Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA

SISWI DI SMP N 2 DEMAK TAHUN 2014

Aulia Noorvita Ramadani


Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Background: During menstruation, several women experience severe menstrual disorder. One of the
menstrual disorders is dysmenorrhea. A chemical of prostaglandin may increase dysmenorrhea. The
incidence of dysmenorrhea will increased on the women who less do exercises..
Purpose: This study aims to find the correlation between sporting habit and the incidence of
dysmenorrhea in female students at Demak 2 State Junior High School in 2014.
Method: This was a descriptive-correlative study with cross-sectional approach. The population in
this study was 83 students at Demak 2 State Junior High School who had menstruate in 2014. The
data sampling used proportionate stratified random sampling technique. The data were collected by
using diagnosis and questionnaires with 3 questions. The bivariate analysis used Chi-square
correlation test.
Result: The results of this study indicate that the respondents with good sporting habit who have
dysmenorrhea are 4 respondents (8.7%) and the respondents with not good sporting habit who have
dysmenorrhea are 31 respondents (83.8%). While the respondents with good sporting habit who do
not have dysmenorrhea are 42 respondents (38.5%) and the respondents with not good sporting habit
who do not have dysmenorrhea are 6 respondents (9.5%).
Conclusion: Based on the results of the Chi Square test obtained p-value of 0.00001. It means that the
p-value of 0.00001 <α (0.05), then Ho is rejected and concluded that there is a significant correlation
between sporting habit and the incidence of dysmenorrhea in female students at Demak 2 State Junior
High School in 2014.

Keywords: Sporting habit, Incidence of dysmenorrhea, Female student

PENDAHULUAN jiwa diantaranya adalah remaja. Remaja yang


terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa
Kesehatan reproduksi dalam ICPD (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012
(International Conference on Population jiwa (49,30%) (Pusat Penelitian dan
Development) adalah keadaan kesejahteraan Pengembangan Kependudukan-BKKBN,
fisik, mental dan sosial yang utuh dan 2011).
menyeluruh yang berkaitan dengan sistem, Masa remaja adalah masa transisi yang
fungsi dan proses reproduksi. Sistem, fungsi ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi
dan proses reproduksi akan mencapai kondisi dan psikis. Masa remaja remaja adalah periode
sejahtera secara fisik, mental dan sosial peralihan dari masa anak ke masa dewasa,
manakala didukung pengetahuan dan yakni usia 10-19 tahun adalah suatu periode
pemahaman yang baik terhadap kesehatan masa pematangan organ reproduksi manusia,
reproduksi, terutama kesehatan repoduksi dan sering disebut pubertas (Widyastuti, 2009).
remaja (Direktorat Pemaduan Kebijakan Pubertas pada perempuan mulai pada
Pengendalian Penduduk, 2007). umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun selama 4 tahun. Awal pubertas dipengaruhi
2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk oleh bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan.
Indonesia sebesar 237, 6 juta jiwa, 63,4 juta Kejadian penting dalam pubertas ialah

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 1
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri- Zat kimia yang bernama prostaglandin
ciri kelamin sekunder, perubahan psikis dan dinyatakan dapat meningkatkan Dismenore.
haid pertama (menarche) (Waryana, 2010). Prostaglandin adalah salah satu senyawa kimia
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010 dalam darah yang mengatur beberapa aktivitas
menunjukkan bahwa berdasarkan laporan tubuh termasuk aktivitas rahim. Bila kadar
responden yang sudah mengalami haid, rata- prostaglandin berlebih, maka kontraksi rahim
rata usia menarche di Indonesia adalah 13 pada masa haid bertambah sehingga terjadi
tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal nyeri yang hebat. Nyeri bisa semakin
pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang bertambah karena disamping stres, kurang
lebih lambat sampai 20 tahun serta 7,9% tidak berolahraga dan gizi yang tidak seimbang,
menjawab/lupa (Sedyaningsih, 2010). penyebab lain timbulnya nyeri yang luar biasa
Pada saat haid, pada sebagian perempuan adalah penyakit seperti endometriosis dan
ada yang mengalami gangguan haid yang tumor pada rahim (Marmi, 2013).
cukup berat. Salah satu gangguan yang Kejadian dismenore akan meningkat pada
berhubungan dengan haid adalah dismenore. wanita yang kurang melakukan olahraga,
Tidak sedikit perempuan mengalami nyeri haid sehingga ketika wanita mengalami dismenore,
berkepanjangan yang terus menerus oksigen tidak dapat disalurkan ke pembuluh-
mengalami rasa sakit, bahkan tidak bisa pembuluh darah organ reproduksi yang saat itu
beraktivitas apapun selama haid karena rasa terjadi vasokontriksi. Bila wanita teratur
nyeri yang tidak tertahankan (Manuaba, 2010). melakukan olahraga, maka wanita tersebut
Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama- dapat menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat
sama dengan menstruasi dan berlangsung per menit sehingga oksigen tersampaikan ke
beberapa jam, walaupun pada kasus dapat pembuluh darah yang mengalami
berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri vasokontriksi. Hal itu akan menyebabkan
adalah kejang yang berjangkit, yang biasanya terjadinya penurunan kejadian dismenore
terbatas di perut bawah tetapi dapat merambat dengan teratur berolahraga (Tjokronegoro,
ke daerah pinggang dan paha disertai dengan 2004).
mual, muntah, sakit kepala dan diare (Judha, Salah satu cara yang efektif untuk
Sudarti & Fauziah, 2012). mencegah olahraga adalah dengan cara
Angka kejadian Dismenore di dunia melakukan olahraga. Beberapa latihan fisik
sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% dapat meningkatkan pasokan darah ke organ
perempuan disetiap negara mengalami reproduksi sehingga memperlancar peredaran
Dismenore. Di Amerika angka prosentasenya darah. Olahraga yang dilakukan sekurang-
sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. kurangnya tiga kali seminggu. Perempuan
Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan yang melakukan olahraga secara teratur dapat
55% perempuan usia produktif yang tersiksa meningkatkan sekresi hormon endhorphin
oleh Dismenore (Marmi, 2013). yaitu penghilang nyeri alami ke dalam aliran
Angka kejadian dismenore tipe primer di darah sehingga dapat mengurangi Dismenore
Indonesia adalah sekitar 50-75% wanita yang (Mutohir, 2004).
masih menstruasi sedangkan sisanya adalah Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas
penderita dengan tipe sekunder. Ciri-ciri fisik yang terencana dan terstruktur yang
dismenore primer antara lain; terjadi beberapa melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi ditujukan untuk meningkatkan kebugaran
pertama (menarche) rasa nyeri timbul sebelum jasmani. Jenis olahraga antara lain aerobik dan
menstruasi, atau di awal menstruasi yang anaerobik. Aerobik adalah olahraga yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa dilakukan secara terus menerus dimana
hari, datangnya nyeri hilang timbul, menusuk- kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi
nusuk pada perut bagian bawah serta terkadang tubuh. Misalnya: jogging, senam, renang,
menyebar ke pinggang dan paha depan dan bersepeda. Sedangkan anaerobik adalah
adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak
diare (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2007). dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh.

2 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014
Misalnya: angkat besi, lari sprint 100 meter, Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian
tenis lapangan, bulu tangkis (Karim, 2012). Dismenore Pada Siswi di SMP N 2 Demak
Wanita yang melakukan olahraga secara Tahun 2014”.
teratur setidaknya 30-60 menit setiap 3-5x per
minggu dapat mencegah terjadinya dismenore. METODE PENELITIAN
Setiap wanita dapat sekedar berjalan-jalan
santai, jogging ringan, berenang, senam Desain Penelitian
maupun bersepeda sesuai dengan kondisi Penelitian ini merupakan jenis penelitian
masing-masing (Manuaba, 2010). deskriptif korelatif yaitu penelitian yang
Setiap wanita harus dapat menemukan bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
sendiri latihan-latihan yang berhubungan hubungan. Hubungan yang ingin diketahui
dengan menstruasinya. Tetapi sampai saat ini disini adalah stress psikologis dengan kejadian
belum ada tanda-tanda bahwa latihan olahraga nyeri lambung. Pendekatan yang digunakan
merugikan. Jadi wanita tidak perlu adalah cross sectional yaitu penelitian dimana
menyembuhkan dismenore dengan obat-obatan peneliti melakukan pengukuran sesaat dan
(Sumosadjuno, 2008). dinilai hanya satu kali saja (Notoatmodjo,
Olahraga yang dilakukan secara 2010). Pendekatan ini digunakan untuk
sistematis, teratur dan terarah akan sangat mempelajari hubungan variabel independen
membantu upaya kita menciptakan pola hidup (Kebiasaan Olahraga) dengan variabel
yang sehat dan berkualitas. Upaya dependen (Dismenore).
menggalakkan olahraga pada remaja
merupakan salah satu cara efektif membentuk Populasi dan Sampel
pola hidup sehat yang bermuara pada Populasi
peningkatan kualitas hidup. Kondisi ini yang Jumlah populasi pada penelitian ini adalah
dibutuhkan untuk dapat meningkatkan 447 siswi, yang terbagi dalam tiap kelasnya
produktivitas (Mutohir, 2004). yaitu :
Berdasarkan data UKS pada bulan Januari Tabel 1. Tabel Populasi
2014 di SMP N 2 Demak terdapat 27 siswi Kelas Populasi
yang ijin mata pelajaran dikarenakan nyeri VII 179
haid dan dari data absensi pada bulan Januari VIII 140
terdapat 15 siswi yang ijin tidak masuk sekolah IX 128
dikarenakan dismenore.
Dari hasil wawancara oleh peneliti pada Berdasarkan data tersebut maka dapat
beberapa siswi SMP N 2 Demak pada bulan disimpulkan bahwa jumlah keseluruhan
Februari 2014 pada 10 siswi didapatkan bahwa populasi siswi SMP N 2 Demak adalah
7 siswi (70%) cenderung mengalami disminore sebanyak 447 siswi (Sumber data : bagian
dan 3 siswi (30%) tidak mengalami dismenore. kesiswaan SMP N 2 Demak).
Diantara 3 siswi (30%) tersebut melakukan
olahraga tennis 3 kali per minggu selama 1 jam Sampel
dan jogging pada saat jam olahraga selama 30 Untuk menentukan besar sampel dapat
menit sedangkan 7 siswi (70%) yang menggunakan rumus Slovin yaitu :
mengalami dismenore tersebut diketahui 2 n=
N
siswi (20%) melakukan olahraga renang 3 kali N
seminggu selama 1 jam dan jogging 1 kali per Keterangan :
minggu selama 30 menit dan 5 siswi (50%) n : besar sampel
melakukan senam 1 kali perminggu selama 1 N : besar populasi
jam dan jogging pada saat jam olahraga 1 kali D : tingkat kepercayaan atau ketetapan
per minggu selama 30 menit. yang diinginkan yaitu 0,1
Maka berdasarkan hasil studi Setelah dilakukan perhitungan
pendahuluan yang dilakukan pada siswa berdasarkan rumus diatas maka didapatkan
SMPN 2 Demak, penulis dalam penelitian ini hasil besarnya sampel pada penelitian ini
tertarik mengambil judul “Hubungan adalah 83 siswi.

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 3
Untuk menentukan jumlah sampel yang dependen (Sugiyono, 2008). Adapun rumus uji
akan diambil dari masing-masing strata, Chi-Square disajikan berikut ini:
digunakan teknik proportionate stratified
random sampling, karena responden dalam χ =∑
2 (fo −fh )2
penelitian ini dibagi menjadi 3 angkatan yaitu fh
kelas VII, VIII dan IX. Keterangan :
Peneliti memilih sejumlah siswi dari
χ2 = Chi-Square
setiap kelas untuk dijadikan sebagai responden
Fo = Frekuensi yang diobservasi
sesuai jumlah sampel masing-masing strata
Fh = Frekuensi yang diharapkan
dengan cara acak menggunakan lotre atau
Untuk mengetahui hubungan antara
undian yang bertuliskan nama setelah siswi
kebiasaan olahraga dan kejadian dismenore
terkumpul.
digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05).
Peneliti menentukan dapat tidaknya
Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti ada
sampel digunakan sebagai responden yaitu
hubungan antara kebiasaan olahraga dan
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
kejadian dismenore, namun apabila p ≤ 0,05 =
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
Ho diterima atau gagal menolak Ha, berarti
adalah: 1) Siswi yang berusia 13-16 tahun; 2)
tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga
Siswi yang mengalami menstruasi teratur.
dan kejadian Dismenore.
Sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah: 1) Siswi yang sedang
HASIL PENELITIAN
tidak masuk sekolah; 2) Siswi yang sakit
dalam jangka waktu yang lama; 3) Siswi yang
Karakteristik Responden
mempunyai kelainan ginekologik.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Analisis Data
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Analisa Univariat
Umur Siswi di SMP Negeri 2
Analisa univariat adalah analisa yang
Demak Tahun 2014
digunakan terhadap tiap variabel dari hasil
Umur Frekuensi Presentase (%)
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini
13 Tahun 29 34,9
dilakukan dengan uji statistik deskriptif untuk
14 Tahun 28 33,7
mengetahui distribusi frekuensi. Statistik
15 Tahun 25 30,1
deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
16 Tahun 1 1,2
mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data Total 83 100,0
sampel atau populasi sebagaimana adanya
(Sugiyono, 2008). Distribusi frekuensi terdiri Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
dari kolom-kolom yang memuat frekuensi dan bahwa dari 83 responden, umur siswi di SMP
presentasi untuk setiap kategori. Adapun Negeri 2 Demak berkisar antara 13-15 Tahun,
variabel yang digambarkan dalam bentuk namun yang paling banyak adalah berusia 13
distribusi frekuensi adalah kebiasaan olahraga Tahun, yaitu sejumlah 29 siswi (34,9%).
dan kejadian dismenore.
Analisis Univariat
Analisa Bivariat Kebiasaan Olahraga
Analisis data bersifat bivariat untuk Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
mengetahui hubungan antara dua variabel. Kebiasaan Olahraga Siswi di SMP
Karena data penelitian ini merupakan data Negeri 2 Demak, 2014
kategorik berbentuk nominal, maka Analisa Kebiasaan Frekuensi Presentase
statistik yang digunakan dengan menggunakan Olahraga (%)
program SPSS for windows versi 17 Baik 46 55,4
menggunakan uji statistik korelasi dengan Tidak baik 37 44,6
meggunakan Uji Chi-Square untuk mengetahui Jumlah 83 100,0
hubungan variabel independen dengan variabel

4 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa responden melakukan jenis olahraga 1 macam
siswi SMP Negeri 2 Demak, sebagian besar olahraga yaitu sebanyak 68 sisiwi (81,9%).
melakukan kebiasaan olahraga baik yaitu
sebanyak 46 siswi (55,4%). Frekuensi Olahraga
Selanjutnya akan dilihat kebiasaan Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
olahraga yang meliputi jenis olahraga, durasi Frekuensi Olahraga Siswi di SMP
olahraga dan frekuensi olahraga berikut ini. Negeri 2 Demak, 2014
Frekuensi Frekuensi Presentase
Jenis Olahraga Olahraga (%)
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan 1 x/minggu 31 37,3
Jenis Olahraga Siswi di SMP 2 x/minggu 6 7,2
Negeri 2 Demak, 2014 3 x/minggu 40 48,2
Jenis Frekuensi Presentase 4x/minggu 6 7,2
Olahraga (%) Jumlah 83 100,0
Badminton 10 10,1
Basket 19 19,2 Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
Jogging 23 23,2 olahrahga yang banyak dilakukan siswi SMP
Lari 1 1,0 Negeri 2 Demak, sebagian dari responden
Renang 12 12,1 melakukan olahraga 3 kali dalam seminggu
Senam 19 19,2 yaitu sebanyak 40 siswi ( 48,2%).
Takwondo 2 2,0
Tenis 4 4,0 Durasi
Lapangan Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Tenis Meja 1 1,0 Durasi Olahraga Siswi di SMP
Volly 8 8,1 Negeri 2 Demak, 2014
Jumlah 99 100,0 Durasi Frekuensi Presentasi
(%)
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa 15 menit 4 4,8
olahraga yang banyak dilakukan siswi SMP 20 menit 22 26,5
Negeri 2 Demak, sebagian kecil dari responden 30 menit 3 3,6
adalah jogging yaitu sebanyak 23 siswi 60 menit 40 48,2
(23,2%). 90 menit 12 14,5
Selanjutnya diketahui kebiasaan olahraga 120 menit 2 2,4
yang dilakukan siswi SMP Negeri 2 Demak Jumlah 83 100,0
dari beberapa jenis olahraga sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan olahraga yang dilakukan siswi SMP Negeri 2
Banyaknya Macam Olahraga Siswi Demak, sebagian dari responden melakukan
di SMP Negeri 2 Demak, 2014 olahraga selama 60 menit yaitu sebanyak 40
siswi (48,2 %).
Banyaknya Frekuensi Presentase
Macam (%) Kejadian Dismenore
Olahraga Tabel 8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
1 Macam 68 81,9 Kejadian Dismenore Siswi di SMP
2 Macam 14 16,9 Negeri 2 Demak, 2014
3 Macam 1 1,2 Kejadian Frekuensi Presentase
Jumlah 99 100,0 Dismenore (%)
Dismenore 35 42,2
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa Tidak 48 57,8
olahraga yang banyak dilakukan siswi SMP Dismenore
Negeri 2 Demak, hampir seluruh dari Jumlah 83 100,0

