Disusun Oleh:
Prayzilia Olivia Marampe
1261050267
Dokter Pembimbing
dr. Tri Yanti Rahayuningsih, Sp.A(K)
2
BAB I
PENDAHULUAN
Demam reumatik ialah sindrom klinis sebagai akibat dari infeksi beta
Streptococcus hemolyticus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis
migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum. 3Diseluruh
dunia, terdapat 15 juta kasus penyakit jantung reumatik, dengan 282000 kasus baru dan
233000 kasus kematian akibat penyakit ini. 4
Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif dan
proliferatif jaringan mesenkim. Kelainan menetap hanya pada jantung. Sedangkan organ
lain seperti sendi, paru, pembuluh darah, jaringan otak dan lain-lain dapat terkena namun
selalu reversibel.3
3
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa : Prayzilia Olivia M Pembimbing : dr. Tri Yanti, Sp.A(K)
NIM : 1261050267 Tanda tangan :
2.1 IDENTITAS
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. D Tn. B Ny. A
Umur 3 tahun Tahun tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki laki Perempuan
Alamat
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Indonesia
Pendidikan TK SLTA SLTP
Pekerjaan - Pegawai Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS 24 Mei 2018 - -
(IGD)
2.2. ANAMNESIS
Dilakukan secara auto dan alloanamnesis di ruang rawat inap Melati.
2.2.1 KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 3 hari SMRS.
2.2.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang anak perempuan berumur 12 tahun datang ke IGD RSUD Kota Bekasi
diantar oleh keluarganya dengan keluhan sesak sejak 3 hari SMRS. Sesak dirasakan terus
menerus dan dirasakan semakin parah sampai mengganggu tidur pasien. Keluhan disertai
dengan nyeri pada dada kiri (+), keringat dingin (+), mual(+). Muntah (-), demam(-), dan
4
nafsu makan menurun (+). Pasien sudah pernah control ke poli anak RSUD Bekasi dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan echocardiography namun pasien belum
melakukan pemeriksaan tersebut.
2.2.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
2.2.4 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
5
Kesimpulan riwayat imunisasi : imunisasi dasar lengkap.
2.2.7 RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : umur 7 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental :-
Psikomotor
Tengkurap : 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : 7 bulan (Normal: 7-9 bulan)
Berdiri : 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : 13 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Bicara : 11 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Sekarang pasien tidak ada masalah dalam interaksi sosial.
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Tidak ada tanda-tanda
perlambatan dari perkembangan pasien.
6
Berat Badan sekarang : 24 kg
Tinggi Badan : 147 cm
Status Gizi
- BB/U : 24/42x100% =57,14%
- TB/U : 147/151x100% = 97,35%
- BB/TB : 24/40x100% = 60%
Berdasarkan standar baku CDC gizi anak termasuk dalam gizi buruk.
o Jantung
Inspeksi Pulsasi iktus kordis terlihat
7
Palpasi Iktus kordis teraba ICS IV, 1 cm
medial dari linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi S1-S2 reguler, murmur (+) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Tampak datar
Palpasi Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi Timpani pada 4 kuadran, shifting
dullnes (-)
Auskultasi Bising usus 4 x/menit
GCS : E4M6V5
Pupil : bulat, isokor, 3 mm/3 mm
RCL+/+ RCTL +/+
8
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq >70º >70º
Bruzinski I - -
Bruzinski II - -
9
BE blood -5,0 -2-3 Mmol/L
Std HCO3 (SBC) 20,2 22-26 Mmol/L
O2 Content 12,1 Ml/dl
O2 Cap 11,9 Ml/dl
A 179 mmHg
Suhu 76,2
Hb 7,2 g/dL
O2 2 L
FIO2 28 %
10
Trombosit 155 150-400 Ribu/uL
Kimia Klinik
Fungsi Hati
Albumin 2,85 3,5 – 4,5 g/dL
11
2.5 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
12
2.7 RESUME
13
Radiologi
Rontgen Thorax PA Kesan: cardiomegaly curiga dengan edema paru DD/ infiltrate
pneumonia belum dapat disingkirkan
2.10 PENATALAKSANAAN
A. Non medika Mentosa
1. Komunikasi, informasi, edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan
pasien.
