Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1.1 Hakikat Konsep Biokimia

Biokimia adalah salah satu mata kuliah yang dipelajari atau diajarkan

di Perguruan Tinggi (PT) fakultas kedokteran. Biokimia adalah berasal dari

dua kata, yaitu bio (artinya kehidupan) dan kimia. biokimia adalah cabang

ilmu, yang berhubungan dengan studi kimia kehidupan. cabang ilmu ini relatif

merupakan cabang baru. biokimia adalah disiplin sintetis yang mengandung

ilmu biologi dan kimia organik.1 Biokimia dapat diartikan sebagai ilmu yang

membahas tentang dasar-dasar kimia dari kehidupan. Biokimia juga dapat

diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang zat-zat kimia penyusun tubuh

makhluk hidup, serta reaksi-reaksi dan proses kimia, yang berlangsung di

dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi dan proses kimia yang berlangsung

didalam tubuh makhluk hidup atau didalam sel, kita namakan metabolisme.

Dengan definisi ini dapat dipahami bahwa biokimia mencakup atau

bersinggungan dengan sebagian bahasan dalam biologi sel dan biologi

molekuler.2, lainnya mengatakan bahwa biokimia adalah ilmu yang

mempelajari proses kimiawi di dalam makhluk hidup, dan prinsip dasar

biokimia adalah bahwa setiap aspek kehidupan melibatkan reaksi kimia


1Rajeshwari S. Setty, Biotechnology : Including Biochemistry, Mathematics, Computer
Science(), h.1
2 Ernawati Sinaga, biokimia dasar (Jakarta: isfi, 2012), h. 1
antara molekul biologis.3 Dengan demikian biokimia adalah ilmu yang

membahas tentang dasar-dasar kimia, penyusun tubuh makhluk hidup, serta

reaksi-reaksi dan proses kimia, yang berlangsung di dalam tubuh makhluk

hidup yang melibatkan reaksi kimia antara molekul biologis.

1.2 . Metode Praktikum

1.2.1. Pembelajaran Berbasis Praktik

Universitas berupaya untuk mengintegrasikan pembelajaran berbasis

praktik ke dalam kurikulum pendidikan tinggi, pembelajaran berbasis praktik

diintegrasikan dalam program pendidikan tinggi dengan cara yang efektif dan

berkelanjutan. dan semakin diperhitungkan sebagai komponen penting dari

program pendidikan tinggi yang mempersiapkan lulusannya untuk masuk ke

pekerjaan yang ditargetkan.4 Pratikum biokimia berbasis laboratoium ilmiah

pada mahasiswa dapat mendorong pengembangan kemampuan berpikir

mahasiswa, dalam perspektif antropologis Ingold menyatakan dalam buku,5

bahwa pembelajaran berbasis praktik didefinisikan sebagai belajar dengan

melakukan praktik dan mendapatkan pemahaman dari praktik (Ingold 2011a).

Perspektif kedokteran menyatakan mahasiswa kedokteran berpraktik

merawat pasien dan belajar untuk merawat pasien bersama dokter. dan

3dawn marks, collen smith, brahm, Biokimia kedokteran dasar (jakarta: egc, 1996), h. 7.
4
Monica Kennedy, Stephen Billett, Silvia Gherardi, Laurie Grealish, Practice-based Learning
in Higher Education: Jostling Cultures, (Netherland: Springer, 2015) h.15
5 Stephen Billett, Christian Harteis, Hans Gruber “International Handbook of Research in

Professional and Practice-based Learning”(Germany: springer, 2011), h. 382.


mahasiswa kedokteran dibekali pendidikan praktek kedokteran dengan tujuan

untuk peningkatan keahlian,6 sedangkan pendapat dari higgs menyatakan

bahwa belajar berbasis praktik berimplikasi pada partisipasi peserta didik,

dosen, asisten dan pengawas. Pembelajaran berbasis praktik adalah tentang

peran aktif mahasiswa dalam tugas di tempat praktik, dosen dan pengawas

menyampaikan pada mahasiswa tentang praktek, pemahaman, menafsirkan

makna, mengidentifikasi peserta praktik, peran dosen dan pengawas dalam

pembuatan tempat praktik dan lingkungan belajar yang efektif, mengatur dan

mengelola pembelajaran, membimbing pemahaman mahasiswa tentang

praktik dan pengembangan kemajuan mahasiswa dari pemula menjadi ahli.7

Sedangkan menurut monicaberpendapat bahwa definisi pembelajaran

berbasis praktik adalah pembelajaran yang dicapai oleh mahasiswa melalui

pengalaman praktis yang memungkinkan pengembangan keterampilan

praktik yang diperlukan untuk bekerja profesional (Kronenfeld et al. 2007).8.

Sedangkanmenurut Billett (2015) laboratory practice based learning

merupakan rangkaian pengamatan oleh peserta didik belajar dan berlatih di

laboratorium dengan praktik, partisipasi dan interaksi. 9

6
Stephen Billett, Christian Harteis, Hans Gruber “International Handbook of Research in
Professional and Practice-based Learning” (London: springer, 2014), h. 561.
7 joy higgs, dale sheehan, julie baldry, realising exemplary practice-based education
practice, education, work and society, (rotterdam : sense publishers, 2013), h. 14.
8 Monica Kennedy, Stephen Billett, Silvia Gherardi, Practice-based Learning in Higher

Education Jostling Cultures(Netherlands: Springer, 2015), h. 69 & 129 .


9
Georgina Barton, Kay Hartwig , Professional Learning in the Work Place for International
Students Exploring Theory and Practice. (Switzerland: springer, 2017) h. 261.
menurut Pinnegar dan Lynn dalam bukunya “self-study of practice as a

genre of qualitative research theory, methodology, and practice” menjelaskan

bahwa praktik atau praktikum adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dalam profesi tertentu. pembelajaran berbasis

praktik memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk eksplorasi yang

paling cocok dengan karir di masa depan mereka. pratikum atau praktik

adalah kata yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan

peran tertentu apakah peran itu bersifat pribadi, profesional, atau artistik.

Praktek mengacu pada semua aktivitas seseorang yang terlibat dalam peran

tersebut. juga termasuk didalamnya tanggung jawab, keyakinan, dan

pengetahuan yang menginformasikan dan membentuk praktik tersebut.10

Entitas organisasi seperti kampus menyediakan struktur untuk mengatur

kegiatan para praktisi, profesional, client, dan mahasiswa didalamnya. fokus

pada hubungan yang kompleks, terjalin antara aktivitas manusia dan objek

(Schatzki, 2002). 11

1.2.2. Pratikum Berbasis Laboratorium

Sulit membayangkan belajar sains, tanpa laboratorium atau tempat

praktek. Eksperimen mendasari semua ilmu pengetahuan dan pemahaman.

10 Stefinee Pinnegar Mary Lynn Hamilton, self-study of practice as a genre of qualitative


research theory, methodology, and practice (London: springer, 2009), h. 15
11 Franziska Trede, Celina McEwen. Educating the Deliberate Professional Preparing for

future practices, (Switzerland: springer, 2016), h. 20


Laboratorium adalah pengaturan untuk mengajar dan belajar sains.12disana

mahasiswa mendapat kesempatan untuk memikirkan, mendiskusikan, dan

memecahkan masalah nyata. Mengembangkan dan mengajarlaboratorium

yang efektif membutuhkan banyak keterampilan, kreativitas, dan kerja keras

Di Inggris,Dari perspektif quality assurance agency untuk perguruan

tinggimenyatakan bahwa tolok ukur untuk Bioscience menyatakan bahwa

"Biosains pada dasarnya adalah subyek praktis dan eksperimental" (QAA,

2007, hlm. 3).13pembelajaran profesional berbasis praktik14 yang memiliki

beberapa karakteristik, seperti:

• Secara langsung menghubungkan kesempatan belajar dengan tujuan


sekolah dan kebutuhan dosen dalam mencapai tujuan
• Mendukung dosen dalam membuat hubungan eksplisit antara apa yang
mereka lakukan dan apa yang dipelajari siswa

• Membangun komunitas belajar di mana semua bertanggung jawab untuk


belajar dan bekerja bersama rekan kerja untuk berbagi pengetahuan,
wawasan, dan pengalaman