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 5
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa Dismenore. Analisis ini digunakan untuk
siswi SMP Negeri 2 Demak, sebagian dari mengetahui hunungan antara kebiasaan
responden tidak mengalami Dismenore yaitu olahraga dengan kejadian Dismenore pada
sebanyak 48 siswi (57,8 %). siswi di SMP Negeri 2 Demak.
Untuk mengetahui hubungan kedua
Analisis Bivariat variabel ini, dilakukan uji Chi Square dengan
Analisis bivariat ini digunakan untuk menggunakan program SPSS dimana hasil
mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu pengujian tersebut disajikan dalam tabel
variabel kebiasaan olahraga dan kejadian berikut.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian


Dismenore pada Siwi di SMP Negeri 2 Demak, 2014
Kejadian Dismenore
Kebiasaan Tidak Contingency
Dismenore Total p-value
Olahraga Dismenore Coefficient
F % F % f %
Tidak Baik 31 83,8 6 9,5 37 44,6
0,453 0,00001
Baik 4 8,7 42 38,5 46 55,4
Total 35 42,2 48 57,8 83 100,0

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui Hasil penelitian menunjukkan bahwa


siswi yang melakukan kebiasaan olahraga sekitar 46 responden (55,4%) melakukan
tidak baik yang mengalami Dismenore kebiasaan olahraga baik, hal ini disebabkan
sejumlah 31 siswi (83,7%), sedangkan siswi karena beberapa faktor yang mempengaruhi
dengan kebiasaan olahraga baik yang kebiasaan olahraga adalah frekuensi olahraga,
mengalami Dismenore sejumlah 4 siswi dikarenakan adanya keharusan kegiatan
(8,7%). olahraga di sekolah, ekstrakurikuler di luar
Berdasarkan uji Chi Square diperoleh jadwal jam sekolah. Selain aktivitas olahraga
nilai p-value 0,00001. Terlihat bahwa p-value di sekolah, sebagian siswi juga melakukan
0,00001 < α (0,05), maka Ho ditolak dan aktivitas olahraga di rumah untuk mengisi
disimpulkan bahwa ada hubungan yang waktu luang.
signifikan antara kebiasaan olahraga dengan Diketahui dari hasil penelitian terdapat
kejadian Dismenore pada siswi di SMP N 2 responden dilihat dari frekuensi olahraga
Demak. Dengan nilai Contingency Coefficient adalah 3x/minggu sebanyak 40 responden
0,453 maka kekuatan hubungan antara (48,2%), 1x/minggu sebanyak 31 responden
kebiasaan olahraga dengan kejadian (37,3%), 4x/minggu sebanyak 6 responden
Dismenore adalah sedang. (7,2%) dan 2x/minggu sebanyak 6 responden
(7,2%).
PEMBAHASAN Frekuensi aktivitas olahraga dikatakan
baik apabila dilakukan selama 3-5x/minggu
Analisis Univariat (Giriwijoyo, 2012). Yang dimaksud frekuensi
olahraga adalah banyaknya latihan olahraga
Gambaran Kebiasaan Olahraga Pada Siswi di per satuan waktu. Latihan olahraga yang
SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 dilakukan 3-5x/minggu akan memberi efek
Berdasarkan hasil penelitian dari 83 yang berarti bagi kesehatan.
responden didapatkan hasil bahwa responden Tujuan dari olahraga yang dilakukan 3-
yang kebiasaan olahraganya baik adalah 5x/minggu, selain dapat mencegah gangguan
sebanyak 46 responden (55,4%), dan tidak penyakit, juga dapat menciptakan kestabilan
baik sebanyak 37 responden (44,6%). Dilihat taraf kesehatan agar dapat meningkatkan
dari hasil diatas bahwa sebagian dari prestasi di luar bidang olahraga, misalnya
responden memiliki kebiasaan olahraga yang prestasi kerja, prestasi sekolah, atau kuliah.
baik. Latihan yang cukup ini misalnya jogging,

6 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014
bersepeda, berenang, tennis meja (Irianto, Melakukan olahraga dengan frekuensi
2010). terlalu rendah dari kemampuan kondisi tubuh
Olahraga dengan frekuensi yang benar akan menurunkan tingkat kebugaran jasmani.
akan menjaga stamina dan ketahanan aliran Namun yang perlu diketahui, olahraga dengan
darah seseorang terjaga. Stamina akan frekuensi <3x/minggu akan lebih banyak
menurun kembali setelah 48 jam tidak berdampak negatif pada tubuh (Qoriah,
melakukan latihan. Sebelum stamina dan 20011).
ketahanan menurun kembali diusahakan Kebiasaan olahraga tidak baik pada siswi
berlatih fisik (Giriwijoyo, 2012). SMP Negeri 2 Demak juga dilihat dari segi
Kebiasaan olahraga baik pada siswi SMP durasi olahraga. Durasi olahraga dikatakan
Negeri 2 Demak juga dilihat dari segi durasi tidak baik jika total durasi olahraga yang
olahraga. Durasi olahraga dikatakan baik jika dicapai adalah selama <30 - >60 menit
total durasi olahraga yang dicapai adalah 30-60 (Giriwijoyo, 2012).
menit (Giriwijoyo, 2012). Diketahui dari hasil penelitian didapatkan
Dilihat dari hasil penelitian bahwa durasi bahwa siswi SMP Negeri 2 Demak sangat
olahraga yang dilakukan siswi SMP Negeri 2 sedikit responden melakukan olahraga selama
Demak, sebagian dari responden melakukan 90 menit sebanyak 12 responden (14,5%) dan
olahraga 60 menit yaitu sebanyak 40 120 menit sebanyak 2 responden (2,4%). Hal
responden (48,2%). Hal tersebut dikarenakan ini dikarenakan siswi SMP Negeri 2 Demak
durasi saat jam mata pelajaran optimalnya adalah atlet olahraga di sekolah yang
adalah 60 menit serta ekstrakulikuler di melakukan latihan berlebihan.
sekolah juga dilakukan 60 menit. Jadi sebagian Olahraga berlebihan justru berdampak
siswi SMP Negeri 2 Demak melakukan buruk bagi kesehatan karena tubuh memiliki
olahraga 60 menit pada saat jam mata ambang batas ketahanan. Hal ini akan
pelajaran di sekolah maupun pada saat membuat performan siswi justru menurun.
ekstrakulikuler. Kejadian otot nyeri setelah berolahraga adalah
Pastikan setiap sesi tidak lebih lama dari suatu hal yang wajar dan akan lenyap dengan
60 menit diselingi dengan istirahat. Pastikan sendirinya. Tetapi, bukan suatu hal yang
juga mengkonsumsi makanan dan minuman normal apabila merasakan nyeri otot yang
yang menambah energi. Jika lari lebih dari 60 berkepanjangan setelah berolahraga.
menit, punggung dan otot kaki bisa mengalami Olahraga memang baik bagi tubuh.
sakit atau nyeri, melakukan aktivitas olahraga Namun jika kegiatan ini dilakukan dalam
yang berlangsung selama berjam-jam lamanya durasi >60 menit akan sangat berbahaya bagi
akan membutuhkan waktu pemulihan tubuh kesehatan, terutama pada jantung. Jika jantung
yang lama. Peningkatan denyut jantung bekerja terlalu berat dan dalam waktu yang
menunjukkan bahwa beraktivitas olahraga sangat lama dikhawatirkan akan menciderai
sudah terlalu berat (Hestianingsih, 2012). otot jantung. Olahraga dalam durasi terlalu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama, amat tidak disarankan karena dapat
sekitar 37 responden (44,6%) melakukan merusak dari fungsi jantung orang tersebut.
kebiasaan olahraga tidak baik, hal ini Keadaan yang demikian dapat berimbas pada
disebabkan karena siswi yang tidak mengikuti cideranya otot jantung (fibrosis) yang
ektrakulikuler wajib yaitu pada siswi kelas membuat detak jantung menjadi tidak
VIII dan IX, dapat dilihat dari segi frekuensi beraturan (aritmia) yang dapat mengancam
olahraga dan durasi olahraga siswi SMP jiwa orang tersebut (Qoriah, 2011).
Negeri 2 Demak. Saat berolahraga, denyut nadi akan
Diketahui dari hasil penelitian didapatkan meningkat sesuai dengan intensitas latihan
bahwa sebagian kecil dari responden yang dilakukan. Nilai denyut nadi latihan yang
melakukan olahraga 1x/minggu sebanyak 31 normal bisa berbeda-beda, bergantung pada
responden (37,3%). Hal ini dikarenakan bahwa jenis aktivitas yang dilakukan. Cara mudah
siswi tersebut hanya melakukan olahraga pada mengetahuinya adalah dengan memperhatikan
saat jam mata pelajaran saja yaitu 1 kali dalam cara bernapas ketika berlatih. Jika pernapasan
seminggu dan tidak mengikuti ekstrakurikuler tersengal-sengal, bahkan tidak bisa berbicara
wajib maupun pilihan. ketika berolahraga, berarti intensitas latihan
yang dilakukan terlalu berat (Irianto, 2010).

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 7
Diketahui dari hasil penelitian diperoleh yang berlebihan bisa menyebabkan cedera
bahwa terdapat responden dilihat dari jenis pada otot dan jaringan lemak.
olahraga adalah jogging sebanyak 23 Kebiasaan olahraga sangat berguna untuk
responden (23,2%), senam sebanyak 19 menjaga tubuh selalu bugar, sehingga tidak
responden (19,2%), basket sebanyak 19 gampang terkena penyakit. Namun jika
responden (19,2%), renang sebanyak 12 berlebihan sampai jantung berdebar-debar,
responden (12,1%), badminton sebanyak 10 efeknya kurang menguntungkan sebab kerja
responden (10,1%), volly sebanyak 8 otot akan melambat (Hestianingsih, 2012).
responden (8,1%), tenis lapangan sebanyak 4
responden (4%), taekwondo sebanyak 2 Gambaran Kejadian Dismenore pada Siswi
responden (2,0), lari sebanyak 1 responden SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014
(1%) dan tenis meja sebanyak 1 responden Siswi SMP Negeri 2 Demak yang
(1%). Dilihat dari hasil penelitian diketahui mengalami Dismenore yaitu sebanyak 35
sebagian dari responden melakukan olahraga responden (42,2%) dan tidak mengalami
jogging yaitu sebanyak 23 responden (23,2%). Dismenore sebanyak 48 responden (57,8%).
Hal ini dikarenakan olahraga jogging ini Dalam penelitian ini sebagian responden
adalah olahraga wajib bagi siswi sebelum (42,2%) 35 siswi mengalami Dismenore. Hal
melakukan olahraga permainan. ini disebabkan karena kemungkinan usia
Jenis olahraga yang dipilih haruslah menarche yang dialami siswi SMP Negeri 2
berirama. Maksudnya pilihlah olahraga yang Demak adalah <13 tahun. Peneliti melihat
membuat otot ditubuh berkontraksi dan kemungkinan penyebab Dismenore tersebut
berelaksasi secara teratur. Misalnya: jogging, karena dilihat dari karakteristik usia siswi SMP
bersepeda, senam, berenang. Dengan adanya Negeri 2 Demak didapatkan sebagian kecil
kontraksi dan relaksasi otot yang teratur, maka dari responden yaitu sebanyak 29 siswi
metabolisme akan berjalan lebih baik dan (34,9%) yang sudah mengalami menarche.
lemak ditubuh akan mudah terbakar. Selain itu, Pada dasarnya usia menarche satu
jantung akan memompa darah dengan stabil. individu dengan lainnya tidak sama hal ini
Bermain sepak bola, taekwondo, basket, volly, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
futsal, tenis tidak termasuk karena banyak seperti adanya perbedaan status gizi, status
berhenti dan terlalu memacu jantung untuk ekonomi, pendidikan, genetik dan juga karena
memompa darah lebih berat dari biasanya. keadaan lingkungan (Ginarhayu, 2002).
Setiap olahraga yang dipilih sebaiknya Usia menarche dapat menggambarkan
dilakukan sesuai dengan kemampuan. Jika aspek kesehatan dalam suatu populasi terutama
tidak, hal ini tentu akan memperberat tubuh mengenai kesehatan reproduksi pada
terutama kinerja jantung (Sumosardjuno, perempuan. Alat reproduksi wanita harus
2008). berfungsi sebagaimana mestinya, namun bila
Latihan olahraga yang baik adalah latihan menarche terjadi pada usia yang lebih dini
yang digunakan untuk mencapai kesegaran (<13 tahun) dimana alat reproduksi belum siap
jasmani dengan kebutuhan tiap individu. untuk mengalami perubahan dan masih terjadi
Apabila tubuh tidak digunakan olahraga atau penyempitan pada leher rahim maka akan
sedikit olahraga maka kerja paru menjadi tidak timbul rasa sakit yang hebat ketika menstruasi
efisien, jantung melemah, kelemahan (Shanon, 2006).
pembuluh darah berkurang, ketegangan otot Pada fase haid terjadi peningkatan
berkurang dan seluruh tubuh menjadi lemah prostlagandin F2 akibat dari penurunan
(Giriwijoyo, 2012). hormon estrogen dan progesteron.
Olahraga yang baik adalah olahraga yang Prostaglandin F2 ini berfungsi merangsang
menguji serta meningkatkan daya tahan. Jika kontraksi ritmik ringan miometrium (lapisan
sudah di luar batas rutinitas olahraga, hasilnya otot polos) uterus. Kontraksi ini membantu
tidak akan baik. Terutama jika cenderung mengeluarkan darah haid dari rongga uterus
memaksakan diri sendiri melebihi batas melalui vagina sebagai darah haid. Kontraksi
kemampuan bisa mencederai diri sendiri. Jika uterus yang terlalu kuat akibat produksi
memaksakan untuk berolahraga keras melebihi prostaglandin F2 yang berlebihan yang
kemampuan sendiri, tubuh akan goyah dan menyebabkan Dismenore.
gerakan olahraga pun terputus-putus. Olahraga

8 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014
Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo Berdasarkan uji Chi Square diperoleh
(2008) yang menyatakan bahwa pada nilai p-value 0,00001 < α (0,05), maka Ho
umumnya ada anggapan bahwa kejang yang ditolak dan disimpulkan bahwa ada hubungan
terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh yang signifikan antara kebiasaan olahraga
kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor dengan kejadian Dismenore pada siswi di SMP
endokrin mempunyai hubungan dengan tonus Negri 2 Demak Tahun 2014. Adanya
otot dan kontraktilitas otot usus. Penjelasan hubungan kebiasaan olahraga terhadap
lain diberikan oleh Cliteroe dan Pickles, kejadian dismenore dapat disebabkan karena
mereka menyatakan bahwa karena karena olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi
endometrium dalam fase sekresi mmproduksi yang dapat digunakan untuk mencegah
prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi timbulnya rasa nyeri. Hal ini disebabkan saat
otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan
yang berlebihan dilepaskan ke dalam hormon endorphin. Hormon endorphin
peredaran darah, maka selain dismenore dihasilkan oleh otak dan susunan syaraf tulang
dijumpai efek umum seperti diarea, nausea, belakang.
muntah dan flushing. Sesuai dengan teori Harry (2007)
Pada hasil penelitian didapatkan juga mengenai pemahaman mekanisme nyeri adalah
sekitar (57,8%) 48 siswi yang tidak mengalami ditemukannya reseptor opiate di membran
Dismenore, peneliti melihat kemungkinan sinaps dan kornudorsalis medulla spinalis.
penyebab tidak adanya Dismenore pada siswi Terdapat tiga golongan utama peptide opioid
SMP Negeri 2 Demak karena status gizi siswi endogen, yaitu golongan enkefalin, beta-
yang baik. Status gizi remaja perempuan selain endorfin, dan dinorfin. Beta-endofin yang
akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi dikeluarkan saat melakukan olahraga dan
organ tubuh, juga akan menyebabkan sangat efektif untuk mencegah timbulnya rasa
terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan nyeri. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat
berdampak pada gangguan haid, tetapi akan penenang alami, sehingga menimbulkan rasa
membaik bila asupan nutrisinya baik. nyaman.
Menurut Paath (2004) remaja perempuan Pada hasil penelitian dapat tergambar
perlu mempertahankan status gizi yang baik, bahwa siswi dengan olahraga baik yang tidak
dengan cara mengkonsumsi makanan Dismenore lebih banyak yaitu sejumlah 42
seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat siswi (38,5%). Peneliti melihat bahwa hal ini
haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi disebabkan karena siswi yang membiasakan
peningkatan kebutuhan nutrisi. Bila hal ini olahraga dan aktivitas fisik secara teratur dapat
diabaikan maka dampaknya akan terjadi meringankan rasa tidak nyaman termasuk
keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa Dismenore karena dapat membantu relaksasi
ketidaknyamanan selama siklus haid. saat fase haid.
Salah satu cara yang efektif untuk
Analisis Bivariat mencegah Dismenore adalah dengan cara
melakukan olahraga. Beberapa latihan fisik
Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ
Kejadian Dismenore Pada Siswi di SMP reproduksi sehingga memperlancar peredaran
Negeri 2 Demak Tahun 2014 darah. Olahraga yang dilakukan sekurang-
Dari 83 responden didapatkan responden kurangnya tiga kali seminggu. Perempuan
dengan olahraga baik yang mengalami yang melakukan olahraga secara teratur dapat
Dismenore yaitu sejumlah 4 responden (8,7%) meningkatkan sekresi hormon endhorphin
dan responden dengan olahraga tidak baik yaitu penghilang nyeri alami ke dalam aliran
yang mengalami Dismenore yaitu sejumlah 31 darah sehingga dapat mengurangi Dismenore
responden (83,8%). Sedangkan responden (Mutohir, 2004).
dengan olahraga baik yang tidak mengalami Dismenore disebabkan karena kontraksi
Dismenore yaitu sejumlah 42 responden uterus yang berlebihan dan emosi yang tidak
(38,5%) dan responden dengan olahraga tidak stabil pada remaja putri. Hal ini dikarenakan
baik yang tidak mengalami Dismenore pasokan oksigen ke pembuluh darah disekitar
sejumlah 6 responden (9,5%). organ reproduksi mengalami vasokontriksi,
sehingga ketika wanita mengalami dismenore,

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 9
oksigen tidak dapat disalurkan ke pembuluh- Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
pembuluh darah organ reproduksi yang saat itu penelitian yang dilakukan oleh Desi, tentang
terjadi vasokontriksi. Bila wanita teratur faktor-faktor yang berhubungan dengan
melakukan olahraga, maka wanita tersebut kejadian Dismenore, ini menunjukkan bahwa
dapat menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat timbulnya suatu penyakit atau masalah
per menit sehingga oksigen tersampaikan ke kesehatan sebenarnya bermula dari kebiasaan
pembuluh darah yang mengalami olahraga yang dialami oleh penderita dan ada
vasokontriksi dan dengan melakukan olahraga hubungan antara kebiasaan olahraga dengan
tubuh manusia akan mengeluarkan hormon timbulnya penyakit Dismenore (Nataria,
endorfin yang dilepaskan di sirkulasi darah dan 2012).
membuat aliran darah disekitar rahim menjadi
lancar sehingga dapat menurunkan rasa nyeri. Keterbatasan Penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat tergambar Untuk mengetahui Dismenore yang
hampir seluruh dari responden yaitu 31 siswi dimiliki oleh seseorang tidak dilakukan
(83,8%) dengan olahraga tidak baik yang pengukuran dan pemeriksaan secara klinis,
mengalami Dismenore, hal ini disebabkan peneliti hanya menggunakan kuesioner berupa
karena siswi yang melakukan kebiasaan pertanyaan sehingga hasil yang didapat hanya
olahraga tidak baik cenderung tidak dapat bersifat subjektif.
menyediakan oksigen hampir 2x lipat per Untuk mengetahui kebiasaan olahraga
menit ke pembuluh darah sehingga ketika yang dimiliki oleh seseorang tidak dilakukan
siswi mengalami dismenore, oksigen tidak pengukuran intensitas olahraga, peneliti hanya
dapat disalurkan ke pembuluh-pembuluh darah mengukur frekuensi dan durasi karena
organ reproduksi yang mengalami keterbatasan konsep takaran olahraga.
vasokontriksi. Hasil ukur kebiasaan olahraga hanya
Kejadian dismenore akan meningkat pada mengacu pada satu konsep yang
wanita yang kurang melakukan olahraga, menitikberatkan frekuensi dan durasi olahraga
sehingga ketika wanita mengalami dismenore, untuk semua umur.
oksigen tidak dapat disalurkan ke pembuluh-
pembuluh darah organ reproduksi yang saat itu KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi vasokontriksi. Bila wanita teratur
melakukan olahraga, maka wanita tersebut Kesimpulan
dapat menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat Kebiasaan olahraga siswi SMP Negeri 2
per menit sehingga oksigen tersampaikan ke Demak sebagian dari responden melakukan
pembuluh darah yang mengalami olahraga baik sebanyak 46 siswi (55,4%) dan
vasokontriksi. Hal itu akan menyebabkan olahraga tidak baik sebanyak 37 responden
terjadinya penurunan kejadian dismenore (44,6%).
dengan teratur berolahraga (Tjokronegoro, Kejadian Dismenore siswi SMP Negeri 2
2004). Demak sebanyak 35 siswi (42,2%) dan
Dari hasil analisis uji chi square yang sebagian tidak mengalami Dismenore
menghubungkan antara kebiasaan olahraga sebanyak 48 siswi (57,8%).
dengan kejadian Dismenore dapat tergambar Ada hubungan antara kebiasaan olahraga
bahwa kebiasaan olahraga mempunyai dengan kejadian Dismenore pada siswi di SMP
pengaruh yang cukup (p-value 0,00001 < α Negeri 2 Demak 2014 dengan nilai p-value =
(0,05) ) terhadap munculnya gejala suatu 0,00001 < α (0,05), dengan nilai Contingency
penyakit, hal ini karena dengan olahraga rutin Coefficient 0,453 dan Odds Ratio 2,010.
terjadi peningkatan volum darah yang mengalir
ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi. Saran
Sehingga memperlancar pasokan oksigen ke Instansi hendaknya bekerja sama dengan
pembuluh darah yang mengalami instansi terkait atau tenaga kesehatan untuk
vasokontriksi, sehingga nyeri dismenore dapat memberikan informasi mengenai Dismenore
berkurang. Dari hasil Odds Ratio menunjukkan kepada siswi SMP Negeri 2 Demak.
bahwa siswi yang melakukan kebiasaan Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
olahraga yang tidak baik mempunyai peluang kepada masyarakat khususnya pada remaja
2,010 kali untuk mengalami Dismenore. tentang kesehatan reproduksi dalam mencegah