2. Tirah baring.
B. Medika Mentosa
1. IVFD Kaen 3A 1000 cc/hari
2. Furosemide 2 x 10 mg (PO)
3. Captopril 2 x 6,25 mg (PO)
4. Inj. Cefotaxim 2 x 500 mg (IV)
2.11 PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
Ad Functionam : Dubia ad malam
14
Follow up
Tanggal S O A P
27 – 29 Sesak (+) KU : TSS Penyakit Jantung IVFD Kaen 3A
Mei 201 Nyeri Kes : CM Rematik
1000 cc/hari
dada kiri Tanda vital Cefotaxime 2x
(+) TD : 89/44 500 mg (IV)
Mual (+) mmhg meropenem
Keringat HR : 115 2x500 mg
dingin (+) x/menit Furosemide
RR : 42 2x10 mg (PO)
x/menit Captopril
S : 35,9 2x6,25 mg (PO)
Sat : 98% OMZ 1x10mg
Status Generalis (IV)
Konjungtiva Ondancentron
anemis 3x1mg (IV)
(+/+) Inhalasi /8jam
Murmur (+) Ventolin
Status (1):NaCl(2)
Neurologis Transfusi PRC
GCS 150 cc
E4M6V5 Transfuse
Refleks albumin 100 cc
fisiologis + Lasix 20 mg
++/++ (IV)
15
1 Juni Lemas (+) KU : TSS Penyakit Jantung IVFD Kaen 3A
2018 Sesak (+) Kes : CM Rematik
800 cc/hari
Tanda vital Meropenem
TD : 136/77 2x500 mg
mmhg Furosemide
HR : 98 2x10 mg (PO)
x/menit Captopril
RR : 32 2x6,25 mg (PO)
x/menit OMZ 1x10mg
S : 35,8 (IV)
Sat : 98% Ondancentron
Status Generalis 3x1mg (IV)
Murmur (+) Inhalasi /8jam
Status Ventolin
Neurologis (1):NaCl(2)
GCS Aldacton
E4M6V5 2x12,5 mg
2 Juni Lemas (+) KU : TSS Penyakit Jantung IVFD Kaen 3A
2018 Sesak (+) Kes : CM Rematik
1000 cc/hari
Mual (+) Tanda vital Meropenem
TD : 136/77 2x500 mg
mmhg Furosemide
HR : 98 2x10 mg (PO)
x/menit Captopril
RR : 32 2x6,25 mg (PO)
x/menit OMZ 1x10mg
S : 35,8 (IV)
Sat : 98% Ondancentron
Status Generalis 3x1mg (IV)
Murmur (+) Inhalasi /8jam
Status Ventolin
Neurologis (1):NaCl(2)
GCS
E4M6V5
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Demam reumatik ialah sindrom klinis sebagai akibat dari infeksi beta
Streptococcus hemolyticus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis
migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum. 3
3.2 Epidemiologi
Diseluruh dunia, terdapat 15 juta kasus penyakit jantung reumatik, dengan 282000
kasus baru dan 233000 kasus kematian akibat penyakit ini. 4
17
2. Jenis kelamin
Pada demam reumatik, tidak ditemukan perbedaan jenis kelamin dimana laki-laki
maupun perempuan sama-sama terkena, meskipun manifestasi tertentu mungkin
sering ditemukan pada salah satu jenis kelamin. Misalnya korea jauh lebih sering
ditemukan pada wanita daripada laki-laki. Untuk penyakit jantung reumatik,
terdapat perbedaan jenis kelamin dimana pada orang dewasa gejala sisa berupa
stenosis mitral lebih sering ditemukan pada perempuan sedangkan insufisiensi
aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki.
3. Umur
Penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik mengenai anak paling
sering pada usia 5-15 tahun, dengan puncak pada usia 10 tahun dan jarang
ditemukan pada usia dibawah 5 tahun.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti keadaan sosial ekonomi yang
buruk seperti sanitasi lingkungan yang buruk, lingkungan padat penduduk,
pendidikan yang rendah serta pendapatan yang rendah.
Iklim juga dapat mempengaruhi seperti iklim tropis serta perubahan cuaca yang
mendadak dapat menyebabkan tingginya insiden infeksi saluran nafas bagian atas
sehingga dapat menimbulkan penyakit demam reumatik/jantung reumatik.
3.4 Patogenesis
Demam reumatik merupakan penyakit autoimun. Sreptococcus diketahui
menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel; yang terpenting streptolisin O,
streptolisin S dan hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase,
deoksiribonuklease (DNA-ase) serta streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk
tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam reumatik diduga merupakan akibat
kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap produk-produk tersebut diatas. Kaplan
mengemukakan hipotesis mengenai adanya reaksi silang antara antibodi terhadap
Streptococcus dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen
Streptococcus; hal tersebutlah yang menyebabkan reaksi autoimun.
Pada penderita yang sembuh dari infeksi Streptococcus, terdapat kira-kira 20
sistem antigen antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada yang lain.
18
Anti DNA-ase misalnya, dapat menetap beberapa bulan dan berguna untuk penelitian
terhadap penderita yang menunjukkan gejala korea sebagai manifestasi tunggal demam
reumatik saat antibodi lainnya sudah normal.
ASTO (anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling
sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptococcus. Lebih kurang 80%
penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikan kadar
ASTO ini.3
19
2. Organ-organ lain
a. Sendi-sendi paling sering terkena. Terjadi peradangan eksudatif dengan
degenerasi fibrinoid sinovium.
b. Nodul subkutan secara histologis mirip dari jaringan nekrotik fibrinoid yang
dikelilingi oleh sel-sel jaringan ikat mirip badan Aschoff.
c. Pada jaringan otak dapat terjadi infiltrasi sel bulat disekitar pembuluh darah
kecil. Kelainan tersebut letaknya tersebar di korteks, serebelum dan ganglia
basal.
d. Pada paru, dapat terjadi pneumonia dengan tanda-tanda perdarahan. Kelainan
pembuluh darah dapat terjadi dimana mana, terutama pembuluh darah kecil
yang menunjukkan pembengkakan dan proliferasi endotel.
e. Pada ginjal, dapat terjadi glomerulonefritis ringan akibat reuma.
20
a. Gejala peradangan umum
Biasanya penderita mengalami demam yang tidak tinggi tanpa pola
tertentu, lesu, anoreksia, berat badan menurun. Anak terlihat pucat karena
anemia akibat tertekannya eritopoesis atau karena epistaksis yang
berkepanjangan. Selain itu, manifestasi artralgia yaitu rasa di sekitar sendi
beberapa hari/minggu sering didapatkan pada gejala ini. Rasa sakit akan
semakin bertambah jika anak melakukan kegiatan fisik. Gejala lain yaitu
sakit perut yang terkadang bisa sangat hebat sehingga menyerupai
appendisitis. Sakit perut ini akan memberikan respon cepat jika diberikan
analgetik.
Pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan tanda-tanda reaksi
peradangan akut berupa terdapatnya C-reactive protein dan leukositosis
serta LED yang meningkat. Titer ASTO meningkat pada 80% kasus. Pada
pemeriksaan EKG dapat dijumpai interval P-R memanjang (AV blok
derajat 1).
b. Gejala spesifik
Artritis
Khas untuk demam reumatik ialah poliartritis migrans akut. Biasanya
mengenai sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku dan
pergelangan tangan serta dapat terjadi bersamaan tetapi lebih sering
berpindah-pindah/bergantian. Sendi yang terkena menunjukkan gejala
radang yang jelas seperti bengkak, merah, panas, nyeri serta gangguan
fungsi. Yang mencolok adalah rasa nyeri. Harus dibedakan antara
artritis pada demam reuma dengan growing pain yang sering
didapatkan pada anak pra sekolah. Pada growing pain, anak akan
senang dipijat, sedangkan pada artritis disentuh saja anak akan
kesakitan. Kelainan pada tiap sendi akan menghilang sendiri tanpa
pengobatan dalam beberapa hari sampai 1 minggu dan seluruh gejala
sendi akan menghilang dalam waktu 5 minggu tanpa gejala sisa apapun.
Derajat beratnya artritis tidak berhubungan dengan gejala karditis.
Kira-kira 15% penderita karditis reuma tidak disertai artritis. Gambaran
klinis yang khas dari artritis adalah cepat membaiknya dengan
21
pemberian analgetik/NSAID. Bila dengan pemberian NSAID atau
steroid dalam waktu 48 jam tidak memberikan respon, maka dapat
dipertimbangkan artritis sebagai gejala dari demam reumatik. Bila
ditemukan monoatritis, maka dapat menimbulkan keraguan dalam
diagnosis demam reuma, sehingga perlu observasi beberapa hari
sebelum memberikan NSAID untuk memastikan artritis disebabkan
oleh demam reuma atau bukan, oleh karena masih mungkinnya
monoartritis disebabkan oleh masalah sendi yang lain.
Karditis
Karditis reuma merupakan proses peradangan akut yang dapat
mengenai lapisan jantung baik salah satu atau ketiga lapisan jantung.
Bila mengenai seluruh lapisan jantung maka disebut dengan
pankarditis. Untuk mengetahui adanya karditis, maka perlu diketahui
keadaan jantung sebelum sakit.
Karditis merupakan gejala mayor terpenting karena hanya karditislah
yang dapat meninggalkan gejala sisa. Karditis dapat menimbulkan
kematian pada stadium akut. Kelainan jantung yang menetap biasanya
terjadi. Perlu diingat, bahwa bising Carey-Coombs pada karditis reuma
akut bukanlah disebabkan oleh stenosis mitral organik. Bising tersebut
dapat menghilang pada fase penyembuhan. Stenosis mitral yang
sebenarnya terjadi pada beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah
fase akut.
Yang paling sering ditemukan adalah bising sistolik apikal yang
menjalar ke aksila. Seorang penderita demam reumatik dikatakan
menderita karditis bila ditemukan satu atau lebih tanda berikut:
1. Bising jantung patologis yang sering dijumpai meliputi:
a. Bising pansistolik apical yang bernada tinggi oleh karena
regurgitasi katub mitral yang menjalar sampai aksila kiri.
Murmur ini tidak dipengaruhi oleh pernafasan atau perubahan
posisi.
b. Bising diastolic apical atau Carey-Coombs murmur oleh karena
insufisiensi katub mitral yang berat. Murmur ini dapat didengar
22
dengan posisi pasien berbaring ke kiri (left lateral decubitus)
dan menahan nafas pada fase ekspirasi.
c. Bising diastolik basal yang merupakan awal dari bising diastolic
oleh karena regurgitasi aorta yang bernada tinggi, terdengar
paling baik di atas kanan garis sternal, garis mid sternal dan kiri
sternal setelah ekspirasi dalam dengan posisi pasien bersandar.
2. Kardiomegali pada pemeriksaan foto rontgen dapat ditemukan pada
penderita tanpa demam reuma sebelumnya atau yang sudah
mengalami penyakit jantung reuma sebelumnya. Kardiomegali,
terutama pembesaran ventrikel kiri dan berbentuk seperti vas akibat
perikarditis dengan efusi perikard serta denyut jantung yang
melemah pada pemeriksaan fluoroskopi dapat ditemukan pada
pemeriksaan radiologis.
Selain foto rontgen, pemeriksaan ekokardiografi perlu dilakukan
pada penderita demam reuma untuk mengetahui kerusakan katup
jantung dan fungsi jantung.
3. Perikarditis
Biasanya diawali dengan nyeri sekitar daerah umbilikus akibat
penjalaran nyeri bagian tengah diafragma. Tanda-tanda lainnya
ialah adanya friction rub, efusi perikardium dan kelainan EKG.
Perikarditis jarang ditemukan secara tersendiri, biasanya
merupakan bagian dari pankarditis.
4. Gagal jantung kongestif tanpa sebab yang lain dengan gejala sesak
nafas, nyeri dada, orthopneu, paroksismal nocturnal dispnoe,
syncope, edema ekstremitas, irama gallop dan peningkatan JVP
Korea
Korea adalah gerakan cepat, bilateral dan tanpa tujuan serta sukar
dikendalikan. Seringkali disertai kelemahan otot. Korea dapat terjadi
pada stadium akut maupun stadium inaktif dan pada 5% kasus demam
reumatik, korea merupakan gejala tunggal. Sering terdapat pada usia
anak perempuan 8 tahun dan jarang setelah masa pubertas. Korea dapat
terjadi pada banyak keadaan klinis lain seperti cerebral palsy. Namun
23
jika ditemukan pada anak usia sekolah terutama perempuan tanpa
manifestasi nerulogis lain, hampir selalu korea yang muncul
disebabkan oleh reuma.
Eritema marginatum
Kelainan kulit ini berupa bercak-bercak merah muda dengan bagian
tengah yang pucat sedangkan tepinya berbatas tegas, berbentuk bulat
atau bergelombang tanpa indurasi serta tidak gatal. Jika ditekan, lesi
akan menjadi pucat. Tempatnya dapat berpindah-pindah namun tidak
pernah di wajah.
Nodul subkutan
Nodul ini terletak dibawah kulit, keras, tidak nyeri, mudah digerakkan
dengan ukuran 3-10 mm. Biasanya terdapat di bagian ekstensor
persendian terutama di siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki, daerah
oksipital dan diatas prosesus spinosus vertebra torakalis dan lumbalis.
Nodul subkutan sering dianggap sebagai tanda prognosis yang buruk
sebab seringkali disertai karditis yang berat.
IV. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini, penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung atau penderita jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik
dengan gejala sisa katup jantung, gejala yang muncul sesuai beratnya
kelainan. Pada fase ini, sewaktu-waktu dapat terjadi reaktivasi penyakitnya.
3.7 Diagnosis
Dr. T. Duchett Jones (1944) menyusun kriteria sistematik untuk menegakkan
diagnosis demam reumatik yang kemudian direvisi oleh The american Heart
Association’s Council on Rheumatic Fever dan Congenital Heart Disease pada tahun
1965. Kriteria Jones mengalami revisi yang kelima pada tahun 2015.1,3
24
Dikutip tanpa izin dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4829161/
25
3.10 Tatalaksana
Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk eradikasi kuman beta Streptococcus
grup A dengan memakai penisilin G-benzatin secara intramuscular dengan dosis 1,2 juta
unit untuk anak dengan berat badan diatas 20 kg dan dosis 600 ribu unit untuk anak
dengan berat badan dibawah 20 kg selama 10 hari. Alternative pengobatan secara oral
memakai amoksisilin dengan dosis 50 mg/KgBB/hari, tiga kali sehari untuk 10 hari atau
eritromisin dosis 40 mg/KgBB/hari, empat kali sehari, untuk 10 hari atau azitromisin
dengan dosis 20 mg/KgBB/hari, diberikan sehari sekali selama 3 hari. 1,5
Pengobatan selanjutnya adalah sesuai manifestasi klinis yang muncul. Pada
karditis ringan atau sedang diberikan aspirin dengan dosis 80-100 mg/KgBB/hari selama
4-8 minggu dengan monitoring level obat dalam serum dibawah 25 mg/dl. Sedangkan
untuk karditis berat diberikan prednisone 2 mg/KgBB/hari selama 2-3 minggu, dengan
penurunan bertahap 2-3 minggu kemudian. Selain itu pada gagal jantung pemberian
vasodilator, digoksin dan antidiuretic direkomendasikan. Untuk artritis, dapat
dipertimbangkan pengobatan selama 7-10 hari dengan aspirin 80-100 mg/KgBB/hari atau
ibuprofen 30-40 mg/KgBB/hari atau ketoprofen 1,5 mg/KgBB/hari. Untuk khorea,
digunakan haloperidol 1 mg/hari, dinaikkan 0,5 mg sampai mencapai respon yang baik.
Dosis maksimal 5 mg/hari. Terapi dipakai selama 3 bulan. 1-5
Terapi pembedahan katup biasanya dilakukan jika pemberian medikamentosa
tidak dapat mengatasi gejala karditis yang muncul. Tujuan dari terapi pembedahan ini
sebagai life saving dan memperbaiki kualitas hidup.4
Diet yang diberikan sesuai keadaan pasien. Sebagian besar kasus cukup diberikan
makanan biasa, cukup kalori dan protein. Bila terdapat gagal jantung, diet disesuaikan
dengan diet gagal jantung. 3
Istirahat dan mobilisasi juga diperlukan pada pasien sesuai dengan manifestasi
klinis yang muncul. Pada artritis biasanya cukup selama 2 minggu sedangkan pada
karditis berat dengan gagal jantung dapat sampai 6 bulan. 3
26
3.11 Profilaksis
Dalam tindakan pencegahan, dikenal dua macam profilaksis yaitu primer dan
sekunder.5
1. Profilaksis primer
Yang dimaksud dengan profilaksis ini adalah pengobatan yang adekuat terhadap
infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh beta Streptococcus grup A. Obat yang
digunakan sama dengan pengobatan eradikasi fase akut.
2. Profilaksis sekunder
Yang dimaksud dengan profilaksis ini adalah untuk mencegah terjadinya infeksi
ulangan Streptococcus pada penderita demam reumatik/penyakit jantung
reumatik. Profilaksis ini berlangsung lama walaupun masih dalam perdebatan.
Terapi yang digunakan meliputi penisilin G-benzatin, intramuscular, dengan dosis
1,2 juta unit untuk anak diatas sama dengan 6 tahun atau 600 ribu unit untuk anak
dibawah 6 tahun. Pemberiannya diberikan sekali setiap 21 hari. Jika alergi
penisilin, maka dapat diberikan eritromisin 2x250 mg.
Untuk durasi profilaksis disesuaikan dengan kondisi penderita, yaitu:
a. Demam reumatik tanpa karditis, profilaksis diberikan minimal 5 tahun
b. Demam reumatik dengan karditis ringan namun tanpa kerusakan katup,
profilaksis diberikan minimal 10 tahun
c. Demam reumatik dengan karditis dan kerusakan katup, profilaksis diberikan
minimal 10 tahun.
27
BAB IV
KESIMPULAN
Demam reumatik ialah sindrom klinis sebagai akibat dari infeksi beta
Streptococcus hemolyticus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis
migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum.
Demam reumatik merupakan interaksi antara individu, penyebab penyakit dan
faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan sangat erat dengan infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh infeksi beta Streptococcus hemolyticus golongan A.
Berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus di
kulit mapun di saluran nafas, demam reumatik nampaknya tidak berhubungan dengan
infeksi Streptococcus di kulit.
Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif dan
proliferatif jaringan mesenkim. Kelainan menetap hanya pada jantung. Sedangkan organ
lain seperti sendi, paru, pembuluh darah, jaringan otak dan lain-lain dapat terkena namun
selalu reversibel. Perjalanan klinis demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat
dibagi menjadi 4 stadium.
Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk eradikasi kuman beta Streptococcus
grup A. Pengobatan selanjutnya adalah sesuai manifestasi klinis yang muncul. Dalam
tindakan pencegahan, dikenal dua macam profilaksis yaitu primer dan sekunder.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Pereira F, Belo Ra, Da Silva AN. Rheumatic fever: update on the jones criteria
according to the American Heart Association review-2015. rev bras reumatol.
2017;5 7(4):364–368.
2. Sika-Paotonu D, Beaton A, Raghu A, et al. Acute Rheumatic Fever and
Rheumatic Heart Disease. 2017 Mar 10 [Updated 2017 Apr 3]. In: Ferretti JJ,
Stevens DL, Fischetti VA, editors. Streptococcus pyogenes : Basic Biology to
Clinical Manifestations [Internet]. Oklahoma City (OK): University of Oklahoma
Health Sciences Center; 2016-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK425394/
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kelainan jantung didapat: Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik.
Dalam: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid ke-2. Cetakan kesepuluh.
Jakarta: Infomedika; 2002; h.734-749
4. Chin KT, Chin ME. Pediatric Rheumatic Heart Disease. Diunduh dari:
https://emedicine.medscape.com/article/891897-overview
5. Rosa DG, Pardeo M, Stabile A, Rigante D. Rheumatic heart disease in children:
from clinical assessment to therapeutical management. Eur Rev Med Pharmacol
Sci. 2006; 10: 107-110.
29