Anda di halaman 1dari 45

1.

Kontrak belajar dan deskripsi perkuliahan


2. Pengertian, tujuan, manfaat dan hakikat matematika
3. Masalah
4. Prinsip pengajaran
5. Jenis-jenis
6. Komponen-komponen
7. Model/Metode Pembelajaran
8. Prota
9. Promes
10. Silabus
11. RPP
12. KKM

Judul Buku : Perencanaan Pengajaran


Pengarang : R. Ibrahim
Nana Syaodih S.
Penerbit : Rineka Cipta
Tahun Terbit : 2003
Refernsi Buku :
Bloom, B.S.et.at. (1971). Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student
Learning. New York: Mc Graw-Hill Inc.
Bruner, J.S.(1960). The Process of Education.New York: Vintag Books.
Joyce, B. & Weill,M.(1980). Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Kourilsky, M. & Quaranta,L. (1987). Effective Teaching: Principles and Practic. Glenview:
Scott, Foresman and Company.
Gagne,R.M. (1970). The Conditions of Learning New York: Holt, Tinehart, and Winston, Inc
Nana Sudjana, (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
S. Nasution (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT.
Bina Aksara.
(1986). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jenmars
(1982). Teknologi Pendidikan Bandung: Jenmars.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kedudukan dan tujuan mata kuliah
Setiap kegiatan selalu berisi tiga langkah, yaitu persiapan atau perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Persiapan atau perencanaan merupakan langkah awal dari suatu
kegiatan, berisi berbagai upaya mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan
besar kecilnya kegiatan serta kebiasaan atau cara orang mengerjakannya, ada rencana yang
dilakukan dengan cepat, sepintas dan tanpa renca tertulis, tetapi ada pula perencanaan yang
membutuhkan waktu lama, pengerjaan yang seksama oleh banyak orang dan
didokumentasikan secara tertulis.
Pengajaran merupakan suatu kegiatan atau upaya membantu para siswa mengembangkan
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.

B. Hubungan dengan mata kuliah lain


Perencanaan ataupun penyusunan program/persiapan mengajar sesuatu bidang studi
atau mata pelajaran serta pelaksanaan mengajar didasari oleh mata kuliah ini. Perencanaan
pengajaran memberikan konsep-konsep dasar serta ketentuan-ketentuan praktis tentang cara
menyusun rencana dan persiapan mengajar serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi
atau mata pelajaran. Sebelum seorang guru atau calon guru menyusun program
semester/caturwulan ataupun persiapan mengajar untuk suatu pokok bahasan, terlebih dahulu
ia harus menguasai bagaimana cara merumuskan tujuan, alat evaluasi, bahan, cara mengajar
serta media/alat pelajaran. Prinsip-prinsip tentang cara merumuskan dan latihan bagaimana
merumuskan hal-hal di atas diberikan dalam mata kuliah ini.
Mata kuliah ini juga dapat dikategorikan sebagai mata kuliah aplikasi, sebab di
dalamnya berisi penerapan atau aplikasi konsep-konsep, teori-teori, dan prinsip-prinsip yang
dibahas dalam kelompok mata kuliah dasar kependidikan (MKDK) dalam penyusunan rencana
pengajaran. Dengan perkataan lain perencanaan pengajaran didasari dan sekaligus memadukan
konsep-konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip yang dibahas dalam MKDK. Dengan demikian,
penguasaan materi mata kuliah MKDK menjadi prasyarat (prerekuisit) mata kuliah
perencanaan pengajaran.

C. Sistematika dan Lingkup Isi Buku


Secara lebih rinci apa yang dibahas dalam buku ini, meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pada Bab I, Pendahuluan
Pada Bab II, Teori dan prinsip-prinsip yang mendasari pengajaran
Pada Bab III, Beberapa hal pokok dalam proses belajar-mengajar
Pada Bab IV, Program pengajaran dan perencanaannya
Bab V sampai VIII merupakan pedalaman dari bab keempat
Pada Bab V, Perumusan tujuan pengajaran
Pada Bab VII, penentuan materi dan kegiatan belajar-mengajar
Pada Bab IX, Pelaksanaan dan evaluasi program pengajaran

D. Cara Menggunakan Buku Ini


Buku merupakan sumber utama dalam belajar, dan oleh karena itu pemilikan buku
terutama buku-buku teks untuk setiap mata kuliah adalah wajib. Sumber utama yang lainnya
adalah orang, terutama pada dosen yang mengajar anda. Diluar dosen yang mengajar anda,
dosen lain, para ahli, guru-guru di sekolah serta teman-teman anda sendiri adalah sumber
belajar yang berharga, asal anda mau dan bisa memanfaatkannya. Media massa seperti radio,
televisi, majalah dan surat kabar juga dapat merupakan sumber belajar yang berharga.
BAB II
TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI PENGAJARAN
A. Rumpun Psikologi Kekuatan Mental
Rumpun teori ini disebut psikologi mental kerena menurut pandangan ahli psikologi,
individu atau siswa mempunayi kekuatan atau kemampuan yang bersifat mental atau rohaniah.
Dalam rumpun ini ada 3 teori psikologi yang terkenal dan banyak berpengaruh terhadap
pelaksanaan pengajaran, yaitu;
1. Psikologi Daya
Menurut psokologi daya, individu atau siswa memiliki sejumlah daya atau kekuatan,
seperti daya mengindera, mengenal, mengingatt, menanggap, menghayal, berfikir, merasakan,
menilai dan berbuat. daya- daya itu dapat dikembangkan melalui latihan, seperti latihan
mengamati benda, gambar, mendengarkan bunyi dan suara, mengingat kata, arti kata, dan letak
sesuatu kota dala peta. Latihan- latihan ini dilakukan melalui berbagai bentuk pengulangan.
Dalam pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga,, guru-guru banyak menggunakan metode
ini.
2. Psikologi Tanggapan
Teori kekuatan mental yang lain adalah psikologi tanggapan atau vorstellungen. Karena
pengembangan teori ini adalah sorang ahli psikologi berasal dari jerman bernama herbart, maka
psikologi ini disebut juga Herbatisme. Herbart menyebutkan teorinya sebagai vorstellungen,
yang dapat diterjemahkan sebagai tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Sitiap
pengalaman, apakah diterima melalui penglihatan, pendengaran, peradaban, dibaca, dipikirkan,
dilakukan, dan sebagainya. Akan memberikan bekas didalam didalam kesadaran. Bekas-bekas
ini dapat dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan. Ada 3 bentuk tanggapan, yaitu:
impresi, indra, tanggapan,atau bayangan dari inpresi indra yang lalu, dan perasaan yang
menyertai impresi atau tanggapan tersebut, seperti senang atau tidak senang.dalam pelaksanaan
pengajarannya, guru yang menggunakan metode mengajar tanggapan, memilih dan menyusun
bahan ajaran secara sederhan, menyajikan secara menarik, dan berulang-ulang, kait-mengait
antara yag satu dengan yang lain.
3. Psikologi Naturalisme Romantik
Teori ini berasal dari Jean J.Rousseau. Menurut Rousseau anak memiliki potensi atau
kekuatan atau potensi yang masih terpendam, yaitu potensi berfikir, berperasaan, berkemauan,
keterampilan, berkembang, mencari, dan menemukan senidiri apa yang diperlukannya. Melalui
berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya. Berbeda dengan teori-teori lain, menurut Rousseau anak tidak usah terlalu banyak
diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab menurut dia
anak dapat berkembang sendiri.

B. Rumpun Psikologi Behaviorisme


Rumpun psikologi ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan behavior, yaitu
tingkah laku atau prilaku yang dapat diamati dan diukur. Rumpun psikologi ini bersifat
molecular atau unsuriah, karena memandang kehidupan individu manusia tediri atas unsure-
unsur seperti halnya molekul-molekul. Ada beberapa cirri dari rumpun psikologi ini, yaitu:
 Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
 Bersifat mekanistis
 Menekankan peranan lingkungan
 Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
 Menekankan pentingnya latihan.
Ada 3 teori belajar yang terpenting dalam rumpun psikologi behaviorisme ini, yaitu:
1. Psikologi Asosiasi
Psikologi asosiasi atau koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun
behaviorisme. Menurut psikologi ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan
antara rangsangan dengan jawaban stimulus-respons. Belajar adalah pembentukan stimulus-
respons sebanyak-banyaknya.siswa yang mengusai hubungan stimulus-respons dilakukan
melalui ulangan-ulangan atau latihan. Dengan demikian teori ini memiliki banyak persamaan
dalam cara mengajarnya dengan teori Psikologi Daya atau Herbatisme. Keduanya menekankan
latihan dan ulangan-ulangan.
2. Psikologi Conditioning
Psikologi conditioning, merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme.
Menurut teori ini belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu
prilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu,
kebiasaan berpakaian, masuk kantor, belajar, bekerja, bertegur sapa dengan orang lain, dan
sebagainya, terbentuk karana pengkondisian. Mengajar menurut teori ini merupakan kebiasaan,
mengulang-ngulang suatu perbuatan sehingga menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini tidak perlu
selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi juga oleh stimulus peserta.
3. Psikologi Penguatan
Psikologi penguatan atau Operant Conditioning, juga merupakan pengembangan lebih
lanjut dari teori koneksionisme dan conditioning. Kalau pada conditioning yang diberi kondisi
adalah stimulus, sedangkan pada teori penguatan yang dikondisi atau yang diperkuat adalah
responsnya.

C. Rumpun Psikologi Kognitas Gestalt


Rumpun kognitif gestalt bersifat molar atau menekankan keseluruhan yang terpadu.
Menurut para ahli teori ini, alam, kehidupan manusia, berprilaku manusia selalu merupakan
suatu keseluruhan, suatu perpaduan. Ada 3 teori yang terkenal dalam rumpun ini, yaitu:
1. Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt berkembang di Jerman dengan pendiri utamanya adalah Max Wherterimer.
Perkataan Gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi, pola, kesatuan, atau
keseluruhan. Psikologi Gestalt memang prinsip utamanya memekankan keseluruahn atau
perpaduan. Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian. Suatu keseluruhan membentuk suatu
kesatuan yang bermakna. Menurut teori Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhanbaru
kemudian kepada bagian-bagian. Dalam belajar, siswa harus mampu menangkap makn dari
hubungan antara bagian satu dengan yang lainnya. Penangkapan makna hubungan inilah yang
disebut memahami, mengerti atau insight. Teori Gestalt sangat menekankan insight. Ada suatu
hokum yang sangat terkenal dalam teori Gestalt yaitu hokum Pragnanz yang kurang lebih
berarti,”teratur, seimbang, atau harmonis”. Belajar merupakan upaya untuk mencari dan
menemukan Pragnanz, keteraturan, keharmonisan, dari sesautu yang dipelajari. Untuk
menemukan prananz
Menurut Ernest Hilgard ada 6 ciri dari belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:
 Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
 Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu.
 Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi.
 Pemahaman didahului oleh usaha-usaha coba-coba.
 Belajar dengan pemahaman dapat diulangi.
 Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi opemahaman situasi lain.
2. Psikologi Kognitif
Teori ini lebih menekankan pada proses mengetahui (knowing), yaitu mengemukakan
cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat dalam upaya mencari dan
menemukan pengetahuan. Psokologi kognitif mempunyai hubungan erat dengan psikologi
Gestalt sebab menekakan proses mental terutama proses berfikir. Pemahaman atau insight juga
merupakan proses berfikir. Teori ini tidak mengabaikan prilaku, sebab prilaku merupakan
proses berpikir. Individu atau siswa mempunyai struktur mental atau organisasi mental (mental
structure or mental organization), pengetahuan-pengetahuan yang telah memiliki rangsangan-
rangsangan/pengetahuan yang baru diterima, disatukan atau diorganisasikan dalam struktur
mental tersebut. Salah satu struktur mental tersebut adalah struktur kognitif. Menurut teori ini
anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki
kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan sendiri. Dalam
proses belajar-mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mancari, dan
menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.
Psikologi kognitif berbeda dengan Behaviorisme yang memandang moral sebagai
upaya untuk berpikir dalam menilai apakah sesuatu perbuatan baik atau jahat. Perkembangan
moral berkenaan dengan perluasan atau peningkatan struktur organisasi nilai (bagian dari
structural mental) pada seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan moral.
3. Psikologi Medan
Psikologi Medan atau field Theory, pada prinsipnya sama dengan Gestalt, menekankan
keseluryhan dan keterpaduan. Menurut teori ini individu selalu dalam suatu medan atau suatu
lapangan lapangan (yaitu lapangan fenomenal atau lapangan psikologis). Dalam medan ini ada
suatu tujuan yang dicapai individu, tetapi untuk mencapai selalu ada hambatan. Individu
memiliki suaytu dorongan atau motif dan berusaha untuk mengatasi hambatan. Apabila
individu berhasil mencapai tujuan. Maka ia masuk kedalam medan atau lapangan fenomenal
baru yang di dalamnyanterbentuk tujuan baru dengan hambatan-hambatan baru dan motif yang
baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk kemedan
berikutnya.
Dalam merencanakan suatu pengajaran, menurut teori Medan, tujuan harus dipilih yang
bermakna bagi siswa dan dirumuskan sejelas mungkin. Bahan dan tugas-tugas harus
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Disamping penggunaan strategi dan media belajar yang
tepat, motivasi dan pembimbingan siswa memegang peranan penting dalam meningkatkan
upaya belajar siswa.

D. Prinsip-Prinsip Pengajaran
1. Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar di kelas sedang berada dalam proses perkembangan, dan akan terus
berkembang. Sehubungan dengan perkembngan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang
usia dan tingkat kelas berbeda-beda. Anak pad jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi,
memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang di bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan
metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-
kemampuan anak tersebut. Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan
ada yang lambat. Seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu
saat seorang siswa belum memperlihatkan kemajuan dan kemajuannya sangat lambat.
2. Prinsip Perbedaan Individu
Tiap orang mahasiswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima
pengaruh dan perlakuan dari keluarganya masing-masing juga berbeda. Dengan demikian
adalh wajar apabila setiap siswa memiliki ciri tersendiri. Guru perlu mengerti benar tentang
adanya keragaman cirri-ciri siswa ini. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran
maupun dalm memberikan tugas dan bimbingan, guru hendaknya menyesuaikan dengan
perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam model pengajaran berprogram atau modul, penyesuaian
pelajaran dengan perbedaab individu ini sepenuhmya dapat dilakukan, karena cara belajar
individual. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal, seperti yang umumnya dilaksanakan di
sekolah-sekolah, penyesuian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.
Pengajaran yang bersifat klasikal ini dapat disempurnakan dengan cara-cara sbb:
 Dalam belajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar-mengajar yang
bervariasi.
 Hendaknya digunakan alat dan media dalam pengajaran.
 Hendaknya guru memberikan bantuan dan bimbingan khusus kepada anak-anak yang lambat
atau kurang pandai.
 Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai untuk
mengimbangi kepandaiannya.
 Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.
3. Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.anak di kota berbeda
minat dan kebutuhannya dengan anak desa, di daerah pantai berbeda dengan pegunungan.
Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
tersebut.walau pun hamper tidak mungkin menyesuaikan pengajaran minat dan kebutuhan
setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan
menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yamg menarik minat dan kebutuhan anak,
akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
4. Aktifitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam
pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan
sebagi pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang
menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak
tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang di kerjakan hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan
dalam perkembanhannya, serta bermanfaat bagi masa depannya. Metode-metode yang banyak
mengaktifkan siswa, diantaranya adalah metode: diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi
pemechan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
5. Motivas
Motif atau biasa disebut juga dorongan atau kebutuhan merupakan sesatu tenaga yang
berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.
Motif memiliki peranan yang cukup besar didalam upaya belajar. Ada beberapa upaya yang
dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa:
 Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi
 Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa
 Memberikan sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas.
 Memberikan kesempatan untuk sukses.
 Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
 Adakan persaingan sehat.
BAB III
BEBERAPA HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR

A. Interaksi Belajar Mengajar


Agar pelaksanaan pengajaran berjalan efesien dan efektif maka diperlakukan perencanaan
yang tersusun secara sistematis, dengan proses belajar-mengajar yang lebih bermakna dan
mengaktifkan siswa serta dirancang dalam suatu scenario yang jelas.
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dan siswa. Dalam interaksi ini, guru melakukan
kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan belajar-mengajar ini bukan merupakan dua hal
yang terpisahkan tetapi bersatu, dua hal yang menyatukan adalah interaksi tersebut.
Interaksi belajar-mengajar di sekolah, merupakan interaksi berencana. Secara umum, yang
meenjadi rencana pengajarannya adalah kurikulum, sedangka secara khusu rencana pengajaran
ini adalah Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan satuan Satuan Pelajaran.

B. Proses Belajar-Mengajar Ditinjau Dari Sudut Siswa


Seperti telah di uraikan sebelumnya bahwa dari sudut siswa, pengajaran berarti belajar.
Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
sikap serta nilai-nilai siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif, maupun psikomotor.
1. Macam-Macam Keterampilan Intelektual
Gagne (1970), membedakan macam-macam belajar, dari keterampilan intelektual yang
terkandung didalamnya. Ia mengemukakan 8 tipe keterampilan intelektual dalam belajar, yaitu:
1) Belajar tanda-tanda atau signal learning
2) Belajar hubungan stimulus-respons
3) Belajar mengusai rangkaian hal.
4) Belajar hubungan verbal
5) Belajar membedakan atau discrimination learning
6) Belajar konsep-konsep
7) Belajar aturan/hokum atau rule learning
8) Belajar memecahkan masalah atau problem solving learning
2. Belajar Menerima, Menghafal, Diskaveri dan Bermakna
Ausuble dan Robinson (1969), mengemukakan adanya 4 macam belajar menerima dengan
lawannya belajar diskaveri, dan menghapal dengan lawannya dan belajar bermakna.
a. Belajar Menerima dan Belajar Diskaveri
Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar, dengan peranan siswa lebih pasif
mereka lebih banyak menerima apa yang disampaikan oleh guru. Belajar diskaveri, disebut
juga belajar inkuiri, yang erat hubungannya dengan apa yang sekarang kita kenal dengan
sebutan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
b. Belajar Menghafal dan bermakna
Belajar menghafal merupakan kegiatan belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan
atau fakta-fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.
3. Belajar di Sekolah dan di Luar Sekolah
Kegiatan-kegiatan belajar yang diutarakan pada uraian dapat berlangsung di sekolah, dan dapat
pula di luar sekolah
4. Belajar Secara Klasial, Kelompok dan Individual
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara klasikal, kelompok, maupun individual. Kegiatan-
kegiatan belajar yang bersifat menerima atau mengahapal pada umumnya diberikan secara
klasikal. Kegiatan belajar yang lebih mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok atau
individual.
5. Belajar Teori dan Praktek
Apa yang dipelajari oleh siswa dapat berkenaan dengan suatu teori, tetapi dapat juga
menyangkut kegiatan praktek. Dalam kegiatan belajar yang bersifat praktek umumnya para
siswa belajar secara aktif, bukan saja aktif secara jasmaniah tetapi juga secara rohaniah, belajar
tidak hanya bersifat menerima tetapi juga memberi atau berbuat, tidak menghapal tetapi
menangkap arti.

C. Proses Belajar Mengajar ditinjau dari Sudut Guru


Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan, sebab
siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar.

1. Mengajar Secara Ekspositori


Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori, adalah:
a. Metode Ceramah
Dalam pelaksanaan mengajar, guru menceramahkan atau menyampaikan bahan ajaran sesuai
dengan sistematika yang telah disusun. Untuk memperjelas bahan, guru dapat memberikan
contoh-contoh atau menerangkan dengan alat peraga.
b. Metode Demonstrasi
Metode ini dapat digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk mengajarkan sesuatu
bahan ajaran yang memerlukan peragaan,atau sebagai metode pelengkap dari metode ceramah.
Hal-hal yamg akan didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa hendaknya dituliskan
secara rinci didalam rencana pengajaran.
c. Mengajar dengan Mengaktifkan Siswa
Beberapa halnya dengan kegiatan mengajar yang bersifat ekspositori, dalam pelaksanaan
kegiatan mengajar mengaktifkan siswa, guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas.
a. Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab dapat dilaksanakan secara klasikal maupun secara kelompok, antara guru
dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru
ataupun buku-buku sumber. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru hendaknya
tercantum rencana pengajaran.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi banyak persamaannya dengan tanya-jawab. Perbedaan utamanya terletak pada
hal yang dibahas serta cara pembahasannya.
c. Metode Pengamatan dan Percobaan.
Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan, keduanya berisi kegiatan
pengamatan atau observasi. Perbedaannya terletak pada objek yang diamati.
d. Metode Mengajar Kelompok
Metode mengajar kelompok atau secara singkat disebut metode kelompok, adalah suatu cara
mengajar yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok.

e. Metode Latihan
Penggunaan metode latihan cukup luas, seperti latihan: pemecahan soal, olahraga/permainan,
kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja, dan lain-lain
BAB IV
PROGRAM PENGAJARAN DAN PERENCANAAN
A. Pengajaran Sebagai Suatu Sistem
1. Konsep Pengajaran Sebagai Suatu System
Pengajaran sebagai suatu system merupakan suatu pendekatan mengajar yang
menekankan hubungan sistemik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan
sistemik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan
fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan. Hubungan
sistemik atau penekanan kepada system, merupakan ciri pertama dari pengajaran ini. Ciri kedua
adalah penekanan kepada perilaku yang dapat diukur atau diamati.
Pengajaran mempunyai beberapa komponen, yaitu komponen : tujuan pengajaran,
bahan ajaran, metode belajar-mengajar, media, dan evaluasi pengajaran. Pengajaran yang
bercirikan system menekankan keterpaduan antara keseluruhan komponen, komponen yang
satu berhubungan erat dengan komponen lainnya. Dalam pengajaran sebagai system, tujuan
memegang peranan-peranan utama, tujuan pengajaran menjadi acuan bagi keempat komponen
pengajaran lainnya. Sebagai suatu acuan maka dalam penyusunan program pengajaran, tuuan
menjadi komponen pertama yang perlu dirumuskan. Pemilihan dan perumusan komponen
lainnya mengacu kepada tujuan. Apabila suatu tujuan pengajaran yang menyangkut segi
afektif, (nilai dan sikap) maka bahan ajaran, proses belajar mengajar, media serta evaluasi
pengajaran hendaknya beserta afektif pula. Demikian juga halnya apabila tujuan pengajaran
berkenaan dengan aspek kognitif psikomotor, maka komponen-komponen lainnya harus
bersifat kognitif atau psikomotor pula.
Ciri yang kedua pengajaran sebagai system adalah penekanan kepada perilaku yang
dapat diukur atau diamati. Dalam pengajaran sebagai system, tujuan-tujuan yang bersifat
umum (tujuan institusional atau tujuan kurikuler) dijabarkan dan dirinci menjadi tujuan-tujuan
yang lebih khusus (tujuan instruksional umum dan khusus). Pencapaian tujuan-tujuan
instruksional khusus ini menjadi sasaran belajar. Proses belajar-mengajar akan mudah
ditentukan serta pencapaian tujuan pengajaran akan mudah diketahui apabila tujuan-tujuan
pengajaran dirumuskan serta operasional. Tujuan pengajaran yang bersifat operasional
dirumuskan dalam bentuk rumusan perilaku yang dapat diamati atau diukur. Rumusan perilaku
yang tidak operasional (tidak dapat diamati atau diukur), sukar sekali ketercapaiannya.
Pengajaran sebagai system merupakan pendekatan mengajar dalam teknologi
pendidikan. Teknologi pendidikan yang merupakan penerapan ilmu dan teknologi dalam
proses pendidikan, mempunyai dua aspek, yaitu aspek system yang disebut juga teknologi
system (system technology), dan aspek alat atau teknologi alat (tool technology). Teknologi
pendidikan sebagaimana teknologi pada umumnya mempunyai dua perangkat, yaitu perangkat
lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak dari teknologi pendidikan adalah aspek system
atau teknologi system, sedangkan perangkat kerasnya adalah alat-alat teknologis atau teknologi
alat.
Pengajaran sebagai suatu system ada yang hanya menekankan aspek sistemnya atau
perangkat lunak, yaitu pengajaran system model satuan pelajaran, dan ada pula yang
menekankan aspek alatnya atau perangkat keras, yaitu model pengajaran modul, pengajaran
dengan kaset audio, kaset video, pengajaran dengan computer, pengajaran berprogram, dan
lain-lain.

B. Perencanaan Program Pengajaran


Pengajaran dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 tahu untuk jenjang SLTP
dan SLTA, dan 6 tahun untuk Sekolah Dasar. Karena dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu, baik lama maupun singkat, maka apa yang dikerjakan dalam pengajaran perlu disusun
dalam suatu program, yaitu program pengajaran. Ada program pengajaran yang mencakup
seluruh masa belajar misalnya 6 tahun untuk SD dan 3 tahun untuk SLTP dan SLTA, disamping
itu ada program yang lebih singkat seperti program tahunan, semesteran/caturwulan, program
mingguan, dan sebagainya. Dalam pengajaran di sekolah kita dewasa ini, umumnya guru-guru
hanya dituntut menyusun dua macam program pengajaran, yaitu program untuk jangka waktu
yang cukup panjang seperti program semesteran (untuk SLTP dan SLTA) atau program
caturwulan (untuk SD) dan program untuk jangka waktu singkat yaitu program untuk setiap
pokok satuan bahasan. Misalnya apa yang dikenal dengan satuan pelajaran.
1. Program Untuk Jangka Waktu Agak Panjang
Berdasarkan kurikulum 1984, di SLTP dan SLTA digunakan system/program belajar
semester, sedang SD tetap digunakan system/program belaja caturwulan. Kalau dalam program
belajar semester satu tahun ajaran terbagi atas dua semester, maka dalam program caturwulan
satu tahun terbagi atas tiga caturwulan. Perbedaan pembagian waktu belajar ini sudah tentu
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Caturwulan merupakan satu periode waktu belajar. Dalam periode waktu tersebut siswa-
siswa diharapkan menguasai satu kesatuan pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Pada
setiap akhir caturwulan diadakan evaluasi hasil belajar yang biasa disebut tes sumatif. Hasilnya
setelah digabungkan dengan hasil-hasil evaluasi sebelumnya, dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru pada caturwulan tersebut.
Pada dasarnya yang menjadi isi dari program caturwulan adalah apa yang tercantum dalam
GBPP, tetapi beberapa pengaturan kembali serta perluasan dan kelengkapan sehingga
membentuk suatu program kerja pengajaran. Adapun unsur-unsur yang biasanya terkandung
dalam program suatu caturwulan tertentu meliputi :
a. Tujuan
b. Pokok/satuan bahasan
c. Metode mengajar
d. Media dan sumber
e. Evaluasi pengajaran
f. Waktu
g. Dan lain-lain
2. Program Untuk Jangka Waktu Singkat
Program caturwulan dapat dijadikan pegangan untuk mengajar di kelas, tetapi baru
merupakan pegangan bagi pelaksanaan mengajar selama satu caturwulan. Untuk pegangan
mengajar di dalam kelas. Dari program caturwulan ini masih perlu dijabarkan lagi program-
program untuk jangka waktu yang pendek, misalnya program untuk setiap pokok/satuan
bahasan. Program untuk setiap pokok/satuan bahasan ini pada dasarnya merupakan program
mingguan atau harian, dan dewasa ini lebih dikenal dengan nama satuan pelajaran.
Isi dan alokasi waktu setiap satuan pelajaran tergantung pada luas atau sempitnya
pokok/satuan bahasan yang dicakupnya. Suatu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan
waktu hanya 2 jam pelajaran, mungkin selesai diajarkan dalam satu pertemuan saja.
Pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran, perlu disampaikan dalam
dua kali pertemuan/penyajian. Apabila dalam jadwal, mata pelajaran itu diberikan 2 x 2 jam
pelajaran, maka pokok/satuan bahasan tersebut dapat diselesaikan dalam satu minggu, tetapi
bila membutuhkan lebih dari 4 jam pelajaran maka baru selesai diajarkan selama dua minggu,
bahkan mungkin juga lebih.
Penyusunan program untuk setiap pokok/satuan bahasan ini dapat menggunakan berbagai
format, salah satunya ialah satuan pelajaran. Satuan pelajaran merupakan suatu satuan/unit
program pengajaran terkecil, yang berisi rencana penyampaian sesuatu pokok atau satuan
bahasan tertentu. Karena merupakan satuan program pengajaran terkecil itulah maka sebaiknya
suatu satuan pelajaran waktunya tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek.
Komponen-komponen isi dari satu satuan pelajaran tidak banyak berbeda dengan program
caturwulan. Perbedaannya adalah pada satuan pelajaran tujuan dan bahan ajaran disusun lebih
rinci dan spesifik, metode mengajar dijelaskan dalam bentuk yang lebih konkret berupa proses
bagaimana guru menyampaikan pelajaran/mendorong siswa belajar dan bagaimana siswa
belajar.

C. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perencanaan Program Pengajaran


Penyusunan program pengajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih
lancar dan hasilnya lebih baik.
1. Kurikulum
2. Kondisi sekolah
3. Kemampuan dan perkembangan siswa
4. Keadaan guru
BAB V
PERUMUSAN TUJUAN PENGJARAN

A. Pengertian dan Penggolongan Tujuan Pengajaran


Tujuan pengajaran merupakan titiki awal yang sangat penting dalam proses perencanaan
pengajaran sehingga baik arti maupun jenis-jenisnya perlu dipahami betul oleh setiap guru.
1. Pengertian Tujuan dan Latar Belakangnya
Tujuan pengajaran merupakan kompnen yang utama yang terlebih dahulu harus
dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar.
2. Jenjang dan Lingkup Pendidikan
a. jenjang Tujuan
Dilihat jenjangnya, tujuan-tujuan pendidikan dapat dibagi atas:
1) Tujuan Institusional;
2) Tujuan Kurikuler.
3) Tujuan Instruksional
 Tujuan institusional ialah tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga tau jenis/tingkatan
sekolah.
 Tujuan Kurikuler adalah tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada masing-masing
mata pelajaran.
 Tujuan Instruksional merupakantujuan terbawa dari jenjang-jenjang tujuan yang kita kenal.
b. Lingkup tujuan
Dilihat dari kawasan atua bidang yang di cakup, yujuan-tujuan pendidikan dapat dibagi
atas:
1. Tujuan Kognitif
Tujuan kognitif ialah tujuan-tujuan yang lebih banyak yang berkenaan dengan prilaku
dalam aspek berfikir/intelektual.
2. Tujuan Psikomotor
Tujuan-tujuan psikomotor ialah tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek
ketrampilan motoric atau grrak dari peserta didik/siswa.
3. Tjuan Apektif
Tujuan apektif adalah tujuan-tujuan yang banak berkenaan dengan aspek perasaan,
nilai,sikap, dan minat prilaku peserta didik/siswa.
B. Tujuan Instruksioanal Khusus dan Cara Penyusunannya
Dalam uraian tentang jenjang-jenjang tujuan pendidikan pada bagian yang lalu
dikemukakan bahwa dalam pengembangan kurikulum dan perencanaan pengajaran, dibedakan
antara tujuan-tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan-tujuan instruksional khusus
(TIK).salah satu penting yang perlu dilakukan guru dalam kegiatan perencanaan pengajaran
ialah menetapkan dan merumuskan tujuan-tujuan instruksional khusus atau TIK.
1. Iri Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Tujuan instruksional umum dapat dilihat di dalam GBPP, sedangkan tujuan
instruksional khusus harus dirumuskan sendiri oleh guru yang bersangkutan berdasarkan tujuan
instruksional khusus (TIK) berisi sejumlah kemmpuan yang lebih spesifik yang dijabarkan dari
dan untuk menunjang pencapaian kemajuan yang terkandung Tujuan Instruksioanl Umum
(TIU).
2. Cara Menjabarkan TIU Menjadi TIK
Langkah pertam yang harus dibuat guru dalam merencanakan pengajaran untuk suatu
pokok/satuan bahsan dalam kurikulum adalah merumuskan TIK yang menjabarkan dari TIU
yang ingindicapai melalui pokok/satuan bahasan yang bersangkutan.
3. Penentuan TIK yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa
Agar perencanaan pengjaran yang dibuat bersifat efesien, perlu diupayakan agar TIK-TIK yang
kita rumuskan betul-betul mengandung perilaku.
BAB VI
PENENTUAN DAN PENYUSUNAN ALAT EVALUASI

A. Penentuan Pendekatan dan Cara Evaluasi


1. Pendekatan dalam Evaluasi
Dalam evaluasi hasil belajar dikenal adanya dua pendekatan:
Penilaian AcuanNorma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan(PAP).
Dalam PAN< nilai yang diperoleh siswa tergantunga pada kedudukan hasil belajar yang
tercapainya dalam kelas. Daam PAP,nilai yang diperoleh siswa tergantung dari seberapa jauh
tujuan-tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang diberikan dapat dikuasi, tanpa
mempedulikan hasil yang dicapai oleh kelas/siswa-siswi lain.
2. Cara-cara dalam evaluasi
a. Tes Tertulis
dalam melakukan tes tertulis, guru menyiapkan butir-butir tes secara tertulis dan para
siswa pun memberikan jawaban secara tertulis pula.
Evaluasi secara terrulis ini dapat dilaksankan dalam teks bentuk objektif dan bentuk uraian.
Tes bentuk objektif di bagi atas empat jenis, yaitu:
1. tes benar/salah
2. tes pilihan ganda
3. tes menjodohkan
4. es melengkapi jawaban singkat.
Adapun tes bentuk uraian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
1. tes uraian terbatas
2. tes uraian bebas.
b. Tes lisan
Dalam melaksanakan tes lisanini guru memberikan pertanyaansecara lisan dan
siswa langsung diminta menjawab secara lisa pula.
c. Tes perbuatan
Dalam tes ini, siswa ditugasi untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan jenis
keterampilan yang terkandung daalam TIK.

3. Bentuk Tes
a. Tes Bentuk Uraian
Tes bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraikan
terdapat apa yang ada dalampikirannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.
Terdapat dua jenis tes uraian yaitu:
1. Uraian bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas.
2. Uraian terbatas, yakni tes yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah
terarah.
b. Tes Bentuk Objektif
Tes bentuk objektif sangat beragam jenisnya. Setiap jenis memiliki nilai kegunaan masing-
masing sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya evaluasi. Yang popular diantaranya
daalah:
1. Bentuk Benar- Salah
Soal ini dibuat dalam bentuk pernyataan.tugas murid menetapkan apakah pernyataan itu
benar apa salah.
2. Bentuk Pilihan-Ganda
Bentuk soal ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban, satu diantaranya adalah
jawaban yang benar.
3. Bentuk Menjodohkan
Dalam bentuk ini siswa diminta menjodohkan,secara tepat setiap butir soal dengan
pasangannya pada kemungkinan jawaban.
c. Bentuk Melengkapi
Bentuk ini terdiri dari serangkaian pernyataan/paragraph yang dihilangkan sebagian
unsurnya, sehingga tidak lengkap.siswa diminta melengkapi kalimat atau paragraph tersebut.
B. Penyusunan Alat Evaluasi
1. Kriteria tes yang baik
Secara umum, tes yang baik harus memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, dan objektivitas.
Dalam pengertian yang sederhana dari kriteria ketiga adalah:
a. Suatu tes dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang sesungguhnya yang ingin diukur.
b. Suatu tes dikatakan realibilitas, jika tes itu memperlihatkan hasil yang sama ketika diberikan
pada waktu yang berbeda terhadap individu/kelompok yang sama.
c. Suatu tes dikatakan objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap dari suatu
jawaban yang diberikan, sama atau menunjukan hasil yang sama.
2. Kesesuaian Soal dengan TIK
Kesesuaian solal dengan TIK meliputi kesesuaian dilihat dari jenjang kemampuan dan
kesesuaian dilihat dari lingkup isi.
a. Kesesuaian jenjang kemampuan
Dalam penyesuaian butur tes, hendaknya diperhatikan kesesuaian dengan jenjang
kemampuan yang terkandung dalam TIK>
b. Kesesuaian Lingkup Isi
Di samping kesesuaian dalam jenjang kemampuan, anatara TIK dan tes hendaknya terdapat
pula kesesuaian dalam lingkup isi.
3. Kesesuaian Soal dengan Kaidah-kaidah Konstruksi Tes
a. Tes bentuk urian
b. Tes bentuk objektif
4. Langkah-langkah Menyusun Tes
a. Pembuatan Kisi-kisi
Agar terdapat kesesuaian antara TIK dan soal tes baik dalam aspek jenjang kemampuan
maupun lingkup isi, perlu dibuat kisi-kisi atau blue print, yang kolomnya berisi pokok-pokok
bahan dan lajurnya berisi kemampuan.
b. Penyusunan Soal
Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu pada kisi-kisi yanga ada, kini
disusun soal-soal tes untuk menilai taraf pencapaian masing-masing TIK, dengan
memperhtikan:
1) Kesesuaian dalam jenjang kemmpuan;
2) Kesesuaian dalam lingkup isi;
3) Kaidah-kaidah konstruksi tes.
c. Perakitan Tes
Setelah setiap soal selesai disusun dan ditelaah serta diperbaiki, antara lain berdasarkan
patokan-patokan diatas, maka diperlukan perakitan untuk menghasilkan suatu tes yang utuh
disertai dengan petunjuk pelaksanaannya.

BAB VII
PENENTUAN MATERI DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
A. Penentuan Materi Pelajaran
1. Pengertian dan Persyaratan Materi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, antara lain:
a. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tercapainya tujuan instruksional.
b. ,ateri pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan /perkembangan siswa pada
umumnya.
c. Materi pelajran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan bersikenambungan.
d. Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat factual maupun konsptual.
2. Cara Pemilihan
Dengan mengacu pada uraian yang telah dikemukakan, adabeberapa hl yang perlu
diperhatiakn dalam memilih/menetapkan materi pelajaran:
a. tujuan pengajaran.
Materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional
yang ingin dicapai.
b. Pentingnya bahan
Materi yang diberikakan hendaknya merupakan bahan yang betul-beyul penting, baik
dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
c. Nilai praktis
Mteri yang dipilih hendaknya bermakna bagi para siswa, dalam arti mengandung nilai
praktis/bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
d. Tingat perkembangan peserta didik
Kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat
perkembangan berpikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah
dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah.
e. Tata urutan
Materi yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya
keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.

B. Penentuan Metode Mengajar


1. Jenis-jenis Metode Mengajar
Analisi singkat tentang masing-masing metode mengajar tersebut dapat diikuti dalam
uraian-urain berikut:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisonal dan telah lam
dilaksnakan oleh guru dengan cara lisan.
b. Metode Demonstrasi
Merupakan metode yang cukup efektif, sebab membantu para iswa untuk memperoleh
jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
c. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan
untuk mencari jawaban terhadap permasalahaan yang diajukan.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melkukan
tugas yanhg berhubungan dengan pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal.
e. Metode Karyawisata
Metode ini siswa diiaajak mengunjungi tempat-tempat tertentu diluar sekolah.
f. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam
mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan
sosial dengan orang-orang dilingkungan keluaraga, sekolah maupun masyarakat.
2. Pemilihan Metode Mengajar
a. Kesesuaian dengan tujuan instruksional
Setiap metode mengajar memilki kekuatan dan kelemahannya dilihat dari berbagai sudut.
Namun, yng penting bagi guru, metode mengajar maupun yang akan digunakan, harus jelas
dahulu tujuan yang akan dicapai, baik Tujuan Instruksioanal Khusus maupun Instruksional
Umum.
b. Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana
Di samping bertitik tolsk dsri tujuan yang ingin dicapai, dalam memilih metode pengajaran
perlu dipertimbangkan pula waktu dan sarana yang tersedia.

C. Penentuan Kegiatan belajar Mengajar


1. Kegiatan Guru
Jenis-jenis Kegiatan yang perlu dilakukan guru tergantung dari jenis-jenid metode
mengajar yang digunakan.
a. Menjelaskan TIK yang akan dicapai
b. Membagi siswa-siswa kedalam beberapa kelompok.
c. Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan setiap kelompok.
2. Kegiatan Siswa
Seperti kegiatan guru, kegiatan siswa pun tergantung dari jenis-jenis metode mengajar yang
digunkan.
a. Mengikuti dengan sesame penjelasan guru tentang pembagian kelompok dan jenis-jenis tugas
yang harus dilaksankan setiap kelompok.
b. Melaksanakan tugas-tugas dalam kelompok.
c. Menyiapkan laporan hasil pelksanaan tugas.
BAB VIII
PEMILIHAN MEDI DAN ALAT PENGAJARAN
A. Jenis-jenis Media yang Dapat Digunakan
Aneka ragam media pengajaran yang dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu:
1. Media Cetak
Bagi kebanyakan orang istilah ” Media etak” biasanya diartikan sebagai bahan yang
diproduksi melalui percetakan yang professional, seperti buku, majalah dan modul.
Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan media cetak ini:
- Keuntungan
Keuntungan dari media cetak ini, disamping relatife murh pengadaannya, juga lebih mudah
dalam penggunaannya, dan tiak memrlukan peralatan khusus dan mudah digunakan.
- Kelemahan
Kelemahan dari media ini, terutama jika kurang dirancang dengan baik, cenderung untuk
membosankan.
2. Media elektronik
Disamping penggunaan media cetak,dalam upaya pengajaran ini terlihat pula adanya
perkembangan yang semakin pesat dalam penggunaaan media elektronik.
Ada beberapa macam media elektronik yang lazim dipilih dan digunakan dalam pengajaran,
antara lain:
a. perangkat slide atau film
b. film strips
c. Rekaman dll.
- Keuntungan
Keuntungan dari media elektronikini pada umumnya ialah dapat memberikan suasana yang
lebih “hidup” penampilannya lebih menari.
- Kelemahannya
Kelemahan media ini, terutama terletak dalam segi teknis dan juga biaya, karena menggunakan
sarana prasarana seperti listrik, dan cenderung pembiayannya memuntut biaya yang mahal.

3. Realia (Objek nyata atau benda Sesunguhnya)


Untuk mencapai hasil yang optimum dari proses belajar-mengajar, salah satu hal yang
sangat disarankan adalah digunakan pula media yang bersifat langsung dalam bentuk objek
nyata atau realia. Untuk itu ada dua cara yang dapat ditempuh oleh guru: pertama, membawa
objek nyata tersebut, seperti jenis tanaman atau hewan tertentu, ke dalam kelas. Kedua,
membawa siswa-siswi ke luar kelas seperti mengunjungi pabrik-pabrik yang ada disekitarnya.
- Keuntungan
Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu
ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.
- Kelemahan
Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung risiko
dalam bentuk kecelakaandan sejenisnya.
B. Hal-hal yang Perlu dalam Pemilihan Media ddiperhatikan
Dapat dikemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media yang
tepat.
1. Jenis kemampuan yang akan dicapai, sesuai dengan tujuan pengajaran (TIK).
2. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri.
3. Kemampuan guru menggunkan suatu jenis media.
4. Keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaanya.
5. Kesesuaiannya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada.
6. Biaya.
C. Pemilihan Alat Pengajaran
1. Jenis-jenis Alat Pengajaran
Alat pengajaran dapat dikelompokan dalam dua jenis alat pelajran yang bersifat umum dan
khusus.
a. Alat pengajaran yang bersifat umum
Yang dimaksudkan dengan jenis ini ialah alat-alat pengajaran yang penggunaanya berlaku
untuk semua mata pelajaran seperti papan tulis, spidol, dan penggaris.
b. Alat pengajran yang bersifat khusus
Yang dimaksudkan dengan jenis ini ialah alat-alat pengajaran yang pengunaannya yang
berlaku khusus untuk mata pelajaran tertentu, seperti:

- Mikroskop, untuk IPA.


- Jangka, untuk Matematika.
- Kuas, untuk menggambar.
2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemilihan Alat
Seperti halnya yang berlaku dalam media pembelajaran, dalam memilih alat-alat
pengajaran yang sesuai untuk kegiatan belajar-mengajar tertentu, terutama alat pengajaran
yang bersifat khusus, perlu diperhatikan sejumlah faktor sebagai berikut:
a. Kesesuaiannya dengan kemampuan yang ingin dikembangkan dalam diri siswa.
b. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
c. Kemampuan penyediaannya.
BAB IX
PELAKSANAAN DAN EVALUASI PENGAJARAN
A. Penyiapan Program/Bahan Pengajaran
1. Hasil Yang Dicapai Dari Perencanaan Pengajaran
Bila ditelaah kembali hal-hal yang telah dibicarakan dari Bab IV sampai Bab VIII, dapat
disimpulkan bahwa ada dua jenis hasil pokok yang diperoleh dari kegiatan perencanaan
pengajaran yang dilakukan :
a. Daftar sejumlah pokok/satuan bahasan yang akan diajarkan selama satu caturwulan beserta
alokasi waktu yang telah ditetapkan untuk masing-masing pokok/satuan bahasan.
b. Bagan/matriks yang berisi rencana yang lebih rinci tentang pengajaran masing-masing
pokok/satuan bahasan, yang meliputi tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus,
alat evaluasi, materi, kegiatan belajar mengajar, serta media/alat dan sumber bahan.
2. Jenis-jenis Program/Bahan Pengajaran Yang Dapat Dikembangkan
Dari hasil perencanaan pengajaran yang tergambar dalam bagan/matriks, sebenarnya dapat
dikembangkan berbagai jenis program/bahan pengajaran, sesuai dengan keperluan.
Di sekolah-sekolah ( SD, SLTP, SLTA) dewasa ini, setiap guru diharuskan menyiapkan
program yang disebut satuan pelajaran (Satpel), yang didalamnya terkandung rumusan TIU,
TIK, materi, dan sebagainya. Di IKIP/FKIP, setiap dosen diharuskan menyiapkan program
yang disebut Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang didalamnya juga terkandung TIU, TIK,
materi perkuliahan, dan sebagainya.

B. Pelaksanaan Program Pengajaran


1. Evaluasi Awal
Langkah pertama yang biasa dilakukan dalam melaksanakan suatu program pengajaran
ialah mengadakan evaluasi awal.
Evaluasi awal atau pretest dilakukan sebelum pelajaran diberikan. Tujuan dan fungsinya
ialah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang bersangkutan.
Dengan mengetahui kemampuan awal siswa ini, guru akan dapat menentukan cara
penyampaian yang akan ditempuhnya nanti. Untuk bahan-bahan yang telah dikuasai siswa,
misalnya guru tidak akan memberikan penjelasan yang banyak lagi. Di samping itu, dengan
adanya evaluasi awal, guru akan dapat melihat hasil yang betul-betul dicapai melalui program
yang dilaksanakannya, setelah membandingkannya dengan hasil evaluasi akhir.
2. Pelaksanaan Pengajaran
Setelah evaluasi awal dilakukan, langkah berikutnya ialah melaksanakan pengajaran sesuai
dengan langkah-langkah/kegiatan belajar-mengajar yang telah direncanakan.
Selama langkah ini berlangsung, kegiatan evaluasi dilakukan oleh guru antara lain dalam
bentuk kuis, tugas-tugas, observasi, dan bertanya langsung kepada siswa tentang pelajaran
yang sedang disajikan, apakah cukup jelas dan sebagainya. Dari kegiatan evaluasi ini, guru
dapat mengetahui bagian-bagian mana dari materi yang belum begitu dipahami oleh siswa, dan
bagian-bagian mana dari kegiatan belajar-mengajar yang tampaknya kurang efektif atau sulit
dilaksanakan dengan baik.
3. Evaluasi Akhir
Setelah pengajaran selesai dilaksanakan, maka tibalah saatnya bagi guru melakukan evaluasi
akhir atau post-test, dengan menggunakan tes yang sama atau setara dengan yang digunakan
pada evaluasi awal.
Fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa pada
akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita bandingkan dengan evaluasi awal, akan dapat
diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, disamping
sekaligus dapat pula kita ketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih belum
dipahami oleh sebagian besar siswa.
4. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil-hasil evaluasi yang telah dilakukan, guru dapat merencanakan kegiatan-
kegiatan tindak lanjut yang perlu dilakukan, baik berupa upaya perbaikan (remedial) bagi
siswa-siswa tertentu, maupun berupa penyempurnaan program pengajaran. Upaya tindak lanjut
ini sangat penting dalam proses pengajaran, sebab jika tidak, kegiatan- kegiatan evaluasi yang
telah dilakukan tidak akan banyak gunanya, hanya merupakan pemborosan waktu saja.

C. Evaluasi Pengajaran
1. Fungsi Evaluasi
Dalam pengembangan program pengajaran, ada dua fungsi utama evaluasi yang perlu
diwujudkan :
Pertama : mengetahui tingkat efektivitas program dalam mencapai tujuan-tujuannya
Kedua : mengidentifikasi bagian-bagian dari program pengajaran yang perlu diperbaiki
2. Cara-cara evaluasi
Dalam kaitan dengan fungsi pertama evaluasi, yaitu melihat efektifitas program pengajaran
cara yang paling banyak dilakukan ialah melalui tes yang diberikan pada awal dan pada akhir
program (lihat evaluasi awal dan evaluasi akhir). Semakin besar perbedaan hasil tes awal dan
hasil tes akhir (dalam pengertian hasil tes akhir lebih baik dari hasil tes awal) maka semakin
efektif program pengajaran yang bersangkutan.
Dalam kaitan dengan fungsi kedua evaluasi, yaitu mengidentifikasikan bagian-bagian
program yang perlu diperbaiki, cara yang dapat digunakan meliputi baik tes maupun non tes
seperti kuis, tugas-tugas, observasi, dan jika perlu dapat pula berupa angket/wawancara dengan
para siswa atau permintaan pemasukan dari teman guru yang lain. Hasil tes, kuis, tugas-tugas
dapat memberi petunjuk tentang bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
dipahami oleh siswa-siswa.
3. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
a. Pengolahan Secara Keseluruhan
Cara pengolahan ini dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata awal (dan nilai rata-rata)
tes akhir, untuk melihat tingkat efektivitas yang dicapai program pengajaran yang
bersangkutan. Di samping itu, melalui cara ini dapat pula dilihat beberapa skor yang dicapai
setiap siswa dalam tes, khususnya tes akhir, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa A,
siswa B, siswa C dan seterusnya, terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui program
pengajaran yang bersangkutan.
b. Pengolahan Bagian Demi Bagian
Cara pengolahan ini dilakukan terhadap hasil tes yang dicapai siswa soal demi soal, terutama
pada tes akhir, untuk mengetahui berapa persen siswa yang betul dan salah dalam setiap soal.
4. Penggunaan Hasil Evaluasi
Dalam bagian terdahulu telah diungkapkan bahwa kegiatan evaluasi yang hasilnya tidak
digunakan dalam bentuk kegiatan tindak lanjut, akan merupakan kegiatan yang sia-sia dan
hanya memboroskan waktu saja.
Diantara berbagai kemungkinan penggunaan hasil evaluasi yang kita peroleh, ada dua
kemungkinan penggunaan yang akan dibahas dalam bagian ini.
a. Untuk Kepentingan Pengelolaan Siswa
Hasil evaluasi yang telah diperoleh dapat digunakan untuk merencanakan program-program
perbaikan (remedial) yang diperlukan untuk semua atau sebagian siswa tertentu.
b. Untuk Kepentingan Perbaikan Program
Di samping untuk kepentingan pengelolaan siswa, hasil evaluasi yang diperoleh perlu
pula digunakan untuk kepentingan perbaikan program.
Dari hasil analisis persentase siswa yang betul dan salah menjawab setiap soal, pertama-
tama dapat diidentifikasikan bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang sudah dan belum
dipahami oleh sebagian besar siswa.
Judul Buku : Perencanaan Pengajaran
Pengarang : Udin Syaefudin Sa’ud, M.ed.Ph.D dan
Prof. Dr. Abin Syamsuddin Makmun,M.A
Halaman : 278 Halaman
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : Rosda

PERAN DAN FUNGSI PERENCANAAN PENDIDIKAN

Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan

a. Perencanaan, Manajeman, dan Administrasi


Perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan dan menetukan seperangkat
keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan
apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, subsitusi, kreasi, dan
sebagianya). Kajian mengenai perencanaan selalu terkait dengan konsep manajemen dan
administrasi, karena perencanaan merupakan unsur dan fungsi yang pertama dan utama dalam
konsep manajemen maupun administrasi.

Hal-hal yang penting dalam menyusun suatu rencana, yaitu :


a. Berhubungan dengan masa depan,
b. Seperangkat kegiatan,
c. Proses yang sistematis, dan
d. Hasil serta tujuan tertentu.

Fungsi dari perencanaan adalah :


a. Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian,
b. Menghindari pemborosan sumber daya,
c. Alat bagi pengembangan quality assurance, dan
d. Upaya untuk memenuhi accountability kelembagaan.

b. Konsep Dasar Perencanaan


Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk
mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya, karena hanya manusia yang dapat dididik
dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral,
serta keimanan dan ketakwaan manusia.

c. Konsep dasar Perencanaan Pendidikan


Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk
kegiatan-kegiatan di masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dengan cara yang optimal
dalam suatu Negara. Terdapat empat hal yang menyangkut perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan,
b. Keadaan yang terjadi sekarang,
c. Alternatif pilihan kebijakan dan prioritas dalam mencapai tujuan, dan
d. Strategi penentuan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan.

Perencanaan pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan untuk melihat masa depan dalam hal
menentukan kebijakan. Prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan yang
ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan Negara dan
peserta didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Jadi secara konseptual bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan
proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen yang
ikut berproses didalamnya.

d. Analisis Posisi Perencanaan Pendidikan


Perencanaan merupakan alat pengubah dan pengendali perubahan, sedangkan pembangunan
artinya mengubah untuk maju dan berkembang menuju arah tertentu. Ini berarti setiap upaya
pembangunan memerlukan perencanaan dan setiap perencanaan adalah untuk mewujudkan upaya
pembangunan. Karena itu pembangunan dan perencanaan dalam pengertian ini tidak dapat
dipisahkan karena memang saling melengkapi dan saling membutuhkan. Ini berarti setiap upaya
pembangunan memerlukan perencanaan, dan setiap perencanaan adalah untuk mewujudkan upaya
pembangunan.

e. Mekanisme Perencanaan Pendidikan


Ditinjau dari posisi dan sifat serta karakteristik model perencanaan, perencanaan pendidikan itu ada
yang bersifat terpadu, dan yang bersifat komprehensif, ada yang bersifat transaksional dan ada pula
yang bersifat strategik.
Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistematik dan sequensial, karena itu kegiatan-kegiatan
dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-
tahapan sesuai dengan karakteristik perencanaan yang sedang dikembangkan.

Pentingnya Perencanaan dalam Manjemen Pendidikan

a. Sejarah Perencanaan
Gagasan mengenai perencanaan pendidikan sudah ada sejak jaman dahulu, meskipun sifatnya murni
spekulatif. Tujuan pendidikan menurut plato adalah untuk kebahagian individu dan kesejahteraan
Negara, sedangkan tugas pendidikan adalah untuk mencapai tujuan itu melalui lembaga-lembaga
sosial dimana masing-masing individu harus menyesuaikan dengan tujuan itu melalui proses seleksi.

b. Karakteristik Perencanan
Pendidikan adalah suatu alat yang sangat kuat untuk mencapai perubahan dan untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan para pendidikan dan para perencanaan, yaitu :
a. Tenaga kerja,
b. Merencanakan dan menguasai penerimaan murid, kemudian output lulusan dan hasilnya.

c. Pentingnya Perencanaan
Perencanaan dipandang penting dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain ;
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan.
2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaan yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
5. Dengan adanya rencana, maka aka nada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan.

Kondisi Aktual Perncanaan dalam Sistem Pendidikan Nasional


a. Peraturan dan Kebijakan dalam Perencanaan
Salah satu alat kebijakan pemerintah yang terindependensi dengan kebijakan-kebijakan publik
lainnya adalah perencanaan pendidikan. Proses perencanaan pendidikan di Indonesia diarahkan
pada relevansi, efisiensi, dan efektivitas,namun optimalisasi kinerja manajemen pendidikannya
belum berjalan sesuai dengan harapan.

b. Penerapan Perencanaan dalam Sistem Pendidikan Nasional


Salah satu bentuk pelaksanaan dari perencanaan pendidikan di Indonesia adalah berkenaan dengan
penerapan desentralisasi pendidikan yaitu Manajemen Berbasi Sekolah (MBS). Tujan utama MBS
adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi. Melalui penerapan MBS itu akan berimplikasi dan berdampak pula pada perubahan sistem
perencanaan pendidikan yang ada di Indonesia. MBS memberikan kewenangan penuh kepada
kepala sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan dari pembelajaran, merencanakan,
mengorganisasi, mengawasi, mempertanggungjawabkan, mengatur serta memimpin sumber daya
manusia serta sarana lainnya dalam rangka membantu proses pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan sekolah. MBS juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru,
serta kebutuhan masyarakat setempat.

Perencanaan Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional

a. Pentingnya Posisi Perencanaan Pendidikan


Perencanaan pendidikan menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan.
Perencanaan pendidikan itu memberikan kejelasan arah dalam usaha proses penyelengaraan
pendidikan, sehingga manajemen usaha pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif
dan efisien.
Dengan demikian seorang perencana pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan
yang luas agar dapat menyusun sebuah rancangan yang dapat dijadikan pegangan dalam
pelaksanaan proses pendidikan selanjutnya. Rancangan tersebut harus mampu mengidentifikasi
berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT).

b. Posisi Perencanaan Pendidikan Sistem Pendidikan Nasional yang Efektif


Tahapan-tahapan dalam perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan,
b. Analisis bidang telaahan permasalahan perencanaan,
c. Mengkonsepsikan dan merancang rencana,
d. Evaluasi rencana,
e. Menentukan rencana,
f. Implementasi rencana, dan
g. Evaluasi implementasi rencana dan umpan baliknya.

PROSES PERENCANAAN PENDIDIKAN


Mendefinisikan Permasalahan Perencanaan Pendidikan

a. Ruang Lingkup Permasalahan Pendidikan


Gambaran dan batasan permasalahan pendidikan sangat penting dan strategis, karena setiap
kegiatan yang akan dirumuskan dalam proses perencanaan harus diarahkan dalam kerangka
pemecahan masalah.
Ruang lingkup permasalahan pendidikan, meliputi :
1. Kebutuhan akan perencanaan pendidikan,
Kebutuhan akan perencanaan muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya
permasalahan yang muncul dalam masyarakat.
2. Pengertian permasalahan perencanaan pendidikan,
Terdapat tiga hal pokok yang harus diketahui dan diperhatikan, untuk memberikan pemahaman
tentang pengertian perencanaan pendidikan meliputi : karakteristik perencanaan pendidikan,
dimensi perencanaan pendidikan dan hambatan perencanaan pendidikan.
3. Karakteristik perencanaan pendidikan,
Perencanaan hanya dapat mengacu kepada persiapan pembelajaran, yang intinya kepedulian
terhadap lingkungan dari komunitas manusia, sehingga seorang perencana harus mengetahui nilai-
nilai, tujuan, dan struktur sosial dari komunitas dengan tujuan untuk melayaninya secara memadai.
4. Dimensi perencanaan pendidikan,
Dimensi-dimensi perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Significance, yaitu tingkat kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan social dari tujuan
pendidikan yang diusulkan.
b. Feasibility, yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biaya merupakan aspek yang harus dilihat secara
realistik.
c. Relevance, yaitu konsep relevan mutlak perlu bagi implementasi rencana pendidikan.
d. Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan rencana dengan
menggunakan data model buatan, tujuannya adalah untuk meminimumkan kejadian yang tidak
diharapkan yang akan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang direncanakan.
e. Parsimoniusness, yaitu perencanaan haruslah digambarkan secara sederhana.
f. Adaptability, yaitu perencanaan pendidikan haruslah dinamis dan dapat berubah sesuai informasi
sebagai umpan.
g. Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, kebutuhanuntuk merubah situasi
yang tidak dapat dipukul, keterbatasan perencanaan pendidikan dalam meramalkan masa depan
merupakan beberapa faktor yang berkaitan dengan waktu.
h. Monitoring, yaitu melibatkan penegakkan kriteria pendidikan untuk menjamin berbagai
komponen rencana bekerja secara efektif.
i. Subject matter, yaitu pokok-pokok bahasan yang akan direncanakan.
5. Kendala-kendala dalam perencanaan pendidikan, dan
Kendala memegang peranan yang sangat penting dalam mendefinisikan arti perencanaan
pendidikan, yang utamanya meliputi: politik, ekonomi, dan waktu.
6. Makna permasalahan perencanaan pendidikan.
Perencanaan pendidikan terlihat sebagai perwujudan dari kecenderungan kea rah kegiatan menusia.
Tujuan perencanaan pendidikan adalah untuk mencapai efisiensi pada proses penyelesaian masalah.

b. Pengkajian Sejarah Perencanaan Pendidikan


Perncanaan berorientasi pada masa depan dan meliputi analisi yang menyeluruh (komperehensif)
tentang masa kini, dan juga kekuatan-kekuatan sejarah yang membentuk perkembangannya. Dalam
perencanaan, tanpa adanya sejarah, maka tidak akan didapatkan momentum untuk melakukan
sesuatu menuju masa depan.

c. Kesenjangan antara Kenyataan dengan Harapan dalam Perencanaan Pendidikan


Secara umum suatu perencanaan meliputi :
a. Lingkup dan cakupan bidang permasalahan,
b. Rentang permasalahan termasuk didalamnya perencanaan penyelasaian,
c. Akibat yang ditimbulkan, analisis permasalahan serta upaya penyelesaiannya, dan
d. Perhatian secara umum atas keberadaan masalah dan penyelesaiannya.

Perencanaan pendidikan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan


pendapatan masyarakat, perubahan sikap kerja, tumbuhnya sinergi dari berbagai lembaga,
kemajemukan di antara kepentingan individu, serta adanya berbagai penyelesaian terhadap
masalah-masalah penduduk yang berada di pinggiran kota.
Perencanaan pendidikan harus berorientasi terhadap program siswa yang berstruktur dengan
kondisi yang relevan dengan lingkungan sekitarnya. Perencanaan pendidikan dipandang perlu untuk
melibatkan berbagai tingkatan (stakeholders) yang ada di masyarakat.

d. Sumber daya dan Hambatannya dalam Perencanaan Pendidikan


Sumber daya dan hambatan merupakan dua bagian penting yang perlu diidentifikasi dan dikenali
dalam perumusan sebuah perencanaan pendidikan. Untuk menghasilkan atau mencapai solusi
optimal suatu perencanaan tergantung pada ketersediaan sumber daya dan karakter hambatan yang
ada, baik secara individu maupun kelembagaan.

e. Menentukan Komponen-komponen dari Perencanaan Pendidikan beserta Prioritasnya


Perencanaaan pendidikan terdiri atas dua komponen dasar yaitu proses perencanaan dan isi
perencanaan. Satu metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, mendesain, mengevaluasi dan
mengawasi komponen-komponen tersebut adalah pendekatan sistem

Analisis Bidang Telaahan Permasalahan Pendidikan

a. Bidang Telaah dan Sistem-sistem Subbidang Telaah


Pendidikan merupakan suatu sistem yang terbentuk dari sub-sub sistem yang disebut dengan
lingkungan pendidikan yang merupakan bidang telaahan masalah perencanaan pendidikan
komprehensif. Empat sistem dalam lingkungan pendidikan, yaitu :
a. Sistem aktivitas pendidikan,
b. Sistem komunikasi pendidikan,
c. Sistem fasilitas pendidikan, dan
d. Sistem operasi pendidikan.

b. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting dalam perencanaan, karena harus dilaksanakan pada
waktu yang tepat. Metode pengumpulan data, meliputi :
a. Penggunaan angket atau kuesioner,
Metode angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah yang banyak dengan
waktu yang singkat.
b. Interview atau wawancara,
Metode interview dapat digunakan untuk mengumpulkan data dimana diperlukan adanya
penjelasan langsung tentag konteks atau area penelitian kepada responden.
c. Studi kepustakaan, dan
Studi bibliografi dilakukan dengan menggali dan mendapatkan informasi yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
d. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi ditujukan sebagai sebuah upaya untuk melengkapi data yang terkumpul dengan
dokumen-dokumen yang dapat memperkuat keakuratan data.

c. Tabulasi Data
Proses tabulasi data harus akurat, sehingga diperlukan adanya survey tahunan untuk riset dan
penelitian yang ada guna mendapatkan data yang terbaru. Tabulasi data sangat diperlukan di dalam
perencanaan pendidikan untuk berbagai analisis data.

d. Perkiraan (Forecasting) Perencanaan


Teknik peramalan pendidikan menggunakan beberapa metode dengan memperhatikan berbagai
aspek dan sistem pendidikan secara menyeluruh, yaitu :
a. Metode Cohort Survival,
b. Metode Migration dan Natural,
c. Metode Least Square, dan
d. Metode Matrix.

Mengkonsepsikan dan Merancang Rencana

Mengidentifikasikan Kecenderungan Umum

Dalam mengidentifikasi kecenderungan umum, maka perlu untuk mengkaji antara lain :
a. Menentukan Latar Belakang,
Perencanaan pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar jika dapat menilai efektivitas
berbagai program yang ditanganinnya. Empat bidang perhatian perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Sejumlah aktivitas yang tercakup dalam berbagai lembaga pendidikan,
b. Kebutuhan manusia akan lembaga pendidikan,
c. Perencanaan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses dan teknik, dan
d. Administrasi gedung dan peralatan sekolah.

b. Pola kecenderungan umum pada manusia,


c. Pola dan kecenderungan menonjol pada tempat,
d. Pengaruh fisik,
e. Kewilayahan tempat (places),
f. Peran persepsi (perception),
g. Pola dan kecenderungan umum pada pergerakan (movement), pola dan kecenderungan umum
pada ekonomi,
h. Pola dan kecenderungan yang menonjol pada aktivitas (activities), dan
i. Beberapa kecenderungan perencanaan pendidikan.

Pekerjaan perencanaan pendidikan memerlukan interpretasi ringkas mengenai kebutuhan


masyarakat dan cara memenuhinya. Perencanaan haruslah menyeimbangkan sesuatu yang
diinginkan dengan sesuatau yang memungkinkan terjadi.
Setelah mengidentifikasi kecenderungan umu, maka langkah selanjutnya dalam mengkonsepsikan
dan merancang rencana, yaitu menetukan tujuan dan sasaran, untuk kemudian merancang rencana
(designing plans) pendidikan.

Mengevaluasi Rencana-rencana

a. Perencanaan Melalui Simulasi


Tujuan melakukan simulasi suatu perencanaan pendidikan adalah untuk memberikan suatu metode
dalam mengamati (visualisasi) berbagai perilaku komponen perencanaan. Simulasi adalah sebuah
istilah yang menggunakan model-model, yang didalamnya terdapat pengertian tentang hubungan
yang telah diidentifikasi.
1. Hakikat Simulasi
Simulasi perencanaan pendidikan adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah
sistem. Simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variable yang menampilkan cirri
utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.
Terdapat 3 model utama simulasi yang dapat dioperasikan, yaitu :
a. Model Perubahan berkelanjutan (Continuously Changing Model), yaitu sebuah model yang
variabel-variabelnya berubah secara terusmenerus dalam waktu.
b. Model Periode Tertentu (Fixed Period Model), yaitu suatu model dimana waktu dipisahkan ke
dalam serangkaian periode yang terbatas, dan variable-variabelnya diperboleh untuk berubah hanya
pada akhir periode.
c. Model Peristiwa Terpisah-pisah (Discrete Event Model), yaitu suatu model dimana variable-
variabel kuantitasnya yang menampilkan keadaan yang terjadi hanya pada batas-batas waktu
tertentu dan dikenal sebagai event (peristiwa).

2. Beberapa Pertimbangan dalam Pembuatan Model


Terdapat 4 faktor mendasar yang harus menjadi pertimbangan dalam mensimulasikan sebuah
perencanaan, yaitu :
a. Peranan perencanaan (the role of planning),
b. Model (the model),
c. Pengukuran keefektifan model (the measure of the model’s effectiveness), dan
d. Kriteria-kriteria keputusan (the criteria of decision).

6 hal yang menjadi pertimbangan dalam proses pembuatan model, yaitu :


a. Tingkat agregasi (the level of aggregation),
b. Perlakuan terhadap waktu ( treating time),
c. Dampak-dampak perubahan (the effects of change),
d. Pengoperasian model (operating the model),
e. Pengunaan variabel-variabel (using variables), dan
f. Menentukan parameter (establishing parameters).

3. Beberapa Model Pendekatan yang Dipakai dalam Simulasi


Model yang dipakai dalam simulasi meliputi :
1. Model simulasi untuk dimensi orang-orang,
2. Model simulasi untuk tempat-tempat,
3. Model-model simulasi untuk pergerakan-pergerakan,
4. Model-model simulasi yang digunakan untuk ekonomi, dan
5. Model simulasi untuk kegiatan-kegiatan (activities).

b. Mengevaluasi Rencana-rencana (Evaluating Plans)


Beberapa teknik yang digunakan untuk evaluasi perencanaan pendidikan , yaitu :
a. Matriks yang dipilih (preferences),
b. Pemetaan peringkat,
c. Pembobotan sejumlah besar sasaran,
d. Skala penilaian ordinal,
e. Matriks evaluasi, dan
f. Metode pemeringkatan dan pembobotan.

c. Memilih Suatau Perencanaan (Selecting a Plan)


Setiap perencanaan hendaknya mencapai tujuannya dengan memadukan semua unsur, sehingga
tujuan itu tercapai dan hasilnya harusmenunjukan imbalan yang berkaitan dengan perencanaan
yang sistematis. Perencanaan pendidikan yang komprehensif harus melibatkan unsur-unsur fisik,
sosial, dan ekonomi yang saling berkaitan dan hendaknya diperlakukan sebagai sistem yang terpadu.
Bagian penting dari suatu perencanaan pendidikan yang komprehensif adalah proses fisisk, sosial,
dan administratif menunjukkan perlunya koordinasi, flesibilitas, dan pemilihan waktu komitmen dan
berbagai fungsi.

Menspesifikasikan Rencana

a. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang jelas diperlukan dalam penyusunan perencanaan yang kmprehensif.
Perencanaan muncul sebagai aktivitas keikutsertaan (participatory) dari orang yang akan dilayani
oleh lingkungan dan yang akan dipengaruhi oleh lingkungan yang memiliki hak dan kewajiban untuk
ikut serta dalam merencanakan modifikasi atau pengembangan lingkungan tersebut. Perencanaan
pendidikan memberikan rekomendasi mengenai serangkaian tindakan yang mencapai tujuan yang
diinginkan.
Jenis-jenis perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Perencanaan pendidikan adaptif,
Perencanaan pendidikan adaptif terjadi karena adanya tanggapan pada suatu pengembangan yang
dilakukan secara eksternal.
b. Perencanaan pendidikan kontingensi,
Perencanaan pendidikan kontingensi merupakan pendekatan yang ditujukan untuk menciptakan
kondisi yang pengaruhnya dapat dielakkan dan diserap dengan biaya atau kerugian minimal.
c. Perencanaan pendidikan kompulsif,
Perencanaan pendidikan kompulsif menentukan perincian mengenai apa yang seharusnya dan apa
yang diharapkan akan dilakukan. Alat utamanya adalah imbalan (reward) jika berhasil dan hukuman
jika tidak berhasil.
d. Perencanaan pendidikan manipulatif,
Perencanaan pendidikan manipulative mengandalkan berbagai jenis instrumen untuk mendapatkan
suatu keuntungan.
e. Perencanaan pendidikan indikatif,
Perencanaan pendidikan indikatif menyebarkan informasi yang dimaksudkan untuk memberisinyal
yang benar kepada individu dengan harapan agar pada gilirannya akan mengambil tindakan yang
tepat.
f. Perencanaan pendidikan bertahap (incremental),
Perencanaan pendidikan bertahap adalah perencanaan yang mengambil langkah pendek,
mengoreksi kesalahan saat perencanaan itu dilaksanakan.
g. Perencanaan otonomi,
Perencanaan pendidikan otonomi merupakan perencanaan yang dilakukan oleh diri sendiri dan
bukan sebagai bagian dari perencanaan lainnya.
h. Perencanaan pendidikan perbaikan/pemulihan, (amelioratif),
Perencanaan pendidikan amelioratif dirancang untuk memulihkan pada keadaan semula, tanpa
pertimbangan mengenai apa yang mungkin terjadi.
i. Perencanaan pendidikan normatif,
Perencanaan pendidikan normatif merupakan perencanaan jangka panjang.
j. Perencanaan pendidikan fungsional, dan
Perencanaan pendidikan fungsional memusatkan pada aspek tertentu dari seluruh masalah.
k. Pemprograman pendidikan.
Program pendidikan menentukan pencapaian target, kebutuhan program dan kebutuhan sumber
daya untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pelaporan Hasil
Spesifikasi umum untuk penyajian grafik atau statistik antara lain adalah klasifikasi umum, seperti
wilayah pemukiman dengan suatu skema yang menunjukkan kepadatan tinggi, sedang dan rendah,
wilayah perdagangan, jenis-jenis transportasi local, pusat, dan regional, listrik, telepon, air (utilities),
komunikasi dan kelompok industry.

Mengimplementasikan Rencana

a. Penyiapan Program
Perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut pengembangan pedoman umum tindakan oleh
sekelompok orang tertentu (elected efficials). Perencanaan program pendidikan menyangkut
persiapan rencana-rencana yang spesifik disertai prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh
institusi/organisasi administrasi pendidikan dalam kerangka sistem pendidikan yang ada. Sedangkan
perencanaan program pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesifik disertai
prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh institusi/organisasi administrasi pendidikan dalam
kerangka sistem pendidikan yang ada.

b. Persetujuan Perencanaan: Pertimbangan Legal


Sebagai sebuah kebijakan, rencana pendidikan akan mengarahkan proses pembuatan keputusan
dengan memperhatikan pengembangan program-program pendidikan dan alat-alat yang dibutuhkan
untuk menjalankannya.
Perencanaan pendidikan yang komprehensif merupakan konstitusi yang tidak permanen dan
kumpulan prinsip-prinsip pendidikan fundamental. Oleh karena itu, rencana harus mengembangkan
keseluruhan fungsi. Sebuah justifikasi legal dibutuhkan untuk persetujuan, pelaksanaan, dan review,
semua terintegrasi dalam siklus kerja.

c. Pengaturan Unit-unit Operasional


Perencanaan pendidikan mempunyai sejumlah masalah yang unik, sehingga tidak ada satu bentuk
perencanaan tertentu dapat dilaksanakan dan diorganisasikan yang akan menjamin efektivitas
agensi.
1. Pengorganisasian Unit-unit Operasional
Dalam mengorganisasikan unit-unit operasional perencanaan pendidikan memiliki keterampilan
metodologis, berupaya menjangkau seluruh kepentingan pendidikan dengan kriteria yang obyektif
dan rasional.
Sebuah perencanaan mengandung banyak bagian, peran, pelaku dan kerjasama untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan, yang dibutuhkan dalam perencanaan adalah kerjasama dan
kesamaan pikiran sebelum proyek tersebut dimulai.

2. Kerjasama dalam Pelaksanaan Rencana Pendidikan


Variasi situasi kerjasama dapat diinterpretasikan dalam 5 (lima) kerjasama, yaitu :
a. Kerjasama antara orang,
b. Kerjasama berkaitan dengan tempat,
c. Kerjasama berkaitan dengan perubahan atau gerakan,
d. Kerjasama berkaitan dengan ekonomi, dan
e. Kerjasama berkaitan dengan aktivitas.

3. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Rencana Pendidikan


Koordinasi adalah proses penjadwlana kegiatan untuk menghilangkan konflik agar tujuan dapat
tercapai. Mengkoordinasikan kegiatan yang berbeda dalam tujuan agensi pendidikan yang beragam
merupakan esensi perencanaan pendidikan yang komprehensif dengan tujuan untuk
menerjemahkan tujuan perencanaan pendidikan yang komprehensif ke dalam program-program
praktis.
4. Pengendalian Rencana Pendidikan
Pengawasan akan berkaitan langsung dengan jalannya perencanaan secara keseluruhan.
Masalahnya adalah satu yaitu mengintegrasikan keseluruhan, menemukan keseimbangan di antara
syarat-syarat kegiatan tunggal.

Memantau Pelaksanaan Rencana dan Umpan Balik bagi Perencanaan

a. Memonitor Perencanaan
Monitoring perencanaan yang sedang berlangsung memungkinkan suatau alat pengendalian yang
baik dalam seluruh proses implementasi. Penjadwalan dapat digunkana untuk mengidentifikasi
setiap aktivitas yang dilaksanakan dan pendekatan komprehensif. Teknik penjadwalan antar lain :
a. CPM (Critical Path Method), dan
b. PERT (Program Evaluation Reearch Task)

Diagram penjadwalan yang digunakan untuk aktivitas monitoring, yaitu :


a. Diagram Grant,
Diagram Grant memberikan suatu gambaran yang dengan jelas menunjukakn proses-proses
penjadwalan, tetapi kekurangan utamanya adalah ketidakmampuan diagram ini untuk
menempatkan saling ketergantungan dari berbagai tugas yang dilibatkan.
b. Diagram PERT,
Diagram PERT terdiri dari berbagai jaringan yang melibatkan satu aktivitas, serangkaian aktivitas dan
aktivitas paralel.
c. Diagram panah,
Diagram panah terdiri dari aktivitas tunggal, serangkaian aktivitas dan aktivitas paralel. Dalam
diagram panah jaringannya tersusun sekitar aktivitas dan titik (node).
d. Precedence Diagram,
Diagram skala prioritas digunakan sebagai blok-blok banguan dari tiga unsure dasar yang sama yang
digunakan di dalam diagram PERT dan Panah. Dasar penciptaan dari diagram skala prioritas
menawarkan lebih banyak fleksibilitas dibandingkan dengan diagram PERT atau Panah.

b. Mengevaluasi Rencana (Evaluating The Plan)


Evaluasai merupakan suatu aktivitas pengendalian yang memungkinkan intervensi yang positif.
Evaluasi memeriksa arah yang diambil dan mengevaluasi hasil atau penyimpangannya dari
perencanaan sebelumnya. Evaluasi harus bersifat komprehensif dan terbuka terhadap berbagai
kritikan.
1. Mengevaluasi Aktivitas Pendidikan
Ada 5 faktor penting dalam setiap aktivitas pendidikan, yaitu :
a. Tempat aktivitas yang dilakukan,
b. Waktu aktivitas dilakukan,
c. Orang yang terlibat dalam aktivitas,
d. Sumber daya yang diperlukan untuk aktivitas tersebut, dan
e. Proses pelaksanaan aktivitas.
2. Mengevaluasu Lingkungan Pendidikan
Lingkungan hendaknya memungkinkan siswa menemukan disiplin sendiri. Lingkungan sekolah
hendaknya membentuk sejumlah peluang yang jelas bagi siswa untuk menggali dan mendalami.
3. Konsep Evaluasi dengan Utilitas
Konsep utilitas menunjukan penilaian subjektif. Secara khusus utilitas ini merupakan suatu
kecenderungan atau preferensi pribadi.

c. Menyesuaikan, Mengubah, dan Mendesain Ulang Rencana


1. Perencanaan Disusun untuk Apa,
2. Bagaimana Rencana Disusun,
3. Siapa yang Menyusun Rencana.

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

Pendekatan Kebutuhan Sosial

a. Tujuan Pendekatan
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam Pendekatan Kebutuhan Sosial ini lebih
menekankan pada pemerataan kesempatan atau kuantitatif dibandingkan dengan aspek kualitatif.
Pendekatan kebutuhan sosial ini adalah pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan
dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan untuk
memasukkan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-
keinginan murid dan orang tuanya secara bebas.

b. Analisis Kebutuhan Sosial


Dalam Model Kebutuhan Sosial ini, tugas perencanaan pendidikan adalah harus menganalisa
kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa :
a. Pertumbuhan penduduk,
b. Partisipasi dalam pendidikan (yakni dengan menghitung prosentase penduduk yang bersekolah),
c. Arus murid, dan
d. Keinginan masyarakat.

Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan

a. Tujuan Pendekatan
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan
mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga
kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa
pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang baik
sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan sangat appealing karena
dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang.
Tekanan dalam Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan ini adalah relevansi program pendidikan
dalam berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaan. Pendekatan Kebutuhan
Ketenagakerjaan ini bertujuan mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikan kepada uasaha untuk
memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power atau person power)., sehingga
diharapkan dapat memberikan keyakinan penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid benar-
benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja.

b. Kelemahan Pendekatan
Kebanyakan ahli ekonomi memilih pendekatan ketenagakerjaan ini, karena mereka berpendirian
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada sumber alam dan fasilita, tapi juga
sumber tenaga kerja yang mengolah, menggunakan serta mengelolanya.
Masalah yang timbul dalam perencanaan tenaga kerja terutama bagi Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, antara lain dalam hal :
a. Jenis dan jumlah lapangan kerja.
b. Persyaratan yang jelas mengenai mutu personil yang dituntut oleh pasaran tenaga kerja.
c. Perbandingan jumlah personil berdasarkan jenjang keahlian.
d. Kebutuhan yang riil akan tenaga kerja.

Dengan menggunakan pendekatan tadi berusaha mencari keseimbangan antara lapangan kerja yang
tersedia atau akan tersedia di masa depan dengan jumlah murid yang diizinkan memasuki jalur
pendidikan yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja itu. Dengan demikian jumlah murid yang
diizinkan mengikuti suatu jenis pendidikan tertentu dilihat sebagai akibat dari penyesuaian
kebutuhan dari lapangan kerja tertentu.

Pendekatan Efisiensi Biaya

a. Tujuan Pendekatan
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam Pendekatan Efisiensi Biaya ini bersifat
ekonomi, karena memiliki pandakan pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu
keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang
mempunyai nilai ekonomi. Pendekatan Efisiensi Biaya merupakan penetuan besarnya investasi
dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektivitas yang akan diperoleh.
Pendekatan ini adalah bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep Investment in Human Capital
atau investasi pada sumber daya manusia. Pendekatan Efisiensi Biaya mempunyai implikasi sesuai
dengan prinsip ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menempati
urutan atau prioritas penting, karena pendekatan untung rugi mempunyai keterkaitan dengan
pendekatan ketenagaan.

b. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan


Pada pendekatan cost benefit didasarkan pada keuntungan penambahan pendapatan seseorang
karena pendidikan. Ditekankan agar perencana ekonomi dan perencana pendidikan harus mengikuti
bentuk logika yang sama apabila tidak kepada alokasi biaya nasional untuk setiap sektor, ataupun
dalam mengalokasikan biaya pendidikan kepada masing-masing sub sektor dan seterusnya kepada
tiap tingkat pendidikan. Tapi sebenarnya di dalam pendidikan adalah sukar untuk mengukur biaya
dan keuntungan (cost and benefit), terlebih mengukur keuntungan untuk masa yang akan datang.

Pemanfaatan AHP untuk Perencanaan Pembangunan Daerah

a. Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Sektor Publik


1. Good Governance
Good Governance sebagai suatu penyelanggara manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejakan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisiensi, penghindaran
salah satu alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
aktivitas usaha.

2. Karakteristik Good Governance Menurut UNDP


a. Participation, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat meyalurkan aspirasinya.
b. Rule of law, kerangka hokum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Transparency, transparasi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi, informasi yang
berkaitan dengan kepentingan public secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang
membutuhkan.
d. Responsiveness, lembaga-lembaga public harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholders.
e. Consensus Orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat lebih luas.
f. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan
keadilan.
g. Efficiency and effectiveness, pengelolaan sumber daya public dilakukan secara berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif).
h. Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
i. Strategi vision. Penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan.

3. Reformasi Sektor Publik


Perubahan struktur anggaran dimaksudkan untuk menciptakan transparasi dan meningkatkan
akuntabilitas public (public accountability), sehingga memperjelas besarnya surplus atau deficit
anggaran serta strategi pembiayaan.

b. Siklus Perencanaan dan Pengendalian


Siklus perencanaan dan pengendalian terdiri dari 5 tahapan, yaitu :
a. Perencanaan tujuan dasar dan sasaran,
b. Perencanaan operasional,
c. Penganggaran,
d. Pengendalian dan pengukuran, dan
e. Pelaporan, analisis, dan umpan balik.

c. Penganggaran
Anggaran merupakan alat bagi Pemda untuk mengarahkan dan menjamin kesinambungan
pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran diperlukan karena adanya
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber
daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya
(scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs.
Beberapa peran penting dari anggaran daerah dilihat berdasarkan fungsi utamanya, yaitu :
1. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk merumuskan tujuan serta
sasaran kebijakan sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.
2. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan efisiensi
pengeluaran dn membatasi kekuasaan atau kewenangan Pemda.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui pemberian fasilitas, dorongan, dan koordinasi kegiatan ekonomi
masyarakat, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tersebut.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi Pemda yang terlibat dalam
proses penyusunan anggaran.
6. Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja. Anggaran pada dasarnya merupakan wujud komitmen
Pemda kepada pemberi wewenang (masyarakat) untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dana
pelayanan masyarakat.
7. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen Pemda agar bekerja secara
ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target kinerja.

d. Proses Penentuan Program Prioritas untuk APBD


1. Kebijakan
Arah kebijakan pembangunan ditunjukan dalam upaya pencapaian target visi dan misi yang telah
ditetapkan melalui pemantapan aspek politik dan pemerintahan sebagai bagian penting dalam
membentuk sistem kepemerintahan yang baik (good governance).

2. Program-program Pembangunan
Penentuan prioritas program dilakukan dengan mempertimbangkan secara seksama upaya
pencapaian visi, misi pembangunan serta kebijakan-kebijakan khusus. Berdasarkan hal itu,
disusunlah empat kriteria umum untuk menyusun program prioritas. Kriteria-kriteria yang dimaksud
adalah :
1. Keterkaitan program dengan pencapaian target IPM.
2. Penanggulangan kemiskinan.
3. Penyiapan dan peningkatan pranata pembangunan yang meliputi aspek: agama, hokum, budaya,
keamanan, politik, aparatur pemerintah, informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
4. Pengembagan bisnis utama yang meliputi : agribisnis, bisnis kelautan, industri manufaktur,
industri jasa, pariwisata, dan pengembangan sumber daya manusia.

Anda mungkin juga menyukai