10 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014
Dismenore pada saat menstruasi dengan cara [11] Lutan, R. 2010. Pendidikan Kebugaran
melakukan olahraga 3-5x/minggu dengan Jasmani. Jakarta : Depdiknas
durasi 30-60 menit.
[12] Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan,
Bagi peneliti selanjutnya mengenai
penyakit Kandungan & Keluarga
Dismenore sebaiknya memperhatikan
Berencana untuk Pendidikan Bidan.
intensitas olahraga, tidak hanya frekuensi dan
Jakarta : EGC
durasi olahraga saja.
[13] Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta : Pustaka Pelajar
[14] Morgan, G. 2009. Obstetri & Ginekologi.
[1] Amiruddin, Ridwan, 2005. Studi Jakarta : EGC
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Terhadap Kelainan kesehatan Pada Ibu [15] Mutohir, T.C. 2004. Olahraga dan
Hamil yang dibuka pada www//http.studi Pembangunan. Proyek Pengembangan
pemanfaatan go.id. dibuka pada tanggal dan Keserasian Kebijakan Olahraga
27 mei 2014 Direktorat Jenderal Olahraga Departemen
Pendidikan Nasional
[2] Baradero, M., Dayrit, M., & Siswadi.
2007. Gangguan Sistem Reproduksi dan [16] Nataria, D. 2011. Faktor-faktor yang
Seksualitas. Jakarta : EGC berhubungan dengan kejadian dismenore
pada mahasiswa fakultas kedokteran
[3] Chandra, B. 2009. Biostatistik Untuk Universitas Pembangunan Nasional
Kedokteran & Kesehatan. Jakarta : EGC “Veteran” Jakarta. Diakses tanggal 17
[4] Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2013. Februari 2014 jam 15.00 WIB, dari
Statistik Untuk Kedokteran dan related:www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1ke
Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika dokteran/207311124/Cover.pdf faktor-
faktoryangberhubungandengankejadiandis
[5] Dariyo, A. 2004. Psikologi
menore.pdf
Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia
Indonesia [17] Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
[6] Direktorat Pemaduan Kebijakan
Cipta
Pengendalian Penduduk. 2010. Remaja
Genre dan Perkawinan Dini. Diakses [18] Paath, Erna Francin. 2004. Gizi dalam
tanggal 5 Maret 2014 jam 08.45 WIB, kesehatan reproduksi . Jakarta : EGC
dari http://repository.maranatha.edu/2368/ [19] Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan.
3/0710204_Chapter1.PDF Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
[7] Giriwijoyo, S. 2012. Ilmu Kesehatan [20] Purwaningsih, W. 2010. Asuhan
Olahraga. Bandung: PT Remaja Keperawatan Maternitas. Yogyakata :
Rosdakarya Nuha Medika
[8] Irianto, Djoko Pekik. 2010. Panduan [21] Santjaka, Aris.2011. Statistik untuk
Latihan Kebugaran. Yogyakarta: Lukman Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Offset Medika
[9] Karim, F. 2012. Panduan Kesesatan [22] Sedyaningsih, E.R. 2010. Riset Kesehatan
Olahraga bagi Petugas Kesehatan. Dasar 2010. Diakses tanggal 5 Maret
Diakses tanggal 17 Februari 2014 jam 2014 jam 08.30 WIB, dari
15.10 WIB, dari related:file.upi.edu/ http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Ha
Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELA sil%20Penelitian/Karakteristik%20Demo
TIHAN/2011/194607181985111- grafis/2011/Kajian%20Profil%20Pendudu
k%20Remaja%20(10%20-
[10] Kumalasari, I., & Andhyantoro, I. 2012.
%2024%20tahun).pdf
Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba
Medika

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014 11
[23] Sugiyono. 2008. Metode Penelitian 5 Maret 2014 jam 08.15 WIB, dari
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: http://www.bkkbn.go.id/publikasi/Docum
Alfabeta ents/Policy%20brief%20remaja%20%20p
erkawinan%20dini.pdf
[24] Sumosardjuno, S. 2008. Pengetahuan
Praktis Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: [27] Waryana. 2010. Gizi Reproduksi.
Percetakan PT Gramedia Yogyakarta : Pustaka Rihama
[25] Tjokronegoro, E. 2004. Pendidikan [28] Widyastuti, Y., Rahmawati, A., &
Jasmani dan Olahraga. Jakarta : PT. Purnamaningrum, Y.E. 2009. Kesehatan
Rajagrafindo Persada Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
[26] Wahyuni, Dwi, dkk. 2011. Pusat [29] Wirakusumah, F.F. 2010. Obsetri
Penelitian dan Pengembangan Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.
Kependudukan-BKKBN. Diakses tanggal Jakarta : EGC

12 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi SMP Negeri 2 Demak Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai