Diajukan Kepada:
dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad
Disusun Oleh:
Dio Resna Oktavinanda
20174011150
JOURNAL READING
PNEUMONIA PADA HOST IMUNOKOMPTEN: APA YANG HARUS
DIKETAHUI OLEH AHLI RADIOLOGI
Disusun oleh:
Dio Resna Oktavinanda
20174011150
Abstrak
Infeksi paru-paru merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas, terutama karena
meningkatnya resistensi antimikroba. Berdasarkan setting klinis, dapat dikategorikan sebagai
community-acquired pneumonia dan hospital-acquired pneumonia. Pola radiologis ini bisa berupa
konsolidasi lobus, bronkopneumonia, pola interstisial, dan pola nodular. Selain itu, ada gambaran
khas dari beberapa infeksi berfungsi sebagai "red flag signs" dalam mencapai diagnosis atau
mengubah penatalaksanaan. Akan lebih baik bagi ahli radiologi mengetahui dengan baik mengenai
aspek-aspek infeksi paru-paru ini untuk dapat membuat kontribusi dalam penatalaksanaan.
Pengantar
Pertanyaan yang paling umum yang diajukan ke seorang ahli radiologi di India dalam setting
infeksi paru adalah "apakah terlihat tuberkular?" Begitu tuberkulosis dapat disingkirkan, sebagian
besar pekerjaan dianggap selesai. Bagaimanapun juga kami perlu berkontribusi lebih banyak pada
jejak diagnostik. Infeksi paru-paru yang disebabkan oleh organisme selain Mycobacterium
tuberculosis juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Belakangan ini, ada
peningkatan yang mengkhawatirkan pada strain yang resisten. Data terbaru dari unit perawatan
intensif India (ICU) menunjukkan bahwa sebagian besar patogen resisten terhadap antibiotik
umum.1 Terapi antimikroba spektrum luas adalah salah satu penyebabnya. Infeksi yang tidak biasa
lebih sering terjadi sekarang dikarenakan adanya peningkatan survival pada pasien dengan
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), kejadian transplantasi organ, dan munculnya virus
baru dengan pola gambaran yang atipikal. Ahli radiologi harus lebih aware terhadap pola
gambaran yang dominan dalam berbagai jenis infeksi ini dan tanda-tanda gambaran "Red Flag"
yang membuat perbedaan pada penatalaksanaan.
Setting Klinis
Guideline yang paling banyak digunakan sebagai referensi dalam pneumonia adalah Infectious
Society Society of America (IDSA) dan American Thoracic Society (ATS). Sebuah konsensus
guideline dikeluarkan oleh dua organisasi ini pada tahun 2007.2 Dari rekomendasi guideline ini
akan diadaptasikan dengan guideline lokal yang sudah ada. Oleh karena itu, Indian Chest Society
dan National College of Chest Physicians (India) mengembangkan guideline pneumonia nasional.3
Sesuai guideline IDSA/ATS, community acquired pneumonia (CAP) didefinisikan sebagai
“infeksi akut parenkim paru yang berhubungan dengan setidaknya beberapa gejala infeksi akut,
disertai dengan adanya infiltrasi akut pada gambaran radiografi thorax atau temuan auskultasi yang
konsisten dengan pneumonia, pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit atau berada di fasilitas
perawatan jangka panjang selama lebih dari 14 hari sebelum timbulnya gejala. 2 Definisi itu sendiri
termasuk konfirmasi dengan rontgen thorax (rekomendasi moderat, level III evidence). Oleh
karena itu, peran ahli radiologi adalah untuk mengkonfirmasi keberadaan infiltrasi paru dan
keparahannya. Dalam kasus sederhana, jika perbaikan klinis pada perawatan memuaskan, maka
radiografi follow-up tidak direkomendasikan (Rekomendasi kuat, level II evidence).3 CT Scan
tidak secara rutin diindikasikan dalam diagnosis CAP ( Rekomendasi kuat, level II evidence). 3
Hospital acquired pneumonia (HAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi ≥ 48 jam
setelah masuk, bukan inkubasinya pada saat masuk. Istilah terkait adalah ventilator acquired
pneumonia (VAP) dan healthcare associated pneumonia (HCAP). VAP mengacu pada pneumonia
yang muncul setelah lebih dari 48 jam intubasi endotrakeal. Sesuai dengan pernyataan konsensus
IDSA / ATS, HCAP mencakup setiap pasien yang dirawat di rumah sakit di rumah sakit selama 2
hari atau lebih dalam 90 hari terakhir dari infeksi saat ini; tinggal di panti jompo atau fasilitas
perawatan jangka panjang dalam 30 hari terakhir dari infeksi saat ini. HCAP termasuk dalam
spektrum HAP dan VAP, dan pasien dengan HCAP yang memerlukan terapi patogen MDR. 2,4 Di
India, fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang yang serupa tidak begitu umum dan istilah
HCAP dihindari dalam guideline ICS / NCCP (I).3 Diagnosis HAP / VAP ditegakkan dengan
adanya tanda dan gejala infeksi akut dengan munculnya infiltrat baru atau progresif pada radiografi
thorax atau dengan sampel kultur positif. Ini dapat dibagi menjadi HAP / VAP onset dini atau
lambat tergantung pada apakah pneumonia terjadi dalam atau setelah 4 hari admisi/pemasangan
ventilasi mekanis. 2 CT Scan tidak secara rutin diindikasikan dalam diagnosis rutin HAP / VAP
(Rekomendasi kuat, level III evidence). 3
Perbandingan patogen yang bertanggung jawab untuk CAP dan HAP dipresentasikan pada
Tabel 1. Organisme yang paling umum pada CAP dan HAP onset dini adalah Streptococcus
pneumoniae. Pada kasus CAP yang lebih berat yang membutuhkan rawat inap, organisme
tambahan seperti Legionella pneumophila dan infeksi campuran pada pneumonitis aspirasi dapat
ditemukan. Patogen yang lebih virulen seperti Staphylococcus aureus dan Gram negative bacilli
(GNB) dapat ditemukan selain organisme rutin pada pasien CAP yang membutuhkan perawatan
5
ICU. Namun, di India, tidak jarang menemukan Methicillin-Resistant S. aureus (MRSA),
Pseudomonas aeruginosa, dan Drug-resistent S. Pneumoniae (DRSP) dalam isolat CAP. 6 Pada
onset lambat (> 4 hari) HAP, aerobik GNB dan S. aureus lebih umum. Bakteri anaerob, Legionella,
Pneumocystis, tuberculosis, virus, dan jamur adalah penyebab yang jarang dan terjadi terlepas dari
onset HAP.
Pola Gambaran
Konsolidasi lobar
Pola konsolidasi Lobar terjadi ketika alveolus terisi eksudat inflamasi sebagai respon inang
terhadap infeksi. Eksudat menyebar di seluruh parenkim paru melalui saluran-saluran udara
kolateral, dan oleh karenanya opasitas paru yang dihasilkan bersifat homogen dan berdekatan.
Tidak ada kerusakan parenkim paru dan penyembuhan total dengan pengobatan. Organisme yang
paling umum pada CAP adalah S. pneumoniae . Ada predileksi pada segmen basal paru [ Gambar
1 ]. Bakteri yang kurang umum yaitu L. pneumophila dapat terjadi pada pasien CAP yang dirawat
di rumah sakit. Infeksi dimulai sebagai infiltrasi unifocal tetapi menyebar secara bilateral.
Gambaran radiografi tertinggal di belakang status klinis. 7,8
Gambar 1.
Coronal lung window image menunjukkan pola konsolidasi lobar di lobus kanan bawah. Batas
atas konsolidasi dibatasi oleh fisura oblique. Air bronkogram tampak.
Dalam HAP, gambarannya bisa lebih parah dengan konsolidasi menjadi bilateral dan ekstensif. S.
pneumoniae adalah patogen yang paling umum dalam HAP onset dini. Klebsiella juga dapat
menyebabkan pneumonia lobar dengan “ Bulging fissure sign ” khas karena eksudat yang
berlebihan. Pseudomonas memiliki predileksi untuk basis paru, sering bilateral, dan
kecenderungan untuk pembentukan abses. Pneumonia nekrosis ekstensif dapat disebabkan oleh S.
aureus , Pseudomonas , Klebsiella , dan tuberkulosis. Konsolidasi lobus superior bilateral dengan
lusensi coalescent (peleburan) dan "air crescent sign" dapat dilihat [ Gambar 2 ].
Gambar 2.
Konsolidasi bilateral lobus superior dengan nekrosis luas dan area kavitasi. Kultur darah pada
pasien ini positif untuk S. aureus
Pneumonia aspirasi perlu disebutkan secara khusus dalam HAP karena terdapat cedera paru
tambahan akibat aspirasi isi lambung yang asam. Infeksi sebagian besar disebabkan polimikroba
dan dimulai pada saluran pernapasan distal seperti bronkopneumonia, tetapi dapat berkembang
menjadi konsolidasi lobus. Airbronkogram sebagian besar tidak ada karena kandungan aspirasinya
di saluran udara [ Gambar 3 ].
Gambar 3.
Konsolidasi lobar di lobus kanan bawah karena aspirasi. Airbronkogram tidak ada. Nodul
Centrilobular terlihat di lokasi tergantung di lobus kiri bawah juga
Pada anak-anak, S. pneumoniae dapat menyebabkan pola konsolidasi seperti massa bulat. Anak-
anak juga rentan terhadap penyebaran hematogen dari Staphylococcal pyoderma. Pneumonia
stafilokokus biasanya dapat menyebabkan komplikasi seperti abses paru dan empiema. Penting
untuk membedakan keduanya karena empiema membutuhkan drainase sedangkan terapi medis
7,9
bersifat kuratif untuk kebanyakan abses paru. Empyema biasanya membentuk sudut tumpul
dengan parenkim paru dan menunjukkan "split pleura sign" pada CECT karena enhancement
pleura visceral dan parietal [ Gambar 4A ]. Abses paru membentuk sudut lancip dengan parenkim
paru dan struktur bronkovaskular berakhir pada dinding abses [Gambar 4B ]. Pada fase
penyembuhan, pneumatoceles dapat dilihat sebagai kista paru berdinding tipis yang berisi udara
[Gambar 4C ], yang dapat pecah menyebabkan pneumotoraks. Pneumatoceles tidak spesifik
untuk S. aureus karena kadang dapat terlihat pada infeksi Escherichia coli , S. pneumonia ,
dan Pneumocystis jiroveci . Varian strain S. aureus bernama Panton Valentine Leukocidin toxin
positif (PVL + ve) ditemukan pada tahun 2002 dan lebih sering terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa. Ada sebuah riwayat penyakit dengan pemburukan yang cepat dari flu-like illness
yang disebabkan oleh perdarahan alveolar dan pneumonia nekrosis ekstensif [Gambar 5 ]. 7 , 10
Gambar 4 (A-C)
Lobus kanan Staphylococcal pneumonia. (A) pengumpulan cairan lentiform di rongga pleura
kanan dengan penebalan dan peningkatan pleura viseral dan parietal (split pleural sign) sugestif
untuk empiema. (B) kavitas dengan air-fluid level di segmen apikal lobus kanan
bawah. Bronchus terlihat untuk berakhir pada margin rongga (panah), menunjukkan abses
intraparenchymal. (C) Pneumatocele dilihat sebagai kista berisi udara berdinding tipis
Gambar 5
Seorang anak berusia 7 tahun dengan riwayat batuk 15 hari, pilek, dan gejala fu-like dengan
pemburukan klinis cepat yang membutuhkan rawat inap. Area luas konsolidasi nekrotik cair
dengan kavitasi di lobus kanan bawah. PVL positif S. aureus harus dipertimbangkan pada pasien
seperti ini
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia dimulai pada saluran distal sebagai bronchiolitis dengan atau tanpa peradangan
peribronkial. Hal ini terlihat pada rontgen thorax sebagai infiltrat yang tersebar, yang seringnya
bilateral. Opasitas lebih kecil karena biasanya terlihat pada situasi organisme yang ganas dan
respon inang yang buruk seperti HAP dan pneumonia aspirasi. Infiltrat yang lebih kecil kemudian
dapat membentuk opasitas koalesensi (peleburan) yang lebih besar [ Gambar 6 ]. Pada CT,
penebalan dinding bronkial dan nodul centrilobular menunjukkan bronkiolitis infeksius dapat
dilihat pada awalnya. Selain bakteri seperti S. aureus , GNB , Mycoplasma , Chlamydia , infeksi
7,8
jamur seperti Aspergillus juga bisa menimbulkan pola bronchopneumonic.
Gambar 6.
Foto thoraks menunjukkan opasitas luas dan koalescent yang lebih besar pada bronkopneumonia
Pola interstisial
Pola interstisial terjadi ketika ada infiltrasi seluler di septum alveolar dan interstitium
peribronchovascular. Ground glass opacity (GGO) disebabkan oleh pengisian alveolar yang tidak
lengkap. Pada pasien imunokompeten, pola interstisial pneumonia disebabkan oleh virus
dan Mycoplasma pneumoniae . Infeksi ricketsial yang jarang seperti scrub typhus juga harus
dipertimbangkan dalam diferensial dalam situasi endemik yang tepat [Gambar 7A dan B ].
Gambar 7 (A dan B).
Seorang pasien 40 tahun dengan demam onset akut dengan dispnea, tidak sembuh dengan
antibiotik. (A) pneumonia interstisial dalam bentuk konsolidasi yang terdefinisi dengan baik,
infiltrat asinar tersebar tidak jelas dengan airbronkogram (tanda bintang), GGO, dan pola
mikronodular difus. (B) Adenopati (panah terbuka) terlihat pada mediastinum window. Dengan
klinis mikroabses di hati dan limpa dan asites. Serologi positif untuk scrub typhus. Penurunan
yang signifikan pada lesi paru terlihat setelah terapi tetrasiklin
M. pneumoniae adalah bakteri patogen yang menyebabkan CAP interstisial. Bronchiolitis adalah
temuan yang paling jelas pada CT, terlihat sebagai nodul centrilobular yang tidak jelas. Area
konsolidasi air-space inhomogen atau GGO dalam distribusi lobular, bronkopneumonia,
penebalan interstitium aksial, dan septa interlobular biasanya dapat terlihat. 11
Patogen viral lebih sering dilaporkan daripada yang diperkirakan sebelumnya pada CAP. Virus
respiratori terdeteksi sebagai patogen pada 37,8% pasien rawat jalan dewasa dengan infeksi
12
saluran nafas bawah dalam penelitian terbaru. Kisaran virus yang menyebabkan pneumonia
pada orang dewasa termasuk agen umum, seperti virus varicella-zoster dan virus influenza, serta
respiratory syncytial virus (RSV), human metapneumovirus, adenovirus, picornavirus, dan
coronavirus. Adenovirus lebih sering menyebabkan pneumonia multifokal berat pada pasien usia
lanjut yang berada di panti atau lembaga tertentu. 13
Ada banyak tumpang tindih dalam fitur CT dari berbagai jenis pneumonia virus yang secara luas
digambarkan sebagai (a) gangguan atenuasi parenkim, (b) GGO dan konsolidasi, (c) nodul,
mikronodul dan opasitas " tree-in -bud ", ( d) penebalan septal interlobular, (e) nodul dengan halo-
sign, (f) efusi pleura, dan (g) limfadenopati. GGO adalah fitur yang paling umum terlihat di hampir
semua pneumonia virus, tetapi bukan fitur khas adenovirus. 14 Distribusi GGO juga penting karena
dominasi subpleural dan peribronchovascular adalah ciri H1N1 [ Gambar 8 ]. 15 , 16 Pola-pola
infiltrasi paru-paru yang disebabkan oleh virus Influenza adalah yang paling bervariasi dan tidak
berbeda secara signifikan antara pasien yang imunokompeten dan yang mengalami penurunan
12 , 17
sistem kekebalan atau antara tipe dan subtipe yang berbeda dari virus Influenza. Nodul dan
mikronodul terlihat pada infeksi virus umum seperti influenza dan virus parainfluenza, campak,
RSV, varicella, dan CMV, tetapi tidak umum pada H1N1, H5N1, enterovirus, dan
adenovirus. Penebalan septum adalah fitur utama dalam campak, Hantavirus, dan SARS, tetapi
bukan fitur khas dari virus lain yang lebih umum. Penebalan dinding bronkus atau bronkiolar
umum terjadi pada RSV, measles, dan adenovirus tetapi tidak umum pada yang lain. Efusi pleura
dan limfadenopati adalah fitur tambahan dari virus measles yang tidak ditemukan pada orang
14
lain. Nodul dengan " peripheral halo sign " lebih khas pada virus DNA.
Gambar 8.
Seorang pasien 40 tahun dengan demam, batuk kering, sakit kepala, dan dyspnea. Konsolidasi
bilateral dan GGO dengan predominansi subpleural dan peribronchovascular terlihat. Swab
tenggorokan positif untuk H1N1
RSV adalah penyebab paling umum dari infeksi saluran pernafasan pada bayi. Bronchiolitis akut
adalah fitur utama dan hiperinflasi paru-paru adalah temuan radiografi yang dominan [ Gambar
9 ].
Gambar 9.
Rontgen thorax pada bayi dengan demam dan gangguan pernapasan menunjukkan fitur
bronchiolitis sebagai paru-paru yang hiperinflasi dan opasitas linear halus karena atelektasis
Pola nodular
Pola makronodular dapat dilihat pada infeksi hematogen seperti septik emboli [ Gambar 10 ] atau
oleh infeksi granulomatosa dan jamur. Infeksi parasit seperti Paragonimiasis tidak jarang di bagian
timur laut India. Kista cacing terlihat sebagai nodul setelah konsolidasi eksudatif atau hemoragik
awal telah bersih. 18
Gambar 10.
Seorang anak berusia 12 tahun dengan septikemia. Nodul multipel yang jelas, lebih banyak di
daerah subpleural dan kebanyakan dari mereka menunjukkan "feeding vessel sign" (tanda
panah), menunjukkan emboli septik. Kavitasi terlihat pada banyak nodul
Kelainan terkait
Adenopati mediastinum: Kebanyakan nodus nonnekrotik yang membesar yang berhubungan
dengan infeksi paru bersifat reaktif. Nodus nekrotik ada pada tuberkulosis dan keadaan
immunodeficiency, infeksi jamur seperti kandidiasis. 19
Cairan pleura: Efusi parapneumonik sering terjadi pada S. pneumoniae . Sembuh bersama
pneumonia dengan terapi antibiotik dan perlu drainase hanya jika jumlah yang banyak
menyebabkan kolaps paru-paru atau terlokulasi. Empiema berkembang ketika infeksi menyebar
ke rongga pleura. Penatalaksanaan empiema lebih agresif, dengan drainase perkutan atau
pembedahan. Jika tidak ditangani, ruang pleura terobliterasi dengan penebalan pleura viseral dan
parietal dengan hilangnya cairan diantaranya. Penatalaksanaanya hanya bisa dengan operasi
pengurangan pleura yang tebal. 7 , 19
Gambar 15.
GGO subpleural berbentuk baji dalam kedua apeks paru. CT pulmonary angiogram
memperlihatkan trombosis arteri pulmonalis kanan.
Gambar 16.
"CT angiogram sign" konsolidasi lobar dengan atenuasi rendah homogen dan visibilitas
vaskularisasi paru
Gambar 17.
Seorang pasien pria 50 tahun dengan batuk kering selama 6 bulan. Tambalan GGO berbentuk
baji yang cenderung ke subpleura. Level S. IgE pada pasien ini meningkat nyata hingga 1818 kU
/ L, sugestif pneumonia eosinofilik kronis.
Konflik kepentingan
Tidak ada konflik kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA