Muntah Pada Anak
Muntah Pada Anak
Disusun Oleh:
PEMBIMBING
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Muntah adalah suatu aktivitas yang tidak menyenangkan akibat dari ekspulsi isi
lambung lewat mulut. Muntah adalah suatu gejala yang merupakan manifestasi dari berbagai
kelainan atau penyakit termasuk saluran cerna dan organ lain. Muntah pada bayi dan anak
merupakan gejala yang sering ditemukan dan seringkali menjadi gejala awal dari berbagai macam
penyakit infeksi, misalnya faringitis, otitis media, pneumonia, infeksi saluran kencing
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan pada orang tua, bahkan menjadi
menakutkan bila muntah disertai darah (hematemesis). Muntah dapat sebagai awal penyakit
saluran cerna atau diluar saluran cerna baik berupa infeksi, inflamasi atau kelainan anatomi.
Peningkatan tekanan intracranial dapat bermanifestasi awal berupa muntah, begitu juga
adanya infeksi sitemik dapat menimbulkan muntah. Tidak semua obat anti muntah dapat
diberikan kepada setiap anak karena penanganannya ditujukan kepada penyebab muntah
sendiri.
Pada bayi yang kecil dan sangat muda atau keterlambatan mental muntah dapat
membahayakan terjadinya aspirasi hal ini mudah terjadi karena adanya koordinasi
neuromuskuler yang belum sempurna. Untuk mencegah hal tersebut posisi bayi dapat
dimiringkan atau tengkurap dan bukannya terlentang. Umur penderita adalah hal yang
penting dalam kaitannya dengan muntah. Pada periode neonatal terjadinya spitting atau
regurgitasi sejumlah kecil isi lambung masih dalam batas kewajaran dan bukan
merupakan keadaan yang patologis dimana masih terjadi kenaikan berat yang normal.
Hal lain yang perlu dicermati adalah muntah juga merupakan manifestasi dari kelainan
bawaan obstruksi gastrointestinal yang bila tidak diterapi secara memadai dapat fatal.
Muntah akut merupakan gejala yang sering terjadi pada kasus abdomen akut dan
infeksi intra maupun ekstra gastrointestinal. Berlainan dengan muntah akut, muntah
kronis/berulang sering merupakan faktor yang penting dari gambaran klinik suatu penyakit.
Karena penyakit yang mendasari muntah kronik/berulang sering tidak jelas maka sering
disebut unexplained chronic vomiting. Belum terdapat batasan yang jelas untuk muntah
kronik, tetapi batasan muntah kronik sering disamakan dengan batasan diare kronik, yaitu
muntah yang berlangsung lebih dari dua minggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara paksa melalui mulut disertai kontraksi
lambung dan abdomen. Secara klinis, kadang-kadang sulit dibedakan dengan refluks
gastroesofagus dan regurgitasi. Refluks gastroesofagus (RCE) didefinisikan sebagai
kembalinya isi lambung kedalam esofagus tanpa adanya usaha dari bayi atau anak. Apabila
isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut, maka keadaan ini disebut sebagai regurgitasi.
Oleh karena itu, muntah pada bayi atau anak harus dipikirkan pula kemungkinan suatu RCE.
Muntah juga merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin
yang tidak sengaja tertelan. Muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan
bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.
Istilah yang sering dibahas sehubungan dengan muntah adalah nausea, retching,
regurgitasi, dry heaves, muntah proyektil, hematemesis, coffee-ground emesis, stercoraceous
vomiting, bilious vomiting.
Tingkat prevalensi refluks gastroesofagus sangat bervariasi dari beberapa studi yang telah
dilakukan tetapi refluks gastroesofagus merupakan hal yang sangat umum terjadi pada tahun
pertama kehidupan. Sindrom Muntah Siklik terjadi sebanyak 1,9% pada anak-anak sekolah.
Angka kejadian refluks esophagus mencapai 1:300 bayi pada tahun pertama kehidupan. Data
menyebutkan sekitar 50% pada bayi berumur 2 bulan mengalami regurgitasi 2 kali sehari
atau lebih. Prevalensi tertinggi yaitu 67% terjadi sekitar bayi berumur 4 bulan dan kemudian
prevalensi menurun menjadi 1% pada saat bayi berumur 1 tahun.
3. Etiologi
Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi. Penyebab tersering muntah adalah
keadaan refluks, gastroenteritis, infeksi saluran kemih. Beberapa penyebab muntah lain
yang sering ditemukan pada anak, yaitu:
4. Patofisiologi
Muntah berada dibawah kendali sistem saraf pusat dan 2 daerah di medula oblongata,
yaitu nukleus soliter dan formasi retikuler lateral yang dikenal sebagai pusat muntah. Pusat
muntah diaktivasi oleh impuls yang berasal dari chemoreseptor trigger zone (CTZ),
yaitutempat berkumpulnya berbagai impuls aferen yang dihantarkan melalui nervus vagus.
Pada CTZ juga ditemukan berbagai neurotransmitter dan reseptor (salah satunya adalah
reseptor dopamin). Proses muntah mempunyai 3 tahap, yaitu nausea, retching, dan emesis.
Nausea merupakan sensasi psikis yang disebabkan oleh berbagai stimulus (organ visera,
labirin, atau emosi). Fase ini ditandai adanya rasa mual yang disertai gejala otonom seperti
produksi air liur bertambah, berkeringat, pucat, takikardi, atau anoreksia. Gerakan peristaltik
aktif berhenti, tekanan di fundus dan korpus menurun sedangkan tekanan di antrum sampai
pars desendens duodenum meningkat. Pada fase retching terjadi inspirasi dalam dengan otot
perut dan diafragma serta relaksasi sfingter esofagus. Bawah. Fase emesis ditandai dengan
perubahan dengan tekanan intratoraks (dari negatif menjadi positif). Dan relaksasi sfingter
esofagus sehingga isi lambung dikelurkan dikeluarkan dari mulut.
6. Fase Muntah
Fase Nausea
Nausea atau mual merupakan sensasi psikis yang tidak nyaman tapi bukan
merupakan sensasi yang menyakitkan yang mendahului rasa atau keinginan untuk
muntah yang disebabkan oleh berbagai stimulus seperti rangsangan organ visera,
labirin, maupun emosi. Fase ini ditandai adanya rasa mual yang disertai gejala otonom
seperti produksi air liur bertambah, berkeringat, pucat, takikardia, atau anoreksia.
Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus.
Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni
relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duedenum kedalam lambung. Pada fase nausea
ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial dan obstruksi saluran gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea.
Fase Retching
Fase ini dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase ini terjadi kekejangan dan
terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot pernafasan
dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negatif. Pada
waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung, fundus dilatasi
sedangkan antrum dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi
sfingter esofagus atas masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus.
Pada akhir fase ini terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme
yang tadinya sudah masuk kedalam esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat
berlangsung beberapa siklus.
7. Sindroma Muntah
Muntah psikogenik
Ruminasi
Abdominal migraine
Berdasarkan gambaran dari isi lambung (yang dapat berubah sesuai waktu dan
perjalanan penyakit), maka tipe muntahan dapat diidentifikasi menjadi:
Alimentary Vomiting
Merupakan muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna atau baru
sebagian dicerna, terkadang dalam jumlah yang berlebih. Tipe ini yang paling sering
didapatkan dan dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah makan. Muntahan ini
paling sering disebabkan karena refluks esofagus, malformasi anatomi dari saluran
cerna bagian atas, atau karena intoleransi makanan. Komplikasi utama akibat tipe
muntahan ini adalah malnutrisi.
Acid Vomiting
Biasanya tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna keputihan dan
mengandung material busa dengan pH<5, yang mungkin terjadi selama atau selesai
makan dan terkadang terjadi pada waktu malam hari. Biasanya disertai dengan adanya
gangguan berupa iritabilitas, kurang istirahat, bayi menangis, dan nyeri epigastrium
atau rasa panas dalam perut pada anak-anak. Tipe ini lebih merupakan penyakit refluk
esofagus dengan komplikasi berupa esofagitis dan striktur peptik (jarang terjadi).
Bilious vomiting
Karakteristik dari tipe muntahan ini adalah ekspulsi dari cairan berwarna hijau
kekuningan yang tebal. Pada bayi dan neonatus, muntahan tipe ini selalu merupakan
tanda yang penting untuk memikirkan adanya total (atresia) atau sebagian (stenosis)
obstruksi saluran cerna yang berada di distal dari ampulla Vater yang membutuhkan
diagnosa pasti dan intensif/subintensif terapi.
Bloody vomiting
Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat diakibatkan oleh
adanya perdarahan yang baru terjadi maupun sedang terjadi pada saluran cerna bagian
atas (esofagus, lambung, atau duodenum). Muntah ini lebih banyak merupakan
komplikasi dari pada manifestasi klinis awal. Intake nonsteroidal anti-inflamatory
drugs (NSAIDs) dapat juga menyebabkan terjadinya muntah ini. Hematemesis
merupakan kegawatdaruratan yang potensial dan selalu harus dievaluasi di rumah sakit.
Apabila perdarahan ringan dan tidak menimbulkan anemia atau perubahan
hemodinamik dapat diberikan obat anti sekretori. Perdarahan dari varises esofagus
dapat terjadi sangat masif yang juga merupakan kegawatdaruratan dan harus segera
mendapatkan terapi. Hematemesis tidak selalu berasal dari traktus gastrointestinal,
tetapi dapat juga berasal dari perdarahan tonsil, laring, atau trakea dengan gejala
biasanya darahnya yang keluar sedikit dan disertai gejala sakit tenggorok dan batuk.
Bila muntahan berupa bekuan darah dan berwarna hitam seringkali berasal dari
perdarahan hidung bagian posterior biasanya di indikasi dari lapisan tipis dari darah di
dalam orofaring.
9. Diagnosis
Anamnesis1,3,4,5
Rangkaian pertanyaan yang dapat membimbing kita pada diagnosis yang tepat, sebagai
berikut:
- Usia dan jenis kelamin
- Tentukan lebih dulu, apakah yang dihadapi: spitting, regurgitasi atau muntah
- Kapan mulai muntah
- Derajat/beratnya muntah, kekuatannya (projektil)
- Bagaimana keadaan kesehatan anak: apakah ia menjadi kurus atau penambahan
berat badan normal
- Adakah faktor predisposisi (yang lebih dikenal orang tua) yang menyebabkan
timbulnya muntah ini
- Apakah ada penyakit lain yang menyerang anak, seperti hidrosefalus, intoleransi
susu, riwayat operasi abdomen dll.
- Bagaimana bentuk/isi muntahan, apakah seperti susu/makanan asal (isi dari
esofagus), telah merupakan susu yang telah menggumpal (isi lambung) atau
mengandung empedu (isi duodenum) dan adakah darah
- Saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum
- Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi kejadian muntah
- Diperlukan informasi tentang diet: kualitas, kuantitas, ddan frekuensi makan,
penting terutama pada anak kecil
- Bagaimana teknik pemberian minum
- Bagaimana pula kondisi psikososial di rumah: bagaimana sifat ibu, ayah, apakah
pencemas, apakah ada nenek yang sering ngomel.
Pemeriksaan Fisik1,3,4,5,7
- Keadaan umum: kompos mentis, lethargi, kejang, gejala neurologi yang lain
- Ikterus, rhinitis, moniliasis
- Status hidrasi/sirkulasi: nadi, tensi, berat badan, lingkaran lengan, lingkaran kepala,
KMS
- Bila ada tanda infeksi, pikirkan muntah sebagai salah satu gejala infeksi tersebut
- Bercak putih dengan dasar merah pada rongga mulut perlu dipikirkan suatu
kandidiasis oral
- Hipersalivasi pada bayi baru lahir, pikirkan adanya aresia esofagus
- Muntah yang didahului gambaran gerakan peristaltik lambung setelah diberi minum,
pikirkan stenosis pilorus hipertrofik.
- Distensi perut dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan ampula kolaps, perlu
dipikirkan kemungkinan adanya morbus hirschsprung.
- Obstruksi saluran cerna perlu dipikirkan bila ditemukan perut distensi dan bising
usus meningkat pada daerah proksimal dan menurun pada daerah distal.
- Muntah pada bayi yang disertai gejala klinis lainnya seperti diare, kembung, eritema
perianal, dan sering flatus, perlu dipikirkan adanya intoleransi laktosa.
- Muntah yang terjadi pada bayi ”sehat” dan tidak ditemukan gejala seperti yang
disebut diatas, perlu dipikirkan adanya faktor organik, seperti teknik pemberian
minum atau iritasi cairan amnion(bayi baru lahir).
Pemeriksaan Penunjang1,3,4,5
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan urin: urin lengkap, reduksi, kultur
- Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin, serum elektrolit, analisis
gas darah, analisis asam amino, LFT, glukosa darah, amonia
Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:
- kecurigaan terhadap atresia esofagus dapat dilakukan pemasangan pipa nasogastrik
dan pemeriksaan foto Roentgen toraks
- adanya gangguan gastric outlet dapat dibuktikan dengan pemeriksaan minum
barium, sedangkan stenosis pilorus hipertrofi selain dengan minum barium dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan ultrasonografi
- kecurigaan terhadap Morbus Hirschprung dapat dilakukan pemeriksaan barium
enema dan biopsi hisap rektum
- adanya ileus (paralitik atau obstruksi) dapat dibuktikan dengan pemeriksaan foto
polos abdomen 2 atau 3 posisi untuk melihat distribusi udara
- adanya infeksi dapat dibuktikan dengan pemeriksaan darah perifer lengkap dan urin
lengkap
- kecurigaan adanya refluks esofagus dapat dibuktikan dengan melakukan
pemeriksaan pemantauan pH esofagus 24 jam
- konsultasi ke psikolog bila dicurigai adanya faktor psikogenik
- kecurigaan kelainan organ di luar saluran cerna dapat dilakukan pemeriksaan sesuai
SPM kelainan tersebut.
Pendekatan Diagnosis
1. Sifat Muntahan
- Bentuk: bentuk makanan yang masih dapat dikenali pada muntah yang terjadi
lama setelah makan, menunjukkan adanya statis pada lambung
- Bau: bau asam seringkali menandakan statis pada lambung, bau busuk/tinja
menunjukkan adanya obstruksi rendah
- Warna: jika ditemukan muntahan yang berwarna empedu harus dipikirkan adanya
gangguan di sebelah distal ampula Vateri. Suharyono menganjurkan untuk
melakukan penatalaksanaan obstruksi usus pada setiap kejadian muntah dengan
muntahan yang berwarna hijau sampai terbukti tidak terdapat obstruksi usus
- Darah: pada muntahan neonatus kemungkinan terjadi akibat neonatus menelan
darah ibu saat dilahirkan atau bayi mengisap darah dari puting yang pecah-pecah
(fisura). Untuk membedakan perdarahan yang berasal dari bayi, misalnya pada
erosi esofagus atau defek koagulasi, dapat dilakukan uji APT3,5.
2. Frekuensi Muntah
Muntah yang sangat sering dan menetap menunjukkan faktor atau kelainan yang
permanen3.
3. Kekuatan Muntah
Muntah yang amat kuat (proyektil) pada bayi dan anak sering terdapat pada stenosis
pilorus dan peninggian tekanan intrakranial. Pada peninggian tekanan intrakranial,
muntah tidak disertai nausea3.
Pada bayi muntah yang terjadi selama atau sesudah makan, hampir selalu
disebabkan oleh distensi lambung yang berlebihan akibat cara pemberian makan
yang salah (aerofragi)3.
5. Gejala Lain
- Bila dijumpai ubun-ubun yang menonjol atau gejala neurologis lain, harus
dipikirkan adanya proses intrakranial
- Sepsis dan infeksi lain seperti gastroenteritis, meningitis dan infeksi saluran air
kemih merupakan penyebab muntah yang sering ditemukan pada neonatus
- Riwayat hidraamnion dapat berhubungan dengan atresia saluran pencernaan
- Mekoneum yang tidak keluar dalam 24 jam sering dijumpai pada penyakit
Hirschprung atau ileus mekoneum
Ada yang membedakan muntah atas kelainan medis dan muntah bedah, tetapi
sebenarnya batasan ini tidak selalu tegas. Yang lebih penting adalah bila menemukan
gejala muntah, harus ditetapkan apakah muntah disebabkan kelainan yang harus segera
ditolong secara bedah atau tidak. Umumnya kasus semacam ini mencakup kelainan
yang digologkan abdomen akut. Ada beberapa pegangan untuk menduga abdomen
akut:
Possetting
Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut.
Sering didahului oleh bersendawa. Tidak berbahaya. Akan hilang dengan sendirinya1,3.
Ruminasi (merycism)
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini mungkin normal
atau dapat pula abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah,
tetapi setiap regurgitasi pasti disertai refluks3.
Common Rare
Anatomic obstruction Adrenogenital syndrome
Brain tumor (increased intracranial
Gastroenteritis
pressure )
Gastroesophageal reflux Food poisoning
Overfeeding Inborn error of metabolism
Systemic infection Renal tubular acidosis
Rumination
Subdural hemorrhage
Child Adolescent
Common
Gastroenteritis Gastroenteritis
Systemic infection Syatemic infection
Toxic ingestion Toxic ingestion
Pertussis syndrome Inflammatory bowel disease
Medication Appendicitid
Migraine
Pregnancy
Medication
Ipecac abuse/bulimia
Rare
Reye syndrome Reye syndrome
Hepatitis Hepatitis
Peptic ulcer Peptic ulcer
Pancreatitis Pancratitis
Increased intracranial pressure Increased intracranial pressure
Middle ear disease Middle ear disease
Chemotherapy Chemotherapy
Achalasia Cyclic vomiting
Cyclic vomiting Biliary colic
Esophageal stricture Renal colic
Duodental hematoma
Inbern error of metabolism
11. Komplikasi
Komplikasi Fisik
Salah satu konsekuensi akibat muntah yang berlangsung terus menerus adalah
rupturnya dinding kapiler dan mengakibatkan perdarahan pada jaringan subkutan yang
tampak pada wajah dan leher berbentuk seperti kepala peniti. Dapat juga terjadi
Mallory-Weiss Syndrome diakibatkan karena terjadi herniasi fundus pada fase retching
dan ekspulsi kadang-kadang dapat menimbulkan robekan-robekan longitudinal pada
mukosa. Keadaan ini ditandai dengan bahan muntahan yang mengandung darah setelah
beberapa siklus recthing dan ekspulsi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan kelainan ini biasanya sembuh tanpa komplikasi. Komplikasi berikutnya
yang mungkin didapatkan adalah aspirasi isi lambung. Aspirasi bahan muntahan dapat
menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan berulang-ulang dapat menyebabkan
infeksi saluran nafas berulang. Selain yang disebutkan diatas komplikasi lain yang
dapat terjadi adalah gagal tumbuh kembang. Muntah yang berulang-ulang dan cukup
hebat akan menyebabkan gangguan gizi oleh karena intake menjadi sangat berkurang
dan bila hal ini terjadi cukup lama. Trauma iga dan otot abdomen yang dapat sangat
serius tetapi jarang terjadi.2,5
Komplikasi Metabolik
Komplikasi Psikologis
Komplikasi ini terjadi akibat pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan
mual muntah dan nyeri perut atau rasa terbakar pada epigastrium yang hebat yang
cenderung menimbulkan kondisi aversi di kemudian hari, penempatan situasi serupa,
atau sensitiasi berlebihan terhadap stimulus yang seringkali tidak sama. Ini dapat
mencetuskan timbulnya perilaku anoreksia pada anak-anak, mereka memilih untuk
tidak makan karena takut akan mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami
sebelumnya. Reaksi tersebut diperkirakan timbul akibat stimulus pada korteks akan
pengalaman muntah sebelumnya, tetapi jaringan saraf yang turut bekerja dan
bagaimana polanya masih banyak belum diketahui secara pasti.2,5
12. Penatalaksanaan1,3,4,5,7,8
1. Umum
a. Efek Lokal
b. Efek Metabolik
c. Aspirasi
d. Efek Nutrisi
2. Simptomatik
Obat Antiemetik
Titik tangkap kerja obat anti muntah dapat terletak di beberapa bagian tubuh,
misalnya reseptor kimia terutama dipengaruhi oleh golongan fenotiasin, anti
histamin dan antagonis dopamin.
Golongan I.
Golongan II.
Kedua obat antagonis dompamin ini daya prokinetikya adalah dengan cara
antagonistik terhadap inhibisi motorik oleh dopamin.
Akhir-akhir ini diproduksi obat yang mempunyai daya prokinetik tanpa efek
antagonistik, mempunyai efek langsung merangsang pengeluaran asetilkolin secara
fisiologik dalam pleksus mienterikus, dan dengan demikian mempunyai efek
spesifik motorik pada tingkat usus bagian distal.
Obat yang sering dipakai mengobati muntah dan gangguan motilitas lambung:
1. Metoklopramid
Cukup efektif, cara kerja adalah blokade reseptor dopamine di CTZ (chemo
receptive trigger zone), sehingga dapat mengontrol baik nause maupun muntah
secara sentral. Perlu diingat, obat ini dapat menyebabkan reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulogirik
2. Domperidone
Dapat dikatakan lebih aman. Cara kerja blokade dopamin reseptor baik di CTZ,
maupun di usus. Dapat diberikan per oral atau supositoria. Bioavalibity rendah sebab
cepat mengalami metabolisme di dinding usus dan hati, dan hanya sedikit masuk
kedalam otak.
Untuk mencegah nausea dan muntah pada pengobatan sitostatika, dosis per oral 1
mg/kg bb/hari (lebih efektif dari metoklopramid 0,5 mg/kg bb/hari). Dosis pada
anak-anak 0,2-0,4 mg/kg bb/hari per oral, interval 4-8 jam.
3. Cisapride
Obat prokinetik yang baru, meningkatkan pengeluaran asetilkoholin secara fisiologis
yang selektif pada tingkat post ganglionik dari syaraf pada pleksus mienterikus.
Tidak mempunyai sifat blokade pada reseptor dopamin, tetapi meningkatkan
peristaltik gastroduodenal. Pada anak juga efektif untuk mencegah refluks dan
memperbaiki klerens dari refluks material di esofagus. Dosis 0,2-0,4 mg/kg bb/hari.
4. Betanekhol
Suatu kholinester dengan cara kerja selektif pada muskarinik reseptor, efek kerjanya
cukup panjang. Pada anak-anak dipakai untuk terapi RGE, dosis 0,6 mg/kg bb/hari,
dibagi 3 dosis, per oral atau 0,15-0,2 mg/kg bb/hari sub kutan.
Pencegahan dan pendidikan
KESIMPULAN
Muntah dapat dikatakan salah satu dari mekanisme pertahanan tubuh yang
mengindentifikasi dan berupaya mengeluarkan agen yang merugikan yang telah tertelan.
Meskipun muntah terkesan hal yang sederhana tetapi gejala ini dapat mengartikan begitu
banyak kemungkinan penyebab yang mendasarinya mulai dari keadaan yang ringan dan
masih dalam batas normal, tetapi juga mungkin merupakan keadaan yang serius. Muntah
yang berkepanjangan dan berulang pada anak akan menimbulkan keadaan yang lebih buruk
dan apabila tidak ditangani dengan adekuat akan menyebabkan komplikasi yang berat.
Pengenalan dan pendekatan diagnosis sangat diperlukan.
Diharapkan melalui referat ini, muntah sebagai suatu gejala klinis dapat lebih dikenali
dengan pendekatan diagnostik yang benar dengan tujuan mencari etiologi yang tepat agar
dapat segera ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismail R dan Wahyu H. Muntah Pada Anak. Dalam: Suharyo, ed. Gastroenterologi
Anak Praktis. 1988. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 109-115.
2. Markum AH, Ismael S, Alatas H. Muntah Pada Bayi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. 1985. Jakarta: Infomedika. Hal. 311.
3. Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. 2005. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 155-
169.
5. Sudarmo, Subijanto M. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak. Diunduh dari:
www.pediatrik.com/buletin/20060220-hw0gpy-buletin.pdf. Diakses pada tanggal 11
Oktober 2010.
7. Laney, Wayne. The Gastrointestinal Tract & Liver. Dalam: Rudolph, Abraham ed.
Rudolph’s Fundamentals of Pediatrics. 2002. USA: McGraw-Hill Medical Publishing.
Hal. 466-472.