Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK


TERPUSAT DAN TERDESENTRALISASI

OLEH :

TEGUH PANGARIBOWO 1404105001


IDA BAGUS GEDE INDRAYANA 1504105083
KOMANG GEDE PUTRA AIRLANGGA 1504105089
REICHER MANGGALA MULIA 1504105097

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................................... i


BAB I ........................................................................................................................ 1
1.1 Pendahuluan .................................................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Limbah Domestik ........................................................................ 2
2.2 Pengertian Limbah Cair Domestik .................................................................. 3
2.3 Contoh Pengolahan Limbah Domestik ........................................................... 5
BAB III ........................................................................................................................ 7
3.1 Sistem Pengelolaan Limbah Cair Domestik Berdasarkan Tempat Pengolahan
........................................................................................................................ 7
3.2 Centralized System / Sistem Pengolahan Terpusat ........................................ 7
3.2.1 Convensional Sewerage ............................................................................... 8
3.2.2 Small Bore Sewer......................................................................................... 9
3.3 Decentralized System / Sistem Pengolahan Setempat ................................. 10
3.3.1 Tanki Septik dan Sumur Resapa ................................................................ 11
3.3.2 Cubluk (Sumur Penampung) ...................................................................... 12
BAB IV ...................................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 15

i
BAB I

1.1 PENDAHULUAN
Meningkatnya arus pembangunan di kota-kota besar memberikan dampak yang
cukup besar pada pertumbuhan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk tersebut selalu
berbanding lurus dengan pertumbuhan di berbagai sektor penunjang kehidupan lainnya
seperti sektor pemukiman dan perumahan yang tumbuh semakin cepat. Perkembangan
sektor perumahan dan pemukiman tersebut menuntut adanya pembangunan infrastruktur
dasar pelayanan publik yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelayanan
prasarana lingkungan seperti infrastruktur air bersih dan sistem sanitasi, penyediaan
rumah dan transportasi yang baik untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kota dapat
menjadi penyebab utama timbulnya berbagai masalah di kota-kota pada negara
berkembang (Nurmadi, 1999).

Kurang memadainya sarana dan prasarana kebersihan di suatu wilayah


pemukiman akan sangat berdampak besar pada kualitas lingkungan dan kesehatan di
wilayah tersebut. Hal ini disebabkan keberadaan prasarana lingkungan merupakan
kebutuhan yang paling penting yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Artinya prasarana dasar
dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi terciptanya kenyamanan hunian (Claire,
1973). Tingkat kenyamaman seseorang dalam bertempat tinggal ditandai dengan
terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga prasarana lingkungan, karena prasarana
lingkungan merupakan kelengkapan fisik dasar suatu lingkungan perumahan diantaranya
tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan adalah
status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003). Masalah sanitasi, khususnya
sanitasi di perkotaan merupakan isu yang krusial dan selalu menarik perhatian banyak
pihak saat ini. Selain permasalahannya yang kompleks, sanitasi lingkungan berperan
besar dalam upaya meningkatkan derajat kehidupan dan kesehatan masyarakat, terutama
pada masyarakat lapisan bawah. Sanitasi lingkungan terkait dengan peningkatan
kebersihan / higienis dan pencegahan berjangkitnya penyakit yang berhubungan dengan
faktor-faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang berhubungan dengan sanitasi
tersebut termasuk penanganan air air limbah rumah tangga yang berasal dari mandi, cuci,
dan limbah tinja dari kakus/ Water Closet (WC).

1
BAB II

2.1 PENGERTIAN LIMBAH DOMESTIK


Limbah domestik dapat diartikan sebagai suatu limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah tangga. Seperti diketahui bahwa berdasarkan asalnya, limbah memang
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu limbah pertanian, limbah industri, dan limbah
domestik. Limbah domestik sendiri menjadi masalah yang paling serius karena
umumnya tidak dikelola dengan tepat. Terlebih di daerah perkotaan, limbah domestik
menjadi limbah dengan persentase terbesar dalam menyumbang kerusakan lingkungan
hidup. Perlu digarisbawahi bahwa limbah domestik adalah limbah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga.
Salah satu upaya mengolah limbah domestik (greywater) dengan cara
sederhana yaitu dengan pengolahan biofilter aerob menggunakan media bioball dan
tanaman, dalam hal ini tanaman yang digunakan adalah tanaman kiambang,
pengolahan dengan biofilter aerob ini merupakan teknologi pengolahan air limbah
rumah makan yang murah, mudah operasinya serta hemat energi.
Peraturan yang mengatur tentang limbah domestic antara lain :
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, air limbah
domestik terdiri dari parameter BOD, TSS, pH, minyak dan lemak yang apabila
keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke badan penerima, maka akan
mengakibatkan pencemaran air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke badan penerima
air, terlebih dahulu harus diolah sehingga dapat memenuhi standar air yang baik
• Permen Lingkungan Hidup no.68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
Dari pengertian ini, kita dapat mengambil beberapa contoh limbah domestik
yang biasa kita hasilkan sehari-hari. Akan tetapi, berdasarkan wujudnya limbah ini
dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu limbah cair domestik dan limbah padat
domestik.

2
2.2 PENGERTIAN LIMBAH CAIR DOMESTIK
Limbah cair domestik adalah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah
tangga atau disebut dengan greywater. Contoh limbah domestik ini adalah air bekas cucian
yang mengandung deterjen, minyak, air yang terbuang saat mandi yang mengandung
banyak sabun, dan kotoran manusia. Limbah-limbah ini memang tidak terlalu mengganggu
lingkungan bila jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi, bila terakumulasi dan menjadi
satu, limbah ini dapat menjadi suatu masalah bagi kehidupan organisme lainnya, contohnya
kelestarian ekosistem sungai yang ada di daerah perkotaan.. Limbah cair baik domestik
maupun non domestik mempunyai beberapa karakteristik sesuai dengan sumbernya,
karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi
sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003).

Kotoran-kotoran itu merupaka ncampuran dari za-zat bahan mineral dan organik
dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil, benda padat, sisa-sisa
bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk kolloid dan setengah kolloid
(Martopo,1987).

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 yang dimaksud dengan
air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usahadan atau kegiatan permukiman
(real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

1. Karakteristik Fisika Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter,


diantaranya :

a. Total Solid (TS) Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang
dapat larut, mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada akhirnya akan mengendap di dasar
air sehingga menimbulkan pendangkalan pada dasar badan air penerima

b. Total Suspended Solid (TSS) Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur
yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran
0,45 mikron.

c. Warna. Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
menigkatnya kondisi anaerob,warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi
kehitaman.

3
d. Kekeruhan Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat
organik maupun anorganik, serta menunjukkan sifat optis air yang akan membatasi
pencahayaan kedalam air.

e. Temperatur Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya


terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk
berbagai aktivitas seharihari.

f. Bau Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah.

2. Karateristik Kimia

a. Biological Oxygen Demand (BOD) 3 Biological oxygen demand atau kebutuhan


oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam
air lingkungan untuk memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang
terdapat didalam air.

b. Chemical Oxygen Demand (COD) Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air
untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD
dinyatakan dalam ppm (part per milion). (Metcalf and Eddy, 2003)

c. Protein Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Di dalam limbah cair, protein merupakan unsur
penyabab bau, karena adanya proses pembusukan dan peruraian oleh bakteri. (Metcalf and
Eddy, 2003)

d. Karbohidrat Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu
terdiri dari unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh
enzim dari bakteribakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui
proses fermentasi.

e. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan bahan pencemar yang banyak
ditemukan di berbagai perairan, salah satu sumber pencemarnya adalah dari agroindustri.

f. Detergen Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk
keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen adalah sebagai
pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan lainnya dapat dipisahkan.

4
g. Derajat keasaman (pH) Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya
pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa.

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah
banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Pengolahan air limbah
secara biologis dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa-senyawa kimia yang
terkandung dalam air menjadi bentuk atau senyawa lain. Mikroorganisme mengkonsumsi
bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan memanfaatkan
energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya. (Metcalf and Eddy,
2003)

2.3 CONTOH PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK


1. Biofilter

Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter dilakukan dengan cara
mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga
untuk pengembangbiakkan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses
anaerobik dilakukan tanpa pemeberian udara atau oksigen.