• Memberdayakan dosen untuk merancang, melakukan, dan menindak lanjuti


pembelajaran. dengan pengalaman belajar yang tersedia dari waktu ke waktu
dan dengan lebih mendalam

konsep pembelajaran berbasis praktik diakui sebagai konsep kunci untuk

antropologi,oleh anthropologis seperti Jean Lave, Brigitte Jordan, Dorothy

12
Bradley Moore Et Al Science Teaching Reconsidered Handbook (Washington D.C.: National
Academy Press, 1997)
13
Benjamin F. Baab, John Bansavich, Nicos Souleles, Proceedings of the 2nd International Conference
on the Use of iPads, (england: cambridge publishing, 2017), h.34
14
Joyce, Susan, Leading Every Day: 124 Actions for Effective Leadership (USA: corwin press, 2006) h.
162
Holland dan Ed Hutchins, memacu paradigma baru untuk memulai dan

menghasilkan teori tentang pembelajaran berbasis praktik (Lave 2011;

Jordan 2014)15

McKeachie mengatakan bahwa pembelajaran di laboratorium merupakan

pengalaman praktik, pengamatan, dan pengolahan bahan sains dalam

mengembangkan pemahaman dan penilaian yang lebih baik dibandingkan dengan

metode pembelajaran lainnya.16(dari Gage, 1962, p.1144-1145).

Pembelajaran eksperimen adalah proses

belajar melaluipengalaman atau

‘learning by doing’ sesuai dengan

kurikulum yang menggunakan kegiatan

berbasis laboratorium. Model yang

paling populer dari pengalaman belajar

adalah yang dikembangkan oleh Kolb.17

Gambar 1 merupakan empat tahap siklus pembelajaran Kolb:

Praktikum ilmiah merupakan kegiatan mahasiswa dalam mengembangkan ide,

pengetahuan dan pemahaman ilmiah, serta tentang bagaimana para ilmuwan

mempelajari alam. para pendidik telah menyarankan bahwa banyak manfaat dalam

15
Stephen Billett, Christian Harteis, Hans Gruber, International Handbook of Research in Professional
and Practice-based Learning(Dordrecht: Springer, 2014)h. 14
16Wilbert McKeachie, Marilla Svinicki, McKeachie's Teaching Tips(USA: wadsworth cengace

learning, 2014) h.277


17 Clara Davies, Learning and Teaching in Laboratories(England: University of Leeds , 2008),

h.6
kegiatan laboratorium sains (Tobin, 1990; Hofstein & Lunetta, 2004). Tobin (1990)

menulis bahwa: “Kegiatan laboratorium merupakan cara belajar dengan pemahaman

dan pendalaman dalam proses pengetahuan”.18Dari Delamont bahwa dalam

pendidikan doktoral di Inggris. Bahwa mereka fokus pada ilmu alam berbasis

laboratorium, terdapat kontinuitas latihan dan keterampilan dari mahasiswa

penelitian, di dalam penelitian postdoctoral tersebut. 19

18 Hofstein A. The Role of Laboratory in Science Teaching and Learning. In: Taber K.S.,
Akpan B. (eds) Science Education. New Directions in Mathematics and Science
Education.(Rotterdam:SensePublishers, 2017), h. 357 & 405
19
Nick Hopwood Professional Practice and Learning Times, Spaces, Bodies, Things.
(switzerland: springer, 2016) h. 334
bahwa 90% hasil belajar dapat tercapai dari pengalaman nyata.20

Pengalaman dengan pekerjaan laboratorium sangat mempengaruhi motivasi

untuk berlatih ilmu dalam kelas sehari-hari. Pengalaman kerja laboratorium, dengan

peralatan, bahan, fenomena, dan pekerjaan langsung adalah bagian penting dari

pembelajaran. pembelajaran laboratorium berarti pengalaman langsung dengan

menggunakan alat dan disertai keterlibatan proses pembelajaran dan

keterampilan.21

melalui penerapan pengalaman belajar langsung dengan kegiatan laboratorium,

mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan dasar mengamati dan

mengukur. selain itu mahasiswa juga dapat menguasai keterampilan proses seperti

berpikir, mencatat, membuat tabel, menganalisis data, menarik kesimpulan,

berkomunikasi, dan kerja sama.22

1.2.3. Laboratorium

Laboratorium adalah tempat dimana seseorang melakukan penelitian ilmiah,

pengukuran atau pengujian ilmiah.23Sedangkan Laboratorium pendidikan adalah

unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau

20
wardani dwi wihastya, hentasmaka, and rosi anjarwati, active learning using learning management
system, to improve students’ competence, in argumentative writing, (stkip pgri jombang, journal on
english as a foreign language, volume 4, number 1, march 2014) h. 1
21Laboratory Experiences for Prospective Science Teachers: A Meta-analytic Review of

Issues and Concerns(jurnal European Scientific Journal edition vol.12, No.34 ISSN: 1857 –
7881 December 2016) h. 235
22 adi santoso, alimufi arief, penerapan metode pembelajaran berbasis laboratorium untuk

meningkatkan hasil belajar siswa materi alat-alat optik kelas x di sma negeri 1 plaosan,
magetan (universitas negeri surabaya jurnal inovasi pendidikan fisika, (jipf) vol. 04 no. 03,
september 2015), h.118
23
Fatmawati, Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains Terpadu, (yogyakarta:
deepublish, 2015), h. iv
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan

pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan

peralatan dan bahan berdasarkan metodekeilmuan tertentu, dalam rangka

pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,24,

Pentingnya keterampilan laboratorium ditekankan oleh Watson, Prieto, dan Dillon

(1995) bahwa pendekatan keterampilan laboratorium memberikan pengalaman


25
langsung, , Laboratorium adalah tempat yang baik untuk mengajar, karena dapat

secara aktif melibatkan mahasiswa padaproses pembelajaran melalui kegiatan

langsung; laboratorium merupakan lingkungan yang dinamis untuk berkolaborasi,

berpikir, mencari solusi dan penemuan.26,Contoh pengalaman belajar laboratorium

biokimia adalah di mana mahasiswa ditempatkan dalam lingkungan simulasi klinis,

dalam kelompok empat atau lima mahasiswa, kemudian berusaha menentukan

molekul dasar dari masalah klinis pasien berdasarkan informasi yang diberikan

kepada mereka.27

Good Laboratory Practices (GLP)28: adalah seperangkat aturan yang dirancang

untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan oleh laboratorium mendukung

kesimpulan yang dibuat, Untuk memenuhi peraturan GLP adalah memastikan

bahwa pekerjaan dilakukan oleh personel yang berkualifikasi, di bawah arahan yang

24
Vendamawan, Pengelolaan Laboratorium Kimia, Metana, Vol. 11 No. 02, Desember 2015, h.41
25
Maknun, Surtikanti, Subahar Pemetaan Keterampilan Esensial Laboratorium Dalam Kegiatan
Praktikum Ekologi, Jurnal Pendidikan Ipa Indonesia 2012 (Fmipa Unnes) h. 2
26
Mona Hall, Didem Vardar-Ulu, An Inquiry-Based Biochemistry Laboratory Structure Emphasizing
Competency in the Scientific Process, ( Massachusetts: the Department of Chemistry, Wellesley
College, 2014), h.58
27
vella & martin, alternatives to the biochemistry laboratory for medical students biochemical
education(canada: department of biochemistry university of saskatchewan), h. 12
28
Sandy Weinberg, Good Laboratory Practice Regulations(USA: informa, 2013), h. 153
tepat, fasilitas yang memadai, dengan peralatan yang dikalibrasi dan dipelihara,

menggunakan standar operasional prosedur, data terdokumentasi, pemeriksaan

proses pekerjaan, dan memberikan laporan yang ditinjau oleh profesional QA.

Tujuan Praktikum

 mendorong pengamatan dan deskripsi yang akurat


 membuat fenomena ilmiah lebih nyata
 meningkatkan pemahaman ide-ide ilmiah
 membangkitkan dan mempertahankan minat
 mempromosikan metode pemikiran ilmiah29

1.2.4 METODE

metode berarti 'jalan' atau 'cara'. Metode penelitian berarti cara pengumpulan data

dan analisis. Dari analisa data tersebut kemudian peneliti akan mendapatkan hasil

apakah itu berupa penegasan atas teori yang pernah ada (confirmation) atau suatu

penemuan baru (discovery).30

IEEE mendefinisikan Metode adalah seperangkat "proses yang teratur atau

prosedur yang digunakan dalam rekayasa produk”(IEEE, 1990).31

menyatakan bahwa metode adalah suatu aspek teknik tentang cara atau prosedur

dalam membuat atau menyelesaikan persoalan32

29 Hofstein A. The Role of Laboratory in Science Teaching and Learning. In: Taber K.S.,
Akpan B. (eds) Science Education. New Directions in Mathematics and Science Education.(
Rotterdam: Sense Publishers, 2017), h. 358
30Jozef richard racho,Conny Semiawan,Metode Penelitian Kualitatif (jakarta: grasindo,

2010), h. xii.

31 Gómez Mariano, LópezOscar, Methodologies and Methods for Building Ontologies,


(London: Springer, 2004), h. 108
1.2.5 . PEMBELAJARAN

Dewey berpendapat bahwa pembelajaran dalam pendidikan merupakan proses

pembentukan kemampuan untuk bekal masa depan,33.

32 James Campbell Understanding John Dewey: Nature and Cooperative Intelligence h. 101
33John Dewey, The Early Works (IIllinois: IU USA, 2015), h. 86.
Menurut Peggy Dettmer dalam tabel domain of learning menyatakan bahwa :

Taksonomi pendidikan yang dikembangkan oleh Krathwohl Bloom, telah digunakan

selama beberapa dekade sebagai pedoman untuk tujuan pembelajaran, kurikulum,

dan peniaian. domain kognitif diperluas dengan memasukkan fungsi kreativitas, dan

domain afektif ditingkatkan dengan internalisasi, dan bakat. domain psychomotor

diperluas menjadi domain sensorimotor, menggabungkan hubungan lima aspek

indra keseimbangan, gerakan, dan aktivitas fisik lainnya. domain sosial

diperkenalkan untuk proses sosiokultural yang menyertai pemikiran, perasaan.

sehingga empat domain disintesis menjadi satu domain pemikiran, perasaan,

pergerakan, dan interaksi dalam mengoptimalkan potensi diri mahasiswa. 34

Menurut Dewey, proses belajar berarti menangkap makna dengan cara sederhana

dari sebuah praktik, benda, proses atau peristiwa. Menangkap makna berarti

mengetahui kegunaannya. Sesuatu yang mempunyai makna berarti memiliki fungsi.

Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mengantar kaum muda untuk memahami

aktivitas yang mereka temukan dalam masyarakat. Semakin banyak aktivitas yang

mereka pahami berarti semakin banyak pula makna yang diperoleh.35Menurut

Bruner mengemukakan bahwa proses belajar yang sistematis terdiri dari tiga

tahapan yaitu; tahapan informasi, transformasi, dan evaluasi, sedangkan Iskandar

wassid dan Sunander (2008:4). Mengemukakan belajar adalah proses perubahan

tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan

34Peggy Dettmer Roeper Review;New Blooms in Established Fields: Four Domains of


Learning and Doing ( ProQuest Education Journals 2006), h. 73
35Amos Neolaka. Grace Amialia, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri

Menuju Perubahan Hidup (Indonesia: Prenadamedia, 2017) H. 177


lingkungan melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara

menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 36

Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses

perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam

Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya

terdapat berbagai unsuryang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan

perilaku.

Dengan demikian belajar dapat disimpulkan rangkaian kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam

dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera

dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada

perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta

wawasan pengetahuamiya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya

belum sempurna. proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat

dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana murid

belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks

dari belajar, 37

F. Strategi Pembelajaran.

36
Warni Tune Sumar Dan Intan Abdul Razak , Strategi Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Softskill, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2017)h. 9
37 Darmadi, Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar

Siswa (Yogyakarta: deepublish, 2017), h.1.


Menurut J.R. David, (1976) mengemukkan strategi pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu perancangan yang berisi tentang rangkaian kegiatan-kegiatan yang

didesain untuk mencapai pendidikan tersebut.38

G. Mengajar

Pendidikan adalah kegiatan membudayakan manusia muda atau membuat orang

muda ini hidup berbudaya sesuai standar yang diterima oleh masyarakat. Pengertian

pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran.39menurut celdic (1995: 23), dosen-dosen mendefinisikan

tujuan mengajar secara berbeda-beda. la mengelompokkan definisi-definisi itu ke

dalam empat kategori, yaitu: transferring, shaping, travelling, dan growing. 40

H. Model Pembelajaran

I. Disain Pembelajaran

38Warni dan Abdul Razak,strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


SoftSkill, (yogyakarta:deepublish, 2016) h. 9
39
amos neolaka, grace amialia, landasan pendidikan dasar pengenalan diri sendiri menuju
perubahan.(jakarta: prenadamedia group, 2017), h. 118
40
suyanto, strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru dl era global (Jakarta: Erlangga , 2013),
h.46
● peserta didik : termotivasi, nyaman, situasi kondusif.

● tujuan pembelajaran : kompetensi, kebutuhan, subkompetensi.

● penilaian : soal objektif, instrumen pengamatan.

● metode : teknik, media, strategi.

berdasarkan pemikiran dari dari kemp, morrison, & ross, 199441

J.Pengorganisasian Lingkungan Belajar

41
santi maudiarti, prinsip disain pembelajaran(jakarta: prenadamedia group, 2008),h. 18
Contoh tabel rangkaian kegiatan laboratorium biokimia42

mahasiswa menyelesaikan keterampilan laboratorium secara lengkap di

laboratorium Saat semester berlangsung.

42
Mona Hall, Didem Vardar-Ulu, An Inquiry-Based Biochemistry Laboratory Structure Emphasizing
Competency in the Scientific Process, ( Massachusetts: the Department of Chemistry, Wellesley
College, 2014), h.60
1.3 Keterampilan Generik Sains

Keterampilan termasuk wilayah pengetahuan prosedural, yakni

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Menurut Bell,

keterampilan generik adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja

dan dalam dunia pendidikan.43 Berdasarkan pengertian tersebut,

keterampilan-keterampilan ini meliputi keterampilan yang melintasi semua

bidang pekerjaan yang harus dikuasai oleh siswa.

Senada dengan pendapat Bell, Pitman dan Broomhall berpendapat

bahwa keterampilan generik berhubungan dengan pengetahuan untuk

bekerja yang terdiri dari tujuh kompetensi, yakni: 1) mengumpulkan,

mengorganisir dan mengorganisasi informasi, 2) mengkomunikasikan ide, 3)

perencanaan dan pengorganisasian kegiatan, 4) bekerja dalam tim, 5)

pemecahan masalah, 6) menggunakan matematika dan tehnik, dan 7)

menggunakan teknologi.44 Keterampilan ini bukan keterampilan bidang

pekerjaan tertentu, namun keterampilan yang melintasi segala pekerjaan dan

pendidikan yang berbeda.

Dalam dunia pendidikan, kemampuan dasar siswa merupakan

kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan

43 Barry Bell, V. Cragnolini, G. Crebert, C-J Patrick, dan M. Bates, “Educating Australian
Leisure Graduates: Contexts for Developing Generic Skills,” Annals of Leisure Research,
Vol. 6, No. 1, 2003, h. 1, http://www.tandfonline.com/loi/ranz20 (diakses 21 Januari 2015).
44 Tim Pitman dan Susan Broomhall, “Australian Universities: Generic Skills and Lifelong
Learning,” International Journal of Lifelong Education, Vol. 28, No. 4, 2009, h. 441-442,
http://www.tandfonline.com/loi/tled20 (diakses 21 Januari 2015).
menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika kemampuan

dasar siswa ini diintegrasikan dengan pengetahuan sains maka akan menjadi

kompetensi luas (kompetensi generik) yang dapat digunakan untuk

mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam berbagai

konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi

hidupnya.45 Kemampuan dasar siswa merupakan kemampuan berpikir,

berbuat, dan bersikap. Pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar

siswa tersebut tergantung dari pengalamannya. Pengalaman belajar di

sekolah menentukan pengembangan dan tahap peningkatan kemampuan

dasar siswa.

Menurut Leggett, dkk., keterampilan generik dalam bidang pendidikan

terdiri atas delapan keterampilan, yakni: 1) berpikir kritis, 2) mengorgasisai

ide, 3) menemukan ide, 4) keterampilan menulis, 5) keterampilan membaca,

6) keterampilan bekerja dengan angka dan grafik, 7) keterampilan berbicara,

dan 8) keterampilan bertanya. 46 Berdasarkan delapan keterampilan tersebut

dapat disimpulkan bahwa keterampilan generik dalam bidang pendidikan

meliputi keterampilan numerik dan keterampilan berbahasa.

45 Aritta Megadomani, “Model Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terbimbing untuk


Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA Pada
Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan,” Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011,
h. 2.
46 Monica Leggett, Adrianne Kinnear, Mary Boyce, dan Ian Bennett, “Student and Staff
Perceptions of the Importance of Generic Skills in Science,” Higher Education Research &
Development, Vol. 23, No. 3, 2004, h. 296, http://www.tandfonline.com/loi/cher20 (diakses
21 Januari 2015).
Pengetahuan kimia sebagai salah satu cabang ilmu sains,

memberikan pengalaman kepada siswa agar dapat menggunakan

pengetahuan kimia tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Sunyono,

dalam pembelajaran kimia diperlukan kemampuan kreatif dan inovatif. Ciri

pembelajaran sains melalui keterampilan generik sains adalah membekalkan

keterampilan generik sains melalui keterampilan generik sains kepada siswa

sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.47 Pembelajaran

kimia berorientasi keterampilan generik sains dapat dilakukan melalui

eksperimen (pengamatan langsung) dan melalui simulasi komputasi

(pengamatan tak langsung).

Menurut Brotosiswoyo, keterampilan generik sains merupakan

kemampuan berpikir dan bertindak siswa berdasarkan pengetahuan sains

yang dimilikinya dan diperoleh dari hasil belajar sains. Setiap kompetensi

generik sains mengandung cara berpikir dan berbuat.48 Pembelajaran yang

berorientasi pada keterampilan generik sains dapat membantu guru

mengetahui apa yang harus ditingkatkan dan membelajarkan siswa dalam

belajar cara belajar.

Menurut Brotosiswoyo, rumusan penguasaan keterampilan generik

sains, yaitu: pengamatan langsung, pengamatan tak langsung, kesadaran


47 Sunyono, “Pengembangan Model Lember Kerja Siswa Berorientasi Keterampilan Generik
Sains Pada Materi Kesetimbangan Kimia (Studi di SMAN 16 Bandar Lampung,” Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia II (SN-KPK II), UNS Solo, 2010, h. 464.
48 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di
Perguruan Tinggi (Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hh. 7-21.
tentang skala besaran, bahasa simbolik, kerangka logika taat asas, inferensi

logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematika, dan membangun

konsep. Sedangkan menurut Moerwani, penguasaan keterampilan generik

sains dalam pelajaran kimia, yaitu: pengamatan langsung, pengamatan tak

langsung, pemahaman tentang skala, bahasa simbolik, kerangka logika taat

asas, konsistensi logis, hukum sebab akibat, pemodelan matematika,

inferensial logika dan abstraksi.49

1.4. Intellegence Quotient (IQ)

B. Penelitian Yang relevan

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan dan dapat

mempengaruhi adalah yaitu penelitian yang dilakukan Astuti, Sunarno, dan

Sudarisman50 dengan judul “Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan

Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas

49Megadomani, op. cit., hh. 21-22.


50Rina Astuti, Widha Sunarno, dan Suciati Sudarisman, Pembelajaran IPA Dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas
Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar
Siswa, Jurnal Inkuiri, Vol. 1, No. 1, 2012, h. 59.
Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan

Motivasi Belajar Siswa” salah satu kesimpulan diperoleh dalam penelitian ini

adalah bahwa pembelajaran IPA pada materi limbah dan pemanfaatan

limbah melalui pendekatan ketrampilan proses sains dengan eksperimen

terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode eksperimen bebas

termodifikasi.

Sementara itu yang berhubungan dengan

C. Kerangka Teoretik

D. Hipotesis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai