam
komunikasi lainnya.

 Bahasa yang digunakan


Bahasa salah satu aspek penting dalam komunikasi terutama pada
audiens, karena Bahasa tidaklah selalu sama pada setiap audiens

 Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif


Semakin sama sikap nilai komunikator dengan apa yang ada dalam
komunikan, maka semakin memudahkan penerimaan suatu pesan.

 Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan


Kominikasi efektif harus memperhatikan kondisi dan jenis
kelompok yang hendak menjadi receiver pesan, dalam hal ini
masyarakat.

4. Faktor pada Komunikator


Source credibility, yaitu sumber kepercayaan sehingga apa yang
disampaikan akan dipercaya oleh orang lain. Sedangkan source
attractiveness, yakni hal-hal yang bisa mendatangkan ketertarikan
sehingga komunikan akan memperhatikan pesan yang disampaikan.

5. Hambatan Komunikasi

Untuk maksimalisasi efektivitas komunikasi, maka sejumlah hambatan


harusdiperhatikan,,yakni: a. Ganguan komunikasi, b.kepentingan,
c.motivasi terpendam, d. Prasangka.

6. Evasi Komunikasi
a. menyesatkan pengertian, b.mencacatkan pesan komunikasi
c. mengubah kerangka referensi

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Faktor terbentuknya masyarakat informasi yaitu

1. Konvergensi teknologi adalah penyatuan sejumlah teknologi sehingga


membentuk suatu media komunikasi yang baru.
2. Berkembangnya internet. Sifat internet yang real time dengan audiens
yang tak terbatas menjadikannya sebagai garda terdepan pembentukan
masyarakat informasi.
3. Digitalisasi adalah konversi segala data sehingga bisa dibaca oleh
komputer.
4. Konvergensi media tidak lepas dari konvergensi teknologi, namun
konvergensi media lebih menitikberatkan pada kontennya.
5. Merger Industri di dunia komunikasi massa tidak dapat dielakkan lagi,
mengingat perkembangan dan perputaran kapital dalam industri media
massa sangat menjanjikan.
6. Hambatan komunikasi
ada gangguan, kepentingan, motivasi terpendam, dan prasangka.Untuk
maksimalisasi efektivitas komunikasi, maka sejumlah hambatan harus
diperhatikan,,yakni:
a. Ganguan komunikasi
b.kepentingan
c.motivasi terpendam
d. prasangka

DAFTAR PUSTAKA

14
15

Anda mungkin juga menyukai