Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI

PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN


(POMP) FILARIASIS
DI DUSUN NYANDUNG, DESA BUKIT SERAYAN
KECAMATAN SAMALANTAN
KABUPATEN BENGKAYANG

Pendamping :
dr. Ivo Ariandi

Disusun oleh :
dr. Sholehuddin Munajjid

PUSKESMAS SAMALANTAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BENGKAYANG
2016
A. Latar Belakang Permasalahan
Filariasis atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang
disebabkan karena infeksi cacing filaria. Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing
dari kelompok nematoda, yaitu Wucheraria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Ketiga jenis cacing tersebut menyebabkan penyakit kaki gajah dengan cara
penularan dan gejala klinis, serta pengobatan yang sama. Cacing betina akan
menghasilkan (melahirkan) larva, disebut mikrofilaria, yang akan bermigrasi kedalam
sistem peredaran darah. Penyakit kaki gajah terutama disebabkan karena adanya
cacing dewasa yang hidup di saluran getah bening. Cacing tersebut akan merusak
saluran getah bening yang mengakibatkan cairan getah bening tidak dapat tersalurkan
dengan baik sehingga menyebabkan pembengkakan pada tungkai dan lengan. Cacing
dewasa mampu bertahan hidup selama 5 – 7 tahun di dalam kelenjar getah bening.
Data WHO menunjukkan bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang
berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60% negara-
negara tersebut berada di Asia Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang
diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta orang sudah menunjukkan gejala klinis
berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki atau lengan (Lymphoedema) atau
anggota tubuh lainnya. Penyakit ini tersebar luas terutama di pedesaan, dapat
menyerang semua golongan umur baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan
perempuan.
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius
di Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis
lebih dari 125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis filariasis
dengan 11.914 kasus kronis yang dilaporkan dan diestimasikan prevalensi microfilaria
19%, kurang lebih penyakit ini akan mengenai 40 juta penduduk.
Penyakit kaki gajah merupakan salah satu penyakit di daerah tropis dan sub
tropis yang sebelumnya terabaikan. Mengingat penyebaran yang sangat luas di
Indonesia maka bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dan
stigma psikososial yang berdampak pada penurunan produktivitas penderita, beban
keluarga dan kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Oleh karena itu penyakit kaki
gajah ini telah menjadi salah satu penyakit menular yang diprioritaskan untuk
dieliminasi. Di tingkat global, program eliminasi fIlariasis telah dicanangkan sejak
1999, dan WHO terus menggerakkan program eliminasi ini di negara endemis,
termasuk Indonesia.
Intervensi yang efektif dan penggunaan sumber daya yang efisien melalui
upaya yang sistematis dan strategis akan menghasilkan penghematan bagi negara.
Untuk itu dibutuhkan suatu rencana yang sistematis di tingkat Nasional untuk
menanggulangi hal tersebut yaitu dengan menetapkan dua pilar kegiatan yang akan
ditempuh: Memutuskan mata rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal
Pencegahan Filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis dengan menggunakan
DEC 6 mg/kg berat badan yang dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali
setahun dan dilakukan minimal 5 tahun. Perawatan kasus klinis filariasis baik kasus
klinis akut maupun kasus klinis kronis.
Pelaksanaan POMP filariaris dilakukan dengan berbasis kabupaten/kota.
Walau sudah berbasis kabupaten, upaya program tersebut belum dapat menjangkau
seluruh penduduk di wilayah kabupaten/kota tersebut. Pola program semacam ini
tidaklah efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat risiko penularan (re-infeksi)
karena belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk itu, pelaksanaan POMP filariasis
perlu direncanakan secara komprehensif dan mencakup seluruh wilayah endemis di
Indonesia.
Mengingat besarnya masalah kesehatan dan dampak yang ditimbulkan oleh
penyakit kaki gajah ini terhadap kehidupan pribadi, keluarga, sosial ekonomi
masyarakat dan pemerintahan, maka dilakukan Sosialisasi dan Advokasi POMP
filariasis pada warga di Dusun Nyandung, Desa Bukit Serayan, Kecamatan
Samalantan, Kabupaten Bengkayang.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud melaporkan hasil kegiatan
Sosialisasi dan Advokasi POMP Filariasis di Dusun Nyandung, Desa Bukit Serayan,
Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang.

1. Tujuan
Laporan ini ditujukan untuk mendeskripsikan kegiatan Sosialisasi dan
Advokasi POMP Filariasis di Dusun Nyandung, Desa Bukit Serayan, Kecamatan
Samalantan, Kabupaten Bengkayang.

2. Manfaat
 Memberikan pengetahuan mengenai Filariasis pada warga dan seluruh lapisan
masyarakat yang hadir.
B. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Sosialisasi dan Advokasi POMP Filariasis dilakukan di Dusun Nyandung,
Desa Bukit Serayan, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang dalam rangka
pelaksanaan program Puskesmas Samalantan 2016.

C. Permasalahan
Terbatasnya data mengenai jumlah temuan kasus filariasis serta pengetahuan
masyarakat mengenai bahaya dari filariasis di Kecamatan Samalantan, Kabupaten
Bengkayang.

D. Pelaksanaan
Tempat : Posyandu Dusun Nyandung, Desa Bukit Serayan, Kecamatan
Samalantan, Kabupaten Bengkayang.
Waktu : 6 Oktober 2016
Pelaksana : dr. Sholehuddin M
Jumlah Peserta : 28 orang

E. Monitoring dan Evaluasi


Sosialisasi dan advokasi POMP Filariasis dilaksanakan di Dusun Nyandung,
Desa Bukit Serayan, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang pada tanggal
Oktober 2016. Kegiatan sosialisasi dan advokasi dimulai dengan doa dan pembukaan,
diikuti dengan penyuluhan mengenai penyakit filariasis dan dampaknya terhadap
kesehatan dan beban yang ditimbulkan, dilanjutkan dengan pembagian obat filariasis
berdasarkan kategori usia warga. Seluruh pihak mengikuti rangkaian acara dengan
seksama.
Berikut ini merupakan pertanyaan yang diajukan :
1. Q : Apakah Filariasis dapat menyebabkan kematian?
A : Filariasis tidak menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan beban bagi
keluarga, masyarakat dan negara akibat disabilitas yang ditimbulkan dari tidak
berfungsinya tungkai yang terkena.
2. Q : Bagaimana tanda-tanda orang yang tertular Filariasis?
A : gejala akut orang yang sudah terkena filariasis antara lain demam berulang selama
3-5 hari kemudian dapat ditemukan adanya pembengkakkan kelenjar getah bening
tanpa luka di daerah lipatan paha, ketiak yang tampak merah dan sakit. Bila sudah
menahun maka terjadi abses filarial dimana kelenjar getah bening yang bengkak
pecah serta pembesaran tungkai, lengan, payudara dan buah zakar.
3. Q : Apakah sudah ada program penanganan apabila sudah sakit?
A : Tidak ada program khusus yang menangani filariasis serta komplikasi yang
ditimbulkan. Meskipun demikian, filariasis termasuk dalam penyakit yang ditanggung
oleh BPJS. Maka ditekankan pada kegiatan sosialisasi dan advokasi ini bahwa
filariasis dapat dicegah dengan pemberian obat pencegahan massal sebelum terjangkit
filariasis dan mengalami disabilitas akibat filariasis.

Samalantan, 6 Oktober 2016


Peserta Pendamping

dr. Sholehuddin M dr. Ivo Ariandi


NIP 199003212014021003
LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta dr. Sholehuddin M Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Ivo Ariandi Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Samalantan


Tujuan Pelaksanaan Memberikan pengetahuan mengenai Filariasis dan
melakukan sosialisasi dan advokasi Program POMP
Filariasis pada warga dan seluruh lapisan masyarakat yang
hadir.
Hari/Tanggal 6 Oktober 2016
Waktu 08.00 – 12.00 WIB
Tempat Posyandu Dusun Nyandung, Desa Bukit Serayan, Kecamatan
Samalantan, Kabupaten Bengkayang
Jumlah Peserta 28 Orang

Anda mungkin juga menyukai