I
KAJIAN DEMOGRAFI HISTORIS
Nawiyanto*
ABSTRACT
In demographicterms, Besuki residencywas a dktinctive regioncornpard with the rest ofJava. "
It is argued that demographicgrowth taking place in the regionwas linked primarilyto rnigtation, rather
than births and deaths. Drawing upon diverse historid materials, this article discusses the role of
migration and natural facton of births and deaths, in populatingthe region of Besuki by comparing it
with Java. In elaborating the arguments, this article specifically looks at factom and conditions that
affected each componentand its contributionto the demographic processin the region.
hasilkan berdasarkan perkiraan kasar dan yang =pat dalam era pramdem ( D M dkk.,
dikumpulkan para pejabat lokal tanpa teknik 2002:61). Sejumlahkomksidgpat saja mng-
yang layak sehingga berakibat laporan terlalu hasilkantingkatan persentamyang lerbihkecil,
rendah. Peper (197582-85) menggarisbawahi tetapi perghitunganyang hati-hati aecara kon-
berbagaifaktor penyebabcacat tersebut seperti sisten menunjukkan bahwa laju psrtumbuhan
kurangnya minat pemerintah, perangkat pendudukdi Jawa rnasih lebih bewardbanding
organisasidan teknis yang jauh dari memadai. tempat-tempat laindi dunia (Baomgaard, 1981:
Terlepas dari berbagai kelemahan yang 2).Akan tetapi, antandlayahJawa besaranper-
ada, dapat diduga batiwa penduduk Besuki tumbuhan agaknya tidakiah seragam. Grafik 2
'hlngga 1870 masih relatif kecil sebagaimana menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan
tBtemukan di wilayah Pasuruan (Elson, 1984: penduduk per tahun dl Besukijauh lebih ttnggi
:%2). Grafik 1 menyajikan jumlah penduduk dibanding Jawa dalam periode 1880-1961,
- '#esuki pada periode 1870-1971. Jawa sering kecuali untuk periode 1870-1880 dan 1860-
%wnjadi ilustrasikasus pertumbuhanpcduduk 197t sebagai konsekuensiinstablfk politik.
Satu karakter menonjol yang muncul 1990:96-126), tekanan sosial ekonomis me-
dalam perbandingan adalah dari tahun 1880 maksa penduduk mengadopsi pembatasan
hingga 1930terdapat perbedaan besar dalam kelahiran. Hal ini tampak dalam fakta bahwa :
rata-rata pertumbuhan penduduk. Kecuali selama 1930-an jumlah kelahiran di Besuki
dalam periode 1890-1900, Besuki mengalami turun secara signinkan, mungkin yang te-
besaran pertumbuhan tahunan lebih dari 3 rendah sejak 1880-an. Turunnya laju pertum-
1
persen, jauh lebih tinggi dibanding Jawa secara buhan sebagian karena arus keluar pekerja
keseluruhan (kurang dari 2 persen). Di Banyu- perkebunan ke Eropa.
lwangi bahkan dalam periode 1920-1930men- Laju pertumbuhan tahunan penduduk di
capai 7,5 persen (Hortsmann dan Rutz, Besuki serta Jawa secara umum terus me-
1980:99). Walaupun untuk periode 1930-1940, nurun dalam 1940-an. Pertama kali dalam
1940-1950,1950-1961 rata-rata pertumbuhan kurun lebih dari seabad, Besuki mencatat laju
penduduk tahunan di Besuki lebih rendah pertumbuhan kurang dari 1,9 persen. Van der
dibanding periode sebelumnya, persentasenya Eng bahkan memperkirakan laju pertumbuhan
tetap lebih besar dibanding Jawa. negatif 0,60 persen pada 194411945. Di Jawa
Karakter menonjol lainnya adalah laju penurunan secara umum terkait dengan
pertumbuhan pendudukdi Besukidengan Jawa dampak buruk pendudukanJepang dan perang
memperlihatkan kecenderungan berbeda. Di revolusi, seperti merosotnya standar kehidup-
seperti diindikasikan dengan perluasan pro- nialisme Belanda, mereka kembali dan pada
duksi produksi tanaman pangan (Nawiyanto, 1950-an kondisi kehidupan Besuki membaik.
2000:179-181; Boomgaard dan van Zanden, Pertumbuhan penduduk Besuki 1950-an naik
Nawiyanto - Pertumbuhn Penduduk Besuki: Wien D e m g a B H M s
nya, te- m
rungan ini tampaknya bg&nbngern derlgan
argumen terdahulu yang menekankanstandar Besuki berupa jumlah penduduk wanita yang
kehidupan material yang lebih baik di antara lebih kecil dibandingkan Jawa umumnya. Hal
pmduduk Besuki. Ada pandangan bahwa ini diindikasikan oleh rasio seks (jumlah laki-
kesejahteraan yang meningkat menjadi pen- laki per 100 wanita) penduduk Besuki seperti
jelas tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan tampak dalam Grafik 3. Rasio seks penduduk
perkawinan lebih awal, yang pada ujungnya Besuki secara umum lebih tinggi dibanding
menghasilkan periode reproduksi yang lebih Jawa, dengan perbedaan paling menonjol
panjang bagi kaum wanita untuk mempunyai terjadi pada periode 1905-1930. Bahkan,
anak (Dick, Houben, Lindblad, and Thee, antara 1920 dan 1930 Besuki secara propor-
2002:62). Penjelasan yang lebih meyakinkan sional mempunyai penduduk laki-laki lebih
terhadap tingkat kelahiranyang lebih rendah di besar daripada penduduk perempuan, sebuah
Besuki adalah status wilayah ini sebagai fenomena yang tidak pernah terjadi dalam
daerah tujuan migrasi yang didominasi laki-laki. penduduk Jawa pada umumnya.
Karakteristik ini membawa konsekuensi bagi
Sumber: P. Boorngaard and A.J. Gooszen, Changing Economy in Indonesia, Vol. 11: Population Trends 1795-
1942 (Amsterdam: RoyalTropical Institute. 1991). p. 192; untuk 1961, diolah dari Sensus Penduduk 1961 (Djakarta:
Biro Pusat Statistik, 1962), hal. 5, 8; untuk 1971 diolah dari Sensus Penduduk 1971, Serle B.No. 1: Penduduk
Dipering Menurut Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya (Angka Sernentara) (Djakarta: Biro Pusat Statistik, 1972)
Grafik 4 memperlihatkan jumlah migran saat tidak ada pekerjaan di lahan pertanian
laki-laki lebih besar dibanding perempuan. Hal mereka. Pada saat-saat seperti ini mereka
ini sebagian terkait dengan fakta bahwa se- mencari pekerjaan temporer sebagai pekerja
jumlah migran berstatus belum kawin. Di perkebunan di Besuki dengan meninggalkan
samping itu, cukup jamak pula bahwa migran keluarga dan tentunya tidak menambah angka
yang datang ke Besuki, terutarna dari Sume- kelahirandi tempat tujuan migrasi (Onderzoek,
nep dan Pamekasan, adalah orang-orang 1911:Bijlage 2:21; Memori 1978:mi).
sudah menikah yang secara musiman pergi
yal laju pertumbuhan penduduk lebih Madura sebagian bemr tersusun oleh deposit
1 dibanding Jawa. Sekalipun wilayah ini kapur sehingga sangat sedikit area cocok untuk
mempunyai tingkat kematian yang lebih pertanian (Colijn, 1911:43-44). Alasan kedua
rendah, tidak mungkin ada perbedaan besar adalah wajib militer dan layanan keja yang
dalam laju pertumbuhan penduduk alamiah berlebihan yang dibebankan para penguasa
akhir (net natural growth] antara Besuki dan Madura(Kuntowijoyo, 1980:117-118; De Jonge,
Java. Faktanya, bahkan selama tahun-tahun 1988:74-75). Dengan kata lain, migrasi orang
normal saat tidak terjadi epidemi, laju per- Madura berfungsi baik sebagai sarana melari-
tumbuhan alamiah akhir di Jawa melebihi kan diri dari para penguasa yang opresif dan
Besuki. Dengan pertimbangan ini, jelaslah ekspolitatif, serta altematif untuk memperbaiki
bahwa pertumbuhan alamiah tidak dapat standar kehidupan material.
menjelaskan laju pertumbuhan penduduk Wilayah Oesuki menarik orang Madura
Besuki yang pesat. Penjelasan kunci oleh untuk datang karena adanya ikatan tradisional
karenanya pastilahterletak pada faktor migrasi. terutama antara Bondowoso dan Sumenep.
Hubungan erat terbangun sejak abad ke-19
sesudah Bupati Bondowoso mngambil me-
Besuki lama dikenal sebagai daerah tujuan nantu seorang pangeran Madura, yang datang
migrasi. Wilayah ini merupakan salah satu dengan membawa para pengikutnya (Winar-
karesidenan Jawa dengan penduduk migran sih, 1995:262). Telah ada pula sejumlah migran
tertinggi (Boomgaard, 1989:177). Mereka Madura yang menjadiperintis migrasisejak era
meliputi baik migran permanen maupun awal Majapahit (Slametmuljana, 1976:51;
musiman. Kategoripertama mencakup orang- Kartodirdjo dkk., 1975:260), yang rnembentuk
orang yang mencari pekerjaan sementara ikatan historis Madura dengan pojok timur
tanpa tujuan menetap. Sebagian besar di Jawa. Selama beberapa abad migran perintis
antaranya datang dari Madura, mencari kej a diikuti oleh para kerabat dan tetangga (Elson,
selama beberapa bulan sebagai pekeja di 1994:12). Faktor tarik lainnya berupa perkem-
sektor pertanian dan kembali ke tempat asal bangan pertanian ekspor baik perkebunan
saat hari raya (Kuntowijoyo, 1980:85). Kategori maupun pertanian rakyat, yang menciptankan
kedua mencakup mereka yang pindah mencari banyak kesempatan kej a (De Oewnomiche
tempat tinggal baru. Migrasi musiman sering Toestand, 1893: 1078; McDonald, 1980:86-87;
membukajalan bagi migrasi permanen. Elson De Jonge, 1988:23-24). Wilayah Besuki juga
memperkirakan bahwa pada abad ke-19 ada memberi imigran peluang untuk mempunyai
s e k i r 800-900 migran Madura per tahun yang lahan pertanian dan pemukimam. Hingga
tidak kembali lagi ke Pulau Madura (Elson, 1930-an Besuki masihdilaporkan mempunyai
1994:12). Diperkirakanfenornena semacam ini banyak cadangan hutandan lahanyang belum
terus berlanjut pada abad ke-20, bahkan diolah van Gelderen, 1961:127; Boomgaard
cenderung meningkat. Resident Neys pada and Gooszen, 199153).
1929 masih melaporkan arus masuk migran Faktor penting lainnya adalah perkem-
dari Madura ke Besuki (Memori, 1978: ood). banganjaringan transportasidi Besuki. Meski-
Sampai akhir abad ke-19 sebagian besar pun perbaikanfasiliis angkubn bukanlahsatu-
migran berasal dari adura. Kecenderunganini satunya faktor, tidak disangsikan bahwa
dapat dijelaskan dari perspektif faktortarik (pull peningkatan a m migrasi mrupakan salah
factors) maupun faktor dorong (push factors). satu pengaruhnya. Perkembangan sarana
Ada dua faktor utama yang rnendarong migran angkutan tidak hanya membuat mobititas
Madura. Pertama, miskinnya sumber daya geografi lebih mudah, tetapi juga menekan
alam untuk menopang kehidupan di Madura biaya transportasi secara signifikan. Kedmnya
karena lahannya yang gersang dan tandus mendorong lebih banyak orang khuslrsnyadari
dengan penduduk yang relatif padat. Pulau kalangan miskin untuk mencari peluang-
-
Nawiyanto Pertumbuheu, Penduduk Bmdd: K@an DmqpM Histotis
peluang ekonomi di daerah lain. Migrad orang dalam proses pertumbuhsn demgrafis
Jawa dari kantong-kantong padat pendudukdi Besuki. Migrasi tenrtama domlnan di Jember
Jawa TengahdanTimur ke Besukidipermudah dan Banyuwangi iempat bertangsungnya
dengan pembangumnjaringan kecretaapi yang perluasan p r o d w pwtanian baik unhdc pasar
menghubungkan Jember dan Banyuwangi, luar negeri maupun dornestik. Persentase
yang dibuka pada awal abad ke-20 (Ds pendwluk migm dl. Besuki jauh WiR tinggi
Emigratie, 1903:1549; Kartodirdjodkk., 1975: dibandingl Jawa m, batdam YPUZ~
t 17; Kutoyo, 1W71f 978:29).Atus rt'rigrrmJawa brtlnggFd-an h dad25 persen.
juga dirangsang lebih jauh dengm adanya Di B & h misalnya persentase penduduk
psrluasan penanaman tembakau di lahan migran hanya 12 p e m darijumlah psnduduk
sarwah. Orang Jawa dipandang lebih ber- keseluruhan. Bahkm di Priangan, tempat
pengalaman dengan tipe ekologi sawah berlangsungnyapertumbuhanpenduduk
dlbanding orang Madura yang lebih kental cepat, persentasenya,hanya 3
qertgan tipe ekologi tegalan (Kuntowijoyo, (Pelzer, 1948:259; Wk8.telIhg 4
41980:302-304; Geertz, 1963:28-37). Pere- Secara relatif, Besuki merupakan tujuan
W a n pekerja tidak lagi secara eksklusif migrasi terpenting di Sawa kobnfal sdama
Qiarahkanpada oran-orang Nladursl,tetapijuga periodekji(Kartodirdjo dkk., 1975:117; Hugo,
-orang Jawa misalnya dari Kediri, Madiun, 1980:1060).
dan Yogyakarta. an, arus rnig
5 dan 6 mempsrlihatkan bahwa (Memri, 1931-1934:33).
0 peranan migrasi sangat penting
Dick,Howard, V i iJ.H. Houben,J. Thomas Undblad Kartodirdjo, SrMono. Marrvati Dpmed Pods-
and Thee Kian We. 2002. The Ermergsnce of A and N@ Nobotla9nto. 1975. %jaroh NashaI
National €conomy:An Ecommk H ~ ~ I I~ V d . ~5 : J r m
, an~NosionalQnW
1800-2000. Crows Nest: ASAA InAsmdabn with A&hir HbrdicrM.Jakarta: DtqxmmmP m
Allen & Unwinand UniversityHawcu"iPrcsss. Kebudayaan
E h RE. 1984.Jmnea h n t s d the GkmiaISugar Kementerian Peneman, 1953. RgPublik Indonesia:
1'n&istry:Impact and Changein an EasJmw R d & q Propkwi~Timur.S1pabaja.D~
1830-1940. Singapore: Oxford Univenity Pnss,
1984.
. 1988. "Kerniskinan dan KsnwlunwanKaum
I)8tanipadaMasaTmPi&sadiklin#9"dalam York: CdumMa Univenity.
Anne Booth, William J. O'Malley and Anna Kutoyo, S. (4.). 197711978. SejurdI(ebortgkitanNasSoncd
\haeMemarm(eds.), SejwahEkonomi lndoneok.Jakam Daerahjawa T i m u r . m DepammenPendidilean
LP3ES. dan Kebulyaan.
1994. YiUageJavaunder the Ci&aion System Maddison, Angus. 1989. "Dutch Income in and from
1830-1870. Sydmvy:Allen and Unwin. Indonesia, 1700-1938 dalam Angus Madison and
Flu, K.1929. "MedicalScience"dalam L.M.R van Rutten G6 Prince (d. Economic
), Growth in Indonesia.
(ed.), Science in the Netherlands East Indies. Dordrecht: Foris Pubtbtions.
Amsterdam: De Bussy. McDonald, P. 1980. 'An Historical Perspective to
Gardiner, Peter and MaylingOey. 1987. "Morbidity and PopulationGrowthin lndotmh"
Mortality in Java 1880- 1940: The Mdence of the 1*:Tlie-ldJPCulttss
Colonial reports" dalam N o m G.Owen (4.). school of Mistudies, The
De0tncrndDinecxreinSoheast~:~~in U ,- hal. 8 1-94.
SoCMI, Medical and D e ~ a p h i History.
c &gapom: Mellor, J.W. 1966. The Economics of Agricultural
Oxford U M l t y Press, hd. 70-90. D e m w t . I kC d l UniversiryPress
Geenz,Clifford. 1963.Agricuhwal I d W : Tha Process Mulkan, Abdul Munir. '1000. ltkrrnMumiDohrmMa~yaakat
o f ~ i c a I ~ i n htani. ~ Yogydkarta:
. ~ Bsntang.
~
of California Press. Nawipto,S.2000."The~ofBesukiinthe19305
Gmum,H. 2000. A RemogruphkHistoryafthe Mmesian Depressionndalam f%mrkomgwd dan Ian Brown
Archipelago, 1880- 1942. Sillgapore: [SEAS. (eds), Weathering the Storm: The Economies of
kdayani, SriAna. 2006. "Perkemberlgan KatadanArus Southeo;Ft Asia in the 1930s Depression. S:-i
~ P ~ L < e ~ S e b u a Ih S M ,~hat. ~ 160- 1"76.
dalam KGpeduduh, 8, l,hal. 1 1-20. 2005. The Risi~gSunina~neselUcaGanury:
Hibbs, Hemy H. 1987. Infhnt MortaEtty: ks R s h to Social Change and the lmpoa ofJapanese Occupatron on
and Industrial Conditions. New York: Garland AgriwEcurd EcyxKMly a f k u k i R e
s
w 1942- 1945.
PuMihing. :Y
- Galang Press.
Hortsmann, K. dan W. Rutr, 1980. The Pbpulation Nitisastro, Widjojo 1970. P o p u I T~ r o d in Indone&.
D i s t r i i onJavo 1 9 7 1 : A M a p o f ~ Lkwcy Ithaca. C d l UniversityPress, 1970.
by Sub-Districts cmd IU Analysis. Td<yo: ImtWte of Owen, NormanG. 1987. T i a Historyof Health in
Dewloping E c d e s . SorffheasLAsiaWdalamNomranG.OwPrr(ed.),DkQth
Hugo, Gmrne J. 1980. "Population Movements in and Disease in SsutheoatAsia: Exp/or- in Soda/,
IndonesiadwingtheGlonid Mn, inJ. Fox (d.), Medicaland D e w Hi-. -Si Word
In8ancsia. TheMQkirrgcifACdcm.Canbeara:Rgsearrh UnivenityPress, hal. 3-30.
School of Pacific Studies, The Ausbdlan Natiod Pelzer, K.J. 1948. Pioneer Settlement in the Asiatic Tropics:
univesity. St~inkrndUtit~andkgiarlturol~
Huitema, H. 1982. Animal in the T w : Its in Southeastern Asia. New York: American
Economic I m p r t u ~ and
~ e fbe&&es. A m i s d m Q%np~Sauaty.
Deptment ofAgicularral RerPeranh. ,C . M . (d.). 1977.* I stdwwf-
Kartodirdjo, Savtano. Marwati D on Cihialismand Naciodism, 1830-1942. St. Luck
and Nugroho Nomwwm, 'J-or-•
Indone81b. Vol. 2 : J a m &no. Jakamc Pep, Bram. 197011975. kmmbuhan hndudukJawa.
Pendidikandan Keb&yzm. Jakarta:Bhratara.
ambuhan Penduduk BsmH: K e h n CbnmgM HIstorPs