D. Prinsip-Prinsip Pengajaran
1. Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar di kelas sedang berada dalam proses perkembangan, dan akan terus
berkembang. Sehubungan dengan perkembngan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang
usia dan tingkat kelas berbeda-beda. Anak pad jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi,
memiliki kemampuan lebih tinggi dari yang di bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan
metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-
kemampuan anak tersebut. Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan
ada yang lambat. Seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu
saat seorang siswa belum memperlihatkan kemajuan dan kemajuannya sangat lambat.
2. Prinsip Perbedaan Individu
Tiap orang mahasiswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima
pengaruh dan perlakuan dari keluarganya masing-masing juga berbeda. Dengan demikian
adalh wajar apabila setiap siswa memiliki ciri tersendiri. Guru perlu mengerti benar tentang
adanya keragaman cirri-ciri siswa ini. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran
maupun dalm memberikan tugas dan bimbingan, guru hendaknya menyesuaikan dengan
perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam model pengajaran berprogram atau modul, penyesuaian
pelajaran dengan perbedaab individu ini sepenuhmya dapat dilakukan, karena cara belajar
individual. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal, seperti yang umumnya dilaksanakan di
sekolah-sekolah, penyesuian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.
Pengajaran yang bersifat klasikal ini dapat disempurnakan dengan cara-cara sbb:
Dalam belajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar-mengajar yang
bervariasi.
Hendaknya digunakan alat dan media dalam pengajaran.
Hendaknya guru memberikan bantuan dan bimbingan khusus kepada anak-anak yang lambat
atau kurang pandai.
Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai untuk
mengimbangi kepandaiannya.
Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.
3. Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri.anak di kota berbeda
minat dan kebutuhannya dengan anak desa, di daerah pantai berbeda dengan pegunungan.
Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
tersebut.walau pun hamper tidak mungkin menyesuaikan pengajaran minat dan kebutuhan
setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan
menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yamg menarik minat dan kebutuhan anak,
akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
4. Aktifitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam
pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan
sebagi pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang
menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak
tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang di kerjakan hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan
dalam perkembanhannya, serta bermanfaat bagi masa depannya. Metode-metode yang banyak
mengaktifkan siswa, diantaranya adalah metode: diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi
pemechan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
5. Motivas
Motif atau biasa disebut juga dorongan atau kebutuhan merupakan sesatu tenaga yang
berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.
Motif memiliki peranan yang cukup besar didalam upaya belajar. Ada beberapa upaya yang
dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa:
Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi
Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa
Memberikan sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas.
Memberikan kesempatan untuk sukses.
Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
Adakan persaingan sehat.
BAB III
BEBERAPA HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
e. Metode Latihan
Penggunaan metode latihan cukup luas, seperti latihan: pemecahan soal, olahraga/permainan,
kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja, dan lain-lain
BAB IV
PROGRAM PENGAJARAN DAN PERENCANAAN
A. Pengajaran Sebagai Suatu Sistem
1. Konsep Pengajaran Sebagai Suatu System
Pengajaran sebagai suatu system merupakan suatu pendekatan mengajar yang
menekankan hubungan sistemik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan
sistemik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan
fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan. Hubungan
sistemik atau penekanan kepada system, merupakan ciri pertama dari pengajaran ini. Ciri kedua
adalah penekanan kepada perilaku yang dapat diukur atau diamati.
Pengajaran mempunyai beberapa komponen, yaitu komponen : tujuan pengajaran,
bahan ajaran, metode belajar-mengajar, media, dan evaluasi pengajaran. Pengajaran yang
bercirikan system menekankan keterpaduan antara keseluruhan komponen, komponen yang
satu berhubungan erat dengan komponen lainnya. Dalam pengajaran sebagai system, tujuan
memegang peranan-peranan utama, tujuan pengajaran menjadi acuan bagi keempat komponen
pengajaran lainnya. Sebagai suatu acuan maka dalam penyusunan program pengajaran, tuuan
menjadi komponen pertama yang perlu dirumuskan. Pemilihan dan perumusan komponen
lainnya mengacu kepada tujuan. Apabila suatu tujuan pengajaran yang menyangkut segi
afektif, (nilai dan sikap) maka bahan ajaran, proses belajar mengajar, media serta evaluasi
pengajaran hendaknya beserta afektif pula. Demikian juga halnya apabila tujuan pengajaran
berkenaan dengan aspek kognitif psikomotor, maka komponen-komponen lainnya harus
bersifat kognitif atau psikomotor pula.
Ciri yang kedua pengajaran sebagai system adalah penekanan kepada perilaku yang
dapat diukur atau diamati. Dalam pengajaran sebagai system, tujuan-tujuan yang bersifat
umum (tujuan institusional atau tujuan kurikuler) dijabarkan dan dirinci menjadi tujuan-tujuan
yang lebih khusus (tujuan instruksional umum dan khusus). Pencapaian tujuan-tujuan
instruksional khusus ini menjadi sasaran belajar. Proses belajar-mengajar akan mudah
ditentukan serta pencapaian tujuan pengajaran akan mudah diketahui apabila tujuan-tujuan
pengajaran dirumuskan serta operasional. Tujuan pengajaran yang bersifat operasional
dirumuskan dalam bentuk rumusan perilaku yang dapat diamati atau diukur. Rumusan perilaku
yang tidak operasional (tidak dapat diamati atau diukur), sukar sekali ketercapaiannya.
Pengajaran sebagai system merupakan pendekatan mengajar dalam teknologi
pendidikan. Teknologi pendidikan yang merupakan penerapan ilmu dan teknologi dalam
proses pendidikan, mempunyai dua aspek, yaitu aspek system yang disebut juga teknologi
system (system technology), dan aspek alat atau teknologi alat (tool technology). Teknologi
pendidikan sebagaimana teknologi pada umumnya mempunyai dua perangkat, yaitu perangkat
lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak dari teknologi pendidikan adalah aspek system
atau teknologi system, sedangkan perangkat kerasnya adalah alat-alat teknologis atau teknologi
alat.
Pengajaran sebagai suatu system ada yang hanya menekankan aspek sistemnya atau
perangkat lunak, yaitu pengajaran system model satuan pelajaran, dan ada pula yang
menekankan aspek alatnya atau perangkat keras, yaitu model pengajaran modul, pengajaran
dengan kaset audio, kaset video, pengajaran dengan computer, pengajaran berprogram, dan
lain-lain.
3. Bentuk Tes
a. Tes Bentuk Uraian
Tes bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraikan
terdapat apa yang ada dalampikirannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.
Terdapat dua jenis tes uraian yaitu:
1. Uraian bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas.
2. Uraian terbatas, yakni tes yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah
terarah.
b. Tes Bentuk Objektif
Tes bentuk objektif sangat beragam jenisnya. Setiap jenis memiliki nilai kegunaan masing-
masing sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya evaluasi. Yang popular diantaranya
daalah:
1. Bentuk Benar- Salah
Soal ini dibuat dalam bentuk pernyataan.tugas murid menetapkan apakah pernyataan itu
benar apa salah.
2. Bentuk Pilihan-Ganda
Bentuk soal ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban, satu diantaranya adalah
jawaban yang benar.
3. Bentuk Menjodohkan
Dalam bentuk ini siswa diminta menjodohkan,secara tepat setiap butir soal dengan
pasangannya pada kemungkinan jawaban.
c. Bentuk Melengkapi
Bentuk ini terdiri dari serangkaian pernyataan/paragraph yang dihilangkan sebagian
unsurnya, sehingga tidak lengkap.siswa diminta melengkapi kalimat atau paragraph tersebut.
B. Penyusunan Alat Evaluasi
1. Kriteria tes yang baik
Secara umum, tes yang baik harus memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, dan objektivitas.
Dalam pengertian yang sederhana dari kriteria ketiga adalah:
a. Suatu tes dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang sesungguhnya yang ingin diukur.
b. Suatu tes dikatakan realibilitas, jika tes itu memperlihatkan hasil yang sama ketika diberikan
pada waktu yang berbeda terhadap individu/kelompok yang sama.
c. Suatu tes dikatakan objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap dari suatu
jawaban yang diberikan, sama atau menunjukan hasil yang sama.
2. Kesesuaian Soal dengan TIK
Kesesuaian solal dengan TIK meliputi kesesuaian dilihat dari jenjang kemampuan dan
kesesuaian dilihat dari lingkup isi.
a. Kesesuaian jenjang kemampuan
Dalam penyesuaian butur tes, hendaknya diperhatikan kesesuaian dengan jenjang
kemampuan yang terkandung dalam TIK>
b. Kesesuaian Lingkup Isi
Di samping kesesuaian dalam jenjang kemampuan, anatara TIK dan tes hendaknya terdapat
pula kesesuaian dalam lingkup isi.
3. Kesesuaian Soal dengan Kaidah-kaidah Konstruksi Tes
a. Tes bentuk urian
b. Tes bentuk objektif
4. Langkah-langkah Menyusun Tes
a. Pembuatan Kisi-kisi
Agar terdapat kesesuaian antara TIK dan soal tes baik dalam aspek jenjang kemampuan
maupun lingkup isi, perlu dibuat kisi-kisi atau blue print, yang kolomnya berisi pokok-pokok
bahan dan lajurnya berisi kemampuan.
b. Penyusunan Soal
Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu pada kisi-kisi yanga ada, kini
disusun soal-soal tes untuk menilai taraf pencapaian masing-masing TIK, dengan
memperhtikan:
1) Kesesuaian dalam jenjang kemmpuan;
2) Kesesuaian dalam lingkup isi;
3) Kaidah-kaidah konstruksi tes.
c. Perakitan Tes
Setelah setiap soal selesai disusun dan ditelaah serta diperbaiki, antara lain berdasarkan
patokan-patokan diatas, maka diperlukan perakitan untuk menghasilkan suatu tes yang utuh
disertai dengan petunjuk pelaksanaannya.
BAB VII
PENENTUAN MATERI DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
A. Penentuan Materi Pelajaran
1. Pengertian dan Persyaratan Materi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, antara lain:
a. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tercapainya tujuan instruksional.
b. ,ateri pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan /perkembangan siswa pada
umumnya.
c. Materi pelajran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan bersikenambungan.
d. Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat factual maupun konsptual.
2. Cara Pemilihan
Dengan mengacu pada uraian yang telah dikemukakan, adabeberapa hl yang perlu
diperhatiakn dalam memilih/menetapkan materi pelajaran:
a. tujuan pengajaran.
Materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional
yang ingin dicapai.
b. Pentingnya bahan
Materi yang diberikakan hendaknya merupakan bahan yang betul-beyul penting, baik
dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
c. Nilai praktis
Mteri yang dipilih hendaknya bermakna bagi para siswa, dalam arti mengandung nilai
praktis/bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
d. Tingat perkembangan peserta didik
Kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat
perkembangan berpikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah
dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah.
e. Tata urutan
Materi yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya
keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.
C. Evaluasi Pengajaran
1. Fungsi Evaluasi
Dalam pengembangan program pengajaran, ada dua fungsi utama evaluasi yang perlu
diwujudkan :
Pertama : mengetahui tingkat efektivitas program dalam mencapai tujuan-tujuannya
Kedua : mengidentifikasi bagian-bagian dari program pengajaran yang perlu diperbaiki
2. Cara-cara evaluasi
Dalam kaitan dengan fungsi pertama evaluasi, yaitu melihat efektifitas program pengajaran
cara yang paling banyak dilakukan ialah melalui tes yang diberikan pada awal dan pada akhir
program (lihat evaluasi awal dan evaluasi akhir). Semakin besar perbedaan hasil tes awal dan
hasil tes akhir (dalam pengertian hasil tes akhir lebih baik dari hasil tes awal) maka semakin
efektif program pengajaran yang bersangkutan.
Dalam kaitan dengan fungsi kedua evaluasi, yaitu mengidentifikasikan bagian-bagian
program yang perlu diperbaiki, cara yang dapat digunakan meliputi baik tes maupun non tes
seperti kuis, tugas-tugas, observasi, dan jika perlu dapat pula berupa angket/wawancara dengan
para siswa atau permintaan pemasukan dari teman guru yang lain. Hasil tes, kuis, tugas-tugas
dapat memberi petunjuk tentang bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
dipahami oleh siswa-siswa.
3. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
a. Pengolahan Secara Keseluruhan
Cara pengolahan ini dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata awal (dan nilai rata-rata)
tes akhir, untuk melihat tingkat efektivitas yang dicapai program pengajaran yang
bersangkutan. Di samping itu, melalui cara ini dapat pula dilihat beberapa skor yang dicapai
setiap siswa dalam tes, khususnya tes akhir, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa A,
siswa B, siswa C dan seterusnya, terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui program
pengajaran yang bersangkutan.
b. Pengolahan Bagian Demi Bagian
Cara pengolahan ini dilakukan terhadap hasil tes yang dicapai siswa soal demi soal, terutama
pada tes akhir, untuk mengetahui berapa persen siswa yang betul dan salah dalam setiap soal.
4. Penggunaan Hasil Evaluasi
Dalam bagian terdahulu telah diungkapkan bahwa kegiatan evaluasi yang hasilnya tidak
digunakan dalam bentuk kegiatan tindak lanjut, akan merupakan kegiatan yang sia-sia dan
hanya memboroskan waktu saja.
Diantara berbagai kemungkinan penggunaan hasil evaluasi yang kita peroleh, ada dua
kemungkinan penggunaan yang akan dibahas dalam bagian ini.
a. Untuk Kepentingan Pengelolaan Siswa
Hasil evaluasi yang telah diperoleh dapat digunakan untuk merencanakan program-program
perbaikan (remedial) yang diperlukan untuk semua atau sebagian siswa tertentu.
b. Untuk Kepentingan Perbaikan Program
Di samping untuk kepentingan pengelolaan siswa, hasil evaluasi yang diperoleh perlu
pula digunakan untuk kepentingan perbaikan program.
Dari hasil analisis persentase siswa yang betul dan salah menjawab setiap soal, pertama-
tama dapat diidentifikasikan bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang sudah dan belum
dipahami oleh sebagian besar siswa.
Judul Buku : Perencanaan Pengajaran
Pengarang : Udin Syaefudin Sa’ud, M.ed.Ph.D dan
Prof. Dr. Abin Syamsuddin Makmun,M.A
Halaman : 278 Halaman
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : Rosda
Perencanaan pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan untuk melihat masa depan dalam hal
menentukan kebijakan. Prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan yang
ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan Negara dan
peserta didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Jadi secara konseptual bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan
proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen yang
ikut berproses didalamnya.
a. Sejarah Perencanaan
Gagasan mengenai perencanaan pendidikan sudah ada sejak jaman dahulu, meskipun sifatnya murni
spekulatif. Tujuan pendidikan menurut plato adalah untuk kebahagian individu dan kesejahteraan
Negara, sedangkan tugas pendidikan adalah untuk mencapai tujuan itu melalui lembaga-lembaga
sosial dimana masing-masing individu harus menyesuaikan dengan tujuan itu melalui proses seleksi.
b. Karakteristik Perencanan
Pendidikan adalah suatu alat yang sangat kuat untuk mencapai perubahan dan untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan para pendidikan dan para perencanaan, yaitu :
a. Tenaga kerja,
b. Merencanakan dan menguasai penerimaan murid, kemudian output lulusan dan hasilnya.
c. Pentingnya Perencanaan
Perencanaan dipandang penting dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain ;
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan.
2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaan yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
5. Dengan adanya rencana, maka aka nada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan.
b. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting dalam perencanaan, karena harus dilaksanakan pada
waktu yang tepat. Metode pengumpulan data, meliputi :
a. Penggunaan angket atau kuesioner,
Metode angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah yang banyak dengan
waktu yang singkat.
b. Interview atau wawancara,
Metode interview dapat digunakan untuk mengumpulkan data dimana diperlukan adanya
penjelasan langsung tentag konteks atau area penelitian kepada responden.
c. Studi kepustakaan, dan
Studi bibliografi dilakukan dengan menggali dan mendapatkan informasi yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
d. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi ditujukan sebagai sebuah upaya untuk melengkapi data yang terkumpul dengan
dokumen-dokumen yang dapat memperkuat keakuratan data.
c. Tabulasi Data
Proses tabulasi data harus akurat, sehingga diperlukan adanya survey tahunan untuk riset dan
penelitian yang ada guna mendapatkan data yang terbaru. Tabulasi data sangat diperlukan di dalam
perencanaan pendidikan untuk berbagai analisis data.
Dalam mengidentifikasi kecenderungan umum, maka perlu untuk mengkaji antara lain :
a. Menentukan Latar Belakang,
Perencanaan pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar jika dapat menilai efektivitas
berbagai program yang ditanganinnya. Empat bidang perhatian perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Sejumlah aktivitas yang tercakup dalam berbagai lembaga pendidikan,
b. Kebutuhan manusia akan lembaga pendidikan,
c. Perencanaan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses dan teknik, dan
d. Administrasi gedung dan peralatan sekolah.
Mengevaluasi Rencana-rencana
Menspesifikasikan Rencana
a. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang jelas diperlukan dalam penyusunan perencanaan yang kmprehensif.
Perencanaan muncul sebagai aktivitas keikutsertaan (participatory) dari orang yang akan dilayani
oleh lingkungan dan yang akan dipengaruhi oleh lingkungan yang memiliki hak dan kewajiban untuk
ikut serta dalam merencanakan modifikasi atau pengembangan lingkungan tersebut. Perencanaan
pendidikan memberikan rekomendasi mengenai serangkaian tindakan yang mencapai tujuan yang
diinginkan.
Jenis-jenis perencanaan pendidikan, yaitu :
a. Perencanaan pendidikan adaptif,
Perencanaan pendidikan adaptif terjadi karena adanya tanggapan pada suatu pengembangan yang
dilakukan secara eksternal.
b. Perencanaan pendidikan kontingensi,
Perencanaan pendidikan kontingensi merupakan pendekatan yang ditujukan untuk menciptakan
kondisi yang pengaruhnya dapat dielakkan dan diserap dengan biaya atau kerugian minimal.
c. Perencanaan pendidikan kompulsif,
Perencanaan pendidikan kompulsif menentukan perincian mengenai apa yang seharusnya dan apa
yang diharapkan akan dilakukan. Alat utamanya adalah imbalan (reward) jika berhasil dan hukuman
jika tidak berhasil.
d. Perencanaan pendidikan manipulatif,
Perencanaan pendidikan manipulative mengandalkan berbagai jenis instrumen untuk mendapatkan
suatu keuntungan.
e. Perencanaan pendidikan indikatif,
Perencanaan pendidikan indikatif menyebarkan informasi yang dimaksudkan untuk memberisinyal
yang benar kepada individu dengan harapan agar pada gilirannya akan mengambil tindakan yang
tepat.
f. Perencanaan pendidikan bertahap (incremental),
Perencanaan pendidikan bertahap adalah perencanaan yang mengambil langkah pendek,
mengoreksi kesalahan saat perencanaan itu dilaksanakan.
g. Perencanaan otonomi,
Perencanaan pendidikan otonomi merupakan perencanaan yang dilakukan oleh diri sendiri dan
bukan sebagai bagian dari perencanaan lainnya.
h. Perencanaan pendidikan perbaikan/pemulihan, (amelioratif),
Perencanaan pendidikan amelioratif dirancang untuk memulihkan pada keadaan semula, tanpa
pertimbangan mengenai apa yang mungkin terjadi.
i. Perencanaan pendidikan normatif,
Perencanaan pendidikan normatif merupakan perencanaan jangka panjang.
j. Perencanaan pendidikan fungsional, dan
Perencanaan pendidikan fungsional memusatkan pada aspek tertentu dari seluruh masalah.
k. Pemprograman pendidikan.
Program pendidikan menentukan pencapaian target, kebutuhan program dan kebutuhan sumber
daya untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pelaporan Hasil
Spesifikasi umum untuk penyajian grafik atau statistik antara lain adalah klasifikasi umum, seperti
wilayah pemukiman dengan suatu skema yang menunjukkan kepadatan tinggi, sedang dan rendah,
wilayah perdagangan, jenis-jenis transportasi local, pusat, dan regional, listrik, telepon, air (utilities),
komunikasi dan kelompok industry.
Mengimplementasikan Rencana
a. Penyiapan Program
Perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut pengembangan pedoman umum tindakan oleh
sekelompok orang tertentu (elected efficials). Perencanaan program pendidikan menyangkut
persiapan rencana-rencana yang spesifik disertai prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh
institusi/organisasi administrasi pendidikan dalam kerangka sistem pendidikan yang ada. Sedangkan
perencanaan program pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesifik disertai
prosedur-prosedur untuk diterapkan oleh institusi/organisasi administrasi pendidikan dalam
kerangka sistem pendidikan yang ada.
a. Memonitor Perencanaan
Monitoring perencanaan yang sedang berlangsung memungkinkan suatau alat pengendalian yang
baik dalam seluruh proses implementasi. Penjadwalan dapat digunkana untuk mengidentifikasi
setiap aktivitas yang dilaksanakan dan pendekatan komprehensif. Teknik penjadwalan antar lain :
a. CPM (Critical Path Method), dan
b. PERT (Program Evaluation Reearch Task)
a. Tujuan Pendekatan
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam Pendekatan Kebutuhan Sosial ini lebih
menekankan pada pemerataan kesempatan atau kuantitatif dibandingkan dengan aspek kualitatif.
Pendekatan kebutuhan sosial ini adalah pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan
dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan-tekanan untuk
memasukkan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-
keinginan murid dan orang tuanya secara bebas.
a. Tujuan Pendekatan
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan
mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga
kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa
pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang baik
sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan sangat appealing karena
dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang.
Tekanan dalam Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan ini adalah relevansi program pendidikan
dalam berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaan. Pendekatan Kebutuhan
Ketenagakerjaan ini bertujuan mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikan kepada uasaha untuk
memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power atau person power)., sehingga
diharapkan dapat memberikan keyakinan penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid benar-
benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja.
b. Kelemahan Pendekatan
Kebanyakan ahli ekonomi memilih pendekatan ketenagakerjaan ini, karena mereka berpendirian
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada sumber alam dan fasilita, tapi juga
sumber tenaga kerja yang mengolah, menggunakan serta mengelolanya.
Masalah yang timbul dalam perencanaan tenaga kerja terutama bagi Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, antara lain dalam hal :
a. Jenis dan jumlah lapangan kerja.
b. Persyaratan yang jelas mengenai mutu personil yang dituntut oleh pasaran tenaga kerja.
c. Perbandingan jumlah personil berdasarkan jenjang keahlian.
d. Kebutuhan yang riil akan tenaga kerja.
Dengan menggunakan pendekatan tadi berusaha mencari keseimbangan antara lapangan kerja yang
tersedia atau akan tersedia di masa depan dengan jumlah murid yang diizinkan memasuki jalur
pendidikan yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja itu. Dengan demikian jumlah murid yang
diizinkan mengikuti suatu jenis pendidikan tertentu dilihat sebagai akibat dari penyesuaian
kebutuhan dari lapangan kerja tertentu.
a. Tujuan Pendekatan
Alternatif pendekatan perencanaan pendidikan dalam Pendekatan Efisiensi Biaya ini bersifat
ekonomi, karena memiliki pandakan pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu
keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang
mempunyai nilai ekonomi. Pendekatan Efisiensi Biaya merupakan penetuan besarnya investasi
dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektivitas yang akan diperoleh.
Pendekatan ini adalah bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep Investment in Human Capital
atau investasi pada sumber daya manusia. Pendekatan Efisiensi Biaya mempunyai implikasi sesuai
dengan prinsip ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menempati
urutan atau prioritas penting, karena pendekatan untung rugi mempunyai keterkaitan dengan
pendekatan ketenagaan.
c. Penganggaran
Anggaran merupakan alat bagi Pemda untuk mengarahkan dan menjamin kesinambungan
pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran diperlukan karena adanya
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber
daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya
(scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs.
Beberapa peran penting dari anggaran daerah dilihat berdasarkan fungsi utamanya, yaitu :
1. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk merumuskan tujuan serta
sasaran kebijakan sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.
2. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan efisiensi
pengeluaran dn membatasi kekuasaan atau kewenangan Pemda.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui pemberian fasilitas, dorongan, dan koordinasi kegiatan ekonomi
masyarakat, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tersebut.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi Pemda yang terlibat dalam
proses penyusunan anggaran.
6. Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja. Anggaran pada dasarnya merupakan wujud komitmen
Pemda kepada pemberi wewenang (masyarakat) untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dana
pelayanan masyarakat.
7. Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen Pemda agar bekerja secara
ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target kinerja.
2. Program-program Pembangunan
Penentuan prioritas program dilakukan dengan mempertimbangkan secara seksama upaya
pencapaian visi, misi pembangunan serta kebijakan-kebijakan khusus. Berdasarkan hal itu,
disusunlah empat kriteria umum untuk menyusun program prioritas. Kriteria-kriteria yang dimaksud
adalah :
1. Keterkaitan program dengan pencapaian target IPM.
2. Penanggulangan kemiskinan.
3. Penyiapan dan peningkatan pranata pembangunan yang meliputi aspek: agama, hokum, budaya,
keamanan, politik, aparatur pemerintah, informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
4. Pengembagan bisnis utama yang meliputi : agribisnis, bisnis kelautan, industri manufaktur,
industri jasa, pariwisata, dan pengembangan sumber daya manusia.