A. Manfaat pekarangan
Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang terbatas, sering dipagari
atau tidak dipagari, biasanya ditanami dengan beranekaragam jenis tanaman berumur
panjang, berumur pendek, menjalar, memanjat, semak, pohon rendah dan tinggi serta
terdapat ternak. Dalam hal ini pekarangan merupakan sebuah ekosistem buatan.
Tanaman toga ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan obat tradisional.
Dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut.
g. Menghilangkan Lelah.
1 rimpang besar kencur, 2 sendok beras digoreng tanpa minyak (sangan) dan 1 biji
cabai merah. Semua bahan tersebut direbus bersama dengan 2 gelas air sampai
mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Minum sekaligus dan diulangi
sampai sembuh. Untuk pria bisa ditambah dengan 1 potong lengkuas lada
secukupnya.
h. Menghilangkan Darah Kotor
4 rimpang kencur sebesar ibu jari, 2 lembar daun trengguli, 2 biji cengkeh
kering, adas pulawaras secukupnya. Semua bahan tersebut direbus bersama dengan 1
liter air sampai mendidih kemudian disaring. Minum 2 kali sehari secara teratur.
i. Memperlancar haid
2 rimpang kencur sebesar ibu jari, 1 lembar daun trengguli, 1 biji buah cengkeh tua,
adas pulawaras secukupnya. Caranya : kencur dicincang, kemudian dicampur dengan
bahan lain dan direbus bersama 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas,
kemudian disaring. Minum sekali sehari 2 cangkir sekaligus.
j. Mata Pegal
1 potong rimpang kencur dibelah menjadi 2 bagian. Permukaan yang masih basah
dipakai untuk menggosok pelupuk mata.
k. Keseleo
1 rimpang kencur dan beras yang sudah direndam air. Kedua bahan tersebut dipipis
dgn air secukupnya. Oleskan/digosokan pada bagian yang keseleo sebagai
parem/bedak.
6. Lengkuas (Alpinia galanga)
Nama Lokal : Laos (Jawa); Laja (Sunda); Langkueh (Minang).
Khasiat : Bagian tanaman ini yang sering dipergunakan sebagai bahan obat adalah
rimpang-nya.Beberapa penyakit yang bisa di obati oleh lengkuas ini adalah:
Aneka penyakit kulit, rematik, obat gosok, pelancar kemih
a. Penyakit kulit (Panu, Kadas, Kudis, Koreng, Borok)
Pengobatan : Pengobatan luar, di oles di tempat yang sakit
Cara membuat:
- Tumbuk halus rimpang lengkuas dengan bawang putih (perbandingan 1:4, 1
rimpang 4 bawang putih) sampai jadi bubur.
- Oleskan/tempelkan di tempat yang sakit- Untuk kurap yang telah menahun,
tambahkan ramuan tadi dengan cuka.
- Untuk Panu: sediakan rimpang segar, cacah hingga timbul seratnya, gosokkan
pada bagian yang sakit.
b. Obat gosok
Pengobatan: Pengobatan luar, di gosok pada perut
Cara membuat:
- Iris rimpang lengkuas, rendam dalam alkohol.
- Gosokkan irisan rimpang tadi ke perus yang sakit.
c. Rematik
Pengobatan: Mandi air rebusan
Cara membuat:
- Cuci bersih rimpang lengkuas lalu rebus.
- Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk mandi.
d. Sakit kepala, nyeri dada, menguatkan lambung, memperbaiki pencernaan
Pengobatan : dijadikan bumbu dapur
Cara membuat:
- Rimpang lengkuas yang dijadikan bumbu dapur di campur dalam masakan
sehari-hari
C. Tabulakar (Tanaman Bumbu dalam Pekarangan)
Tabulakar (Tanaman bumbu dalam pekarangan) merupakan program baru dalam
TOGA selain Tabulapot (Tanaman bumbu dalam pot). Biasanya tanaman bumbu ini
perawatanya tidak terlalu sulit. Jenis tanaman yang bisa ditanam berupa lengkuas, kunyit,
sereh, salam, kemangi dan masih banyak lagi lainya. untuk jebis umbi batang seperti
lengkuas dan kunyit yang biasa ditanam adalah umbi batangnya. sedangkan untuk salam dan
kemangi kita bisa menanam dari bijinya yang sudah kering.
D. Nilai Ekonomi Pekarangan
Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan
ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan.
Dari hasil survey pemanfaatan pekarangan di Kalasan, disimpulkan oleh Danoesastro
(1978), sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan, yaitu (Tabel 1):
sebagai sumber bahan makanan, sebagai penhasil tanaman perdagangan, sebagai penghasl
tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan
(untuk kayu nakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan).
Tabel 1. Daftar berbagai macam tanaman di pekarangan petani di kelurahan Sampel,
dikelompokkan menurut fungsina (Kecamatan Kalasan).
No. Golongan Tanaman Macam Tanamannya
I Sumber bahan makanan tambahan :
1. Tanaman karbohdrat Ubikayu, ganyong, uwi, gembolo, tales,
garut, dll.
2. Tanaman sayuran Mlinjo, koro, nangka, pete.
3. Buah-buahan Pepaya, salak, mangga, jeruk, duku,
jambu, pakel, mundu, dll.
4. Lain-lain Sirih.
II Tanaman perdagangan Kelapa, cengkeh, rambutan.
III Rempah-rempah, obat-obatan. Jahe, laos, kunir, kencur, dll.
IV Kayu-kayuan:
1. Kayu bakar Munggur, mahoni, lmtoro.
2. Bahan bangunan Jati, sono, bambu, wadang.
3. Bahan kerajinan Bambu, pandan, dll.
Sumber: Danoesastro, 1978.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebutlah, maka Danoesastro (1977) sampai
pada kesimpulan bahwa bagi masyarakat pedesaan, pekarangan dapat dipandang sebagai
“lumbung hidup” yang tiap tahun diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan sekaligus juga
merupakan “terugval basis” atau pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat dimabil
manfaatnya apabila usahatani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan
akibat serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain.
E. Nilai Gizi Pekarangan
Di samping itu, di pekarangan dapat ditanami dengan aneka buah-buahan dan
sayuran sebagai sumber gizi keluarga yang murah. Ironisnya, tingkat konsumsi Indonesia
yang kaya akan dua komoditas ini rata-rata baru mencapai 40 persen. Lebih ironis lagi, di
desa -sebagai kawasan yang banyak memproduksi sayuran dan buah-buahan- tingkat
konsumsi masyarakatnya terhadap komoditas ini masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan di kota.
Pada masyarakat pedesaan kita bisa mencermati bahwa mereka sepertinya hanya
sebagai produsen komoditas ini, dan mereka belum mempunyai kesadaran penuh untuk
menjadikan produknya sendiri sebagai sumber pangan dan gizi yang murah, terlepas dari
masalah ekonomi mereka. Sebagian besar dari mereka mengonsumsi buah-buahan, tetapi itu
jika ada sisa produk atau buah dengan kualitas jelek yang tak laku dijual. Seandainya
mereka sendiri yang mengonsumsi produk- produk berkualitas, tentu akan meningkatkan
kualitas pangan mereka.
Di dalam pekarangan juga dapat dipelihara hewan ternak kecil, seperti ikan, kelinci,
ayam, dan sebagainya sebagai sumber protein hewani yang murah. Lagi-lagi diperlukan
kesadaran penuh masyarakat, terutama di desa untuk dapat memanfaatkan hasil ternaknya
sebagai sumber konsumsi protein hewani.
Sering kali ternak di masyarakat desa hanya dijadikan sebagai klangenan atau hanya
sebagai tabungan dan dimanfaatkan ketika hari- hari besar atau ada hajatan tertentu, tidak
dijadikan sumber pangan penopang gizi keluarga. Bila hal ini terjadi, tentu tak akan ada lagi
berita-berita kasus kekurangan energi-protein (KEP) atau gizi buruk lainnya yang melanda
penduduk di pelosok-pelosok desa kita.