Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga kita termasuk orang yang mendapatkan syafaatnya di dunia
maupun di akhirat.
Adapun penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi kewajiban kami
sebagai mahasiswa dalam melengkapi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
meskipun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami pribadi
pada khususnya dan bagi pambaca pada umumnya.

Surakarta, 7 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 1
A. Fungsi Akal dan Budi Bagi Manusia ...................................................................... 1
B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan....................................................................... 2
C. Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan.................................................................. 3
D. Memanusiawikan Manusia Melalui Pemahaman Terhadap : ................................. 4
E. Proses Pembudayaan Melalui Proses Internalisasi, Sosialisasi, Enkulturasi, Difusi,
Akulturasi dan Asimilasi............................................................................................... 13
F. Perubahan Kebudayaan Dari Lokal Menuju Global ............................................. 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang
paling sempurna diantara semua mahluk ciptaan-Nya. Manusia dibekali
sesuatu yang amat berharga dan istimewa yang tidak dibekalkan Tuhan
Yang Maha Esa kepada mahluk ciptaan-Nya yang lain, dengan akal
manusia dapat membuat keputusan di antara beberapa pilihan yang ada,
mengambil pelajaran yang terjadi dalam kehidupannya baik itu kejadian
menyenangkan dan tidak menyenangkan baginya, serta dapat
mempertimbangkan baik buruknya segala hal yang akan mempengaruhi
kehidupannya. Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas,
mulai dari aktifitas pribadi, keluarga, etnis/suku, kelompok dan
masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut kegiatan yang melibatkannya
etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada umumnya kegiatan
yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan
turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari
kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau dianggap suci dan bernilai
oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut. Kegiatan-kegiatan yang
telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral tersebut biasa kita
sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat
berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di
dalam suatu kalangan suku atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam suku bangsa dan etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik
dan memiliki keistimewaan sendiri. Manusia sebagai mahluk yang hidup
dalam suatu suku atau etnis khususnya di Indonesia merupakan pelaku
utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu, maka karena itu
manusia adalah mahluk budaya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi akal dan budi bagi manusia ?
2. Apa pengertian budaya dan kebudayaan ?
3. Bagaimana manusia sebagai pencipta kebudayaan ?
4. Bagaimana memanusiawikan manusia melalui pemahaman terhadap
a. Keadilan
b. Penderitaan
c. Cinta kasih
d. Tanggung jawab
e. Pengabdian
f. Pandangan hidup
g. Keindahan
h. Kegelisahan
5. Bagaimana proses pembudayaan melalui proses internalisasi, sosialisasi,
enkulturasi, difusi, akulturasi dan asimilasi ?
6. Bagaimana perubahan kebudayaan dari local menuju global ?
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi akal dan budi bagi manusia.
2. Mengetahui pengertian budaya dan kebudayaan.
3. Mengetahui manusia sebagai pencipta kebudayaan.
4. Mengetahui memanusiawikan manusia melalui pemahaman terhadap
konsep:
a. Keadilan
b. Penderitaan
c. Cinta kasih
d. Tanggung jawab
e. Pengabdian
f. Pandangan hidup
g. Keindahan
h. Kegelisahan

2
5. Mengetahui proses pembudayaan melalui proses internalisasi,
sosialisasi, enkulturasi, difusi, akulturasi dan asimilasi.
6. Mengetahui perubahan kebudayaan dari lokal menuju global.

D. Manfaat
1. Memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Sosial Budaya Dasar”.
2. Menambah wawasan tentang manusia sebagai makhluk budaya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Akal dan Budi Bagi Manusia


Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri
manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia dibandingkan
makhluk lain terletak pada akal budi. Anugerah Tuhan akan akal budilah
yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah kemampuan
berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan
perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah
berpikir. Karena manusia yang dianugerahi akal maka manusia dapat
berpikir. Kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan
masalah–masalah hidup yang dihadapi.
Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budha
yang artinya akal. Budi menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia adalah
bagian dari kata hati yang berupa panduan akal dan perasaan dan yang
dapat membedakan baik–buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti tabiat,
perangai dan akhlak. Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa
budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang
bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian
objektif terhadap objek dan kejadian.
Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,
memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.
Contohnya manusia bisa membangun rumah, membuat aneka masakan,
menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi, sarana
komunikasi dan lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan mencari
makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis makanan tidak pernah
berubah dan berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu sampai sekarang

1
tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. Manusia
dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan
sesuatu untuk kepentingan hidup.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya mampu untuk memenuhi
kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan
derajatnya sebagi makhluk yang tinggi bila dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human (manusia yang
manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu
mengembangkan sisi kemanusiaannya.

B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan


Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) =
tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan latin: “colere” yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembanglan arti culture sebagai
“segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
sanskerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa, kata budaya adalah suatu
perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi.
Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam

2
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Adapun pengertian kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski : mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah ”Cultural-Determinism”.
2. Herskovits : memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai ”superorganic”.
3. Menurut Andreas Eppink : kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.
4. Menurut Edward Burnett Tylor : kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
5. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi : kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan yaitu hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan
hidup. Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang kongkrit maupun
yang abstrak, itulah kebudayaan.

C. Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan


Manusia dilahirkan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna,
karena manusia diberikan akal, sehingga dengan akalnya manusia dapat
memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia

3
tidak pernah berhenti, hal ini menuntut manusia untuk terus berfikir
bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan memenuhi kebutuhan
hidup inilah akhirnya melahirkan berbagai cipta dan karya manusia, atau apa
yang kita kenal kebudayaan. Jadi pada dasarnya manusia menciptakan
kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang merupakan
hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya
ini.
Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah
produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang
menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang
diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan
utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga
kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-
kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan
berprilaku didalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

D. Memanusiawikan Manusia Melalui Pemahaman Terhadap :


Sejatinya, konsep "Memanusiakan Manusia" merupakan bagian
dari humanisme. Humanisme berasal dari kata Latin humanus dan
mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat

4
manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam
Haryanto Al-Fandi, 2011:71).
Humanisme adalah paham yang bertujuan menghidupkan rasa
perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.
Dalam apliasinya, humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah,
suku, warna kulit dan sejenisnya. Ia memperlakukan dan berusaha
membantu siapa pun itu manusianya.
Selain itu dalam kamus bahasa Indonesia istilah memanusiakan
manusia merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya.
Jadi, kata-kata "Memanusiakan Manusia" bukanlah diartikan secara
harfiah. Melakukan hal "Memanusiakan Manusia" bukan berarti
sebelumnya kita memperlakukan manusia tidak seperti manusia. Itu adalah
pemahaman yang sangat salah.
Ada juga pengertian "Memanusiakan Manusia" adalah menjadi
manusia seutuhnya. Artinya, sebagai ciptaan Tuhan paling mulia,
kebahagiaan utama adalah tatkala kita dapat menjadikan sesama manusia
lebih terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih baik
hidupnya. Di situlah baru seseorang benar-benar memperoleh ‘gelar
kemanusiaannya’. Selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan,
dan semua kelebihan yang dimiliki hanya untuk kepentingan dan kepuasan
diri sendiri, berarti belum menjadi manusia utuh sebagaimana seharusnya.
Konsep "Memanusiakan Manusia" yang lebih mendasar yakni
memanusiakan manusia yang memiliki cita-cita sama ingin selalu
dihormati dan dihargai. Terlebih dalam interaksi dengan sesama manusia
termasuk orang per orangan. Dihargai dalam konteks ini adalah kehadiran
kita, apa yang kita kerjakan semetinya dihargai. Hal ini lebih tepat
dikaitkan dengan hubungan kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam pekerjaan. Terlepas adanya kesalahan yang dibuat, kita
sebagai manusia harus dihargai. Walau posisi kita sebagai bawahan,
misalnya dalam pekerjaan, atasan tetaplah harus mengahargai kita.

5
Dapat dibayangkan, bila konsep "Memanusiakan Manusia" ini kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup pertemanan
ataupun di pekerjaan, akan tercipta hidup yang harmonis. Sesama manusia
saling menghargai. Tidak ada tindakan yang merendahkan, mencibir atau
hal lainnya yang membuat sakit hati dan sebagainya.
Memang tidak ada batasan atau ukuran pasti kita sudah melakukan
hal "Memanusiakan manusia". Tidak ada juga ukuran yang pasti kita
melakukan hal yang "Tidak Memanusiakan Manusia". Ukuran ini terkait
dengan rasa perikemanusiaan yang ada dalam diri kita.
Namun ada baiknya rasa perikemanusiaan kita dipertebal akan kita
semakin peduli terhadap sesama. Kepedulian kita dalam bentuk nyata akan
membawa kita ke arah tindakan "Memanusiakan Manusia".
Adapun konsep-konsep dalam memanusiawikan manusia antara lain
sebagai berikut:
 Keadilan
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara
hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak
dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah
keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan
setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut
hak dan lupa menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan
lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan
mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya
pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak,
maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.
Ketika seorang individu telah mampu memahami dan menerapkan
konsep keadilan, secara tidak langsung individu tersebut telah
memanusiakan manusia. Misalnya, dalam suatu kelompok pengerjaan
tugas, sebagai seorang anggota kelompok diperbolehkan menuntut
haknya, seperti mengemukakan pendapat, mendapatkan nilai yang baik,

6
dan lain sebagainya. Namun di satu sisi, terdapat kewajiban yang harus
dilaksanakannya, seperti ikut berkontribusi aktif dalam pengerjaan
tugas, tidak hanya bergantung kepada anggota lain, bersungguh-
sungguh dan mengerahkan kemampuan yang maksimal dalam
mengerjakan tugas tersebut. Jika terdapat perlakuan yang seimbang
antara hak dan kewajiban, maka akan tercipta keharmonisan. Sehingga
seseorang telah mampu memanusiakan manusia melalui konsep
keadilan.
 Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita yaitu dari bahasa sansakerta
“dhara” artinya menanggung atau menahan. Derita artinya menanggung
atau merasakan sesuatu yang tidak meyenangkan.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan.
Namun peranan individu juga menentukan berat tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu
penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau
sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun
ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat
kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha
mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari
atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya,
dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang
mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia kreatif, baik
bagi penderita maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati
penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah
menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan
bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu

7
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai
rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus mengatasi
kesulitan hidup.
Oleh karena itu dengan memahami konsep penderitaan, bahwa
penderitaan adalah kodrat, setiap orang pasti pernah mengalami
penderitaan, maka setiap orang akan saling menghargai dan
menghormati satu sama lain, serta akan menghargai dan menikmati
setiap proses hidupnya. Bagi seorang yang menderita, maka ia harus
tetap optimis, terus berusaha dan bangkit dalam penderitaan. Sebaliknya
bagi orang yang tidak menderita berusaha semaksimal mungkin untuk
menghindari penderitaan, menghormati dan membantu orang yang
menderita untuk bangkit. Saat seseorang merasakan penderitaan maka
dia akan meminta bantuan kepada orang lain. Dan saat penderitaan itu
terlewati akan ada rasa yang membekas dihatinya yang memunculkan
simpati untuk menolong orang lain keluar dari suatu penderitaan dan
adanya rasa balas budi kepada orang yang telah membantunya.
Sehingga akan tercipta hubungan saling membantu yang mana
dihubungan itu terdapat rasa menghormati, menjunjung nama seseorang
dan lain lain. Dengan demikian seseorang telah mampu memanusiakan
manusia melalui konsep penderitaan.
 Cinta kasih
Cinta secara sederhana bisa dikatakan sebagai paduan rasa simpati
antar dua makhluk. Sampai dengan sekarang ini masih banyak orang
yang beranggapan bahwa cinta itu tidak lebih dari sekedar perasaan
menyenangkan, yang untuk mengalaminya orang harus terjatuh ke
dalamnya.
Cinta memiliki hubungan pengertian dengan kemesraan, kasih
sayang (perasaan simpati yang tulus), belas kasihan, dan aktivitas
pemujaan (sebagai wujud cinta manusia pada Tuhan). Sedangkan kasih
sayang adalah penerapan perasaan sayang, cinta, atau suka kepada
seseorang. Berbagai bentuk kasih sayang:

8
a. Bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap aktif sementara
anak bersikap pasif (berdampak dimana anak merasa takut, kurang
percaya diri menyatakan pendapat, minder dan tidak berani)
b. Kasih sayang dimana seorang anak bersikap aktif sementara si
orangtua bersikap pasif.
c. Bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara
sianak juga bersikap pasif.
Hal yang paling mendasar dalam menerapkan konsep
“Memanusiakan Manusia” pada paham humanisme adalah kasih.
Dengan memahami konsep apa itu cinta kasih seseorang dapat lebih
menunjukkan ekspresi cinta kasihnya pada sesama bahkan pada makluk
Allah yang lain, sehingga secara sadar maupun tidak sadar seseorang
itu telah memanusiakan orang lain karena dengan cinta kasih itu
tentunya manusia saling menghargai dan menjaga satu sama lain.
Contohnya merasa cinta kasih terhadap kedua orang tua dan keluarga.
Kala kita berbuat tanpa memandang suku, ras, warna kulit dan
lainnnya serta kepedulian kepada sesama manusia semua itu sudah
mencakup dalam kasih. Kasih pada konteks ini adalah melempar diri
sendiri keluar untuk menjadi satu dengan yang dikasihi, siapapun,
apapun bagaimanapun yang dikasihinya. Ini melebihi dari arti
humanisme. Kasih kepada sesama berarti kita harus mampu
menghargai, menghormati sesama sesuai dengan martabatnya.
 Tanggung jawab
Tanggung jawab berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajibannya. Yang merupakan kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian
kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan
tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada
pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian
tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang

9
berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia
harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri
pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak
lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang
akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara
kemasyarakatan.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik
atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain
memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha
melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Dalam hidup ini seseorang memiliki yang namanya kewajiban,
dimana kewajiban itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab, saat seseorang memenuhi kewajibannya dengan penuh tanggung
jawab maka ini juga akan berimbas pada orang lain, karena saat
kewajiban dipenuhi maka hak orang lain akan ikut terjamin, disini saat
hak orang lain terjamin maka orang lain itu juga akan berupaya agar
hak kita juga ikut terjamin, sehingga terciptalah hubungan yang
harmonis dan saling menghargai satu sama lain, dalam kegiatan ini
maka seseorang sebenarnya telah memanusiakan manusia lain dengan
cara melaksanakan kewajibannya serta adanya tanggung jawab atas apa
yang telah dilaksanakannnya. Sebenarnya kodrat manusia itu manusia
diciptakan dengan kewajiban membantu sesama dan menghargai
sesama.
 Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang,
hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Pengabdian merupakan wujud dari rasa tanggung jawab.

10
Jika seseorang telah paham betul tentang konsep tanggung jawab
dan pengabdian, maka ketika melihat, mendengar, dan menyaksikan
sendiri penderitaan orang lain, mata hatinya akan terbuka, bahwa hidup
tidak hanya sekedar berlomba mencari kesenangan diri, melainkan
untuk menjadikan hidupnya lebih bermanfaat, tidak hanya bagi diri
sendiri dan keluarga, tetapi juga untuk orang lain, siapapun ia.
Contohnya, pengabdian seseorang sebagai relawan korban bencana
alam, ia ikut bagian secara proaktif dalam aksi kemanusiaan ini, akan
menjadikan seseorang berjiwa besar dan bebas dari segala pengkotak-
kotakan manusia, baik berdasarkan suku, budaya, dan agama. Ia akan
melihat bahwa yang ditimpa bencana adalah sesama manusia yang patut
ditolong. Kemudian hal ini akan mewujudkan keselarasan dan
keharmonisan dalam bermasyarakat, dengan demikian seseorang telah
memanusiakan manusia melalui konsep pengabdian.
 Pandangan hidup
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.
Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia
berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang
singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus
menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil
pemikiran itu dapat diterma oleh akal, sehingga diakui kebenarannya.
Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan,
pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup seseorang terdiri atas sikap hidup, kebajikan dan
cita-cita. Cita-cita, sikap hidup dan kebajikan itu tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia. Kebaikan atau kebajikan
perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan
perbuatan moral, yaitu yang sesuai dengan etika atau norma-norma
agama. Manusia melakukan perbuatan baik, karena menurut fitrahnya

11
melakukan kebaikan sebagai makhluk bermoral. Atas dorongan jiwanya
manusia cenderung berbuat baik. Oleh sebab itu secara tidak langsung
untuk melaksanakan pandangan hidup seseorang harus memanusiakan
manusia lain.
 Keindahan
Keindahan berasal dari kosakata indah, yang artinya bagus, cantik,
permai, elok, molek, dan lainnya. Keindahan itu bersifat universal,
berarti tidak terikat oleh selera perorangan, selera mode, waktu dan
tempat, kedaerahan atau lokal. Keindahan dalam artinya yang luas,
mengandung pengertian ide atau gagasan kebaikan. Sementara
keindahan dalam arti estetik murni, menyangkut pengalaman estetika
seorang manusia dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diterapkannya. Keindahan dalam arti terbatas ialah keindahan yang
hanya menyangkut suatu benda yang dapat diserap dengan indera
penglihatan, yaitu berupa keindahan bentuk dan warna. Ciri-ciri
keindahan menyangkut kualitas hakiki dari segala benda yang
mengandung kesatuan, keseimbangan (balance) dan keselarasan
(harmoni), simetri, dan pertentangan ’kontra’. Jadi keindahan adalah
tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, bentuk, kata-kata,
nada dan warna.
Dengan tahu konsep keindahan, maka seseorang dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti, berbicara santun
kepada orang lain lalu menjaga keharmonisan dan kerukunan
masyarakat, dengan begitu orang tersebut telah memanusiakan manusia
lain.
 Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti rasa atau
perasaan yang tidak tenteram di hati, merasa selalu khawatir, cemas,
tidak dapat tenang, tidak sabar. Sebab-sebab orang gelisah adalah
karena pada hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu

12
adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari
dalam. Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada tiga, yaitu:
a. Kecemasan obyektif, kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan
terapan, contohnya kecemasan karena anaknya yang belum pulang
ke rumah.
b. Kecemasan neurotik, perasaan yang timbul akibat pengamatan
tentang bahaya dari naluri, contohnya dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan, rasa takut yang irasional semacam fobia, rasa
gugup.
c. Kecemasan moral, hal ini muncul dari emosi diri sendiri seperti
perasaan marah, rendah diri, iri, dengki, hasud dendam.
Dengan adanya kegelisahan pada diri seseorang, maka seseorang
pasti akan menghindari penyebab dari kegelisahan itu, salah satu
caranya yaitu menghargai orang lain dan memanusiakan manusia.
Maka dengan memanusiakan manusia lain diharap orang lain mampu
membantu saat kegelisahan datang dan mencegah faktor dari
kegelisahan itu.

E. Proses Pembudayaan Melalui Proses Internalisasi, Sosialisasi,


Enkulturasi, Difusi, Akulturasi dan Asimilasi.
 Internalisasi : Menurut Koentjaraningrat (1996; 142-143) proses
internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu,
yaitu mulai ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya
seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat,
nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadian. Dengan
demikian, proses internalisasi ialah proses pengembangan potensi yang
dimiliki manusia, yang dipengaruhi baik lingkungan internal dari dalam
diri manusia itu maupun eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri
manusia.
 Sosialisasi : proses seorang individu dari masa anak-anak hingga masa
tuanya belajar pola-pola dalam interaksi dengan segala macam individu

13
di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan social yang
mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
 Enkulturasi : seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam
pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan
yang hidup di kehidupannya. Sejak kecil proses ini sudah tertanam
dalam pikiran masyarakat. Individu akan belajar meniru berbagai
macam tindakan yang kemudian menjadi pola yang mantab dan
dibudayakan.
 Difusi kebudayaan: proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu
individu ke individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat
lain. Penyebaran dari individu ke individu lain dalam batas satu
masyarakat disebut difusi intramasyarakat. Sedangkan penyebaran dari
masyarakat ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat. Difusi
mengandung tiga proses yang dibeda-bedakan:
o Proses penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat
o Penerimaan unsur baru
o Proses integrasi
 Akulturasi: proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaa sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan sendiri.
 Asimilasi: proses sosial yang telah lanjut dan yang ditandai oleh makin
kurangnya perbedaan atara individu-individu dan anatar kelompok-
kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental
yang berhubungan dengan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.
Faktor-faktor yang memudahkan asimilasi:
o Faktor toleransi
o Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi
o Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain.

14
o Faktor perkawinan campuran

F. Perubahan Kebudayaan Dari Lokal Menuju Global


Perubahan kebudayaan dari lokal menuju global adalah proses
dimana antara individu, kelompok dan Negara saling berinteraksi,
bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintas batas
Negara.
Proses ini tidak dapat dipastikan lama atau tidak proses tersebut dan
tidak dapat pula diperkirakan lama atau batas waktu yang diperlukan, karena
semua itu tergantung kepada individu masing-masing, tempat terjadinya
proses ini, dan berbagai faktor lainnya. Kita dapat melihat akibat yang
ditimbulkan dari proses ini, misalkan saja banyak remaja sekarang lebih
menyukai modern dance dari pada tarian traditional yang menjadi jati diri
dan ciri khas daerah atau tempat tinggalnya.
Contoh perubahan kebudayaan lokal menuju global :
Salah satunya adalah anak muda jaman sekarang baik yang tinggal di
kota maupun di desa lebih memilih memainkan alat musik modern yang
berasal dari negara lain seperti drum, piano, dll. dibandingkan memainkan
alat musik asli daerahnya misalnya angklung, gamelan, kolintang, dll. Selain
itu, anak remaja cenderung lebih menguasai tarian modern seperti hiphop,
breakdance daripada tarian daerah seperti tari topeng dari DKI Jakarta,
ataupun atrian dari daerah lain. Contoh lainnya :
1. Cara Berkomunikasi
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merubah
cara kita dalam berkomunikasi. Dulu komunikasi dilakukan dengan
surat-menyurat, tetapi saat ini dilakuan dengan sms atau e-mail. Dulu
juga ada yang namanya telegram dan telegraf, akan tetapi saat ini
perannya digantikan dengan telepon, handphone, dan jejaring sosial. Ini
membuktikan bahwa perkembangan teknologi dapat menyebabkan
perubahan budaya dimasyarakat.

15
2. Cara Berpakaian
Cara berpakaian masyarakat Indonesia tidak lepas dari
globalisasi dan modernisasi di Indonesia. Dahulu, orang-orang kita
bangga mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing. Tetapi,
saat ini rasanya hal itu sangat sulit dijumpai kecuali kalau ada acara-
acara adat. Cara berpakaian dipengaruhi dari informasi-informasi yang
didapatkan dari berbagai media seperti tv dan internet. Saat ini, cara
berpakaian sebagian masyarakat banyak dipengaruhi oleh budaya barat.
3. Gaya Hidup
Salah satu perubahan sosial budaya yang terjadi didalam
masyarakat Indonesia adalah gaya hidup lifestyle. Sebagian masyarakat
menerapkan gaya hidup yang baik didalam kehidupannya seperti
menjadi vegetarian, workaholic, dll. Tetapi ada juga sebagian
masyarakat yang terjerumus kedalam lifestyle yang tidak baik yang
tentu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia seperti narkoba
dan pergaulan bebas.
4. Westernisasi (Kebarat-baratan)
Tidak sedikit budaya barat yang masuk ke Indonesia,
contohnya adalah perayaan hati valentine dan halloween. Meskipun
kedua budaya tersebut bukan budaya asli indonesia, akan tetapi tidak
sedikit masyarakat Indonesia yang melestarikan budaya tersebut.
Banyak masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa budaya asing
jauh lebih menarik ketimbang budaya kita sendiri, hal ini yang
menyebabkan interest kepada budaya lokal semakin menurun.
5. Emansipasi Wanita
Salah satu bentuk perubahan sosial budaya yang terjadi
dimasyarakat Indonesia adalah emansipasi wanita, artinya wanita
memiliki derajat yang sama dengan pria. Dulu kita jarang sekali melihat
wanita yang menjadi pimpinan, bahkan ada kalimat orang tua yang
menyatakan bahwa kehidupan wanita adalah disekitar dapur, sumur,
dan kasur. Saat ini tentu berbeda, banyak wanita yang menjabat peran

16
penting dinegeri ini seperti anggota parlemen, pimpinan perusahaan,
dll.
6. Masyarakat Semakin Kritis
Perkembangan informasi dan komunikasi membuat akses
terhadap informasi semakin mudah. Informasi tersebut bisa didapatkan
dari berbagai media komunikasi, seperti koran, televisi, internet, dll.
Hal tersebut membuat masyarakat kita semakin cerdas dan kritis,
contohnya adalah masyarakat selalu mengomentari kebijakan-kebijakan
yang dilakukan pemerintah untuk negeri ini, terlebih jika kebijakan
tersebut tidak populis dimata rakyat.

7. Hilangnya Permainan Tradisional


Saat ini, kita akan sulit untuk menemukan permainan
tradisional seperti gasing atau congklak. Kalaupun ada, pasti
dimainkannya didaerah-daerah terpencil seperti pedesaan. Padahal
permainan itu sangat populer pada masanya, dan merupakan permainan
asli Indonesia. Sekarang perannya sudah diganti dengan permainan
modern seperti Playstation, Xbox, Wii, dan lain-lain. Nampaknya
permainan modern jauh lebih menarik ketimbang permainan tradisional.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Fungsi akal dan budi manusia yaitu manusia tidak hanya mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagi makhluk yang tinggi bila dibandingkan
dengan makhluk lainnya.
 Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
 Manusia sebagai pencipta kebudayaan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang merupakan hasil dari interaksi antara manusia
dengan segala isi yang ada di alam raya ini.
 Konsep "Memanusiakan Manusia" yang lebih mendasar yakni
memanusiakan manusia yang memiliki cita-cita sama ingin selalu
dihormati dan dihargai.
Konsep Memanusiakan Manusia bisa melalui :
a. Keadilan e. Pandangan hidup
b. Penderitaan f. Keindahan
c. Tanggung jawab g. Kegelisahaan
d. Pengabdian

 Proses pembudayaan
a. Internalisasi d. Difusi kebudayaan
b. Sosialisasi e. Akulturasi
c. Enkulturasi f. Asimilasi
 Perubahan kebudayaan dari lokal menuju global adalah proses dimana
antara individu, kelompok dan Negara saling berinteraksi, bergantung,
terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintas batas Negara.

18
B. Saran
Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk
menambahwawasan dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun,
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana manusia yang
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Widyo, Achmad Muchji.1996. Ilmu Budaya Dasar. Universitas


Gunadarma

http://anisafifahrn.blogspot.co.id/2016/05/

https://www.scribd.com/doc/285144062/Makalah-Isbd-Manusia-Sebagai-
Makhluk-Budaya

http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/hidup-adalah-
pengabdian-tanpa-akhir_55193bb7a33311fb15b65964

http://www.kompasiana.com/palti/memaknai-kata-memanusiakan-
manusia_552c77076ea83444338b456d

https://budiyanta.wordpress.com/2011/06/18/proses-pembudayaan-melalui-
internalisasi-sosialisasi-enkulturasi-difusi-akulturasidan-asimilasi/

https://mubarokhari.wordpress.com/2011/06/20/perubahan-kebudayaan-dari-
lokal-menuju-global/

http://nilamkakansing.blogspot.co.id/2015/09/contoh-perubahan-kebudayaan-
lokal.html/

20

Anda mungkin juga menyukai