Anda di halaman 1dari 8

1.

Analisis Kinerja Ruas Jalan


a. Kapasitas
Kapasitas ruas dan jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat melintas
dengan stabil pada suatu potongan melintang jalan pada keadaan (geometrik, pemisah
arah, komposisi lalu lintas dan lingkungan) tertentu dan dinyatakan dalam
kendaraan/jam atau smp/jam.
Edward K. Morlok mengemukakan bahwa kapasitas suatu jalan adalah jumlah
kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup melewati ruas jalan
tersebut dalam satu maupun kedua daerah arah dalam periode waktu tertentu dan
dibawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum. Sehingga model kapasitas menjadi
seperti berikut :

C  CO  FCW  FCSP  FCSF  FCCS .................................... (3.3)


dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisaharah(hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota.
 Kapasitas Dasar (Co)
Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati ruas
jalan selama satu jam pada kondisi geometrik, pola lalu lintas dan kondisi
lingkungan jalan yang mendekati ideal. Kapasitas dasar untuk jalan perkotaan dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Kapasitas Dasar Untuk Jalan Perkotaan
Tipe jalan Kapasitas dasar Catatan

(smp/jam)

Empat-lajur terbagi atau Jalan 1650 Per lajur


satu-arah
Empat-lajur tak-terbagi 1500 Per lajur

Dua-lajur tak-terbagi 2900 Total dua arah

(Sumber : MKJI 1997 hal 5-50)


 Faktor Penyesuaian Lebar Jalan (FCw)
Menurut MKJI 1997 faktor penyesuaian lebar jalan akan bernilai satu untuk lebar
jalur standar (3,5 m) atau lebar jalur standar (7 m). Lebar jalur yang kurang dari 3,5
m akan mengakibatkan berkurangnya kapasitas pelayanan jalan sedang lebar yang
lebih dari 3,5 m akan meningkat kapasitas pelayanan jalan. Faktor penyesuaian
kapasitas untuk lebar jalan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalan (FCw)


Tipe Jalan Jalan Lebar efektif jalur FCW
lalu-lintas (Wc)
(m)
Empat-lajur terbagi atau Per lajur
3,00 0,92
Jalan satu-arah 3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Empat-lajur tak-terbagi Per lajur
3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Dua-lajur tak-terbagi Total kedua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
(Sumber : MKJI 1997 hal 5-51)
 Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp)
Faktor penyesuaian pemisah arah hanya untuk jalan yang tak terbagi. Secara umum
kapasitas jalan akan semakin meningkat bila pemisahan arah menjauh dari 50-50.
Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisah Arah

Pemisah arah 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

SP (%-%)

FCSP Dua-lajur (2/2) 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88


Empat-lajur (4/2) 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
(Sumber : MKJI 1997 hal 5-52)

 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf)


Faktor penyesuaian hambatan samping ditentukan berdasarkan jenis jalan, kelas
jalan, kelas hambatan, lebar bahu dan lebar kerb. Faktor penyesuaian kapasitas
akibat hambatan samping untuk ruas jalan yang mempunyai kereb didasarkan pada
2 faktor yaitu lebar kereb (Wk) dan kelas hambatan samping. Nilai faktor
penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping dan Lebar


bahu (FCsf)
Tipe jalan Kelas Faktor penyesuaian untuk hambatan
hambatan samping dan lebar bahu (FCSF)
samping Lebar bahu efektif (Ws) (m)
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
4/2 D VL 0,96 0.98 1.01 1.03
L 0.94 0.97 1.00 1.02
M 0.92 0.95 0.98 1.00
H 0.88 0.92 0.95 0.98
VH 0.84 0.88 0.92 0.96
4/2 UD VL 0.96 0.99 1.01 1.03
L 0.94 0.97 1.00 1.02
M 0.92 0.95 0.98 1.00
H 0.87 0.91 0.94 0.98
VH 0.80 0.86 0.90 0.95
2/2 U atau Jalan VL 0.94 0.96 0.99 1.01
satu-arah D L 0.92 0.94 0.97 1.00
M 0.89 0.92 0.95 0.98
H 0.72 0.86 0.90 0.95
VH 0.73 0.79 0.85 0.91

Tabel 5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping dan jarak


kerb penghalang (FCsf)
Tipe jalan Kelas Faktor penyesuaian untuk hambatan
hambatan samping dan jarak kerb penghalang (FCSF)
samping Jarak kerb penghalang (Wk) (m)
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
4/2 D VL 0,95 0.97 0.99 1.01
L 0.94 0.96 0.98 1.00
M 0.91 0.93 0.95 0.98
H 0.86 0.89 0.92 0.95
VH 0.81 0.85 0.88 0.92
4/2 UD VL 0.95 0.97 0.99 1.01
L 0.93 0.95 0.97 1.00
M 0.90 0.92 0.95 0.97
H 0.84 0.87 0.90 0.93
VH 0.77 0.81 0.85 0.90
2/2 U atau Jalan VL 0.93 0.95 0.97 0.99
satu-arah D L 0.90 0.92 0.95 0.97
M 0.86 0.88 0.91 0.94
H 0.78 0.81 0.84 0.88
VH 0.68 0.72 0.77 0.82
(Sumber : MKJI 1997 hal 5-53)

 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs)


Faktor ini ditentukan berdasarkan jumlah kota tempat ruas jalan bersangkutan,
MKJI 1997 menyarakan reduksi terhadap kapasitas dasar bagi kota berpenduduk
kurang dari satu juta jiwa dan kenaikan bagi kota yang berpenduduk lebih dari tiga
juta jiwa. Faktor panyesuaian kapasitas untuk ukuran kota dapat dilihat pada tabel
6.
Tabel 6. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs)
Ukuran kota (juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

< 0,1 0,86

0,1 - 0,5 0,90


0,5 - 1,0 0,94

1,0 - 3,0 1,00

>3,0 1,04

(Sumber : MKJI 1997 hal 5-55)

Tabel 7. Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan (SFC)


Kelas Kode Jumlah berbobot Kondisi Khusus
samping kejadian per 200
(SFC) meter per (dua sisi)
Sangat rendah VL < 100 Daerah pemukiman ; jalan
dengan jalan samping
Rendah L 100 – 299 Daerah pemukiman ; beberapa
kendaraan umum, Dsb.
Sedang M 300 – 499 Daerah industri, beberapa toko
di sisi jalan
Tinggi H 500 – 899 Daerah komersial, aktivitas
disisi jalan tinggi
Sangat tinggi VH > 900 Daerah komersil dengan
aktivitas pasar dijalan.
(Sumber : MKJI 1997, hal 5-10)

b. Derajad kejenuhan (DS)


Derajad kejenuhan didefinisikan sebagai rasio volume (Q) terhadap kapasitas (C).
Digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas pada suatu ruas
jalan. Nilai Ds menunjukkan apakah ruas jalan tersebut masih memenuhi kapasitas atau
tidak. Dalam MKJI 1997 derajad kejenuhan dapat dihitung dengan menggunakan
volume dan kapasitas yang dinyatakan dalam smp/jam.
Q
DS  ..................................................................... (3.4)
C
dengan :
DS = Derajat kejenuhan
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
2. Analisis Kinerja Ruas jalan (Analisis Data dan Pembahasan)

a. Arus lalu lintas total (Q)


Nilai arus lalu lintas (Q) menunjukan komposisi lalu lintas dengan menyatakan
arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas per arah dan
total dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang dengan dikalikan ekivalensi
mobil penumpang (emp) untuk tiap kendaraan. Perhitungan dapat dilihat pada formulir
UR II MKJI 1997 pada lampiran A, sedangkan nilai arus total (Q) dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 8. Nilai arus total (Q) pada jam puncak, kondisi existing

Waktu Arus total Q


Nama Jalan
Pengamatan Kend/jam Smp/jam

Jl. DR.H A. 07.45 - 08.45 1854 582


Mattulada
14.30 – 15.30 1137 401
(Sumber : Hasil Analisis 2014)

b. Analisis hambatan samping


Dalam menentukan hambatan samping perlu diketahui frekwensi berbobot
kejadian. Untuk mendapatkan nilai frekwensi berbobot kejadian maka tiap tipe
kejadian hambatan samping harus dikalikan dengan faktor bobotnya.
Faktor bobot untuk hambatan samping adalah sebagai berikut:
1) Pejalan kaki (PED) = 0,5
2) Kendaraan Berhenti (PSV) = 1,0
3) Kendaraan masuk dan keluar (EEV) = 0,7
4) Kendaraan Lambat (SMV) = 0,4
Frekwensi berbobot kejadian yang telah diketahui digunakan untuk mencari
kelas hambatan samping (table 7.)
Tabel 9. Hambatan samping dua arah pada jam puncak

Faktor Frekwensi Frekwensi


Hari Tipe Kejadian Simbol
Bobot Kejadian Berbobot
Selasa Pejalan kaki PED 0.5 25 13
Parkir, kendaraan PSV 1
30 30
berhenti
Kendaraan masuk + EEV 0.7
142 99
keluar
Kendaraan lambat SMV 0.4 22 9
(Sumber: Hasil analisis 2014)

Sehingga diperoleh hasil nilai hambatan samping total dua arah untuk ruas Jl. DR. H A.
Mattulada Kota Palu sebagai berikut:

a) Frekwensi berbobot total kejadian terbesar per 200 meter perjam


= 13 + 30 + 99 + 9 = 151
b) Kelas hambatan samping = Rendah ( tabel 8.)
c) Lebar efektif bahu jalan arah 1 = 1,2 m
d) Lebar efektif bahu jalan arah 2 = 2 m

Table 9. Kelas hambatan samping total dua arah pada jam puncak
Kelas hambatan
No Hari Frekwensi berbobot
samping
1 151 L
(Sumber: Hasil analisis 2014)

c. Kapasitas
Kapasitas ruas jalan Jl. DR. H A. Mattulada dapat di hitung dengan
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
Dimana:
Co = 2900 smp/jam
FCw = 0,56 (Arah 1 Btn Roviga)
FCsp = 1,00
FCsf = 0,97 (Arah 2 Soekarno Hatta)
FCcs = 0,90 (jumlah Penduduk Kota Palu = 347.856 jiwa berdasarkan data dari
BPS 2013)
Maka diperoleh nilai kapasitas untuk ruas jalan Jl. DR. H A. Mattulada yaitu:
C = 2900 x 0,56 x 1,00 x 0,97 x 0,90
= 1418 smp/jam (Untuk 2 Arah)

d. Derajat Kejenuhan
Q (smp/jam)
DS =
C (smp/jam)

Maka :
Q
DS =
C
582
DS = = 0,41
1418

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai derajat kejenuhan kondisi eksisting pada ruas jalan
Jl. DR. H A. Mattulada Total 2 Arah adalah 0,41.

Anda mungkin juga menyukai