Biofiler yang baik adalah menggunakan prinsip biofiltrasi yang memiliki struktur
menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media penyangga yang disusun baik
secara teratur maupun acak di dalam suatu biofilter. Adapun fungsi dari media penyangga
yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri yang akan melapisi permukaan
media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm) (Herlambang dan Marsidi, 2003).

2. Bioball

Media bio-ball mempunyai keunggulan antara lain mempunyai luas spesifik yang
cukup besar, pemasangannya mudah (random), sehingga untuk paket instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) kecil sangat sesuai. Keunggulan dari media bioball yaitu karena ringan,
mudah dicuci ulang, dan memiliki luas permukaan spesifik yang paling besar di
bandingkan dengan jenis media biofilter lainnya, yaitu sebesar 200 – 240 m2 /m3 .

5
Sedangkan jenis bioball yang dipilih adalah yang berbentuk bola dengan diameter 3 cm
karena bioball jenis ini yang memiliki diameter paling kecil dan dengan bentuknya yang
seperti bola (random packing) dapat meminimalkan terjadinya clogging (tersumbat).
Bioball ini berfungsi sebagai tempat hidup bakteri – bakteri yang diperlukan untuk menjaga
kualitas air. (Said, 2005) D.

3. Biofilm

Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri yang melekat di suatu
permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm
terbentuk karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro dan relung)
mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi
mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem
yang mengalir. Apabila pada media terbentuk lapisan lendir yang berwarna hitam
kecoklatan-coklatan serta tidak mudah terlepas dari media, maka dapat dipastikan bahwa
telah tumbuh mikroorganisme pada media. Sampai mikroorganisme tumbuh diperlukan
waktu selama 2 minggu. Hal tersebut dilakukan untuk didapatkan hasil sampai terjadi
steady state pada kondisi air limbah. (Herlambang, 2002) E.

4. Kiambang

Kiambang (Salvinia Molesta) merupakan sejenis tumbuhan air yang mudah dikenali
dan sering ditemui. Habitatnya hampir sama dengan teratai, hidup segar di kawasan berair
seperti kolam, danau dan paya-paya air tawar. Agak berbeda dengan teratai, kiambang
sejenis tumbuhan merayap atau mengapung di atas permukaan air dan cepat berkembang
biak. Kiambang memiliki potensi untuk menjernihkan air limbah rumah tangga secara
alami, tetapi air tersebut masih belum aman di konsumsi. Selain itu, dapat mengurangi
polusi air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan bakteri penular penyakit

6
BAB III

3.1 SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK BERDASARKAN


TEMPAT PENGOLAHAN
3.1.1 Centralized system / sistem pengolahan terpusat / Off site system :
Sistem pengolahan air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan melalui
suatu riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju ke tempat instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan atau dengan pengenceran tertentu (intersepting sewer),
yang selanjutnya bila telah memenuhi standar baku mutu dapat dibuang ke badan air
penerima.

3.1.2 Decentralized system / sistem pengolahan setempat / On site system


Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah langsung
di tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu. Sistem ini dipakai jika syarat-syarat
teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah. Sistem dimana pada
daerah itu tidak ada sistem riol kota atau untuk lingkungan kecil yang masih tersedia lahan
pekarangannya.

3.2 CENTRALIZED SYSTEM / SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

Sistem pengolahan terpusat adalah sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan
dikumpulkan dalam riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju tempat
pengolahan dan baru dibuang ke badan air penerima. Sistem sanitasi off-site mempunyai
beberapa teknologi yang sering digunakan, antara lain:

1. Conventional Sewerage,

2. Shallow Sewers

3. Small bore sewer dengan pengolahan

Keuntungan:

* Memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan menyeluruh.

* Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran terhadap saluran
drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat dihindari.

7
* Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk menengah sampai
tinggi.

* Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode perencanaan tertentu.

* Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan pipa ditanam di
dalam tanah.

Kerugian:

* Biaya investasi jaringan sangat tinggi

* Memerlukan teknologi yang memadai untuk membangun dan memelihara system

* Instalasi lebih rumit sehingga memerlukan perencanaan yang tepat.

* Keuntungan baru bisa dicapai sepenuhnya setelah sistem dapat dimanfaatkan /


digunakan oleh seluruh penduduk di daerah pelayanan.

* Sistem jaringan pipa yang luas memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka
panjang.

3.2.1 Convensional Sewerage


Dalam sistem ini air buangan (dalam hal ini air dan lumpur tinja) akan masuk ke dalam
saluran. Jaringan pipa air buangan tidak selamanya sesuai dengan kondisi perkotaan di
Indonesia. Dan untuk melaksanakan sewerage di daerah perkotaan yang kepadatannya
tinggi tidaklah mudah.

Kompleks perumahan baru dan pusat perdagangan atau industri adalah tempat yang
paling sesuai untuk sistem sewerage ini. Conventional Sewerage sebaiknya dipilih antara
lain:

1. Bila mayoritas rumah tangga sudah memiliki sambungan air bersih.

2. Bila teknologi sanitasi setempat tidak layak.

3. Di daerah pemukiman baru dimana mereka mampu membiayai sewerage dan


sebaiknya dilengkapi dengan IPAL.

4. Untuk daerah yang kemiringannya 1% perlu diselidiki adanya kemungkinan untuk


mengembangkan saluran drainase yang ada dan menggunakannya sebagai sewerage
gabungan.

8
3.2.2 Small Bore Sewer
Small Bore Sewer (SBS) merupakan sistem yang sesuai untuk memperbaiki sistem
sanitasi pada daerah yang mayoritas menggunakan tanki septic. SBS akan menampung
semua air buangan kecuali lumpur (tinja) dari tangki septik. Walaupun air buangan dari
SBS sebagian sudah diolah di tangki septik, tetapi tetap membutuhkan pengolahan lebih
lanjut untuk memperbaiki kualitas bakteriologi.

Sistem ini di desain untuk mengalirkan bagian air buangan rumah tangga. Pasir, lemak
dan benda padat lain yang dapat menggangu saluran dapat dipisahkan dari aliran pada
tangki inteseptor yang dipasang diujung setiap sambungan yang menuju saluran. Padatan
yang terakumulasi pada tangki interseptor diangkat secara periodik.

SBS pada umumnya cocok untuk daerah yang datar dan mempunyai taraf muka air
tinggi.

Sistem Small Bore Sewer secara umum memiliki komponen berupa:

1. Sambungan rumah, dibuat pada inlet tangki interseptor. Semua buangan kecuali
sampah memasuki sistem melalui bagian ini.

2. Tangki interseptor (Interceptor Tank), didesain untuk menampung aliran selama 24


jam untuk memisahkan endapan dari cairannya. Volumenya dapat menyimpan padatan
yang secara periodik akan diambil.

3. Saluran berupa pipa plastik berlubang kecil (diameter minimum 50-100 mm) dengan
kedalaman yang cukup untuk mengumpulkan air buangan dari sambungan sistem gravitasi
dan dibuat sesuai dengan bentang alam.

4. Pembuang dan manhole, sebagai jalan masuk dan pemeliharaan saluran serta untuk
menggelontor selama pembersihan saluran.

5. Vent, untuk memelihara kondisi aliran yang bebas.

6. Sistem pemompaan (jika diperlukan) untuk mengangkat effluent dari tangki


interseptor ke saluran untuk mengatasi perbedaan elevasi diperlukan bagi sistem saluran
dengan area yang luas.

9
7. Lahan pengolahan buangan untuk mengalirkan cairan dan jaringan pengumpul dan
untuk menampung buangan padat hasil olahan dari tangki interseptor.

Aliran yang masuk adalah aliran rata-rata. Aliran maksimum dianggap sama dengan
aliran rata-ratanya sedangkan kecepatan minimum tidak memiliki batas.

Aliran air tanah yang masuk ke dalam saluran (infiltrasi) terjadi bila letak sewer di
bawah muka air tanah, inipun biasanya kecil sekali terhadap sewer yang baru, sehingga
sering diabaikan dalam perhitungan aliran. Jadi perhitungan aliran infiltrasi ditentukan
berdasarkan keadaan sewer dan muka air tanah.

Ukuran pipa minimum untuk sambungan rumah dengan small bore sewer sistem
berdiameter 50 mm, sedang pipa minimum bagi sewer 100 mm.

4 Shallow Sewer
Shallow sewer adalah sewerage kecil yang dipasang dangkal dengan kemiringan yang
lebih landai dibandingkan sewerage konvensional. Shallow sewer sangat tergantung pada
pembilasan air buangan untuk mengangkut air buangan padat jika dibandingkan dengan
cara konvensaional yang mengandalkan kecepatan untuk membersihkan sendiri (self
cleansing velocity).

Shallow sewer lebih mudah dibandingkan sewerage konvensional dan lebih cocok
sebagai sewerage sekunder di daerah kampong dengan kepadatan penduduk tinggi dan
jalan lingkungannya kecil dimana tidak dilewati kendaraan berat dan sebagian besar
penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan jamban pribadi tanpa pembuangan
setempat yang memadai. Selain itu sistem ini cocok ditempatkan pada daerah dengan
kemiringan 1%.

3.3 DECENTRALIZED SYSTEM / SISTEM PENGOLAHAN SETEMPAT


Sistem pengolahan setempat adalah sistem dimana air limbah tidak
dikumpulkan dalam satu tempat, tetapi masing-masing yang mengeluarkan air buangan
membuat sendiri sistem pengelolaannya, kemudian di buang ke badan air penerima.
Sistem ini biasa sering dipakai, antara lain:

1. Cubluk,

2. Aquaprivy dan

3. Septik Tank

10
Gabungan sistem ini membutuhkan tempat penyaluran, pembuangan dan
pengolahan. Beberapa keuntungan dan kerugian sistem sanitasi setempat (On-Site)
adalah:
Keuntungan:

* Biaya konstruksi relatif rendah

* Teknologi yang digunakan cukup sederhana

* Operasi dan pemeliharaan umumnya merupakan tanggung jawab pribadi

* Dapat menggunakan bahan / material setempat

* Tidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaannya baik

* Hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

Kerugian:

* Tidak cocok diterapkan disemua daerah (tidak cocok untuk daerah dengan
kepadatannya tinggi, muka air tanah tinggi dan permeabilitas tanah rendah)

* Memerlukan lahan yang luas

* Sistem ini tidak diperuntukkan bagi limbah dapur, mandi dan cuci karena
volumenya kecil, sehingga limbah cair dari dapur dan cuci akan tetap mencemari
saluran drainase dan badan-badan air yang lain.

* Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik, akan dapat mencemari air
tanah dan sumur dangkal.

* Pelayanan terbatas.

3.3.1 Tanki Septik dan Sumur Resapan


Penggunaan tangki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan air
buangan rumah tangga dan sistem ini cocok untuk sistem on-site sanitation walaupun
kualitas bakteriologinya masih jelek.

Tangki septik yang sudah umum di Indonesia adalah toilet tuang siram atau
istilah lain kakus leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air perapat (water seal) yang
dipasang di bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga dapat mencegah
gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet.

11
Air buangan dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam
tangki septik kecuali bila tanki tersebut direncanakan mampu menampung debit air
buangan yang besar. Tangki septik paling banyak digunakan penduduk sebagai
penampung sementara air buangan toilet karena biayanya yang relatif murah. Tangki
septik harus diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber air tanah.

3.3.2 Cubluk (Sumur Penampung)


Jamban cubluk atau kakus cemplung (pit latrine) merupakan sarana sanitasi sederhana
yang umum digunakan di negara-negara sedang berkembang (terutama di desa-desa).
Bentuknya sangat sederhana dan terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Sumur pengumpul tinja (cubluk)

2. pelat jongkok berikut pondasinya,

3. Bangunan pelindung (konstruksi bagian atas)

Beberapa jenis cubluk yang umum digunakan yaitu :

Jamban cubluk konvensional

1. Jamban berlubang tradisional dengan bentuk yang sangat sederhana tanpa ventilasi.
(biasanya berbau dan lalat serta nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat.

2. Jamban Cubluk Yang Diperbaiki dan Berventilasi (JCDV). Jamban cubluk dengan
lubang tunggal, yang direncanakan untuk penggunaan paling sedikit 2 tahun. Umumnya
sesuai digunakan pada daerah yang air tanah dalamnya dan ukuran lubang tidak terbatas.

3. Jamban Cubluk Ganda Yang Diperbaiki dan Berventilasi (JCGDV)

4. Jamban dengan struktur permanent mempunyai 2 lubang yang dapat digunakan


bergantian. Jamban ini tepat digunakan didaerah perkotaan, dimana masyarakat sanggup
membiayai dan tanpa harus memindahkannya setiap tahun.

5. Jamban Cubluk Lubang Banyak Yang Diperbaiki dan Berventilasi.


Jamban lebih dari satu lubang yang lebih tepat digunakan di tempat-tempat umum.Bau
yang timbul dari dalam cubluk akan keluar akibat adanya aliran udara di ujung pipa
ventilasi yang dapat terbuat dari PVC. Pemberian ventilasi ini juga memberikan peranan
penting dalam mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan lalat.

12
Penggunaan JCDV dan JCGDV direncanakan untuk pemakaian tanpa air,
artinya tinja tidak perlu digelontor masuk ke dalam cubluk. Untuk menjaga agar cubluk
tetap kering dan mencegah pengotoran air tanah, maka pembangunan cubluk tidak
dilakukan dibawah muka air tanah. Pemakaian cubluk dilakukan bergantian selama
periode tertentu. Setiap cubluk harus didesain dengan masa periode paling sedikit 1
tahun sebelum menutup cubluknya dan menggunakan cubluk yang lain. Setelah cubluk
pertama terisi penuh sesuai masa periode desain yang telah ditentukan, pemakaian
cubluk kedua baru dimulai. Bila cubluk kedua hampir penuh, maka cubluk yang
pertama dikosongkan dan siap untuk digunakan lagi. Dengan cara bergantian maka
kedua cubluk dapat digunakan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Karena kotoran
tersimpan lama dalam cubluk yang sedang ditutup (tidak digunakan), maka organisme
yang dapat menimbulkan penyakit dalam kotoran akan mati (kotoran sudah menjadi
humus) sehingga tidak ada bahaya penyebaran penyakit dari cubluk yang akan digali
(digunakan kembali).

13
BAB IV

4.1 KESIMPULAN
Limbah cair domestik adalah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah
tangga atau disebut dengan greywater. Contoh limbah domestik ini adalah air bekas
cucian yang mengandung deterjen, minyak, air yang terbuang saat mandi yang
mengandung banyak sabun, dan kotoran manusia. Limbah-limbah ini memang tidak
terlalu mengganggu lingkungan bila jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi, bila
terakumulasi dan menjadi satu, limbah ini dapat menjadi suatu masalah bagi kehidupan
organisme lainnya, contohnya kelestarian ekosistem sungai yang ada di daerah
perkotaan..
Salah satu upaya mengolah limbah domestik (greywater) dengan cara
sederhana yaitu dengan pengolahan biofilter aerob menggunakan media bioball dan
tanaman, dalam hal ini tanaman yang digunakan adalah tanaman kiambang,
pengolahan dengan biofilter aerob ini merupakan teknologi pengolahan air limbah
rumah makan yang murah, mudah operasinya serta hemat energi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Puji dan Nur Rahmi. 2009. Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Lumpur Aktif Proses
Anaerob. Universitas Diponegoro, Fakultas Teknik. Semarang.

Vigneswaran, S.and M. Sundaravadivel. 2004. Recycle and Reuse of Domestic Wastewater in


Wastewater Recycle,Reuse, and Reclamation. Encyclopedia of Life System.

Wulandari, Puji Retno. 2014. Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus di
Perumahan PT. Universitas Sriwijaya, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik. Sumatera
Selatan

15

Anda mungkin juga menyukai